Transportasi: Ambulans

  • Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit karena diduga malapraktik

    Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit karena diduga malapraktik

    Ilustrasi – Petugas menyiapkan alat Radioterapi Linear Accelerator, (LINAC) Elekta Versa HD di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww/am.

    Pemkot Jaktim periksa RS di Duren Sawit karena diduga malapraktik
    Dalam Negeri   
    Editor: Widodo   
    Sabtu, 09 Agustus 2025 – 20:43 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) memeriksa salah satu rumah sakit (RS) di Duren Sawit karena diduga malapraktik terhadap pasien H (26).

    “Kami sudah meminta klarifikasi dari RS yang bersangkutan. Rumah sakit tersebut membuat kronologis dan audit medis yang ditujukan ke Sudin, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan,” kata Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Timur Herwin Meifendy saat dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.

    Selain itu, Herwin menyebut, terkait sanksi atau tindak lanjut dari pihaknya saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan yang tengah berlangsung.

    “Masih menunggu pemeriksaan lebih lanjut, saat ini masih berproses, itu saja dulu,” ujar Herwin.

    Sudin Kesehatan Jakarta Timur juga telah meminta rumah sakit untuk segera menyelesaikan permasalahan dengan pasien terkait dugaan malapraktik tersebut.

    “Kami juga meminta pihak rumah sakit menyelesaikan dengan pihak pasien tersebut terkait permasalahannya,” ucap Herwin.

    Adapun Manajemen RS Islam di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim), memberikan klarifikasi terkait informasi viral dugaan malapraktik terhadap pasien berinisial H (26).

    Kepala Bagian Umum RS Islam di kawasan Jakarta Timur, Sulaiman Sultan Pangeran mengatakan pihaknya dan perwakilan dari pasien telah bersepakat menyelesaikan masalah terkait secara kekeluargaan.

    Keputusan damai itu diambil berdasarkan kesepakatan pihak rumah sakit yang sudah melakukan komunikasi dan mediasi dengan kuasa hukum pasien dalam mencari penyelesaian terbaik.

    Sebelumnya, viral di media sosial seorang pasien berinisial H (26) menjalani perawatan pada salah satu rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur dan diduga menjadi korban malapraktik.

    Pasien H harus kehilangan empat jari tangan kirinya usai diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5), tak lama setelah pasien melahirkan.

    Pasien akhirnya dirujuk ke RS Polri Kramat Jati dan diantar pihak rumah sakit menggunakan ambulans.

    Sumber : Antara

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai Megapolitan 8 Agustus 2025

    Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com

    – Kasus dugaan malapraktik yang dialami H (26) di sebuah rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur, diselesaikan secara kekeluargaan.
    Kepala bagian umum rumah sakit, Sulaiman Sultan Pangeran, mengatakan pihaknya telah bertemu dengan tim kuasa hukum H pada Kamis (7/8/2025).
    “Dalam pertemuan telah dicapai komitmen bersama untuk damai dan penyelesaian secara kekeluargaan atas ketidaknyamanan yang terjadi selama masa perawatan,” ucap Sultan saat dikonfirmasi, Jumat (8/8/2025).
    Meski begitu, Sultan mengklaim pihak rumah sakit mengutamakan keselamatan pasien.
    “Pasien sebagai prioritas utama dalam pelayanan. Kami menghormati hak setiap pasien dan terbuka terhadap saran atau masukan,” jelasnya.
    Sebelumnya, seorang pasien berinisial H yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik.
    Akibatnya, H harus kehilangan empat jari tangan kirinya akibat diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5/2025), tak lama setelah pasien melahirkan.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena shocked setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator.
    Keesokan harinya, pasien mulai sadar. Namun, H mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut, di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
    Keluarga pasien sempat menanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang berjaga.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan singkat bahwa pembengkakan tersebut biasa terjadi akibat masalah pada pembuluh darah, dan dokter akan memberikan keterangan lebih lanjut.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada tanggal 8 Mei membusuk,” ujarnya.
    Karena tak kunjung mendapat penanganan serius, keluarga memutuskan merujuk pasien ke RS Polri Kramat Jati. Pihak rumah sakit di Duren Sawit itu disebut mengantar pasien menggunakan ambulans.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah sakit sebelumnya dengan ambulans diantar dengan diagnosa, tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, tim medis di RS Polri Kramat Jati berupaya mempertahankan pergelangan tangan korban agar tidak diamputasi sepenuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ketika Anak Dibunuh Secara Keji: Jeritan Hati Anggota TNI yang Kehilangan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Agustus 2025

