Liputan6.com, Temanggung – Masyarakat Desa Madureso, Temanggung, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik berupa pemandian kuda lumping pada malam 1 Suro. Ritual yang berpusat di mata air Kali Mbelik dan Kali Tengah ini merupakan bagian dari prosesi penyucian sebelum kesenian kuda lumping dipentaskan.
Mengutip dari berbagai sumber, tradisi pemandian kuda lumping di Desa Madureso dilaksanakan setiap malam 1 Suro (1 Muharam) dalam kalender Jawa. Prosesi ini dipimpin oleh sesepuh desa dan melibatkan seluruh pemain kuda lumping beserta perangkat keseniannya.
Ritual dimulai dengan pemandian kuda-kudaan anyaman bambu di mata air Kali Mbelik tepat pukul 00.00 WIB. Sementara para pemainnya dimandikan di Kali Tengah pada waktu yang sama.
Sebelum acara pemandian, masyarakat menggelar pembacaan tahlil dan doa bersama di balai desa. Kegiatan ini diikuti dengan berbagai hiburan rakyat seperti lomba-lomba tradisional yang bertujuan menyemarakkan suasana sekaligus mengumpulkan warga.
Seluruh rangkaian acara dipersiapkan secara gotong royong oleh masyarakat setempat. Proses pemandian atau disucikan dalam istilah lokal merupakan tahap inti ritual.
Kuda lumping dan para pemainnya dibasuh dengan air dari kedua mata air yang dianggap keramat. Masyarakat meyakini bahwa pemandian ini akan memberikan keselamatan dan kekuatan spiritual bagi para pemain selama pertunjukan.
Usai pemandian, dilanjutkan dengan doa bersama untuk memohon keselamatan dan kelancaran seluruh kegiatan kesenian kuda lumping sepanjang tahun. Ritual kemudian berpuncak pada ziarah ke makam Mbah Madu dan Mbah Reso.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5113691/original/004255800_1738229077-1738209025747_apa-arti-malam-satu-suro.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)