Transportasi: Ambulans

  • Kebakaran Gudang Boneka Plastik di Jombang: 8 Mobil Damkar Dikerahkan, Api Belum Padam

    Kebakaran Gudang Boneka Plastik di Jombang: 8 Mobil Damkar Dikerahkan, Api Belum Padam

    Jombang (beritajatim.com) – Kebakaran hebat melanda gudang produksi boneka plastik milik UD. Adiyasa di Jalan Gatot Subroto, Mojongapit, Kabupaten Jombang, pada Senin sore, 24 November 2025.

    Kejadian yang dimulai sekitar pukul 16.50 WIB ini melibatkan sedikitnya delapan mobil pemadam kebakaran dan dua unit ambulans dalam upaya memadamkan api. Namun hingga pukul 20.30 WIB, api masih belum dapat dipadamkan.

    Komandan Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMK) Kabupaten Jombang, Syamsul Bahri, dalam konfirmasinya menyatakan, “Hingga pukul 20.30 WIB api belum padam. Kebakaran mulai pukul 16.50 WIB. Kita menerjunkan delapan mobil damkar (termasuk mobil tangkai penyuplai air) dan dua ambulans.”

    Gudang yang terbakar memiliki ukuran sekitar 50 meter X 50 meter dan terletak di belakang kampus Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang. Gudang milik UD. Adiyasa itu merupakan pabrik boneka plastik yang dikenal di wilayah tersebut.

    Saksi mata, Feri Krisdianto, yang pertama kali melihat api, segera memberikan peringatan kepada karyawan di dalam gudang untuk segera keluar demi keselamatan. Ia juga melaporkan kejadian tersebut kepada pemilik gudang, yang selanjutnya menghubungi PMK Kabupaten Jombang untuk meminta bantuan.

    Setelah mendapatkan laporan, pukul 17.00 WIB, mobil pemadam kebakaran (PMK) beserta tim BPBD Kabupaten Jombang tiba di lokasi. Estimasi sementara, sedikitnya 8 kendaraan pemadam kebakaran dan 2 ambulans dikerahkan untuk menangani kebakaran tersebut. Hingga berita ini diturunkan, api masih belum berhasil dijinakkan, meskipun upaya pemadaman terus dilakukan. [suf]

  • Identitas 6 Santri Tenggelam di Danau Bekas Tambang Galian C Bangkalan

    Identitas 6 Santri Tenggelam di Danau Bekas Tambang Galian C Bangkalan

    Bangkalan (beritajatim.com) – Enam santri Pondok Pesantren Jabal Qur’an di Desa Parseh, Kecamatan Socah, Bangkalan, ditemukan meninggal dunia setelah tenggelam di danau bekas tambang galian C yang berjarak sekitar 450 meter dari pondok, Kamis (20/11/2025).

    Para korban diduga pergi ke lokasi tanpa sepengetahuan pengasuh, lalu satu di antaranya terpeleset dan lima lainnya ikut tenggelam saat mencoba menolong.

    Kepala Puskesmas Jaddih, drg Purwanti, mengatakan para korban tiba di puskesmas sekitar pukul 17.30 WIB dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

    “Ketika datang, seluruh korban sudah dalam kondisi meninggal dunia. Kondisi fisik membiru, pupil membesar, dan ditemukan lebam di beberapa bagian tubuhnya,” ujarnya, Sabtu (22/11/2025).

    Lebam itu diduga akibat benturan dengan batu dan lumpur di dasar danau. Puskesmas kemudian berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI untuk proses identifikasi dan penanganan lanjutan.

    Purwanti menambahkan, hanya satu korban yang berasal dari Bangkalan, sementara lima lainnya merupakan santri dari luar daerah. “Seluruh jenazah sudah dipulangkan ke keluarga masing-masing dengan bantuan ambulans,” terangnya.

    Identitas keenam korban adalah:

    Louvin (9) – Surabaya
    Osyid Ainul Yakin (10) – Surabaya
    Eynand Azka (9) – Surabaya
    Alman (9) – Surabaya
    Moh Nasirudin Adrai (8) – Sampang
    Muhammad Akhtar Muzain Ainul Izzi (7) – Bangkalan

    Peristiwa itu pertama kali diketahui santri lain yang melihat para korban tenggelam. Evakuasi berlangsung sulit karena tubuh para santri berada di kedalaman dan harus diangkat satu per satu. Seorang pengurus pondok bahkan dilarikan ke RSUD Syamrabu akibat kelelahan saat proses penyelamatan.

