Transportasi: Ambulans

  • Viral Satpam RS di Bekasi Dibanting Keluarga Pasien Gara-gara Hal Sepele, Berujung Koma 4 Hari – Halaman all

    Viral Satpam RS di Bekasi Dibanting Keluarga Pasien Gara-gara Hal Sepele, Berujung Koma 4 Hari – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Viral seorang satpam Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi bernama Sutiyono (39) dibanting oleh keluarga pasien.

    Sutiyono menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh keluarga pasien berinisial AF pada Sabtu (29/3/2025) sekira pukul 22.00 WIB.

    AF memiting dan membanting Sutiyono hingga kepala korban terkena lantai lorong lajur kendaraan.

    Bantingan tersebut membuat korban langsung kejang-kejang.

    Bahkan akibat penganiayaan tersebut, Sutiyono mengalami koma selama empat hari, seperti dikutip dari Kompas.

    Aksi AF itu juga terekam CCTV dan videonya viral di media sosial.

    Kuasa Hukum Sutiyono, Subadria Nuka, mengungkapkan tentang keadaan Sutiyono setelah kejadian penganiayaan tersebut.

    Ia menjelaskan, Sutiyono perlu melewati perawatan intensif di ruang ICU sampai empat hari.

    Mirisnya, pihak pelaku belum menemui keluarga korban untuk meminta maaf hingga Rabu (9/4/2025).

    “Setelah empat hari berlalu, keluarga pelaku sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau meminta maaf,” ucap Subadria.

    Yustinus Stein Siahaan, Kuasa Hukum Sutiyono lainnya juga menjelaskan, jajaran RS Mitra Keluarga Bekasi Barat terus mendukung penuh proses hukum yang berjalan.

    Bukti nyata satu dukungannya dengan memberikan rekaman CCTV dan bukti lainnya yang dibutuhkan penyidik.

    “Rumah sakit sudah merespons, tinggal menunggu proses hukum di kepolisian. Semua bukti yang diperlukan akan disediakan oleh pihak rumah sakit,” singkat Yustinus, Rabu (9/4/2025).

    Berdasarkan keterangan Kanit Reskrim Polsek Bekasi Selatan, AKP Imam Prakoso, saat kejadian Sutiyono mengalami muntah sampai kejang.

    AKP Imam Prakoso menjelaskan bahwa belum diketahui  luka apa saja yang dialami Sutiyono setelah kejadian penganiayaan oleh AF.

    Hal ini lantaran aparat masih menunggu Sutiyono pulih dari kondisinya saat ini.

    “Iya (muntah dan kejang) infonya pas dipukul terbentur kepalanya, terbentur hingga ke lantai,” kata Imam.

    “Kalau luka belum tahu, korban belum diperiksa karena masih dirawat, nanti setelah sehat baru korban divisum dan baru diperiksa kemudian tahu seperti apa kronologis dari sisi korban,” lanjut Imam.

    Kejadian penganiayaan ini bermula saat Sutiyono menegur AF lantaran memarkir mobilnya sembarangan.

    Mobil yang dibawa AF menghalangi jalur ambulans hingga mobil-mobil lainnya.

    “Awalnya suami saya negur dia (AF) parkirnya kurang maju, tidak sesuai prosedur dari RS karena menghalangi jalurnya ambulans, menghalangi mobil-mobil yang lain untuk lewat,” jelas Ratrichsani (30), istri Sutiyono, dikutip dari Wartakota.

    AF juga disebut sering membunyikan klakson mobil bahkan menggeber knalpot mobil saat melaju menuju area parkir.

    Ratri menjelaskan bahwa suaminya sempat menegur AF gara-gara hal tersebut.

    Sutiyono melakukan hal tersebut karena apa yang dilakukan AF bisa mengganggu pasien-pasien yang ada di IGD (Instalasi Gawat Darurat).

    “Dia (AF) nyalain knalpot brong, klakson-klakson, berisik, sampai terdengar di ruangan IGD,” papar Ratri.

    Namun AF malah tak terima ditegur dan mendorong Sutiyono menggunakan kedua tangan.

    Selanjutnya Sutiyono dipiting hingga dibanting dengan posisi kepala mengenai permukaan lantai.

    Akibat kejadian itu, Sutiyono sempat kejang-kejang di lokasi.

    Bukannya reda, AF masih memiting Sutiyono saat kondisi korban kejang-kejang.

    Kemudian Sutiyono langsung dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan medis.

    “Dia dibanting dan di-smackdown (dipiting) gitu loh tangannya, jadi pas dia sudah kejang, dia masih dipiting,” ungkap dia.