    Ketika Anak Dibunuh Secara Keji: Jeritan Hati Anggota TNI yang Kehilangan Regional 8 Agustus 2025

    Ketika Anak Dibunuh Secara Keji: Jeritan Hati Anggota TNI yang Kehilangan
    Tim Redaksi
    KUPANG, KOMPAS.com
    – Sersan Mayor (Serma) Christian Namo berdiri tegap di belakang mobil ambulans yang membawa jenazah putra tercintanya, Prajurit Dua (Prada) Lucky Chepril Saputra Namo (23), Kamis (7/8/2025).
    Dengan mata melotot dan tangan kanannya menengadah, Christian berteriak mempertanyakan kehadiran negara saat anaknya meninggal dengan cara yang tidak wajar.
    Di halaman depan kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Christian yang bertugas di Komando Distrik Militer (Kodim) 1627 Rote Ndao, berulang kali meminta keadilan untuk anak lelaki sulungnya.
    Meski beberapa rekan kerjanya berusaha menenangkan, upaya tersebut tidak berhasil. Christian terus meluapkan kekesalannya.
    “Kamu saksikan semua, yang bunuh anak saya sifat PKI, keji. Ingat baik-baik itu,” teriak Christian dengan lantang.
    Kekesalan Christian disebabkan kematian putranya, yang bertugas di Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo, NTT, diduga akibat penganiayaan oleh para seniornya.
    Kekecewaannya semakin meningkat karena keinginan untuk mengotopsi jenazah Lucky di Rumah Sakit Wira Sakti Kupang dan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang tidak terwujud.
    Di Rumah Sakit Wira Sakti, tidak ada dokter yang tersedia melakukan otopsi, sementara di Rumah Sakit Bhayangkara, dokter meminta surat pengantar dari polisi.
    “Saya hanya ingin membuktikan penyebab meninggal sang buah hati melalui otopsi. Saya meminta negara harus hadir untuk membantuku, termasuk mengungkap pelaku pembunuh anak saya,” ungkap Christian.
    Setelah beberapa waktu, rekan-rekannya, termasuk komandan dan keluarga, berhasil membujuk Christian melunakkan sikapnya.
    Ia kemudian meminta sopir ambulans membawa jenazah putranya ke rumah duka di Rumah Dinas TNI Angkatan Darat, Kodim 1617 Rote Ndao, yang terletak di Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang.
    Sesampainya di rumah duka, ratusan pelayat dan keluarga menyambut kedatangan jenazah Lucky dengan tangisan.
    Hingga berita ini diturunkan, Korem 161 Wira Sakti Kupang dan Kodam Udayana belum memberikan tanggapan saat dihubungi oleh Kompas.com.
    Sebelumnya, diberitakan bahwa Prada Lucky Chepril Saputra Namo meninggal dunia pada Rabu (6/8/2025), diduga akibat penganiayaan oleh seniornya.
    Lucky sempat dirawat intensif di Unit Perawatan Intensif (ICU) RSUD Aeramo, Kabupaten Nageko, Nusa Tenggara Timur.
    Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto, membenarkan bahwa salah satu prajurit di Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 telah meninggal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pria Obesitas di Surabaya Dievakuasi, Alami Hernia dan Sesak Napas serta Jantung Bengkak
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        8 Agustus 2025

    Pria Obesitas di Surabaya Dievakuasi, Alami Hernia dan Sesak Napas serta Jantung Bengkak Surabaya 8 Agustus 2025

