Transportasi: Ambulans

  • PBB: Lebih dari 200 Truk Bantuan Masuk Gaza Saat Gencatan Senjata

    PBB: Lebih dari 200 Truk Bantuan Masuk Gaza Saat Gencatan Senjata

    Jakarta, CNN Indonesia

    Enam puluh satu truk mengangkut bantuan ke Gaza utara pada Sabtu (25/11), itu menjadi bantuan dengan jumlah terbesar sejak 7 Oktober 2023, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

    Pengiriman bantuan ke Gaza tersebut termasuk makanan, air, dan pasokan medis darurat. Selain itu, ada juga sebelas ambulans, tiga gerbong dan sebuah flatbed dikirim ke Rumah Sakit Al Shifa untuk digunakan membantu evakuasi.

    Pada hari Sabtu juga, 200 truk lainnya diberangkatkan dari Nitzana, di mana 187 truk di antaranya berhasil memasuki Gaza pada pukul 19.00 waktu setempat.

    Kantor Urusan Kemanusiaan PBB atau OCHA juga mengonfirmasi bantuan berupa 129.000 liter bahan bakar juga telah memasuki ke Gaza. PBB menyebut pengiriman bantuan ini tidak mungkin terjadi tanpa Bulan Sabit Merah Palestina dan Mesir.

    PBB memberikan penghargaan atas tindakan berbagai pihak yang terlibat dalam upaya agar bantuan masuk ke Gaza.

    “Semakin lama jeda ini berlangsung, semakin banyak bantuan yang akan dikirim ke dalam dan ke seluruh Gaza,” kata OCHA dalam pernyataan persnya, seperti dikutip dari unocha.org, Minggu (26/11).

    Menyambut pembebasan lebih banyak sandera yang terjadi pada Sabtu, OCHA memperbarui seruan agar semua sandera segera dibebaskan tanpa syarat.

    “Dan kami berharap pembebasan lebih banyak tahanan Palestina membawa kelegaan bagi keluarga dan orang-orang yang mereka cintai,” tambah pernyataan itu.

    Jeda kemanusiaan telah berlangsung sejak Jumat (24/11) pagi waktu setempat dan tim serta mitra PBB telah mampu meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke dalam dan di seluruh Gaza.

    (wiw/wiw)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ocehan ‘Gila’ Dubes Israel Gilad Erdan di PBB, Sampai Disemprot China

    Ocehan ‘Gila’ Dubes Israel Gilad Erdan di PBB, Sampai Disemprot China

    Jakarta, CNN Indonesia

    Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Gilad Erdan menuai sorotan usai disemprot China saat rapat Dewan Keamanan PBB pada pekan lalu.

    Erdan melontarkan pernyataan tak pantas ke salah satu peserta, UN Women.

    Pernyataan Erdan jadi perhatian publik bukan kali itu saja. Berikut ocehan ‘gila’ Dubes Israel Gilad Erdan di PBB yang dianggap kontroversial.

    Sebut UN Women memalukan

    Dalam rapat DK PBB pada pekan lalu, Erdan mengatakan UN Women tak menjalankan tanggung jawabnya.

    “Hampir 50 hari setelah kejahatan ini dilakukan, sejak perempuan muda disakiti, seluruh dunia masih menanti kecaman UN Women terhadap kejahatan seksual yang dilakukan Hamas,” kata Erdan di pertemuan itu, dikutip situs resmi PBB.

    Dia kemudian berujar, “Anda memalukan UN Women. Memalukan.”

    UN Women, kata dia, seharusnya bisa memastikan seluruh perempuan dan anak perempuan setara.

    Di tengah pernyataan dia, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun memperingati Erdan.

    Perwakilan Israel yang saya hormati, saya ingin mengingatkan Anda bahwa Anda bisa sepenuhnya mengungkapkan pendapat Anda yang berbeda dalam pernyataan Anda, tetapi tolong tunjukkan rasa hormat Anda setidaknya untuk orang yang diundang ke pertemuan ini,” ujar Zhang.

    Zhang juga mengatakan aturan Dewan Keamanan yang konsisten harus dipatuhi setiap orang.