    (Tribunnews.com/Ika Wahyuningsih, Wartakota/Rendy Rutama)

  • PMI Jakbar layani ratusan penumpang terminal selama Lebaran

    PMI Jakbar layani ratusan penumpang terminal selama Lebaran

    Jakarta (ANTARA) – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Jakarta Barat melayani 282 penumpang di Terminal Kalideres dan Terminal Grogol selama angkutan Lebaran, mulai 24 Maret 2025 hingga 6 April 2025.

    “Ada 282 penumpang yang kita layani, yakni 220 di Terminal Kalideres, 62 di Terminal Grogol,” kata Ketua PMI Jakarta Barat, Beky Mardani di Jakarta, Rabu.

    Ratusan penumpang terminal tersebut datang ke posko PMI yang sudah disiapkan di kedua terminal, lalu menyampaikan keluhan mereka. Rata-rata keluhan penumpang, yakni pusing, kelelahan, nyeri sendi, hipertensi dan lainnya.

    “Jadi, kita di satu posko kan ada satu dokter, satu perawat, satu relawan dan satu sopir ambulans. Penumpang yang perlu obat akan kita berikan. Sebagian lagi kita beri nasihat medis saja,” katanya.

    Selain layanan serta konsultasi medis, PMI Jakbar juga menyalurkan 50 paket family kit bagi para penumpang di Terminal Kalideres.

    “Satu paket isinya tisu, minyak angin, masker dan obat-obatan ringan,” ujar Beky.

    Posko PMI di Terminal Kalideres dibuka mulai pukul 08.00-17.00 WIB, sementara di Terminal Grogol mulai pukul 15.00-22.00 WIB.

    “Masing-masing posko ada tim siaga dan satu ambulans,” kata dia.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Gaza Telah Menjadi Ladang Pembantaian, Lingkaran Kematian yang Tak Berujung

    Gaza Telah Menjadi Ladang Pembantaian, Lingkaran Kematian yang Tak Berujung

    PIKIRAN RAKYAT – Kerusakan masif serta banyaknya jumlah korban genosida di Gaza telah menuai kecaman dunia. Namun, Israel tetaplah Israel yang bebal dan tak mengindahkan kecaman tersebut.

    Berdasarkan data Kementerian Kesehatan setempat, sejak serangan Israel ke Gaza Oktober 2023 lalu, Israel telah menewaskan 50.810 warga Palestina yang sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 115.688 lainnya.

    Banyaknya korban jiwa serta kerusakan masif yang semakin meluas, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengatakan Gaza telah menjadi “ladang pembantaian”.

    Selain itu, dia menyebut Gaza telah dibiarkan dengan kondisi yang mengenaskan tanpa setetes bantuan pun lebih dari sebulan. Situasi ini begitu mengerikan dan membuat penduduk Palestina di wilayah tersebut tersiksa.

    “Lebih dari sebulan penuh telah berlalu tanpa setetes pun bantuan ke Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada bahan bakar. Tidak ada obat-obatan. Tidak ada pasokan komersial,” katanya kepada wartawan di New York.

    “Ketika bantuan telah habis, pintu air kengerian telah terbuka kembali. Gaza adalah ladang pembantaian dan warga sipil berada dalam lingkaran kematian yang tak berujung,” tuturnya dilaporkan WAFA.

    Tak hanya melakukan genosida, Israel juga tak mengizinkan bantuan internasional masuk ke kawasan tersebut. Padahal, bantuan sangat diperlukan oleh warga Palestina di Gaza yang kian hari berada dalam situasi sulit.

    “Tidak ada pasokan kemanusiaan yang dapat memasuki Gaza. Sementara itu, di titik-titik penyeberangan, pasokan makanan, obat-obatan, dan tempat berlindung menumpuk, dan peralatan vital tertahan,” kata Guterres.

    “Saya tegaskan, kami tidak akan berpartisipasi dalam pengaturan apa pun yang tidak sepenuhnya menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan: kemanusiaan, imparsialitas, independensi, dan netralitas. Akses kemanusiaan tanpa hambatan harus dijamin,” katanya.

    Guterres juga turut menanggapi usulan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang ingin memindahkan warga Palestina ke berbagai negara.

    “Warga Palestina memiliki hak untuk hidup di Palestina, di negara Palestina, berdampingan dengan negara Israel. Dipaksa untuk dipindahkan adalah melanggar hukum internasional,” tuturnya.

    Setidaknya 58 warga Palestina tewas dan 213 lainnya terluka di Jalur Gaza selama 25 jam terakhir akibat genosida Israel yang sedang berlangsung di wilayah tersebut, menurut laporan medis.

    Menurut sumber yang sama, layanan darurat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan mayat yang terjebak di bawah reruntuhan atau berserakan di jalan.