    Hingga saat ini, kepolisian masih menyelidiki penyebab tenggelamnya para santri dan menilai ulang tingkat keamanan kawasan bekas tambang galian C tersebut. Polda Jawa Timur juga turun langsung memeriksa lokasi dan menjadwalkan pengujian kualitas air danau untuk mendukung proses penyidikan. [sar/beq]

  • Hasil Autopsi Turis China yang Meninggal di Hostel Bali, Diduga Akibat Keracunan

    Hasil Autopsi Turis China yang Meninggal di Hostel Bali, Diduga Akibat Keracunan

    Jakarta

    Seorang turis wanita asal China meninggal dunia dalam dugaan insiden keracunan massal di sebuah hostel di kawasan Canggu, Bali. Dikutip dari Mothership dan Daily Mail, staf hostel menyatakan Deqing Zhuoga ditemukan meninggal sekitar pukul 11.00 pagi pada 2 September 2025.

    Zhuoga merupakan salah satu dari sejumlah tamu yang terdampak insiden tersebut. Kejadian bermula setelah makan malam bersama pada akhir Agustus 2025, ketika para tamu mulai pingsan di lorong, muntah darah, dan meminta bantuan medis kepada staf. Lebih dari 20 orang mengalami keracunan kolektif dan sedikitnya 10 orang berada dalam kondisi kritis. Sejumlah tamu dirawat di klinik dan rumah sakit setempat.

    Menurut News.com.au, salah satu teman Zhuoga, Leila Li, selamat setelah menjalani perawatan intensif selama lima hari. Li, bersama beberapa tamu lain, tercatat sebagai korban dalam laporan polisi.

    Li mengatakan, saat ia dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, ia sempat mengirim pesan kepada Zhuoga agar ikut mencari pertolongan. Namun pesan itu tidak pernah dibalas. Sebelum meninggal, Zhuoga disebut jatuh sakit parah pada 31 Agustus.

    Li menyebut Zhuoga terlalu sakit untuk bergerak atau meminta bantuan. Ia terbaring di ranjang sambil muntah selama berjam-jam, sementara tamu lain berusaha mencari pertolongan. Li baru mengetahui kematian Zhuoga setelah ia sendiri dipulangkan dari perawatan.

    Hasil investigasi menunjukkanresepsionis hostel, Maria Gores, sempat memeriksa kondisi Zhuoga pada 1 September 2025, sesaat sebelum pergantian shift tengah malam. Merasa khawatir, ia meminta bantuan petugas keamanan untuk mengangkat Zhuoga ke taksi dan membawanya ke klinik terdekat.

    Seorang inspektur mengatakan dokter memberikan perawatan awal, namun hanya meresepkan obat karena keterbatasan dana. Zhuoga menolak perawatan lebih lanjut karena biaya, dan kemudian ditemani staf membeli obat di apotek sebelum kembali ke hostel. Ia kembali ke kamarnya sekitar pukul 01.30 dini hari pada 2 September.

    Hasil Autopsi

    Keesokan paginya, resepsionis lain menyadari Zhuoga belum melakukan check-out. Saat pintu kamarnya dibuka, Zhuoga ditemukan terbaring telungkup dan sudah tidak bernapas. Ia diperkirakan meninggal dua hingga 12 jam sebelumnya.

    Penyebab resmi kematian dicatat sebagai gastroenteritis akut dan syok hipovolemik, namun sumber pasti keracunan masih belum dapat dipastikan. Muntahannya telah diperiksa oleh laboratorium forensik dan tidak ditemukan kandungan pestisida, narkotika, sianida, logam berat seperti arsenik, bahan kimia berbahaya, maupun metanol.

    Menurut The Daily Mail, hasil autopsi menunjukkan tubuh Zhuoga menampilkan tanda-tanda keracunan makanan.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • 5
                    
                        Ibu dan Bayinya Meninggal Ditolak 4 RS, Gubernur Papua: Mohon Maaf atas Kebodohan Pemerintah
                        Regional

    5 Ibu dan Bayinya Meninggal Ditolak 4 RS, Gubernur Papua: Mohon Maaf atas Kebodohan Pemerintah Regional

    Ibu dan Bayinya Meninggal Ditolak 4 RS, Gubernur Papua: Mohon Maaf atas Kebodohan Pemerintah
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com – Gubernur Papua Matius Derek Fakhiri menyampaikan permohonan maaf mendalam kepada keluarga Irene Sokoy, ibu hamil yang meninggal bersama bayi yang dikandungnya setelah ditolak empat rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura.
     