    “Saya ingin mengingatkan Anda untuk memperhatikan ini,” ungkap dia.

    China tengah memegang presidensi Ketua DK PBB pada November ini. Negara itu juga salah satu yang mendukung kemerdekaan Palestina dan mengecam pendudukan Israel.

    Pamer foto yang diklaim pentolan Hamas dan anak bawa senjata

    Di rapat tersebut, Erdan juga menunjukkan foto yang diklaim sebagai pentolan Hamas, Yahya Sinwar, sedang mengangkat anak laki-laki dengan senjata di tangan.

    Erdan mengatakan Dana Anak-anak PBB (UNICEF) hanya bersedia mengurus anak-anak dan perempuan jika mereka bisa menyalahkan Israel atas penderitaan di Gaza.

    “Di mana PBB selama 16 tahun terakhir? Di manakah protes UNICEF atas indoktrinasi Hamas terhadap anak-anak untuk menjadi martir?” kata Erdan, dikutip Jewish News Syndicate.

    Dia mempertanyakan peran UNICEF dan UN Women yang baru lantang bicara soal Gaza belakangan ini.

    “Bagaimana Anda bisa berani tiba-tiba mengingat perempuan dan anak-anak Gaza setelah mengabaikan mereka selama bertahun-tahun?”

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Di rapat PBB pada akhir Oktober lalu, Erdan menolak keras laporan badan PBB di Palestina, Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) soal Gaza.

    Erdan menyebut informasi mengenai situasi di lapangan yang diterima dewan ini berasal dari Hamas, bukan dari pegawai internasional PBB di Gaza.

    Ia juga menegaskan banyak pekerja unit PBB di Gaza yang menjadi anggota Hamas.

    “Banyak pekerja UNRWA di Gaza yang juga merupakan anggota Hamas,” ungkap Erdan.

    Dia lantas menganggap laporan jumlah kerusakan dan korban tewas di Gaza tak objektif karena terpengaruh Hamas.

    Tuding kontributor media dan sopir ambulans adalah Hamas

    Tak hanya menuduh UNRWA berafiliasi dengan Hamas, Erdan juga menuding kontributor media dan para sopir ambulans di Gaza merupakan anggota Hamas.

    “Banyak pengemudi ambulans adalah anggota Hamas, kontributor lokal untuk media internasional adalah anggota Hamas,” ujar Erdan.

    Selama agresi di Palestina sejak 7 Oktober, Israel kerap menyerang ambulans. Mereka mengklaim kendaraan itu digunakan Hamas untuk berlindung.

  • Tentara Israel Bunuh 6 Warga Palestina di Tepi Barat

    Tentara Israel Bunuh 6 Warga Palestina di Tepi Barat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pasukan Israel membunuh enam warga Palestina di Tepi Barat, Sabtu (25/11). Israel masih melakukan aksi kekerasan meski ada kesepakatan gencatan senjata selama empat hari di jalur Gaza.

    Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Palestina, salah satu warga yang tewas dibunuh Israel adalah seorang dokter berusia 25 tahun. Ia dibunuh pada Sabtu pagi di luar rumahnya di Qabatiya, dekat Jenin.

    Seorang warga Palestina lainnya terbunuh di el-Bireh, dekat Ramallah, mengutip AFP.

    Empat orang juga tewas oleh tembakan tentara Israel di Jenin, dalam sebuah serbuan jumlah besar kendaraan lapis baja ke kota itu, yang baru-baru ini menjadi tempat serangan Israel paling mematikan di Tepi Barat dalam hampir 20 tahun terakhir.

    Para saksi mata mengatakan kepada AFP pada hari Sabtu bahwa tentara Israel mengepung rumah sakit umum Jenin dan klinik Ibnu Sina, dan bahwa para tentara menggeledah ambulans.

    Mereka juga melaporkan pertempuran sengit dengan senjata otomatis.

    Tepi Barat telah mengalami peningkatan kekerasan sejak serangan lintas perbatasan 7 Oktober terhadap Israel oleh Hamas bulan lalu, di mana para militan dari Jalur Gaza menewaskan 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut pihak berwenang Israel.