    Di sisi lain pasukan pendudukan Israel terus menargetkan ambulans dan kru pertahanan sipil dalam genosida di Gaza.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Penganiaya Satpam RS Mitra Keluarga Belum Ditangkap, Istri Korban Takut Disekap – Halaman all

    Penganiaya Satpam RS Mitra Keluarga Belum Ditangkap, Istri Korban Takut Disekap – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BEKASI- Ratrichsani (30) kini mengaku cemas karena AF (25), pemuda yang menganiaya suaminya Sutiyono (39) belum ditangkap.

    Sutiyono adalah satpam di RS Mitra Keluarga Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Dia dianiaya AF saat bertugas.

    Usai kejadian, Ratrichsani mengaku diancam oleh keluarga AF akan didatangi kelompok Organisasi Masyarakat (Ormas).

    “Katanya bapaknya pelaku dia (AF) ini mau bawa ormas satu Bekasi, terus dia mau bawa Polda (Polisi),” kata Ratri, Rabu (9/4/2025).

    Berdasarkan hal itu, Ratri mengaku khawatir terhadap keluarganya dan nasib suaminya tersebut.

    Sehingga ia berharap kepada polisi segera menangkap pelaku.

    “Reaksi saya takut disekap, makanya harapan semoga cepat ditangkep, proses berjalan lancar,” harapnya.

    Soso pelaku terungkap

    Kanit Reskrim Polsek Bekasi Selatan, AKP Imam Prakoso mengatakan identitas AF terindentifikasi dengan menyelidiki berdasarkan keluarga yang saat kejadian tengah dirawat atau sebagai pasien di RS tersebut.

    “Sudah teridentifikasi data pelakunya orang Bekasi juga karena pelaku keluarga pasien memang ada keluarga yang dirawat di rumah sakit jadi datanya udah lengkap tinggal nunggu momen aja,” kata Imam, Rabu (9/4/2025). 

    Sementara Kuasa Hukum Sutiyono, Yustinus Stein Siahaan mengatakan kalau AF adalah laki-laki kelahiran tahun 2000 dan berstatus sebagai mahasiswa aktif di sebuah kampus swasta kawasan Jawa Timur.

    “Yang kami dapat datanya kalau AF masih mahasiswa ya di kampus swasta di daerah Jawa Timur, masih muda kelahiran 2000, inisialnya AF,” kata Stein, Rabu (9/4/2025).

    Stein menjelaskan kalau AF juga bertempat tinggal di perumahan elite kawasan Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.

    Terkini, AF justru dikabarkan tengah pergi ke luar kota, yakni daerah Pontianak, Kalimantan Barat.

    “Yang kami dapat informasinya bahwasannya di story IG-nya itu sebelum dihapus, itu dia ada di Pontianak,” jelas Stein.

    Seperti diketahui, Sutiyono (39) menjadi korban penganiayaan serupa peragaan smackdown saat bertugas oleh AF.

    Kronologis kejadian
    Penganiayaan itu bermula dari AF sempat ditegur oleh Sutiyono karena parkir mobil sembarangan.

    Mobil AF menghalangi jalur ambulans hingga kendaraan pengunjung.

    “Awalnya suami saya negur dia (AF) parkirnya kurang maju, tidak sesuai prosedur dari RS karena menghalangi jalurnya ambulans, menghalangi mobil-mobil yang lain untuk lewat,” kata Ratri Rabu (9/4/2025).

    Tidak hanya itu, Ratri menjelaskan suaminya itu sempat juga menegur AF karena kerap membunyikan klakson mobil hingga menggeber knalpot mobil ketika melaju menuju area parkir.

    Teguran ini dilakukan Sutiyono karena dapat menganggu ketenangan para pasien yang berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD).

    “Dia (AF) nyalain knalpot brong, klakson-klakson, berisik, sampai terdengar di ruangan IGD,” jelasnya.

    Ratri menuturukan pasca teguran dilakukan, AF justru tidak terima dan langsung mendorong Sutiyono menggunakan kedua tangan.

    Selanjutnya Sutiyono dipiting hingga dibanting dengan posisi kepala mengenai permukaan lantai.

    Akibat kejadian itu, Sutiyono sempat kejang-kejang di lokasi.

    Mirisnya lagi, saat kondisi kejang-kejang, AF masih memiting Sutiyono.

    Kemudian Sutiyono langsung dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan medis.

    “Dia dibanting dan di-smackdown (dipiting) gitu loh tangannya, jadi pas dia sudah kejang, dia masih dipiting,” tuturnya.

    Menanggapi hal itu, Kuasa Hukum Sutiyono, Subadria Nuka menyampaikan pasca kejadian, korban perlu melewati perawatan intensif di ruang ICU hingga empat hari.