    Ia menyebut tragedi tersebut sebagai bukti kebobrokan layanan kesehatan di Papua dan berjanji melakukan evaluasi total.
     
    “Saya mohon maaf atas kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah. Ini contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua,” kata Fakhiri usai mendatangi rumah keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani, 
    dikutip dari rilis yang diterima, Sabtu (22/11/2025).
     
     
    Ia mengakui banyak fasilitas kesehatan di Papua tidak dikelola dengan baik, termasuk peralatan medis yang rusak.
    Karena itu, ia memastikan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap rumah sakit, termasuk mengganti para direktur RS yang berada di bawah pemerintah provinsi.
    “Saya mengaku banyak peralatan medis rusak karena tidak dikelola dengan baik,” ujarnya.
    Fakhiri menyebut dirinya telah meminta bantuan langsung kepada Menteri Kesehatan untuk memperbaiki layanan rumah sakit di Papua.
    “Saya pastikan akan membenahi semua ini,” tegas mantan Kapolda Papua tersebut.
    Ia juga menegaskan komitmennya menyatukan seluruh direktur rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta, untuk mengutamakan keselamatan pasien di atas semua prosedur administrasi.
    “Layani dulu pasien, baru urus yang lain. Tidak ada alasan,” katanya.
    Dari data yang dihimpun Kompas.com, Irene Sokoy meninggal pada Senin (17/11/2025) pukul 05.00 WIT setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan dari RSUD Yowari, RS Dian Harapan, RSUD Abepura hingga RS Bhayangkara tanpa mendapatkan penanganan memadai.
    Kepala Kampung Hobong, Abraham Kabey yang juga mertua almarhum menceritakan Irene mulai merasakan kontraksi pada Minggu siang (16/11).
    Keluarga membawanya menggunakan speedboat menuju RSUD Yowari.
    “Pelayanan sangat lama. Hampir jam 12 malam surat belum dibuat,” ujar Abraham.
    Keluarga kemudian membawa Irene ke RS Dian Harapan dan RSUD Abepura, namun kembali tidak mendapat layanan.
    Perjalanan dilanjutkan ke RS Bhayangkara, tempat keluarga diminta membayar uang muka Rp 4 juta karena kamar BPJS penuh.
    “Bukan pertolongan yang diberikan, tapi kami diminta bayar uang muka,” ungkap Abraham.
    Ada empat rumah sakit yang menolak Irene, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yowari, RSUD Abepura, RS Bhayangkara, dan RS Dian Harapan.
    Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Yowari, Maryen Braweri kemudian memberikan larifikasi terkait kejadian tersebut.
    Maryen mengatakan, pasien diantar oleh keluarga ke RSUD Yowari pada Minggu (16/11/2025) sore dan rencananya melahirkan secara normal di RSUD Yowari.
    “Pada saat pasien datang itu sudah pembukaan lima dan sampai 22.10 WIT baru pembukaan lengkap dan bayi sudah kelihatan. Namun karena kondisi jantung janin menurun, maka dokter menyarankan untuk operasi,” katanya ketika dikonfirmasi pada Jumat (21/11/2025).
    Namun, karena dokter kandungan di RSUD Yowari tak berada ditempat, pihak rumah sakit merujuk pasien ke RS Dian Harapan.
    “Untuk dokter kandungan di rumah sakit Yowari hanya ada satu orang, namun sedang ada kegiatan di luar kota, sehingga kami koordinasi dengan RS Dian Harapan untuk dirujuk ke sana,” kata dia.
    Dari koordinasi itu, pasien Irine Sokoy dirujuk ke RS Dian Harapan didampingi oleh dua perawat bersama keluarga menggunakan ambulans RSUD Yowari.
