Tradisi Pawai Obor 1 Suro di Samarinda: Dari Swadaya Warga hingga Menginspirasi Daerah Lain
Tim Redaksi
SAMARINDA, KOMPAS.com
– Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah di Langgar At-Taqwa, Jalan Merdeka RT 94, Samarinda, akan berlangsung semarak dengan tradisi pawai obor.
Tradisi malam 1 suro
ini telah berlangsung secara rutin selama sembilan tahun dan menjadi pelopor perayaan serupa di berbagai wilayah di Samarinda.
Ketua RT 94 sekaligus Pembina kegiatan, Ipung Aspul, menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah empat tahun terakhir digelar di Langgar At-Taqwa, setelah sebelumnya berlangsung selama lima tahun di Masjid Merdeka II.
“Sebelumnya, kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Merdeka II selama lima tahun. Jadi, total sudah sembilan tahun kami menggagas acara ini,” jelas Ipung kepada Kompas.com, Rabu (25/6/2025).
Perayaan sempat terhenti selama dua tahun karena pergantian kepengurusan masjid dan pandemi Covid-19.
Namun setelah pandemi mereda, semangat untuk kembali menggelar pawai obor pun bangkit.
“Setelah Covid selesai, kami memanggil kembali pengurus lama yang dulu aktif mengelola acara ini. Alhamdulillah, semangat itu muncul lagi dan kami putuskan untuk melanjutkannya di sini (Langgar At-Taqwa),” imbuhnya.
Menurut Ipung, kegiatan ini didorong oleh keinginan untuk mengangkat makna Tahun Baru Islam agar tidak kalah meriah dengan perayaan tahun baru masehi.
“Kami ini umat Islam, dan Tahun Baru Islam itu sebetulnya lebih penting, lebih utama. Kenapa setiap tahun baru kok sepi, enggak ada kegiatan? Padahal mayoritas penduduk Indonesia itu Muslim,” ujarnya.
Upaya warga juga mendapat apresiasi, bahkan dari luar Kalimantan. Ipung menuturkan bahwa warga Samarinda yang tinggal di Malang sempat terkejut melihat kemeriahan perayaan ini.
“Warga kami yang di Malang kaget saat kami perlihatkan video perayaan ini. Mereka bilang, ‘Ternyata setiap Tahun Baru Islam di Kalimantan lebih meriah acaranya’,” kenangnya.
Perayaan ini juga menginspirasi RT lain di Samarinda untuk menggelar kegiatan serupa. Menurut Ipung, semangat dari Jalan Merdeka menyebar dan memicu pawai obor di daerah lain.
“Awal mulanya memang dari sini. Tahun demi tahun berkembang, bahkan masing-masing RT mulai mengadakan kegiatan pawai obor sendiri,” kata Ipung.
Antusiasme masyarakat terlihat dari jumlah obor yang disiapkan. Tahun lalu mencapai 2.000 obor, dan tahun ini ditargetkan lebih dari 1.000 obor akan digunakan.
“Tahun kemarin saja ramai, apalagi tahun ini bertepatan dengan libur sekolah, insya Allah tambah ramai,” harap Ipung.
Rangkaian acara telah dimulai sejak 20 Juni 2025, dengan kegiatan lomba anak seperti adzan, hafalan ayat pendek, dan mewarnai.
“Tanggal 20, 21, dan malam tanggal 22 itu langsung pembagian hadiah bagi pemenang lomba,” jelasnya.
Puncak acara pawai obor akan digelar Kamis malam (27/6/2025) setelah salat Isya, dengan rute keliling sembilan RT di Jalan Merdeka dan sekitarnya, mulai dari Merdeka 3, Merdeka 2, Merdeka 1, hingga kembali ke Langgar At-Taqwa.
Seluruh kegiatan ini dilaksanakan secara swadaya oleh warga, tanpa bantuan pemerintah.
“Adik-adik muda di kepanitiaan ini, diketuai Pak Ismail, bahu-membahu. Mereka mencari bambu ke hutan, mengumpulkan botol bekas untuk obor. Ini murni kegotongroyongan,” ujarnya.
Tak hanya sebagai perayaan, pawai obor juga dimaknai sebagai ritual doa tolak bala atau “Badrah”.
“Ini adalah momen besar bagi umat Islam. Kami keliling membaca doa tolak bala, berharap kompleks Merdeka, khususnya Samarinda, terhindar dari musibah yang tidak diinginkan,” tutup Ipung.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tradisi Pawai Obor 1 Suro di Samarinda: Dari Swadaya Warga hingga Menginspirasi Daerah Lain Regional 25 Juni 2025
/data/photo/2025/06/25/685bebc412f23.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)