    Namun hingga kini, Rabu (9/4/2025) sejak awal kejadian Sabtu (29/3/2025) sekira pukul 22.00 WIB, pihak pelaku belum ada etika menemui keluarga korban untuk meminta maaf.

    “Setelah empat hari berlalu, keluarga pelaku sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau meminta maaf,” ucap Subadria, Rabu (9/4/2025).

    Subadria menegaskan jajaran RS Mitra Keluarga Bekasi Barat teus mendukung penuh proses hukum yang berjalan.

    Bukti nyata satu dukungannya dengan memberikan rekaman CCTV dan bukti lainnya yang dibutuhkan penyidik.

    “Rumah sakit sudah merespons, tinggal menunggu proses hukum di kepolisian. Semua bukti yang diperlukan akan disediakan oleh pihak rumah sakit,” tutup Subadria.

    Sebagai informasi, peristiwa yang dilakukan Bang Jago AF selaku keluarga pasien RS Mitra Keluarga Bekasi Barat sebelumnya terjadi pada Sabtu (29/3/2025) sekira pukul 22.00 WIB.

    Peristiwa itu pun viral di sejumlah platform sosial media (Sosmed) yang memperlihatkan cuplikan video cctv sebelum penganiayaan terjadi. (m37)

    Penulis: Rendy Rutama

  • Polisi yang Tewas Dalam Mobil di Cibinong Diduga Serangan Jantung
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 April 2025

    Polisi yang Tewas Dalam Mobil di Cibinong Diduga Serangan Jantung Megapolitan 9 April 2025

    Polisi yang Tewas Dalam Mobil di Cibinong Diduga Serangan Jantung
    Tim Redaksi
    DEPOK, KOMPAS.com 
    – Bripka SU, anggota Polresta Metro Depok yang ditemukan meninggal dunia di mobilnya yang terparkir di Jalan Raya Dadi Kusmayadi, Kampung Cipayung, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Selasa (8/4/2025) memiliki riwayat penyakit jantung.
    “Iya betul (korban punya riwayat penyakit jantung). Yang bersangkutan sudah pernah pasang
    ring
    ,” ujar Kasi Humas Polres Metro Depok Iptu Made Budi saat dikonfirmasi
    Kompas.com,
    Rabu (9/4/2025).
    SU yang merupakan Kepala Pos Polisi (Kapospol) Jatimulya, Polsek Sukmajaya ini diduga mengalami serangan jantung saat mengemudi menuju rumahnya di Cilodong, Kota Depok.
    Serangan jantung itu muncul saat korban sedang mengendarai mobil seorang diri dari arah kantor Pemda Bogor, sesaat setelah melewati RSUD Cibinong I.
    “Dia mengendarai mobil seorang diri, kemudian menabrak pohon,” jelas Made.
    Korban kini sudah dimakamkan di TPU Wakaf Keluarga daerah Cilodong pada Rabu (9/4/2025) pagi.
    Adapun jasad Bripka SU pertama kali ditemukan oleh petugas keamanan rumah sakit yang sedang bertugas di sekitar lokasi kejadian.
    “(Ditemukan) sendirian, korban dinyatakan MD (meninggal dunia),” kata Kanit Reskrim Polsek Cibinong AKP Yunli Pangestu kepada
    Kompas.com,
    Selasa (8/4/2025).
    Setelah dievakuasi dari dalam kendaraan, korban segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cibinong.
    Namun sesampainya di rumah sakit, petugas medis menyatakan bahwa Bripka SU sudah tidak bernyawa.
    Jenazah kemudian dipulangkan ke rumah duka di kawasan Kampung Sawah RT 02 RW 03, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Cilodong, menggunakan ambulans milik RSUD Cibinong.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Mangkir Panggilan Pertama, Penganiaya Satpam RS Bekasi Ada di Pontianak
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 April 2025

    Mangkir Panggilan Pertama, Penganiaya Satpam RS Bekasi Ada di Pontianak Megapolitan 9 April 2025