    Israel kemudian membalas dengan pengeboman dan serangan darat di Gaza, yang menewaskan hampir 15.000 orang, sebagian besar warga sipil, menurut pemerintah Hamas.

    Sementara itu, sekitar 230 warga Palestina di Tepi Barat telah dibunuh oleh pemukim dan tentara Israel, menurut Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kritis! RS Al Quds di Gaza Akan Kehabisan Bahan Bakar dalam 48 Jam

    Kritis! RS Al Quds di Gaza Akan Kehabisan Bahan Bakar dalam 48 Jam

    Jakarta

    Kritis! Rumah sakit Al Quds di Gaza akan kehabisan bahan bakar dalam 48 jam ke depan. Situasi ini bisa menyebabkan semua peralatan penyelamat jiwa, inkubator neonatal, dan unit perawatan intensif tidak berfungsi. Demikian diingatkan organisasi Bulan Sabit Merah Palestina pada hari Senin (6/11) waktu setempat.

    “Situasinya kritis dan sensitif terhadap waktu,” kata organisasi kemanusiaan itu dalam seruannya kepada organisasi-organisasi kesehatan dan bantuan internasional, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (7/11/2023).

    Pelayanan kesehatan di Jalur Gaza telah memburuk ke tingkat kritis, dengan kekurangan pasokan medis, obat-obatan dan kurangnya makanan dan air minum untuk pasien dan staf medis, kata Bulan Sabit Palestina.

    Organisasi tersebut menambahkan bahwa pasukan Israel terus melakukan serangan terhadap area yang berjarak tidak lebih dari 50 meter dari rumah sakit Al Quds, tempat lebih dari 14.000 pengungsi Palestina mencari perlindungan, sehingga membebani fasilitas medis.

    “(Serangan) ini telah menyebabkan setidaknya 60 orang terluka di antara staf rumah sakit, pasien, dan pengungsi, serta kerusakan signifikan pada gedung rumah sakit, ambulans dan kendaraan bantuan,” kata Bulan Sabit Merah dalam pernyataannya.

    Sebelumnya, Hamas mengatakan pada hari Minggu lalu, bahwa pasukan Israel melakukan “pengeboman intensif” di sekitar beberapa rumah sakit di bagian utara Jalur Gaza tak lama setelah telekomunikasi terputus.

    Kompleks Medis Nasser di Gaza, yang memiliki empat rumah sakit, terkena serangan rudal Israel secara tidak langsung dan langsung.

    Lihat Video: Dokter Palestina Lulusan UNS Tewas Imbas Bom Israel

    Setidaknya delapan warga Palestina tewas dalam serangan itu dan puluhan lainnya luka-luka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

    Disebutkan bahwa lebih dari 16 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi, dan 51 dari 72 klinik kesehatan primer di wilayah tersebut ditutup sepenuhnya.

    Israel terus membombardir Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan 1.400 warga Israel dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya disandera oleh kelompok tersebut.

    Sejak itu, Israel telah membunuh lebih dari 10.000 warga Palestina, dan lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Semua Opsi Terbuka untuk Respons Serangan Israel di Gaza

    Semua Opsi Terbuka untuk Respons Serangan Israel di Gaza

    Amman

    Pemerintah Yordania menegaskan semua opsi terbuka untuk merespons serangan Israel yang terus berlanjut terhadap Jalur Gaza. Otoritas Amman secara spesifik menyebut Israel telah gagal dalam membedakan antara target militer dan target sipil dalam pengeboman dan operasi darat yang berlangsung di daerah kantong Palestina itu.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (7/11/2023), penegasan itu disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Bisher al Khasawneh dalam pernyataan terbaru pada Senin (6/11) waktu setempat. Namun Khasawneh tidak menjelaskan lebih detail soal langkah apa yang akan diambil oleh Yordania.

    Beberapa hari lalu, Yordania menarik Duta Besarnya dari Israel sebagai bentuk protes atas serangan tanpa henti Israel terhadap Jalur Gaza, setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu. Para pejabat Tel Aviv melaporkan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu.

    Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut lebih dari 10.000 orang tewas akibat serangan Israel yang berlangsung selama sebulan terakhir. Dari jumlah tersebut, lebih dari 4.000 orang di antaranya merupakan anak-anak.

    Pekan lalu, Yordania juga mengumumkan bahwa Duta Besar Israel, yang meninggalkan Amman tak lama setelah serangan Hamas, tidak akan diizinkan kembali ke negara tersebut. Sang Duta Besar Israel itu secara efektif dinyatakan ‘persona non grata’ oleh otoritas Yordania.

    “Semua opsi tersedia bagi Yordania dalam menghadapi agresi Israel terhadap Gaza dan dampaknya,” ucap Khasawneh saat berbicara kepada media pemerintah.

    Yordania diketahui menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada tahun 1994 silam.

    Lihat juga Video: Dokter Palestina Lulusan UNS Tewas Imbas Bom Israel

    Lebih lanjut, Khasawneh menyebut pengepungan yang dilakukan oleh Israel terhadap Jalur Gaza yang padat penduduk bukanlah upaya membela diri, seperti yang dikatakan oleh Tel Aviv.

    “Serangan brutal Israel tidak membedakan antara sasaran sipil dan militer, dan meluas ke area-area yang aman dan bahkan terhadap ambulans,” sebutnya.

    Israel membantah telah dengan sengaja menargetkan objek-objek sipil di daerah padat penduduk. Tel Aviv berdalih menyebut Hamas menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah-rumah sakit dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para anggotanya.

    Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya menyesalkan pernyataan yang disebutnya menghasut dari kepemimpinan Yordania.

    “Hubungan dengan Yordania memiliki kepentingan strategis bagi kedua negara dan kami menyesali pernyataan yang menghasut dari kepemimpinan Yordania,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.

    Sementara itu, selain menarik Duta Besar, Yordania sedang meninjau kembali hubungan ekonomi, keamanan dan politik dengan Israel. Menurut para diplomat yang akrab dengan pemikiran Yordania, ada kemungkinan negara itu akan membekukan atau mencabut sebagian dari perjanjian damai jika konfik Jalur Gaza memburuk.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kesaksian Dokter RS Indonesia di Gaza: Kami Mengandalkan Obor Kecil

    Kesaksian Dokter RS Indonesia di Gaza: Kami Mengandalkan Obor Kecil

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini memuat foto dan video yang berpotensi membuat Anda tidak nyaman.

    Rumah Sakit Indonesia di kawasan Gaza utara kedatangan korban luka dan tewas terbanyak akibat serangan udara Israel ke kamp pengungsian Jabalia, pada Selasa, 31 Oktober lalu. Pengeboman yang menyebabkan 400 korban tewas dan luka itu digambarkan sebagai “hari kiamat” oleh seorang penyintas serangan tersebut.

    Setidaknya 270 orang dilarikan ke Rumah Sakit Indonesia akibat serangan itu, kata Dokter Marwan Sultan, direktur medis di fasilitas kesehatan tersebut.

    Padahal, kata dia, rumah sakit yang dibangun dengan pendanaan dari pemerintah Indonesia dan sumbangan warga Indonesia tersebut hanya memiliki 140 tempat tidur.

    Situasi di Rumah Sakit Indonesia saat itu memburuk karena generator listrik kehabisan bahan bakar. Dua hari setelah pengeboman kamp pengungsian Jabalia atau pada 2 November lalu, rumah sakit itu kehilangan daya listrik.

    “Konsekuensinya kami berhenti melakukan operasi terhadap pasien kecuali operasi itu untuk menyelamatkan nyawa,” ujar Dokter Marwan kepada BBC.

    “Bangsal pasien tidak dapat berfungsi. Kami mengandalkan obor kecil sementara pasien di unit perawatan intensif (ICU) menggunakan generator listrik kecil,” kata Marwan.

    Dokter Marwan Sultan, Direktur Medis RS Indonesia di Gaza. (BBC)

    Dokter Marwan sangat yakin bahwa pada pengeboman kamp pengungsian Jabalia, dia melihat senjata jenis baru yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia mendasarkan pendapatnya berdasarkan observasi luka para pasiennya.