    Pria Obesitas di Surabaya Dievakuasi, Alami Hernia dan Sesak Napas serta Jantung Bengkak
    Tim Redaksi
    SURABAYA, KOMPAS.com
    – M Sarif (23), seorang pria obesitas yang tinggal di Jalan Brawijaya Kedurus 1, Kecamatan Wonokromo, Surabaya, dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami berbagai masalah kesehatan.
    Ibu pasien, Turiyah (57), menjelaskan bahwa putranya mulai mengeluh demam sejak bulan Juni 2025, yang membuatnya berhenti berjualan tisu di dekat tempat kosnya.
    “Sudah 2 bulan enggak jualan, anaknya itu panas, saya kasihan. Dia bilang ‘aku sakit ma’, ya sudah enggak apa-apa nanti makan seadanya saja,” kata Turiyah saat ditemui di kosnya pada Kamis (7/8/2025).
    Seiring waktu, Turiyah menyadari bahwa berat badan anaknya semakin bertambah selama tidak bekerja.
    Selain itu, Sarif juga mengeluhkan nyeri di bagian testis saat berkemih.
    “Pokoknya bengkak (badannya) barusan sekitar satu mingguan, dua mingguan ini. Telurnya itu besar, langsung bengkaknya itu merambat semuanya ya di tangan, semuanya,” ujarnya.
    Turiyah menambahkan bahwa putranya juga mengalami sesak napas.
    Akhirnya, dengan bantuan salah satu tetangganya, Sarif dibawa ke Rumah Sakit Soewandhie.
    “Ya tadi anaknya sudah ditangani sama dokter, kok, jantungnya bengkak. Tapi mudah-mudahan berkat pertolongannya dokter sama Tuhan yang Maha Esa bisa diharapkan sembuh,” ujarnya.
    Saat ini, Turiyah mengungkapkan bahwa kondisi pernapasan anaknya sudah sedikit membaik setelah mendapatkan bantuan oksigen.
    Namun, dokter belum memberinya makanan dengan tujuan untuk menurunkan berat badannya.
    Sebelumnya, Kepala Bidang Pemadam Kebakaran DPKP Kota Surabaya, Wasis Sutikno, mengonfirmasi bahwa pihaknya menerima laporan mengenai evakuasi pasien obesitas tersebut.
    “Kondisi pasiennya, sadar namun sesak napas karena obesitas dan menderita hernia,” kata Wasis melalui pesan yang diterima pada Kamis (7/8/2025).
    Wasis menjelaskan bahwa pihaknya mengalami kesulitan dalam proses evakuasi karena akses menuju kos pasien yang sangat sempit.
    “Untuk pasien obesitas berada di dalam kos dengan lantai 1, lebar jalan di gangnya kurang lebih 80 centimeter dengan berat pasien kurang lebih 400 kilogram,” jelasnya.
    Akhirnya, anggota tim penyelamat membantu Sarif berjalan keluar dari kosnya menggunakan kayu bambu.
    Setelah satu jam, petugas berhasil menaikkan pasien ke ambulans dan merujuknya ke Rumah Sakit Soewandhie Surabaya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Pasien RS di Duren Sawit Korban Dugaan Malapraktik Trauma Usai 4 Jari Diamputasi Megapolitan 7 Agustus 2025

    Pasien RS di Duren Sawit Korban Dugaan Malapraktik Trauma Usai 4 Jari Diamputasi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – H (26), pasien diduga korban malapraktik salah satu rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur, trauma setelah kehilangan empat jari tangan kirinya usai melahirkan.
    “Masihlah, karena selain rasa sakit fisik yang dialami dia, ada juga kesedihan. Gimana ya, tangan kita awalnya utuh, tiba-tiba sekarang begini (hilang jarinya),” kata kuasa hukum korban, Novi Delia, saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).
    Novi menjelaskan, pihaknya telah dua kali melayangkan somasi kepada pihak rumah sakit. Pihak korban dan rumah sakit pun telah bertemu usai dua kali somasi dilayangkan.
    “Habis dari somasi kedua itulah terjadi pertemuan. Dia mengundang kami untuk bertemu, hasil pertemuan itu mereka ada iktikad baik,” jelas Novi. 
    Dalam pertemuan itulah, lanjut Novi, pihak rumah sakit meminta agar kasus dugaan malapraktik ini diselesaikan secara kekeluargaan.
    “Mereka (rumah sakit) minta untuk diselesaikan secara musyawarah,” ungkap Novi.
    Novi menjelaskan, kliennya belum melaporkan dugaan malapraktik ini ke polisi karena masih menunggu pertanggungjawaban pihak rumah sakit.
    “Harus tanggung jawablah rumah sakit, korban sudah kehilangan jarinya,” ucap Novi.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
    masih berupaya menghubungi pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi, namun belum mendapat jawaban.
    Sebelumnya, seorang pasien berinisial H yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di daerah Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik.
    Akibatnya, H harus kehilangan empat jari tangan kirinya akibat diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5/2025), tak lama setelah pasien melahirkan.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan, kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena shocked setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator.
    Keesokan harinya, pasien mulai sadar. Namun, A mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut, di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
    Keluarga pasien sempat menanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang berjaga.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan singkat bahwa pembengkakan tersebut biasa terjadi akibat masalah pada pembuluh darah, dan dokter akan memberikan keterangan lebih lanjut.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada tanggal 8 Mei membusuk,” ujarnya.
    Karena tak kunjung mendapat penanganan serius, keluarga memutuskan merujuk pasien ke RS Polri Kramat Jati. Pihak rumah sakit di Duren Sawit itu disebut mengantar pasien menggunakan ambulans.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah sakit sebelumnya dengan ambulans diantar dengan diagnosa, tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, tim medis di RS Polri Kramat Jati berupaya mempertahankan pergelangan tangan korban agar tidak diamputasi sepenuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    RS Duren Sawit Minta Dugaan Malapraktik Pasien yang Diamputasi Diselesaikan Kekeluargaan Megapolitan 7 Agustus 2025