    Namun dalam perjalanan, kata dia, RS Dian Harapan mengabarkan melalui sambungan telephone bahwa ruang untuk BPJS Kesehatan kelas III sedang penuh dan dokter spesialis anastesi juga tidak ada.
    “Makanya pasien dibawa ke RSUD Abepura dengan alasan lokasi terdekat,” ucap dia.
    Saat pasien tiba di RSUD Abepura, ia ditolak dengan alasan ruang operasi sedang direnovasi, sehingga pasien dibawa ke RS Bhayangkara.
    Keluar dari RSUD Abepura, pasien dibawa ke RS Bhayangkara dengan pertimbangan lokasi terdekat dan pasien harus segera ditangani.
    Namun, saat sampai di sana, ruang untuk BPJS kelas III dalam keadaan penuh dan hanya tersedia ruang VIP, tetapi pasien harus membayar uang muka sebesar Rp 4 juta.
    “Di satu sisi keluarga tidak bawa uang, sehingga petugas kami minta untuk dilakukan tindakan, tetapi karena tidak terima akhirnya pasien dibawa menuju ke rumah sakit RSUD Jayapura,” kata dia.
    Dalam perjalanan ke RSUD Jayapura, pasien mengalami kejang-kejang sehingga mobil kembali ke RS Bhayangkara. Namun, dalam perjalanan itu, pasien menghembuskan nafas terakhir.
    Maryen Braweri mengaku bahwa seluruh prosedur sudah dilaksanakan oleh RSUD Yowari dalam menangani pasien.
    “Kita sudah melaksanakan sesuai prosedur yang ada. Di sini memang hanya ada 1 dokter dan saat itu berada di luar kota, namun petugas kita terus berkoordinasi dengan dokter dalam menangani pasien hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit lain,” ucap dia.
    Sementara, pihak Rumah Sakit Dian Harapan membantah menolak pasien rujukan dari RSUD Yowari.
    Pihak RSDH mengaku sudah menyampaikan kondisi layanan dan ketersediaan dokter dan ruang perawatan kepada petugas RSUD Yowari sebelum pasien dibawa.
    Saat itu, ruang NICU telah terisi penuh oleh delapan bayi, ruang kebidanan penuh, dan dokter spesialis Obgyn sedang cuti.
    Adapun dokter spesialis anastesi mitra yang akan dipanggil membutuhkan waktu koordinasi tambahan jika harus melakukan operasi darurat.
    Namun, saat pemberitahuan ini disampaikan, petugas RSUD Yowari sudah dalam perjalanan membawa pasien ke RS Dian Harapan.
    Petugas RSUD Yowari yang tiba di RS Dian Harapan sekitar pukul 01.10 WIT, kemudian meminta dokter jaga RS Dian Harapan memberikan cap rumah sakit dan mengedukasi keluarga pasien bahwa dokter Obgyn dan anestesi tidak siaga dan ruang perawatan penuh.
    Setelah penjelasan diterima, pihak keluarga memutuskan melanjutkan rujukan ke rumah sakit lain.
    Manajemen RS Dian Harapan menegaskan bahwa seluruh prosedur sudah dijalankan sesuai standar dan tidak ada unsur penolakan pasien.
    Direktur RS Bhayangkara, AKBP dr Romy Sebastian, memberikan klarifikasi bahwa rujukan Irene dari RSUD Yowari tidak melalui Sistem Rujukan (Sisrut), sehingga pihaknya tidak mendapat informasi riwayat keluhan pasien.
    “Saat dibawa ke RS Bhayangkara kami langsung melakukan pemeriksaan dan pasien Irene Sokoy termasuk dalam pasien BPJS PBI,” jelasnya.
    Romy menegaskan rumah sakit tidak menolak pasien, namun ruang kelas 3 penuh dan yang tersedia hanya kamar VIP.
    “Kami menawarkan pasien untuk sebagai pasien umum,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Klarifikasi 3 Rumah Sakit Jayapura atas Kematian Ibu dan Bayinya Setelah Dioper Sana-sini
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        21 November 2025

    Klarifikasi 3 Rumah Sakit Jayapura atas Kematian Ibu dan Bayinya Setelah Dioper Sana-sini Regional 21 November 2025

    Klarifikasi 3 Rumah Sakit Jayapura atas Kematian Ibu dan Bayinya Setelah Dioper Sana-sini
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com
    – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Yowari, Maryen Braweri memberikan klarifikasi atas meninggalnya pasien Irene Sokoy dan bayinya karena lambatnya penanganan oleh rumah sakit.
    Maryen Braweri mengatakan, pasien diantar oleh keluarga ke RSUD Yowari pada Minggu (16/11/2025) sore dan rencananya melahirkan secara normal di RSUD Yowari.
    “Pada saat pasien datang itu sudah pembukaan lima dan sampai 22.10 WIT baru pembukaan lengkap dan bayi sudah kelihatan. Namun karena kondisi jantung janin menurun, maka dokter menyarankan untuk operasi,” katanya ketika dikonfirmasi pada Jumat (21/11/2025).
    Namun, karena dokter kandungan di RSUD Yowari tak berada ditempat, pihak rumah sakit merujuk pasien ke RS Dian Harapan.
    “Untuk dokter kandungan di rumah sakit Yowari hanya ada satu orang, namun sedang ada kegiatan di luar kota, sehingga kami koordinasi dengan RS Dian Harapan untuk dirujuk ke sana,” kata dia. 
    Dari koordinasi itu, pasien Irine Sokoy dirujuk ke RS Dian Harapan didampingi oleh dua perawat bersama keluarga menggunakan ambulans RSUD Yowari.
    Namun dalam perjalanan, kata dia, RS Dian Harapan mengabarkan melalui sambungan telephone bahwa ruang untuk
    BPJS Kesehatan
    kelas III sedang penuh dan dokter spesialis anastesi juga tidak ada.
    “Makanya pasien dibawa ke RSUD Abepura dengan alasan lokasi terdekat,” ucap dia.
    Saat pasien tiba di RSUD Abepura, ia ditolak dengan alasan ruang operasi sedang direnovasi, sehingga pasien dibawa ke RS Bhayangkara.
    Keluar dari RSUD Abepura, pasien dibawa ke RS Bhayangkara dengan pertimbangan lokasi terdekat dan pasien harus segera ditangani.
    Namun, saat sampai di sana, ruang untuk BPJS kelas III dalam keadaan penuh dan hanya tersedia ruang VIP, tetapi pasien harus membayar uang muka sebesar Rp 4 juta.
    “Di satu sisi keluarga tidak bawa uang, sehingga petugas kami minta untuk dilakukan tindakan, tetapi karena tidak terima akhirnya pasien dibawa menuju ke rumah sakit RSUD
    Jayapura
    ,” kata dia. 
    Dalam perjalanan ke
    RSUD Jayapura
    , pasien mengalami kejang-kejang sehingga mobil kembali ke RS Bhayangkara. Namun, dalam perjalanan itu, pasien menghembuskan nafas terakhir.
    Maryen Braweri mengaku bahwa seluruh prosedur sudah dilaksanakan oleh RSUD Yowari dalam menangani pasien.
    “Kita sudah melaksanakan sesuai prosedur yang ada. Di sini memang hanya ada 1 dokter dan saat itu berada di luar kota, namun petugas kita terus berkoordinasi dengan dokter dalam menangani pasien hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit lain,” ucap dia.
    Sementara itu, Direktur RS Bhayangkara, Rommy Sebastian mengatakan, pihaknya tak pernah menolak pasien rujukan.
    Hanya saja, pihak RSUD Yowari tak melalui prosedur rujukan yakni mengisi Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE).
    “Kami tak pernah menolak pasien, tapi yang jadi pertanyaan kenapa RSUD Yowari apakah rujukan itu sudah melalui prosedur? Karena setiap pasien rujukan harus mengisi SISRUTE agar bisa terbaca oleh kami, nah ini tidak dilakukan, jadi jangan salahkan kami,” katanya ketika dikonfirmasi pada Jumat sore.
    Selain itu, kata Rommy, pihaknya sudah memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa ruang untuk BPJS kelas III dalam keadaan penuh.
    “Pada saat itu, ruang untuk BPJS kelas III dalam keadaan penuh. Nah berdasarkan aturan bahwa maka tidak bisa naik kelas lagi. Artinya bahwa yang bersangkutan akan menjadi pasien umum, sehingga kami edukasi bahwa jika menjadi pasien umum, maka akan dikenakan tarif,” ucap dia. 
    Senada dengan itu, pihak Rumah Sakit Dian Harapan membantah menolak pasien rujukan dari RSUD Yowari.
    Pihak RSDH mengaku sudah menyampaikan kondisi layanan dan ketersediaan dokter dan ruang perawatan kepada petugas RSUD Yowari sebelum pasien dibawa.
    Saat itu, ruang NICU telah terisi penuh oleh delapan bayi, ruang kebidanan penuh, dan dokter spesialis Obgyn sedang cuti.
    Adapun dokter spesialis anastesi mitra yang akan dipanggil membutuhkan waktu koordinasi tambahan jika harus melakukan operasi darurat.
    Namun, saat pemberitahuan ini disampaikan, petugas RSUD Yowari sudah dalam perjalanan membawa pasien ke RS Dian Harapan.
    Petugas RSUD Yowari yang tiba di RS Dian Harapan sekitar pukul 01.10 WIT, kemudian meminta dokter jaga RS Dian Harapan memberikan cap rumah sakit dan mengedukasi keluarga pasien bahwa dokter Obgyn dan anestesi tidak siaga dan ruang perawatan penuh.
    Setelah penjelasan diterima, pihak keluarga memutuskan melanjutkan rujukan ke rumah sakit lain.
    Manajemen RS Dian Harapan menegaskan bahwa seluruh prosedur sudah dijalankan sesuai standar dan tidak ada unsur penolakan pasien.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi selidiki kasus begal di flyover Kampung Melayu Jaktim

    Polisi selidiki kasus begal di flyover Kampung Melayu Jaktim

    Jakarta (ANTARA) – Polsek Jatinegara menyelidiki kasus pembegalan yang menimpa seorang pengendara sepeda motor di jalan layang (flyover) Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur (Jaktim), Jumat dini hari.

    “Iya, masih dalam penyelidikan, ya, terkait kasus pembegalan di flyover Kampung Melayu, Jatinegara,” kata Kapolsek Jatinegara Kompol Samsono saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Dia menjelaskan peristiwa pembegalan itu terjadi pada Jumat pukul 01.00 WIB.

    Korban yang baru pulang bekerja itu dipukul oleh pelaku hingga tidak sadarkan diri dan mengalami patah tulang, sementara sepeda motornya raib.

    “Sehabis pulang bekerja, korban melintas di Jalan Abdullah Syafei melewati flyover Terminal Kampung Melayu. Setibanya di TKP (tempat kejadian perkara), korban dipukul dengan benda tumpul dan keras hingga korban tidak sadarkan diri dan terjatuh,” jelas Samsono.

    Saat tersadar, motor korban telah hilang. Seorang pengemudi ojek yang berada di sekitar lokasi itu kemudian membantu membawa korban yang mengalami luka cukup serius.

    “Ketika korban tersadar, motornya korban sudah hilang, dan korban sudah dibantu oleh pengemudi ojek, dan dibawa oleh ambulans ke Rumah Sakit Hermina Jatinegara,” ujar Samsono.

    Dia menyebutkan korban masih menjalani perawatan sehingga belum dapat memberikan keterangan langsung kepada penyidik.

    “Korban masih di rumah sakit,” ucap Samsono.

    Meski demikian, Polsek Jatinegara memastikan proses penyelidikan sudah berjalan. Tim penyelidikan telah diterjunkan ke lapangan untuk mengumpulkan berbagai keterangan awal terkait insiden tersebut.

    Pemeriksaan saksi, sambung dia, sejauh ini belum dilakukan karena laporan resmi baru masuk setelah keluarga korban mendatangi kantor polisi.

    Namun, upaya penggalian informasi tetap dilakukan untuk memetakan dugaan kronologi dan pola serangan pelaku.

    “Belum, karena masih belum ada laporan, hanya mencari keterangan,” tutur Samsono.

    Sementara itu, Kepala Unit Reserse Kriminal Umum Polres Metro Jakarta Timur AKP Eko Bayu menuturkan pihaknya telah menerima laporan dari pihak keluarga yang baru saja mendatangi kantor polisi.

    “Mengaku sebagai adik angkatnya, pihak keluarga korban baru saja datang untuk membuat laporan polisi,” ungkap Eko.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pengendara motor di Kampung Melayu dibegal hingga patah tulang

    Pengendara motor di Kampung Melayu dibegal hingga patah tulang

    Jakarta (ANTARA) – Seorang pengendara sepeda motor menjadi korban begal di jalan layang (flyover) Terminal Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (21/11) dini hari WIB hingga mengalami patah tulang.

    Saksi mata yang berada di lokasi, yakni Indra, menceritakan awalnya ia tengah melintas dan melihat ada keramaian orang di atas flyover tersebut.

    Setelah dicek, ternyata sepeda motor jenis Honda PCX 160 milik seorang pria tak dikenal dibawa kabur pelaku, sementara korban mengalami patah tulang kaki dan wajahnya bersimbah darah.

    “Saya sempat hubungi teman-teman ojek online (via WhatsApp) buat minta bantuan, karena ada korban begal,” kata Indra di Jakarta, Jumat.

    Setelah kejadian itu, kata dia, tidak ada pihak kepolisian yang mendatangi lokasi tersebut, hanya pengendara yang membantu korban.

    Indra sempat menghubungi ambulans untuk mengevakuasi korban ke rumah sakit karena tidak memungkinkan jika dibawa dengan menggunakan sepeda motor.

    Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Hermina untuk mendapatkan perawatan medis.

    “Saya bantu atur lalu lintas juga dan evakuasi korban, biar dapat penanganan medis cepat,” ucap Indra.

    Lebih lanjut, Indra mengaku tidak tahu jika kasus tersebut sudah dilaporkan ke polisi atau belum karena setelah membantu korban, ia memilih pulang ke rumah.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Respon Cepat Erupsi Gunung Semeru, UB Terjunkan Tim Medis ke Pronojiwo

    Respon Cepat Erupsi Gunung Semeru, UB Terjunkan Tim Medis ke Pronojiwo

    Malang (beritajatim.com) – Universitas Brawijaya (UB) bergerak cepat merespon bencana erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Rabu (19/11/2025). Melalui Emergency Medical Team (EMT), UB resmi mengirimkan tim respon cepat ke kawasan terdampak di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

    Langkah ini diambil guna memastikan penanganan kesehatan dan penyaluran logistik bagi para pengungsi dapat segera dilakukan. Tim gabungan ini membawa misi kemanusiaan dengan dukungan armada taktis berupa satu unit ambulans, satu unit motor trail untuk medan sulit, serta satu unit mobil bak terbuka pengangkut logistik.

    Ketua tim respon cepat, dr. Aurick Yudha Nagara, SpEM, menjelaskan bahwa rombongan yang dipimpinnya membawa perlengkapan darurat yang krusial, mulai dari obat-obatan ringan, tikar, selimut, hingga kebutuhan spesifik lainnya.

    Secara rinci, dr. Aurick menyebutkan bahwa tim relawan ini merupakan kolaborasi lintas fakultas yang terdiri dari 1 orang dokter, 2 orang pengemudi ambulans, 5 mahasiswa Emergency Medicine Team dari Fakultas Kedokteran, 4 anggota Emergency Response Team dari Fakultas Ilmu Kesehatan, serta 3 anggota Korps Suka Rela (KSR) UB.

    Terkait rute perjalanan menuju lokasi bencana, dr. Aurick memberikan keterangan langsung mengenai strategi pergerakan timnya agar bisa menembus lokasi dengan aman.

    “Tim berangkat malam tadi pukul 21.00 dari Fakultas Kedokteran lalu mengarah ke Kepanjen untuk pengambilan logistik dan lanjut Gondanglegi-Dampit-Ampelgading-Pronojiwo,” jelas Aurick saat dikonfirmasi.

    Ia menambahkan secara tidak langsung bahwa selain fokus pada pemeriksaan kesehatan, tim juga memprioritaskan distribusi bahan makanan serta kebutuhan khusus untuk kelompok rentan seperti wanita dan anak-anak.

    Salah satu keunggulan respon bencana kali ini adalah pelibatan teknologi digital yang relevan bagi generasi muda. Tim tidak hanya mengandalkan kemampuan fisik, tetapi juga data spasial.

    Dr. Adipandang Yudono, S.Si., M.U.R.P., Ph.D., selaku inisiator sistem pemetaan, mengungkapkan bahwa tim lapangan didukung oleh laporan observasi berbasis web. Peta digital ini dapat diakses publik melalui laman s.ub.ac.id/gisresponsemeru, sebuah sistem yang pernah teruji keandalannya saat erupsi Semeru tahun 2021.

    Sinergi antara kecepatan tim medis dan akurasi teknologi pemetaan ini diharapkan mampu mengoptimalkan proses evakuasi dan pelayanan bagi masyarakat terdampak di kaki Gunung Semeru.

    Dalam penjelasannya, Dr. Adipandang menegaskan pentingnya data radius bahaya bagi keselamatan relawan dan warga “Dengan update hingga radius 5, 10, dan 15 km dari Semeru, (sistem ini) memudahkan tim untuk bekerja di lapangan,” ujar Dr. Adipandang pada beritajatim.com, Kamis (20/11/2025). [dan/aje]

     

  • Pelaku Beli Bahan Bom via Online, Ngaku ke Orang Tua untuk Ekskul

    Pelaku Beli Bahan Bom via Online, Ngaku ke Orang Tua untuk Ekskul

    Ledakan terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta, Jalan Prihatin, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025). Insiden itu terjadi saat khotbah Jumat tengah berlangsung.