    Marwan menjelaskan, sebagian besar luka korban bervariasi, antara lain luka laserasi anggota tubuh bagian dalam dan pendarahan internal yang masif akibat tekanan darah tinggi yang terjadi secara instan.

    Kepala Rumah Sakit Indonesia, Dokter Atef Kahlout, menuturkan hal serupa.

    Dia berkata, gelombang kejut akibat serangan Israel itu terasa di rumah sakitnya, yang berjarak dua kilometer dari ledakan.

    “Kami melihat jenis-jenis luka yang jarang terjadi, kata Dokter Atef.

    Berdasarkan observasi medis itu, dia yakin Israel menggunakan amunisi jenis baru saat melancarkan serangan udara ke Gaza.

    Tim penyelamat membawa korban pengeboman Israel di pengungsian Jabalia pada 31 Oktober lalu. (Reuters)

    Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berkata kepada BBC bahwa pihaknya tidak bisa membeberkan jumlah atau jenis amunisi yang mereka gunakan.

    Ketika ditanya tentang tuduhan penggunaan senjata ilegal, juru bicara militer Israel itu berkata, “Saya telah beberapa kali mendengar klaim yang dibuat para dokter. Saya dapat mengatakan dengan sangat jelas bahwa IDF tidak menggunakan amunisi yang bertentangan dengan hukum internasional hukum,” ujarnya.

    Baca juga:

    BBC berbicara dengan sejumlah pakar. Mereka menyatakan, senjata yang digunakan Israel setidaknya memiliki daya ledak 226 kilogram. Namun para pakar itu tidak satu suara tentang jenis senjata tersebut.

    Justin Bronk, peneliti di Royal United Services Institute, sebuah lembaga riset pertahanan dan keamanan berbasis di Inggris, menyebut kawah hasil ledakan Israel konsisten dengan dampak yang bisa ditimbulkan senjata jenis JDAM GBU-31.

    Senjata ini memiliki bobot 900 kilogram dan dirancang untuk menembus atau menghancurkan sasaran yang terkubur, termasuk yang berada di bawah bangunan.

    Gempuran Israel terhadap kamp pengungsian di Gaza. (Getty Images)

    Apa kata pemerintah Indonesia?

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, menyebut Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah fasilitas kesehatan yang “sepenuhnya untuk tujuan kemanusiaan”.

    Iqbal berkata, rumah sakit itu dibangun dengan sumber pendanaan yang berasal dari masyarakat Indonesia. Setelah peresmian, operasional rumah sakit itu diserahkan kepada otoritas Palestina.

    Dari waktu ke waktu, kata dia, sejumlah relawan asal Indonesia turut membantu kinerja para petugas medis di rumah sakit itu.

    Iqbal menuturkan, Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih mampu melayani pasien saat jumlah korban serangan Israel terus bertambah setiap hari.

    Namun Iqbal menyebut para pekerja medis melayani pasien dengan jumlah yang jauh di batas kapasitas rumah sakit.

    Serangan berujung “hari kiamat”

    Salah satu penyintas serangan Israel ke pengungsian Jabalia adalah Suheil al-Talooli, seorang warga Palestina berusia 70 tahun. Dia tengah berada di rumah bersama 30 anggota keluarganya ketika serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi tersebut pekan lalu.

    “Rasanya seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau Hari Kiamat yang telah tiba,” ujarnya.

    “Serangan itu rasanya seperti sepuluh pengeboman besar-besaran yang terjadi satu demi satu, dan semuanya tiba-tiba berubah menjadi hitam, kata Suheil.

    Pensiunan dokter tersebut mengatakan, dia yakin belum pernah ada orang yang mengalami ledakan sebesar ini di Gaza sebelumnya.

    Suheil al-Talooli, pensiunan dokter berusia 70 tahun, selamat dari ledakan besar pada 31 Oktober. (Suheil al-Talooli)

    Kawah sedalam 10 meter

    Serangan Israel itu membuat kawah sedalam 10 meter, kata Juru Bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan terdapat sekitar 400 korban tewas dan korban luka akibat serangan tersebut.