    RS Duren Sawit Minta Dugaan Malapraktik Pasien yang Diamputasi Diselesaikan Kekeluargaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pihak rumah sakit di Duren Sawit, Jakarta Timur, meminta agar kasus dugaan malapraktik yang melibatkan pasien berinisial H (26) diselesaikan secara damai. 
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menjelaskan, pihaknya telah dua kali melayangkan somasi kepada pihak rumah sakit. Pihak korban dan rumah sakit pun telah bertemu usai dua kali melayangkan somasi.
    “Habis dari somasi kedua itulah terjadi pertemuan. Dia mengundang kami untuk bertemu, hasil pertemuan itu mereka ada iktikad baik,” jelas Novi saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).
    Dalam pertemuan itulah, lanjut Novi, pihak rumah sakit meminta agar kasus dugaan malapraktik ini diselesaikan secara kekeluargaan.
    “Mereka (Rumah Sakit) minta untuk diselesaikan secara musyawarah,” ungkap Novi.
    Novi menjelaskan, kliennya belum melaporkan dugaan malapraktik ini ke polisi karena masih menunggu pertanggungjawaban pihak rumah sakit.
    Apalagi, akibat dugaan malapraktik ini, H kehilangan empat jarinya yang diamputasi usai melahirkan.
    “Harus tanggung jawablah rumah sakit, korban sudah kehilangan jarinya,” ucap Novi.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
     masih berupaya menghubungi pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi, namun belum mendapat jawaban.
    Sebelumnya, seorang pasien berinisial H yang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit di daerah Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik.
    Akibatnya, H harus kehilangan empat jari tangan kirinya akibat diamputasi. Peristiwa ini terjadi pada Selasa (6/5/2025), tak lama setelah pasien melahirkan.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan, kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menyampaikan kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena
    shocked
    setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator.
    Keesokan harinya, pasien mulai sadar. Namun, A mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut, di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
    Keluarga pasien sempat menanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang berjaga.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan singkat bahwa pembengkakan tersebut biasa terjadi akibat masalah pada pembuluh darah, dan dokter akan memberikan keterangan lebih lanjut.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada tanggal 8 Mei membusuk,” ujarnya.
    Karena tak kunjung mendapat penanganan serius, keluarga memutuskan merujuk pasien ke RS Polri Kramat Jati. Pihak rumah sakit di Duren Sawit itu disebut mengantar pasien menggunakan ambulans.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah sakit sebelumnya dengan ambulans diantar dengan diagnosa, tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, tim medis di RS Polri Kramat Jati berupaya mempertahankan pergelangan tangan korban agar tidak diamputasi sepenuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kasus Dugaan Malapraktik di RS Duren Sawit Diklaim Berakhir Damai
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Sebelum Diamputasi, Jari Pasien RS di Duren Sawit Bengkak Selama 3 Hari Megapolitan 7 Agustus 2025