    Hal itu diungkap Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohamad Yohan berdasar keterangan salah satu guru Matematika SMA 72 Jakarta. Dia mengatakan, ratusan siswa dan guru saat itu sedang mengikuti khotbah Jumat di aula sekolah.

    “Ketika khotbah Jumat sedang berlangsung, tiba-tiba terdengar suara ledakan cukup keras dari arah belakang aula,” kata Yohan dalam keterangannya, Jumat (7/11/2025).

    Saksi mata, Totong menceritakan, ledakan terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Saat itu, siswa dan guru SMA Negeri 72 sedang melaksanakan salat Jumat di masjid.

    “Saya kan lagi salat Jumat, di saf paling depan, ya langsung meledak. Pas ledakan langsung bubar, langsung pada keluar semua karena takut,” cerita Totong, Jumat (7/11/2025).

    Totong mengaku mendengar suara ledakan keras dari tiga arah berbeda, baik di dalam maupun luar area sekolah. Menurutnya, ledakan itu terjadi secara berurutan, bukan dalam satu waktu bersamaan.

    “Ledakan tidak barengan. Setelah di satu titik, satu lagi. Jarak suaranya nggak lama,” ujarnya.

    Setelah ledakan di tiga titik terjadi, Totong menyebut jemaah langsung menghubungi ambulans dan aparat penegak hukum. Tak lama, ambulans tiba di lokasi.

    Dia melihat puluhan orang mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut. Mereka langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Cempaka Putih.

    “Korban dibawa ke RS Islam Cempaka Putih,” ucapnya.

  • Jenazah Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengapung di Perairan Selat Bali, Polisi Lakukan Identifikasi
                
                    
                        
                            Denpasar
                        
                        20 November 2025

    Jenazah Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengapung di Perairan Selat Bali, Polisi Lakukan Identifikasi Denpasar 20 November 2025

    Jenazah Pria Tanpa Identitas Ditemukan Mengapung di Perairan Selat Bali, Polisi Lakukan Identifikasi
    Tim Redaksi
    JEMBRANA, KOMPAS
    – Jenazah tanpa identitas ditemukan mengapung di perairan Selat Bali pada Kamis (20/11/2025).
    Jenazah tersebut telah dievakuasi dan saat ini dalam
    proses identifikasi
    oleh polisi.
    Kasat Polairud
    Polres Jembrana
    , AKP I Putu Suparta menyampaikan bahwa jenazah itu kali pertama ditemukan oleh seorang nelayan bernama Imron (50).
    Saat itu, Imron dalam perjalanan pulang dari melaut sekitar pukul 04.30 Wita.
    Di tengah laut, ia melihat tubuh seorang laki-laki mengambang di permukaan air.
    Lokasi penemuan berada di perairan wilayah Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Provinsi
    Bali
    .
    Ia kemudian merekam penemuan itu dan memberi tahu rekannya, Alek (40), yang sedang berada di darat.
    Sekitar pukul 05.20 Wita, Alek menghubungi piket Sat Polairud Polres Jembrana untuk melaporkan kejadian tersebut.
    Petugas lalu menuju lokasi.
    Jenazah dievakuasi dan dibawa ke daratan menggunakan perahu nelayan.
    Pada pukul 07.00 Wita, perahu tiba di Break Water Timur Pelabuhan Perikanan Pengambengan untuk evakuasi lanjutan.
    Korban diketahui berjenis kelamin laki-laki, tinggi sekitar 150 sentimeter, tanpa pakaian, dan kondisi kulit tubuh sudah mengelupas.
    Ia menyampaikan, hingga kini identitas jenazah tersebut belum diketahui.
    “Kami sudah melakukan olah tempat kejadian, menghimpun keterangan saksi. Perkembangan lanjutan akan segera disampaikan setelah proses identifikasi selesai,” ujarnya.
    Jenazah langsung dievakuasi ke RSUD Negara menggunakan ambulans Dokkes Klinik Pratama Polres Jembrana.
    Polres Jembrana mengimbau masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga agar segera menghubungi kantor kepolisian terdekat atau layanan darurat 110.
    Pihak kepolisian masih menunggu hasil pemeriksaan medis untuk memastikan penyebab kematian dan identitas korban.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.