    Mangkir Panggilan Pertama, Penganiaya Satpam RS Bekasi Ada di Pontianak
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com
    – Polres Metro Bekasi Kota membenarkan bahwa AF, remaja yang diduga menganiaya satpam Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat bernama Sutiyono (39) tengah berada di Pontianak, Kalimantan Barat.
    “Posisi terlapor masih di Pontianak,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota Kompol Binsar Hatorangan Sianturi kepada
    Kompas.com
    , Rabu (9/4/2025).
    Binsar menjelaskan, pihaknya sedianya memeriksa AF pada Senin (7/4/2025). Namun, AF tak memenuhi panggilan.
    Namun, polisi telah menjadwalkan pemeriksaan ulang pada Rabu (9/4/2025) hari ini. 
    “Terlapor tidak datang saat panggilan kesatu. Kita sudah kirim pemanggilan kedua untuk hari Rabu tanggal 9 April 2025, pukul 13.00 WIB,” imbuh dia.
    Adapun Sutiyono menjadi korban penganiayaan oleh AF pada Sabtu (29/3/2025) pukul 22.00 WIB.
    Kuasa hukum Sutiyono, Subadria Nuka, mengungkapkan, korban menegur salah satu pengunjung rumah sakit yang menggunakan mobil berknalpot brong di area Instalasi Gawat Darurat (IGD).
    “Pengunjung tersebut juga memarkirkan kendaraannya tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit, sehingga menghalangi jalur ambulans,” ujar Subadria dalam keterangannya, Sabtu.
    Namun, pelaku tidak terima ditegur oleh korban. Ia kemudian menarik kerah seragam Sutiyono, membanting, dan mencekiknya hingga korban mengalami kejang dan kritis.
    Akibat insiden tersebut, korban harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU selama empat hari.
    “Setelah empat hari berlalu, keluarga pelaku sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau meminta maaf,” ujar Stein Siahaan yang juga kuasa hukum korban.
    Pihak RS Mitra Keluarga Bekasi disebut mendukung penuh proses hukum yang berjalan, termasuk memberikan rekaman CCTV dan bukti lainnya yang dibutuhkan penyidik.
    “Rumah sakit sudah merespons, tinggal menunggu proses hukum di kepolisian. Semua bukti yang diperlukan akan disediakan oleh pihak rumah sakit,” tambah dia.
    Hingga saat ini, kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan oleh Polres Metro Bekasi Kota.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kronologi Ibu di NTB Bawa Pulang Jenazah Bayinya Pakai Taksi Online

    Kronologi Ibu di NTB Bawa Pulang Jenazah Bayinya Pakai Taksi Online

    Mataram, Beritasatu.com – Menyusul viralnya berita seorang ibu bernama Yuliana yang membawa pulang jenazah bayinya pakai taksi online karena keterbatasan biaya, pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nusa Tenggara Barat (NTB) akhirnya memberikan klarifikasi.

    Direktur RSUD NTB dr Lalu Herman Mahaputra membantah keras adanya tarif ambulans sebesar Rp 2,6 juta yang diduga dibebankan kepada pasien.  Menurutnya, pihak rumah sakit selama ini rutin memberikan bantuan kepada keluarga pasien yang mengalami kesulitan biaya pemulangan jenazah. Namun, dalam kasus Yuliana, terjadi miskomunikasi karena yang mengurus jenazah bukan langsung ibu pasien, melainkan keluarga pasien.

    “Memang rutin saya bantu, tetapi kemarin bukan ibunya yang bawa pulang, melainkan nenek dan bibinya,” kata Lalu Herman terkait pemberitaan ibu membawa pulang jenazah bayinya pakai taksi online, Rabu (9/4/2025).

    Lalu juga menyayangkan kesalahpahaman tersebut dan menjadikan masalah ini sebagai pelajaran penting agar pelayanan RSUD NTB ke depan bisa lebih baik dan responsif.

    Lalu menjelaskan, biaya pemulangan jenazah memang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Namun, selama ini ia telah memberlakukan kebijakan pribadi untuk membantu keluarga pasien, bahkan menggunakan dana pribadinya.

    Terkait informasi tarif ambulans Rp 2,6 juta, Jack menyebut hal itu kemungkinan hanya informasi awal yang disampaikan petugas saat pihak keluarga bertanya. Namun setelah komunikasi berjalan, rumah sakit tetap menyiapkan ambulans untuk pemulangan jenazah.

    Saat proses penyiapan ambulans, keluarga rupanya lebih dahulu membawa sendiri jenazah bayi menggunakan taksi online.

    Disampaikan Lalu, pihak rumah sakit memahami langkah keluarga tersebut karena jenazah bayi dianggap tidak terlalu mencolok. Namun, ia menegaskan apabila jenazah orang dewasa, rumah sakit akan mencegah keluarga membawanya sendiri dan memastikan pemulangan dilakukan dengan ambulans resmi.

    Lalu juga menyampaikan, gubernur NTB telah mengarahkan agar pembiayaan pemulangan jenazah dari Pulau Sumbawa ke depannya ditanggung oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Nantinya, ambulans akan disediakan oleh Baznas, sedangkan biaya operasional akan ditanggung masing-masing pemerintah kabupaten/kota.

    “Prinsipnya, tidak akan lagi dibebankan ke rumah sakit. Baznas akan siapkan ambulans dan biaya operasionalnya ditanggung kabupaten/kota,” ujarnya.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun Beritasatu.com, pasien Yuliana yang berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat datang sendiri ke RSUD Provinsi NTB pada 1 April 2025 karena tidak merasakan gerakan janin. Setelah pemeriksaan, janin dinyatakan mengalami kematian janin dalam rahim (KJDR).