    Sebelum Diamputasi, Jari Pasien RS di Duren Sawit Bengkak Selama 3 Hari
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Seorang pasien berinisial H (26), yang dirawat di salah satu rumah sakit di wilayah Duren Sawit, Jakarta Timur, diduga menjadi korban malapraktik hingga harus kehilangan empat jari tangan kirinya. Peristiwa itu terjadi pada Selasa (6/5/2025).
    Kuasa hukum korban, Novi Delia, menjelaskan sebelum amputasi dilakukan, jari-jari tangan korban sempat mengalami pembengkakan dan pembusukan setelah tiga hari dirawat di rumah sakit.
    Novi mengungkapkan, keluarga pasien sempat mempertanyakan kondisi tersebut kepada perawat yang bertugas.
    Namun, mereka hanya mendapat penjelasan pembengkakan itu merupakan hal biasa akibat masalah pada pembuluh darah.
    “Selang beberapa hari, tangannya ini makin lama, makin membesar dan menjadi pembusukan, pada 8 Mei membusuk,” ungkapnya.
    Setelah kondisi memburuk, pihak rumah sakit merujuk pasien untuk menjalani pemeriksaan CT scan di sebuah fasilitas kesehatan di Cempaka Putih. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya sumbatan pada pembuluh darah di tangan korban.
    “Cuma dilihat kalau ada penyumbatan, itu saja. Mereka enggak ada tindakan lain, hanya dikasih obat anti nyeri,” tuturnya.
    Karena tidak kunjung mendapat penanganan yang memadai, keluarga akhirnya memutuskan merujuk korban ke RS Polri Kramat Jati. Proses pemindahan dilakukan menggunakan ambulans dari rumah sakit sebelumnya.
    “Dari rumah sakit Polri itu, korban diantar memang oleh rumah Pondok Kopi, Duren Sawit. Itu dengan ambulans diantar, diagnosa awal tangannya ini diamputasi sampai pergelangan,” jelas Novi.
    Namun, dokter di RS Polri berupaya meminimalkan amputasi agar tidak sampai pergelangan tangan.
    “Iya, jari-jarinya. Nah, itulah yang diminimalisir, sama dokter itu, hanya ada yang satu ruas, ada yang dua ruas, hanya kelingking yang utuh,” ujarnya.
    Hingga berita ini ditulis,
    Kompas.com
    masih berupaya menghubungi pihak rumah sakit untuk meminta konfirmasi, namun belum mendapat tanggapan.
    Sebelumnya, Novi Delia menyampaikan bahwa kliennya mengalami sesak napas beberapa jam setelah proses persalinan dan langsung mendapatkan penanganan medis.
    “Selang beberapa jam lahiran, pasien mengalami sesak nafas, diagnosanya karena
    shocked
    setelah lahiran, itu langsung dimasukkan ke ICU,” ucap Novi.
    Saat pasien dalam kondisi setengah sadar, pihak keluarga diminta menandatangani persetujuan untuk pemasangan ventilator. Keesokan harinya, pasien mulai sadar.
    Namun, H mengeluhkan rasa sakit pada tangan kirinya, tepat di bekas lokasi pemasangan infus.
    “Tantenya saat itu melihat, korban mengeluhkan juga nih tangannya sakit, karena bekas infus sudah dicabut. Di sana, di bekas infusan itu, ada titik merah dan tangan mulai membengkak,” ungkap Novi.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sosok Sudewo, Bupati Pati yang Tantang Warga Demo Karena Naikkan Pajak 250 Persen – Page 3

    Sosok Sudewo, Bupati Pati yang Tantang Warga Demo Karena Naikkan Pajak 250 Persen – Page 3

    Mendengar aksi ribut-ribut itu, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pati Riyoso dan Plt. Kepala Satpol PP Pati Sriyatun, mendatangi lokasi. 

    Karena tak terima kegiatannya dibubarkan, Ahmad Husein pun emosi. Ia saling tantang dan adu mulut dengan Plt Sekda Pati, Riyoso. 

    Untuk diketahui, kehadiran posko penggalangan donasi ini didirikan sejak Jumat (1/8/2025) lalu. Dengan mengatasnamakan diri ‘Masyarakat Pati Bersatu’, warga memarkirkan sebuah mobil ambulans yang dijadikan posko donasi.

    Mereka menghimpun donasi logistik dari masyarakat. Langkah ini untuk keperluan aksi unjuk rasa menolak kebijakan Bupati Pati yang menaikkan tarif PBB-P2 hingga 250 persen yang dianggap mencekik rakyat.

    Dari penggalangan donasi itu, mereka mendapatkan sumbangan ratusan dus air mineral. Tumpukan dus air mineral itu ditata memanjang dari barat ke timur dan nyaris menutup seluruh pagar Kantor Bupati Pati.

