Laporan Wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI UTARA – Warga Perumahan Telaga Mas, Jalan Telaga Elok 1, RT 06 RW 13 Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi tolak keberadaan tower provider jaringan telekomunikasi.
Insiden tower provider ambruk yang menyebab enam orang pekerja luka-luka dan satu orang tewas di Kavling Bumi Indah Sejahtera, Karang Satria, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi makin membuat warga khawatir.
Rosmala (42) warga setempat mengatakan, selama dua tahun dia hidup dalam ketakutan setelah keberadaan tower provider yang berdiri di depan rumahnya.
“Takut, kalau ada petir, angin pas hujan, apalagi sekarang musimnya hujan, sudah dua tahun kita ngerasain seperti ini,” kata Rosmala.
Kejadian di Kavling Bumi Indah Sejahtera Tambun Utara menambahkan kuat rasa takutnya, hal yang sama dirasakan tetangganya yang tingga di sekitar tower provider berdiri.
Mereka mangaku sangat berempati atas kejadian tersebut, bahkan datang ke lokasi untuk melihat langsung dan bertemu warga yang senasib tinggal di dekat tower provider.
Rosmala mengatakan, modus kontraktor proyek tower di Tambun Utara sama persis dengan yang dilakukan di perumahannya.
“Sedih, kita juga ke sana, kalau misalnya di posisi kita gimana, karena kita ke sana juga, dan ternyata dari awalnya sama persis yang di kita,” ucapnya.
Dia dan warga RT 06 Perumahan Telaga Mas sudah berusaha menolak pembangunan tower, bahkan sudah masuk ke rumah hukum melalui gugatan pengadilan.
Sayangnya, gugatan warga kalah di Pengadilan Negeri Bekasi. Proyek pembangunan tower di atas rumah salah satu warga itu dilanjutkan sampai tuntas.
Rosadi ketua RT setempat menceritakan, tower provider dibangun di atas rumah pasangan suami istri bernama Waluyo dan Sri Wulandari.
“Mulanya menurut informasi pemilik rumah bahwa rumah beliau itu kedatangan tamu yaitu tim dari kontraktor ya dari telekomunikasi,” kata Rosadi.
Dari situ, pemilik rumah gencar bersafari ke rumah-rumah warga mensosialisasikan rencana pembangunan tower di atas kediamannya.
“Itu sekitar Maret 2023, awalnya dibilang akan dibangun tower untuk penguat sinyal, kemudian pemilik rumah mengundang pihak kontraktor,” ucapnya.
Tower rampung berdiri sekitar Agustus 2023, warga menolak keberadaan menara jaringan telekomunikasi itu karena dianggap membahayakan.
Warga saat itu sepakat dalam arti memberikan izin karena unsur kedekatan, pemilik rumah dikenal aktif di lingkungan.
Selain itu, minimnya informasi tentang spesifikasi tower yang akan dibangun membuat warga merasa proyek tersebut tidak sesuai.
Pemilik rumah hanya mencontohkan tower yang akan dibangun berjenis monopole, bukan SST (self supporting tower) seperti yang sudah berdiri saat ini.
“Pada saat itu tidak dijelaskan secara detail jenis yang akan dibangun,” terangnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya