Selingkuh saat Suami Merantau, IRT di Kupang Buang Bayinya ke Rumah Tetangga
Tim Redaksi
KUPANG, KOMPAS.com
– Aparat Kepolisian Sektor (Polsek) Fatuleu, Kabupaten Kupang,
Nusa Tenggara Timur
(NTT), menangkap seorang ibu rumah tangga (IRT) berinisial AS (31) karena membuang bayinya di rumah tetangga.
AS membuang bayi hasil hubungan
perselingkuhan
dengan seorang kakek berusia 66 tahun berinisial DS.
“Pelakunya sudah kita tangkap tadi malam dan dibawa ke Polsek,” kata Kepala
Polsek Fatuleu
, Inspektur Polisi Satu (Iptu) Markus Tameno, kepada
Kompas.com
, Minggu (30/3/2025).
Markus menuturkan, penangkapan itu bermula ketika adanya kasus pembuangan bayi yang masih hidup di tempat cuci piring belakang rumah warga Desa Kiuoni, Kecamatan Fatuleu, bernama Eben Suan, pada tanggal 27 Maret 2025 lalu.
Pihak Polsek menyelidiki kasus itu dengan memeriksa sejumlah saksi.
Kemudian, pada Sabtu, 29 Maret 2025, petang, Iptu Markus Tameno menerima informasi bahwa pembuang bayi itu adalah seorang IRT asal Desa Kiuoni.
Menindaklanjuti informasi tersebut, tim gabungan yang terdiri dari Kapolsek Fatuleu, Camat Fatuleu, anggota piket Polsek Fatuleu, dan petugas medis Puskesmas Fatuleu berangkat menuju Desa Kiuoni menggunakan mobil ambulans milik Puskesmas Fatuleu.
Tiba di lokasi pada pukul 18.30 Wita, tim langsung mengumpulkan keterangan dari AS serta saksi-saksi lainnya.
Selain itu, tim juga mengamankan barang bukti yang diduga digunakan saat proses persalinan hingga pembuangan bayi.
Pada pukul 19.35 Wita, AS bersama barang bukti dan kakek DS sebagai ayah bayi itu dibawa ke Markas Polsek Fatuleu untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Ibu dari bayi tersebut berinisial AS, seorang ibu rumah tangga, dan berdomisili di RT 009/RW 005, Dusun III, Desa Kiuoni, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang. Sementara itu, laki-laki yang diduga sebagai ayah biologis bayi adalah DS, seorang petani berusia 66 tahun yang juga tinggal di alamat yang sama,” ungkap Markus.
Markus menyebut, suami sah AS adalah AT yang saat ini sedang merantau di Pulau Kalimantan.
Sejumlah barang bukti telah diamankan dari lokasi kejadian, di antaranya sebuah linggis, satu karung berwarna kuning, satu lembar sarung lipat, serta plasenta atau ari-ari yang dibungkus dengan rok merah.
Kepada polisi, AS mengaku melahirkan bayinya pada Rabu, 26 Maret 2025, sekitar pukul 21.00 Wita di rumah kebunnya yang berjarak sekitar 25 meter dari rumah tinggalnya.
Dia melahirkan tanpa bantuan orang lain.
Setelah melahirkan, AS bersama bayinya beristirahat di lokasi tersebut tanpa sepengetahuan orang lain.
Pada Kamis, 27 Maret 2025, sekitar pukul 04.00 Wita, AS membawa bayinya yang terbungkus kain menuju rumah Eben Suan.
Di sana, ia mengambil plastik hitam dan kardus bekas yang disimpan di belakang rumah, memasukkan bayinya ke dalam plastik tersebut, lalu meletakkannya di atas tempat cuci piring.
Setelah itu, AS kembali ke rumahnya, meninggalkan bayi tersebut hingga akhirnya ditemukan oleh Eben Suan dan istrinya pada pagi hari.
Informasi mengenai ibu kandung bayi diperoleh melalui kerja sama antara Polsek Fatuleu, pihak kecamatan, aparat desa, dan masyarakat setempat yang melakukan pencarian sejak bayi tersebut ditemukan.
AS dan DS diduga menjalin hubungan perselingkuhan.
DS juga masih memiliki hubungan keluarga dengan suami sah AS.
Motif sementara dari tindakan AS membuang bayinya diduga karena rasa malu dan takut jika perselingkuhannya diketahui oleh sang suami.
Saat ini, barang bukti dan DS telah diamankan di Mapolsek Fatuleu untuk proses hukum lebih lanjut.
Sebelumnya diberitakan, warga Dusun III, Desa Kiuoni, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, dihebohkan dengan penemuan seorang bayi perempuan yang ditinggalkan di dalam kardus bekas, Kamis (27/3/2025) dini hari.
Bayi tersebut ditemukan dalam kondisi terbungkus kain cokelat dan plastik hitam di area tempat cuci piring rumah milik Eben Hangri Suan (50).