    Rumah Suheil runtuh menimpanya. Dia pingsan akibat kejadian itu.

    Suheil kembali sadar dan menyaksikan “adegan kehancuran” saat dia ditarik dari reruntuhan bangunan.

    ‘Penghancuran permukiman’

    “Ada debu di mana-mana dan tak seorang pun dapat melihat dengan jelas siapa yang berdiri di samping mereka,” kata Suheil.

    “Saya melihat mayat berserakan di mana-mana. Bagian tubuh terlihat jelas” ujar pensiunan dokter yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk, di utara Gaza. Dia dan keluarganya telah menetap di pengungsian itu selama 60 tahun.

    “Seluruh permukiman saya telah dihancurkan, ucapnya.

    Saudara laki-laki dan anak-anaknya Suheil selamat, tapi istrinya, Kifah, mengalami cedera kaki dan dilarikan ke rumah sakit.

    Kakak perempuan Suheil mengatakan kepada BBC, 17 sepupunya yang tinggal di dekatnya tewas dalam serangan itu. Dia yakin banyak anggota keluarga lainnya yang masih berada di bawah reruntuhan.

    Serangan udara tanpa henti

    Serangan udara pertama kali menghujani kamp pengungsi Jabalia dengan bom dua hari setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    Serangan udara Israel pertama di pasar Jabalia menewaskan 50 orang, menurut Hamas.

    Lima hari kemudian, Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan daerah tersebut. Peringatan itu muncul lebih dari dua minggu sebelum serangan tanggal 31 Oktober.

    Namun Suheil menggambarkan serangan udara hari Selasa itu “berbeda dan lebih ganas dari serangan sebelumnya.

    “Anak-anak tercabik-cabik, katanya.

    ‘Tanah berguncang’

    Mohamed Alaswed, seorang warga kamp pengungsi Jabalia berusia 27 tahun, sedang membeli kebutuhan pokok di pasar, hanya beberapa menit sebelum pengeboman.

    “Tiba-tiba saya mendengar enam ledakan besar. Saya hanya berjarak 400 meter dari lokasi ledakan. Asap hitam dan debu menutupi tempat itu, kata Mohamed, yang menderita luka bakar di kaki.

    Dia bergegas ke lokasi ledakan, di mana dia tahu anggota keluarganya berada. Di lokasi itu, dia menemukan tumpukan puing yang menghalangi ambulans untuk mendekati area yang hancur.

    ‘Saya melihat anak-anak membawa mayat’

    Warga dengan panik membawa jenazah ke paramedis, yang berjuang untuk mencapai pusat ledakan.

    “Saya melihat anak-anak membawa mayat anak-anak lain. Para ibu berteriak dan mencari anak-anak mereka. Sulit untuk melihat atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,” kata Mohamed.

    Dia menambahkan, seluruh area tersebut penuh dengan debu dan asap, dan ketika keadaan menjadi lebih jelas, dia “melihat bagian-bagian tubuh terdampar di lantai atas sebuah bangunan”.

    Pemandangan tersebut “sulit digambarkan dengan kata-kata, kata Mohamed, yang bekerja sebagai juru kamera dan telah tinggal di daerah tersebut sejak masa kecilnya.

    Dia berkata kepada BBC, serangan Israel itu terjadi begitu tiba-tiba sehingga dia bisa melihat mayat-mayat terperangkap di puing-puing,

    Namun Mohamed juga melihat sejumlah warga masih tampak “aktivitas normal”. Seorang perempuan berada di bawah reruntuhan, misalnya, terlihat memegang panci.

    Klaim mengincar komandan Hamas

    Pada tanggal 31 Oktober, militer Israel menyatakan serangan udara mereka membunuh Ibrahim Biari, Komandan Brigade Hamas di Jabalia. Menurut klaim itu, Ibrahim adalah satu dari sejumlah orang yang mengarahkan serangan tanggal 7 Oktober ke Israel.

    “Infrastruktur militer bawah tanah Hamas di bawah bangunan-bangunan ini runtuh dan banyak petinggi Hamas terbunuh,”. demikian klaim Israel.