    “Kenapa sudah kami beri pemberitahuan (aksi penggalangan donasi), kami masih mau diusir? Kalau kami tidak boleh di sini, Sudewo suruh pulang saja. Saya di sini sudah izin,” ucap Husein kepada Sriyatun saat personel Satpol PP berjalan mendekat ke posko donasi, pukul 10.35 WIB.

  • Penjualan BAIC di GIIAS 2025: BJ30 Hybrid Dominasi Pemesanan

    Penjualan BAIC di GIIAS 2025: BJ30 Hybrid Dominasi Pemesanan

    Jakarta

    BAIC sebagai brand baru di Indonesia ikut merasakan manisnya pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. SUV irit nan kekar terbaru, BJ30 hybrid mendominasi penjualan.

    Dalam keterangan resminya, BAIC mencatatkan total penjualan sebanyak 278 unit kendaraan sepanjang GIIAS 2025. BJ30 Hybrid mencetak penjualan terbanyak dengan total 136 unit, atau hampir 50 persen dari total penjualan BAIC selama GIIAS 2025.

    Mobil selanjutnya BJ40 Plus yang diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada GIIAS 2024 lalu, berhasil meningkatkan penjualannya dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 128 unit selama pameran GIIAS 2025.

    BAIC akan melengkapi produknya di Indonesia mulai dari kendaraan hybrid, ICE (internal combustion engine), hingga kendaraan listrik. Setidaknya bakal hadir tujuh model baru hingga 2027.

    “Untuk menjawab kebutuhan pasar yang semakin dinamis, BAIC Indonesia merencanakan untuk terus menyediakan line up produk untuk Indonesia seperti BJ30 ICE 7-seater dengan mesin 1.5L Turbo, 2 model SUV listrik, 1 crossover listrik, Mid-size electric SUV Arcfox T1 & T5 yang direncanakan hadir di awal tahun 2026, lalu BJ40 Pro PHEV, BJ80 di kuartal 4 2026 kemudian membawa Mid-size MPV & big-size MPV dengan varian PHEV dan listrik di tahun 2027,” kata Dhani Yahya, Chief Operating Officer BAIC Indonesia dalam keterangannya dikutip Selasa (5/8/2025).

    Saat ini BAIC memiliki12 dealer resmi yang tersebar di berbagai kota strategis seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Denpasar, Samarinda, dan Pekanbaru. Hingga akhir 2025, BAIC menargetkan ekspansi jaringan menjadi 25 dealer resmi, mencakup seluruh Indonesia.

    Untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia, BAIC juga memberi jaminan layanan aftersales, antara lain:

    Free service maintenance 4 tahun atau 80.000 km (untuk BJ40 Plus & X55 II)Free service maintenance 4,5 tahun atau 45.000 km (untuk BJ30 Hybrid)Garansi kendaraan selama 5 tahun atau 150.000 kmEmergency Roadside Assistance (ERA) 24 jam selama 5 tahun meliputi layanan towing, bantuan ban kempis, pengisian bahan bakar darurat, jump start, hingga ambulans (tersedia di kota besar).

    (riar/rgr)

  • Kisah Cinta Duda dan Janda Berakhir Tragis: Tidak Ada yang Bisa Memisahkan Kita Selain Kematian

    Kisah Cinta Duda dan Janda Berakhir Tragis: Tidak Ada yang Bisa Memisahkan Kita Selain Kematian

    Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan bernama Siska ditemukan tewas mengenaskan di dalam kamar sebuah mes di kompleks pergudangan Bulog, Kelurahan Campang Raya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung, Senin (4/8) malam. Korban diduga dibunuh oleh kekasihnya bernama Iwan.

    Saksi mata yang juga rekan kerja pelaku, Evi, mengungkapkan bahwa peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 17.00 WIB.

    Yang mengejutkan, lanjut Evi, sebelum kejadian, Ridwan sempat mengunggah status WhatsApp berupa foto bersama korban dengan tulisan ‘Tidak ada yang bisa memisahkan kita selain kematian’.

    Evi menuturkan, saat kejadian dia melihat Riduan keluar dari kamar mes dalam kondisi panik sambil membawa sebilah cerulit yang berlumuran darah.

    “Saya disuruh telepon ambulans. Saya kira korbannya masih hidup, tapi pas saya masuk ke dalam, ternyata korban sudah tergeletak. Lehernya luka kena arit,” kata Evi di lokasi kejadian.