    Pada 6 April 2025, janin dilahirkan dengan berat 650 gram dan dipastikan meninggal dunia. Jenazah kemudian dibawa ke instalasi forensik untuk dipulasarakan dan dipersiapkan untuk dipulangkan. Kemudian, ramai pemberitaan ibu tersebut membawa pulang jenazah bayinya pakai taksi online.

  • Sosok Situr Wijaya, Wartawan yang Ditemukan Tewas di Hotel Jakarta Barat, Sempat Lebaran di Palu – Halaman all

    Sosok Situr Wijaya, Wartawan yang Ditemukan Tewas di Hotel Jakarta Barat, Sempat Lebaran di Palu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Polda Metro Jaya masih mendalami kasus kematian wartawan asal Palu, Sulawesi Tengah bernama Situr Wijaya (33).

    Jasadnya ditemukan di sebuah kamar hotel di Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada Jumat (4/4/2025) malam.

    Adik ipar Situr, Evi Maman, menerangkan pada momen lebaran kemarin, Situr sempat pulang kampung bertemu istri dan anaknya.

    Saat lebaran, Situr yang dikenal dermawan membagikan THR kepada saudara-saudaranya.

    Keluarga di Palu kaget mendengar kabar kematian Situr.

    Jenazah telah diterbangkan dari Jakarta ke Palu untuk dimakamkan di kampung halaman.

    Pihak keluarga menganggap kematian Situr janggal sehingga membuat laporan kasus pembunuhan.

    Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, mengungkap rekaman CCTV di hotel lokasi penemuan jasad.

    Ia menerangkan Situr terlihat bersama seorang wanita berinisial V memasuki hotel pada Kamis (3/4/2025) pukul 18.50 WIB. 

    “Sejak saksi V bersama korban, tidak ada orang lain memasuki kamar korban dan korban juga tidak terpantau keluar kamar,” tukasnya.

    Sejumlah obat-obatan ditemukan di kamar hotel korban seperti Promag tablet, Mycoral ketoconazole (obat jamur), Rifampicin, Viva White Clean & Mask.

    Berdasarkan hasil autopsi menunjukkan adanya infeksi paru-paru karena penyakit tuberkulosis (TBC).

    “Paru-paru kanan terdapat perlengketan hebat hampir di seluruh permukaannya,” imbuhnya.

    Luka pada bibir korban diduga karena terjatuh ke lantai, sedangkan luka lebam bukan karena tindak kekerasan.

    “Tidak ada tanda-tanda kekerasan baik luka jeratan maupun luka sayatan. Adanya memar pada bagian tubuh akibat lebam,” terangnya.

    Diperkirakan korban tewas 8 jam hingga 24 jam sebelum ditemukan.

    Sopir Ambulans Diperiksa

    Dalam kasus ini ada dua saksi berinisial AS dan SF yang menjalani pemeriksaan pada Minggu (6/4/2025).

    Keduanya merupakan pemilik dan sopir ambulans yang mendatangi lokasi penemuan jasad.

    Kuasa hukum kedua saksi, Subadria Nuka, menjelaskan pemeriksaan berjalan dari pukul 00.30 WIB hingga 04.30 WIB.

    “Klien kami diperiksa sebagai saksi karena kehadiran mereka ke hotel wilayah Jakarta Barat tersebut atas adanya orderan dari seorang wanita,” ungkapnya, Senin (7/4/2025), dikutip dari WartaKotalive.com.

    Wanita yang memesan ambulans mengaku sebagai teman korban.

    Kedua saksi sempat bertemu wanita tersebut yang menunjukkan lokasi kamar korban.

    “Setelah di dalam hotel, ternyata almarhum ini sudah tergeletak, tanpa menggunakan baju, hanya celana pendek. Dilihat ‘ini mah sudah lewat, meninggal, mohon maaf, sudah lama meninggalnya, sudah berjam-jam, sudah membiru,” terangnya.

    Jasad korban kemudian dibawa ke RS di wilayah Kebon Jeruk.

    Subadria Nuka menerangkan kliennya tidak menemukan luka sayatan dan kekerasan pada jasad korban.

    Keluarga Buat Laporan

    Kuasa hukum keluarga korban, Rogate Oktoberius Halawa mengatakan, ada yang janggal pada kematian Situr Wijaya sehingga keluarga membuat laporan kasus pembunuhan pada Sabtu (5/4/2025).

    “Ada dugaan korban dihilangkan nyawanya dengan pelaku yang kini sedang didalami,” tukasnya.

    Laporan keluarga korban teregistrasi dengan nomor LP/B/2261/IV/2025/SPKT/Polda Metro Jaya.

    “Kami sudah memasukkan laporan ke Polda Metro Jaya tentang dugaan tindak pidana pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 KUHP,”  ucapnya.

    Ia menerangkan foto jasad menunjukkan korban mengeluarkan darah di hidung dan mulut.

    Selain itu ada luka memar hingga sayatan di leher korban.

    Setelah penemuan jasad, pihak hotel tak langsung mengonfirmasi ke keluarga.

    “Rumah sakit, tahunya dari sopir ambulans yang mengantar jenazah, yang kami sayangkan pihak hotel tidak memberitahukan hal ini ke keluarga korban,” sambungnya.

    Sebagian artikel telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Terungkap Jurnalis Tewas dalam Kamar Hotel di Jakbar, Seorang Wanita Pesan Ambulans dan TribunnewsBogor.com dengan judul VIDEO Terakhir Jurnalis Situr Wijaya Sebelum Tewas di Hotel, Almarhum Lakukan Hal Baik Saat Lebaran

    (Tribunnews.com/Mohay) (WartaKotalive.com/Ramadhan LQ/Budi Sam)(TribunnewsBogor.com/Khairunnisa)

  • Direktur RSUD Martapura Mengundurkan Diri Buntut Viral Jenazah di OKU Timur Dipulangkan dengan Pikap – Halaman all

    Direktur RSUD Martapura Mengundurkan Diri Buntut Viral Jenazah di OKU Timur Dipulangkan dengan Pikap – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Viral di media sosial video seorang pasien yang datang ke RSUD Martapura, Kec. Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatra Selatan, dalam kondisi tak sadar pada Sabtu (5/4/2025), sekitar pukul 05.00 WIB.

    Setelah pemeriksaan medis, pasien tersebut dinyatakan meninggal dunia.

    Pihak keluarga awalnya berencana membawa jenazah menggunakan kendaraan pribadi, tetapi menerima tawaran layanan ambulans jenazah gratis melalui skema BPJS setelah mendapat penjelasan dari pihak rumah sakit.

    Sayangnya, proses pengantaran jenazah terkendala karena sopir ambulans menyampaikan bahwa kendaraan kehabisan bahan bakar dan harus mengisi terlebih dahulu.

    Selain itu, sopir ambulans tidak berada di tempat saat dibutuhkan.

    Karena merasa kecewa dan menunggu terlalu lama, pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa jenazah menggunakan mobil pikap milik mereka sendiri meski dalam kondisi hujan gerimis.

    Pihak manajemen RSUD langsung merespons insiden ini dengan menonaktifkan sopir ambulans dan Kepala Ruang Zaal Jenazah.

    Direktur RSUD Martapura, dr. Dedy Damhudy, menyayangkan kejadian ini dan meminta maaf kepada keluarga pasien. Pihaknya akan melakukan evaluasi.

    “Kami sangat menyesalkan kejadian ini. Pelayanan kepada masyarakat adalah prioritas utama, dan kelalaian seperti ini tidak bisa ditoleransi,” tegas dr Dedy, dikutip dari TribunSumsel.com.

    “Atas nama pribadi dan institusi, saya meminta maaf kepada keluarga pasien,” ujarnya.

    Tak sampai di situ, Dedy mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur RSUD Martapura.

    Ia telah menyampaikan hal ini kepada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) OKU Timur.

    Pengunduran diri tersebut sebagai bentuk tanggung jawab moralnya.

    “Ya, saya sudah membuat surat pengunduran diri dan telah saya serahkan ke BKPSDM tak lama setelah pemanggilan saya. Ini bentuk dari tanggung jawab saya atas kesalahan bawahan saya,” kata dr Dedy Damhudy, Selasa (08/04/2025).

    Hal ini dibenarkan oleh Kepala BKPSDM OKU Timur, Sutikman. Pihaknya telah menerima surat pengunduran diri dari dr Dedy Damhudy.

    “Benar, kami sudah menerima surat itu dan akan segera diproses. Untuk keputusan selanjutnya, kita menunggu arahan dari Sekda,” kata Sutikman.

    Dimintai klarifikasi

    Dedy juga akan dipanggil oleh Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur memanggil Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Martapura untuk dimintai klarifikasi.

    Agenda ini akan dibahas dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang berlangsung di ruang rapat DPRD OKU Timur.

    Wakil Ketua Komisi IV, Adi Munadi, menyayangkan kondisi tersebut, mengingat layanan ambulans merupakan bagian krusial dalam sistem kesehatan, khususnya dalam situasi darurat yang melibatkan kepentingan masyarakat.

    “Kami menerima aduan dari masyarakat bahwa ketika dibutuhkan, ambulans di RSUD Martapura tidak bisa digunakan karena tidak ada bensin. Bahkan, sopir tidak standby. Ini sangat kami sesalkan, karena pelayanan kesehatan semestinya menjadi prioritas utama, apalagi di fasilitas sebesar RSUD Martapura,” ujar Adi Munadi usai rapat didampingi anggota Komisi IV DPRD Kabupaten OKU Timur, Selasa (08/04/2025).

    Ia meminta agar pihak rumah sakit melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem layanan yang ada saat ini.

    DPRD juga menekankan perlunya peningkatan pengawasan internal agar kejadian serupa tidak kembali terulang.

    “Ini bukan sekadar soal logistik atau SOP, ini menyangkut kepercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan. Kami berharap pihak RSUD Martapura segera melakukan pembenahan. Jangan sampai kelalaian administratif mengorbankan keselamatan warga,” tegas Adi.

    Pihaknya menyatakan akan terus mengawal perkembangan perbaikan pelayanan di RSUD Martapura dan membuka ruang komunikasi dengan masyarakat guna menampung laporan apabila terdapat kasus serupa di kemudian hari.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul BREAKING NEWS : Direktur RSUD Martapura Mengundurkan Diri, Usai Viral Jenazah Dibawa Pakai Pikap 

    (Tribunnews.com/Falza) (TribunSumsel.com/CHOIRUL RAHMAN)

  • Sosok Iptu Djamal Renhoat, Eks Kapolsek Mulia Tewas Ditembak KKB, Dieksekusi dari Jarak Dekat – Halaman all

    Sosok Iptu Djamal Renhoat, Eks Kapolsek Mulia Tewas Ditembak KKB, Dieksekusi dari Jarak Dekat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut sosok Iptu Djamal Renhoat, eks Kapolsek Mulia yang tewas ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

    Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Iptu Djamal Renhoat sudah pensiun dari anggota Polri alias purnawirawan (purn.).

    Ia terakhir menjabat sebagai Kapolsek Mulia, Polres Puncak Jaya, Polda Papua.

    Iptu Djamal Renhoat merupakan pria kelahiran 1963 silam.

    Dirinya tutup usia akibat ditembak KKB pada umur 62 tahun.

    Setelah pensiun, Iptu Djamal Renhoat tinggal di Kota Lama, Distrik Pruleme, Puncak Jaya.

    Ia membuka toko kelontong di wilayah tersebut, tepatnya didekat pabrik tahu.

    Tidak banyak informasi soal Iptu Djamal Renhoat.

    Namun, berdasarkan postingan Facebook @djamal.renhoat, ia masih menjabat sebagai Kapolsek Mulia pada 2017 silam.

    Sayangkan akun Facebook tersebut kini sudah tidak aktif lagi.

    Kasus penembakan bermula saat Iptu Djamal Renhoat melakukan aktivitas sehari-harinya, yakni menjaga toko kelontong.

    Ia kemudian didatangi seseorang yang belakangan diketahui sebagai pelaku penembakan, pada Senin (7/4/2025), sekira pukul 18.45 WIT.

    Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol. Yusuf Sutejo mengungkap, pelaku saat itu pura-pura membeli di toko milik korban.

    “Di toko miliknya jadi pelaku pura-pura akan membeli, setelah dekat langsung (korban) ditembak,” katanya, dikutip dari tribratanews.polri.go.id.

    Kombes Yusuf menyebut, Iptu Djamal Renhoat dieksekusi dari jarak dekat langsung ke arah wajahnya.

    Korban tewas dengan luka tembak di bagian pipi dan leher.

    Pada foto yang dibagikan Polri, jasad Iptu Djamal Renhoat ditemukan dalam kondisi terlentang.

    Ceceran darah keluar dari luka bekas tembakan yang membasahi lantai kayu di toko kelontong milik korban.

    Kombes Yusuf melanjutkan, pihaknya mengamankan amunisi di lokasi kejadian.

    “Amunisi telah diperiksa ukuran 9 ml,” katanya.

    Kemudian pukul 18.47 WIT personel Polres Puncak Jaya bersama personel Brimob BKO merespons kejadian langsung ke TKP.

    Mobil ambulans RSUD Mulia tiba di TKP langsung membawa korban ke RSUD Mulia, pada pukul 19.00 WIT.

    Kombes Yusuf mengatakan, untuk menjaga kondusifitas di Puncak Jaya, personel pengamanan ditambah.

    “Tadi pagi, kita sudah tambah penebalan di puncak Jaya sebanyak 100 personel,” ujarnya kepada Tribunnews.com.

    Ia juga memastikan bahwa pelaku penembakan dari KKB.

    (Tribunnews.com/Endra/Reynas Abdila)