    Orang-orang berdiri di sekitar tepi kawah raksasa di Jabalia pada tanggal 1 November. (EPA)

    Hamas menyatakan bahwa serangan udara tanggal 31 Oktober menewaskan “tujuh sandera asal Israel, termasuk tiga orang yang memiliki kewarganegaraan ganda”.

    Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat, berkata tidak mengetahui keadaan para sandera karena Hamas menolak mengizinkan kunjungan Palang Merah kepada para sandera.

    Haiat juga menuduh Hamas tidak memberikan perawatan medis kepada para sandera.

    Tonton Video: Massa Blokir Kapal Militer AS Diduga Bawa Senjata untuk Israel

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Kembali Putus Layanan Internet dan Telepon di Gaza

    Israel Kembali Putus Layanan Internet dan Telepon di Gaza

    Jakarta

    Perusahaan telekomunikasi Paltel menyebut Israel memutus saluran internet dan telepon di Jalur Gaza pada Minggu malam waktu setempat. Hal ini terjadi untuk ketiga kalinya sejak dimulainya perang Israel dengan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    “Kami dengan menyesal mengumumkan penutupan total layanan komunikasi dan internet di Gaza setelah pihak Israel memutus servernya,” kata Paltel dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, Senin (6/11/2023).

    Seperti diketahui, serangan Israel telah menyebabkan hampir 10.000 warga Palestina, termasuk ribuan anak perempuan tewas.

    Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) atau The Council on American-Islamic Relations –organisasi advokasi dan hak sipil muslim terbesar di AS– mengutuk pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina hingga serangan di Rumah Sakit Shifa di Gaza.

    “Sangat penting bagi komunitas internasional untuk turun tangan menghentikan kampanye genosida, rasis, apartheid, pemerintah Israel yang menargetkan rakyat Palestina, yang cakupannya sangat menakjubkan dalam serangan tanpa pandang bulu terhadap kamp pengungsi, pengungsi yang melarikan diri, jurnalis, fasilitas medis, ambulans, masjid, gereja, infrastruktur vital dan sekarang lembaga pendidikan dan fasilitas PBB,” ujarnya.

    “Fakta bahwa negara kita memfasilitasi genosida ini merupakan noda moral yang akan tetap ada hingga generasi mendatang. Harus ada gencatan senjata sekarang,” ujarnya.

    (fas/fas)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ledakan Besar Hancurkan Bangunan Dekat RS Al-Quds di Gaza, Korban Berjatuhan

    Ledakan Besar Hancurkan Bangunan Dekat RS Al-Quds di Gaza, Korban Berjatuhan

    Jakarta

    Ledakan besar terjadi di sekitar rumah sakit Al-Quds di Gaza pada Minggu Pagi. Palestine Red Crescent Society (PRCS) atau Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan bangunan di dekat RS Al Quds menjadi sasaran pasukan militer Israel.

    “Sebuah bangunan yang terletak sekitar 50 meter dari rumah sakit Al-Quds dan markas besar Asosiasi di daerah Tal Al-Hawa telah menjadi sasaran IDF (Pasukan Pertahanan Israel),” kata PRCS, dilansir CNN, Minggu (5/11/2023).

    PRCS menyebut bangunan tersebut hancur dan menimbulkan korban, serta korban jiwa. PRCS melaporkan ‘ledakan artileri hebat dan serangan udara’ di sekitar rumah sakit.

    Diinformasikan rumah sakit ini dekat dengan Kota Gaza. Sementara itu, CNN telah menghubungi militer Israel untuk memberikan komentar mengenai klaim PRCS.

    Diketahui, IDF telah memerintahkan warga sipil untuk pindah ke selatan Gaza dari Kota Gaza dan utara dan sering menuduh Hamas menggunakan infrastruktur sipil seperti rumah sakit untuk operasi militer.

    Sementara itu dilansir Aljazeera, sejumlah korban terdampak akibat sebuah gedung dekat Rumah Sakit al-Quds dan di daerah Tel al-Hawa dihancurkan oleh serangan Israel.