Penemuan bayi itu kemudian dilaporkan ke polisi di Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Fatuleu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Transportasi: Ambulans
-
/data/photo/2025/03/30/67e8d483e30a9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Selingkuh saat Suami Merantau, IRT di Kupang Buang Bayinya ke Rumah Tetangga Regional 30 Maret 2025
-

Kecelakaan Maut di Denpasar, Pemotor Bonceng Tiga vs Truk Boks, Remaja 12 Tahun Tewas – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Tragedi kecelakaan maut terjadi di Simpang Tohpati, Denpasar, Bali, melibatkan sepeda motor dan truk boks, Sabtu (29/3/2025) dini hari.
Kecelakaan ini menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya.
Kecelakaan terjadi pada pukul 02.00 WITA di perempatan Jalan WR Supratman By Pass Ngurah Rai, Km 6, Denpasar Timur.
Pengendara sepeda motor Yamaha NMAX, yang dikemudikan oleh seorang pria berinisial IKES (21), bergerak dari arah timur menuju barat.
Sementara itu, truk boks melaju dari selatan menuju utara.
Setibanya di lokasi, IKES yang berbonceng tiga orang tidak dapat mengendalikan kendaraannya dan terjadi tabrakan dengan truk boks.
“Setibanya di TKP, pengendara Yamaha NMAX dengan kecepatan sedemikan, memasuki persimpangan serta berbonceng tiga orang, tidak dapat mengendalikan kendaraannya sehingga terjadi tabrakan,” ungkap Kasat Lantas Polresta Denpasar, AKP Yusuf Dwi Admojo kepada Tribun Bali.
Dalam kecelakaan tersebut, remaja berusia 12 tahun berinisial PDAW meninggal dunia di lokasi kejadian.
Sementara itu, penumpang lainnya, GA (23), mengalami luka lecet di pipi kiri dan merasakan sakit di beberapa bagian tubuh.
GA saat ini dirawat di RSUP Prof. Ngoerah Bali.
IKES juga mengalami luka lecet, terutama di pipi kiri dan deformitas pada paha kiri.
Jenazah PDAW dievakuasi ke RSUP Prof. Ngoerah Bali menggunakan ambulans milik BPBD Kota Denpasar.
Pada saat kejadian, lampu lalu lintas di lokasi kecelakaan dalam kondisi kuning, yang mengindikasikan pengendara harus berhati-hati.
Saat itu lampunya (traffic light) semuanya dalam kondisi kuning (berhati-hati). Saat ini kami masih periska saksi-saksi,” tambah AKP Yusuf.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Kesaksian Nakes Pasca Gempa Dahsyat Myanmar, Korban Terus Berdatangan ke RS
Jakarta –
Di tempat parkir Rumah Sakit Umum Mandalay, Myanmar, puluhan pasien dengan kepala dan lengan diperban terbaring di atas tandu atau kardus. Banyak lainnya berbaring langsung di atas beton.
“Korban luka terus berdatangan, tetapi kami kekurangan dokter dan perawat,” kata dr Kyaw Zin, seorang dokter bedah di rumah sakit tersebut, dikutip dari NY Times, Sabtu (29/3/2025).
“Penyeka kapas hampir habis,” lanjutnya.
Ia mengatakan bahwa rumah sakit itu dipenuhi korban luka setelah gempa berkekuatan 7,7 skala Richter pada hari Jumat, hingga tidak ada ruang untuk berdiri. Saluran telepon terputus, membuatnya tidak bisa menghubungi orang tuanya.
“Saya sangat khawatir dengan orang tua saya,” ujarnya. “Tapi saya belum bisa pulang. Saya harus menyelamatkan nyawa di sini terlebih dahulu.”
dr Kyaw Zin mengatakan ia hendak memulai operasi ketika gempa terjadi. Semua orang, termasuk pasien, panik dan berlarian keluar. Pada Jumat sore, sirine ambulans meraung-raung. Korban luka terus berdatangan.
Para perawat memeriksa pasien di tempat parkir, beberapa di antaranya terhubung ke infus. Suara rintihan minta tolong terdengar di mana-mana, sementara bau darah menyengat di tengah panas yang terik.
Junta militer menyatakan mereka belum mengetahui jumlah pasti korban tewas. Kerusakan infrastruktur berisiko menghambat akses ke wilayah yang telah lama berjuang di tengah perang saudara yang brutal. Episentrum gempa, wilayah Sagaing, merupakan pusat perlawanan terhadap kekuasaan militer.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa informasi masih sulit diperoleh akibat gempa susulan dan gangguan sistem komunikasi. WHO juga menambahkan bahwa mereka tengah berupaya mengirim pasokan medis darurat dari pusat logistiknya untuk membantu Myanmar.
(suc/suc)
-

144 Orang Dinyatakan Tewas Akibat Gempa di Myanmar, USGS Sebut Korban Lebih dari 10.000 Orang – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Dalam update terbaru, sebanyak 144 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,7 SR yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3/2025) kemarin.
Kepala pemerintahan militer Myanmar melaporkan 730 orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat gempa bumi tersebut.
Dikutip dari India Today, Junta Militer Myanmar telah mengumumkan keadaan darurat di beberapa daerah, dan segera meminta bantuan dari negara-negara lain.
Namun, informasi tentang tingkat kerusakan masih belum jelas. Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa rumah hancur dan jalan retak.
Sementara itu di Bangkok, Thailand, yang terdampak akibat gempa di Myanmar melaporkan setidaknya 10 orang tewas.
Wakil Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul mengatakan ada kemungkinan lebih banyak mayat akan ditemukan di reruntuhan bangunan, dengan lebih dari 101 orang terjebak dan tim penyelamat akan bekerja sepanjang malam.
Kematian lainnya dikonfirmasi setelah sebuah crane runtuh di tempat lain di kota tersebut.
Menurut media pemerintah Myanmar, gempa bumi tersebut menyebabkan runtuhnya bangunan di lima kota besar dan kecil, serta jembatan kereta api dan jembatan jalan di Jalan Tol Yangon-Mandalay.
Jembatan Ava yang ikonik berusia 90 tahun di Mandalay runtuh ke Sungai Irrawaddy setelah gempa bumi dahsyat tersebut.
Gambar-gambar visual juga telah muncul yang memperlihatkan menara jam yang runtuh dan bagian-bagian Istana Mandalay yang bersejarah yang rusak.
Dikutip dari CNN, Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) memperkirakan jumlah korban tewas akibat gempa di Myanmar dapat melampaui 10.000 orang.
USGS mengeluarkan peringatan merah untuk perkiraan jumlah korban jiwa akibat gempa bumi, yang menunjukkan “jumlah korban yang tinggi dan kerusakan yang luas.”
Junta Militer Minta Bantuan
Gempa bumi berkekuatan 7,7 SR yang terjadi sekitar pukul 12.50 siang waktu setempat itu merupakan gempa bumi ketiga yang mengguncang wilayah itu dalam satu abad terakhir.
Gempa susulan berkekuatan 6,7 SR tercatat sekitar 11 menit kemudian, gempa pertama dari beberapa gempa besar yang terjadi setelah gempa pertama.
Guncangan gempa terasa hingga Bangladesh, Vietnam, Thailand, dan China selatan, tempat media berita pemerintah melaporkan bahwa sejumlah orang yang tidak disebutkan jumlahnya terluka di Ruili, dekat perbatasan Myanmar.
Dikutip dari The Straits Times, Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra menyatakan Bangkok sebagai “daerah darurat” dan mendesak penduduk untuk mengungsi dari gedung-gedung tinggi jika terjadi gempa susulan.
Di Myanmar, saat para korban yang mengalami pendarahan dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans, mobil, dan sepeda motor, seorang dokter bedah di Rumah Sakit Umum Mandalay mengatakan begitu banyak orang yang datang untuk berobat sehingga para perawat kehabisan penyeka kapas dan dia tidak punya tempat untuk berdiri.
“Korban luka terus berdatangan, tetapi kami kekurangan dokter dan perawat,” kata dokter bedah, Dr. Kyaw Zin.
Puluhan pasien di RS Mandalay melarikan diri dari gedung tersebut ketika gedung tersebut berguncang dan bergetar, berdesakan di tempat parkir di dekatnya.
Beberapa pasien masih terhubung dengan infus dan tabung oksigen.
Bencana gempa ini memperparah tantangan besar yang dihadapi para penguasa militer Myanmar, yang menggulingkan pemerintahan terpilih pada tahun 2021 dan telah membatasi kontak negara tersebut dengan dunia luar.
Junta militer terus melemah sejak saat itu, kehilangan wilayah kekuasaannya dari pemberontak di tengah perang saudara berdarah yang telah menyebabkan hampir 20 juta dari sekitar 54 juta penduduk negara itu tidak memiliki cukup makanan atau tempat tinggal bahkan sebelum gempa, menurut pejabat PBB.
Selama bencana-bencana sebelumnya, seperti Siklon Mocha pada tahun 2023 dan Siklon Nargis pada tahun 2008, penguasa militer Myanmar membatasi aliran bantuan internasional ke daerah-daerah yang terkena dampak keras yang didominasi oleh musuh-musuh mereka.
Namun kali ini, para pemimpin junta segera meminta bantuan internasional dan mengumumkan keadaan darurat di enam wilayah negara itu, kantor berita melaporkan, termasuk Mandalay dan Naypyitaw.
“Kami membutuhkan dan menginginkan masyarakat internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan,” kata juru bicara militer, Jenderal Zaw Min Tun.
“Kami akan bekerja sama dengan mereka untuk memastikan perawatan terbaik bagi para korban,” lanjutnya.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan organisasi tersebut bergerak untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
PBB mengatakan telah mengalokasikan dana awal sebesar US$5 juta dari dana daruratnya untuk membantu operasi penyelamatan nyawa di Myanmar.
Presiden AS, Donald Trump mengatakan pihaknya juga akan memberikan bantuan kepada Myanmar.
“Ini situasi yang sangat buruk, dan kami akan membantu,” katanya di Ruang Oval.
“Kami sudah berbicara dengan negara itu,” ungkap Trump.
(*)