    Lebih lanjut, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan di halaman Facebook-nya sambil membagikan video yang telah diverifikasi oleh Al Jazeera. Dari video tersebut terlihat terdapat pasien yang dievakuasi ambulans.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Bombardir Universitas Al-Azhar di Gaza

    Israel Bombardir Universitas Al-Azhar di Gaza

    Jakarta

    Wakil Menteri Luar Negeri Palestina Amal Jadou mengatakan Israel telah melakukan serangan bom ke Universitas Al-Azhar di Gaza. Serangan itu terjadi Sabtu waktu setempat.

    Dikutip Al-Jazeera, Minggu (5/11/2023), momen pemboman universitas Al-Azhar itu diunggah di akun X Jadou. Berdasarkan laporan Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, yang berkuliah di Universitas Azhar, menyampaikan pemboman itu terjadi pada Sabtu pagi.

    Sementara itu, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) atau The Council on American-Islamic Relations –organisasi advokasi dan hak sipil muslim terbesar di AS– juga menyampaikan sayap kanan Israel menghancurkan Universitas Al-Azhar di Gaza.

    CAIR mengutuk peristiwa itu. Mereka menyoroti serangan Israel terhadap Universitas di Gaza, serangan di kamp pengungsian, dan serangan mematikan lainnya.

    Selain itu, CAIR menilai serangan terhadap fasilitas PBB yang menampung pengungsi membuktikan bahwa komunitas internasional harus bertindak untuk menghentikan kampanye genosida oleh Israel yang menargetkan warga Palestina.

    Setidaknya ada 15 orang tewas dalam serangan terhadap sekolah milik PBB yang berfungsi sebagai tempat penampungan di sebuah kamp pengungsian di jalur Gaza Utara yang diserang pada hari Sabtu. Fasilitas PBB lainnya juga menjadi sasaran Israel.

    Sebanyak 51 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Maghazi.

    “Sangat penting bagi komunitas internasional untuk turun tangan menghentikan kampanye genosida, rasis, apartheid, pemerintah Israel yang menargetkan rakyat Palestina, yang cakupannya sangat menakjubkan dalam serangan tanpa pandang bulu terhadap kamp pengungsi, pengungsi yang melarikan diri, jurnalis, fasilitas medis, ambulans, masjid, gereja, infrastruktur vital dan sekarang lembaga pendidikan dan fasilitas PBB,” ujarnya.

    “Fakta bahwa negara kita memfasilitasi genosida ini merupakan noda moral yang akan tetap ada hingga generasi mendatang. Harus ada gencatan senjata sekarang,” ujarnya.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Makin Sporadis Israel Serang Gaza hingga Sekjen PBB Miris

    Makin Sporadis Israel Serang Gaza hingga Sekjen PBB Miris

    Jakarta

    Serangan Israel ke Gaza semakin parah. Bahkan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres merasa ngeri.

    Guterres mengaku miris dengan serangan Israel ke konvoi ambulans di Gaza pada Jumat (3/11/2023). Dalam insiden ini terdapat 15 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka.

    “Saya ngeri dengan laporan serangan di Gaza terhadap konvoi ambulans di luar rumah sakit Al Shifa. Gambaran jasad-jasad yang berserakan di jalan di luar rumah sakit sungguh mengerikan,” kata Guterres dalam pernyataannya, dikutip kantor berita AFP, Sabtu (4/11).

    Gutteres menyebut keamanan di Gaza kini ‘mengerikan’. Dia meminta serangan ini harus dihentikan.

    “Selama hampir satu bulan, warga sipil di Gaza, termasuk anak-anak dan perempuan, telah dikepung, tidak diberi bantuan, dibunuh, dan dibom keluar dari rumah-rumah mereka,” ujarnya.

    “Ini harus dihentikan,” tegas pemimpin badan dunia itu.

    20 Orang Tewas di Serangan Sekolah

    Sedikitnya 20 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan Israel yang “menargetkan” sebuah sekolah di Gaza utara. Demikian disampaikan Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas di wilayah Palestina tersebut pada Sabtu (4/11) pagi waktu setempat.

    “Beberapa mortir tank jatuh ke sekolah yang menjadi sasaran langsung tersebut,” imbuh kementerian.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu