Topik: volatilitas

  • Harga Bitcoin Kembali ke Level US$ 100.000

    Harga Bitcoin Kembali ke Level US$ 100.000

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar kripto kembali menguat dalam 24 jam terakhir. Harga Bitcoin (BTC) juga mulai kembali ke level  psikologis US$ 100.000 seperti yang dicapai setelah kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat (AS). 

    Berdasarkan data dari Coinmarketcap pada Selasa (7/1/2025) pukul 07.11 WIB, kapitalisasi pasar kripto global naik 2,66% menjadi US$ 3,6 triliun dalam 24 jam. Harga Bitcoin naik 3,59% mencapai US$ 102.099 per koin.

    Selain itu, penguatan juga terjadi pada Ethereum (ETH) sebesar 0,91% menjadi US$ 3.678 per koin. Sedangkan Binance (BNB) menguat 2,89% menjadi US$ 729,9 per koin.

    Menurut James Van Straten, analis senior di CoinDesk, kenaikan harga kali ini didorong oleh pembelian spot daripada leverage. Sebelumnya pada akhir 2024, pasar kripto sempat mengalami koreksi akibat aksi ambil untung investor setelah reli besar-besaran pasca kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS. Harga BTC turun ke titik terendah sebesar US$ 91.000 pada 30 Desember 2024, sebelum kembali bangkit pada awal tahun baru.

    Dengan berakhirnya masa liburan, permintaan terhadap BTC meningkat. MicroStrategy mengumumkan pembelian tambahan 1.020 BTC, sementara perusahaan energi KULR Technology Group menggandakan kepemilikan BTC-nya dengan investasi senilai US$ 21 juta.

    Selain itu, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) BTC spot mencatat arus masuk sebesar US$ 908 juta pada akhir pekan lalu. 

    Direktur senior Wincent Paul Howard mengingatkan, volatilitas bisa meningkat dalam dua minggu mendatang, meski BTC melampaui US$ 100.000. Ia menekankan pentingnya berhati-hati terhadap pergerakan pasar, terutama menjelang pelantikan Donald Trump.

    Laporan dari 10x Research memprediksi kenaikan harga kripto akan terus berlanjut hingga awal Januari, tetapi memperingatkan potensi aksi jual menjelang pertemuan Federal Reserve pada akhir bulan. Komentar hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell pada Desember lalu masih menjadi faktor risiko utama, terutama apabila inflasi kembali menjadi perhatian.

    Meski optimisme membayangi pasar kripto, investor diimbau untuk tetap waspada terhadap dinamika global yang dapat memengaruhi pergerakan harga Bitcoin pada tahun yang baru ini.

  • Sri Mulyani Akui Setoran Pajak Tertekan di 2024, Ini Biang Keroknya

    Sri Mulyani Akui Setoran Pajak Tertekan di 2024, Ini Biang Keroknya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui setoran pajak mengalami tekanan sepanjang 2024.

    “Penerimaan pajak mengalami tekanan,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (6/1).

    UU APBN 2024 menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp1.988,9 triliun. Namun, realisasinya hanya mencapai Rp1.932,4 triliun.

    Meski tak sampai target, menkeu mengatakan pihaknya sukses membalikkan keadaan dari outlook laporan semester (lapsem). Penerimaan pajak sempat diproyeksi merosot ke Rp1.921,9 triliun pada akhir 2024, ternyata masih bisa lebih tinggi.

    “Kita bisa recover kembali. Tadinya (outlook lapsem) hanya Rp1.921,9 triliun, kita bisa pulihkan ke Rp1.932,4 triliun. Tidak mencapai target awal, tapi lebih baik dari laporan semester kita,” tegasnya.

    Wanita yang akrab disapa Ani itu mengatakan capaian setoran pajak 2024 juga lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pada 2023, negara mengantongi Rp1.867,9 triliun.

    Ani mengklaim sepanjang 2024 terjadi penurunan harga komoditas dan tekanan bertubi-tubi. Ia menegaskan ini adalah sesuatu yang mesti disyukuri.

    “Saya sedikit me-refresh, 2023 itu tahun di mana komoditas boom luar biasa besar kontribusinya. Sehingga penerimaan negara kita 2023 Rp2.783,9 triliun, itu tumbuh 5,6 persen dibandingkan 2022,” bebernya.

    “(Pada) 2022 itu juga komoditas boom sudah naik. Dimulai di 2022, tetap berlangsung di 2023, jadi pendapatan negara kita melonjak. Sehingga defisit kita di 2023 bisa ditekan di 1,61 persen (dari produk domestik bruto/PDB),” tambah Ani.

    Walau, secara keseluruhan pendapatan negara tahun ini mencapai Rp2.842,5 triliun. Pemasukan total dari pajak, bea dan cukai, sampai penerimaan negara bukan pajak (PNBP) itu melampaui target APBN Rp2.802,3 triliun.

    Sang menteri mengatakan ini adalah prestasi. Pasalnya, Kementerian Keuangan bisa mencari sejumlah sumber pemasukan di tengah gejolak harga komoditas dan beberapa tekanan perekonomian lain.

    “Reformasi perpajakan akan terus kita lakukan dan tentu feedback dari masyarakat akan terus kita juga pantau dan dengar, untuk kita respons dengan positif,” tandasnya.

    Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu turut menyinggung kinerja penerimaan pajak yang tak capai target. Ia menyebut penerimaan pajak yang sifatnya transaksional sebenarnya masih sanggup tumbuh double digit.

    Ia mengatakan penopangnya adalah pembayaran gaji, tunjangan hari raya (THR), dan aktivitas ekonomi retail yang membaik. Namun, Anggito mengklaim sumber pemasukan lain mengalami tekanan.

    “Namun demikian, kalau kita lihat pajak penghasilan (PPh) badan memang masih terkontraksi cukup signifikan. Ini karena turunnya profitabilitas dari sektor pertambangan, khususnya batu bara, nikel, dan kelapa sawit yang terdampak adanya volatilitas harga-harga komoditas,” tuturnya.

    (skt/agt)

  • Harga Emas Diprediksi Tembus Segini di 2025 – Page 3

    Harga Emas Diprediksi Tembus Segini di 2025 – Page 3

    Dibandingkan dengan Main Street, analis Wall Street, meskipun optimis terhadap emas, memiliki pandangan yang sedikit lebih hati-hati.

    Chantelle Schieven, Kepala Riset di Capitalight Research, mengatakan kepada Kitco News dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa emas terus bertahan dan konsolidasi baru-baru ini adalah koreksi besar pertama yang dialami logam mulia tersebut dalam setahun.

    “Saya sama sekali tidak khawatir dengan volatilitas yang kita lihat. Saya pikir jeda ini sehat untuk pasar,” kata Schieven dikutip dari Kitco, Minggu (5/1/2025).

    Kemudian, Fawad Razaqzada, Analis Pasar di City Index, menulis dalam Pratinjau Prospek Fundamental Emas 2025 meskipun penguatan dolar AS, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, kinerja ekuitas yang lebih baik, dan permintaan Asia yang lebih lemah akan merugikan emas tahun ini, sejumlah faktor masih mendukung perjalanan logam kuning ini menuju USD 3.000 per ons pada tahun 2025.

    “Kebijakan moneter kemungkinan akan tetap ketat pada awal 2025, yang berpotensi mendukung imbal hasil obligasi dan dolar AS dua faktor yang seringkali merugikan daya tarik emas,” ujar Fawad.

     

  • Regulator AS Minta Perbankan Kurangi Layanan buat Kripto

    Regulator AS Minta Perbankan Kurangi Layanan buat Kripto

    Jakarta

    Regulator perbankan di Amerika Serikat (AS) telah meminta bank untuk berhenti untuk terlibat langsung melayani transaksi kripto pada tahun 2022 dan 2023. Hanya saja permintaan itu tidak dibarengi dengan perintah untuk menghentikan layanan bank kepada perusahaan kripto.

    Seorang hakim memerintahkan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk mengirimkan surat pengawasan kepada bank-bank yang melayani transaksi kripto.

    “FDIC pertama kali merilis surat-surat tersebut pada Desember, tetapi diperintahkan oleh hakim untuk mengirimkannya kembali,” tulis pemberitaan Reuters, dikutip Minggu (5/1/2025).

    Litigasi ini merupakan bagian dari kampanye Coinbase untuk mengungkap apa yang menurutnya dan perusahaan kripto lainnya merupakan upaya dari pengawas bank AS untuk mencekik perusahaan kripto dari sistem keuangan tradisional.

    Kepala bagian hukum Coinbase, Paul Grewel mengatakan bahwa surat-surat yang kurang disunting menunjukkan upaya terkoordinasi untuk menghentikan berbagai macam aktivitas kripto dan menyerukan penyelidikan lebih lanjut oleh Kongres.

    Dalam upaya untuk melawan klaim tersebut, FDIC juga menerbitkan memo internal tahun 2022 yang merinci bagaimana pengawas harus menilai pertanyaan dari pemberi pinjaman yang ingin bertransaksi langsung dengan aset kripto, dibandingkan menawarkan layanan perbankan kepada perusahaan kripto.

    Secara keseluruhan, dokumen-dokumen tersebut memberikan gambaran tentang proses pengawasan bank yang rahasia. Meskipun pemeriksa FDIC telah berhati-hati kripto yang kerap diwarnai aksi penipuan, kebangkrutan dan volatilitas, mereka tidak memerintahkan bank untuk sepenuhnya menghentikan sektor kripto.

    Dokumen-dokumen tersebut dirilis beberapa minggu sebelum pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada kemungkinan 20 Januari 2025. Kepemimpinan Trump diharapkan dapat merombak kebijakan kripto yang mengarahkan regulator bank bersikap lebih longgar pada sektor tersebut.

    (aid/kil)

  • Gempuran BI Dongkrak Rupiah Sore Ini

    Gempuran BI Dongkrak Rupiah Sore Ini

    Jakarta: Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menilai penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS sebanyak satu poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per USD didorong oleh intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing (valas).
     
    Meskipun demikian, tren pergerakan kurs rupiah masih dinilai tidak stabil alias volatile.
     
    “Rupiah sejak pembukaan pasar bergerak dengan volatile yang tinggi. Adapun penguatan satu (poin) rupiah karena intervensi BI di pasar valas untuk mempertahankan rupiah,” jelas Rully saat dihubungi Antara, Jumat, 3 Januari 2025.
    Menimbang beragam faktor pemengaruh, Rully memproyeksikan ke depan pergerakan kurs rupiah masih cenderung volatil. Hal ini utamanya dipengaruhi oleh indeks dolar AS serta imbal hasil (yield) obligasi AS yang terus bergerak dengan tren meningkat.
     

    Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Atet Dwi
     
     

     

    Pergerakan rupiah masih tinggi

    “Untuk besok pergerakan rupiah masih dengan volatilitas yang tinggi karena indeks dolar dan yield obligasi AS terus bergerak dengan tren meningkat. Apalagi data PMI non manufaktur akan rilis nanti malam yang diperkirakan akan mengalami kenaikan,” ujar dia.
     
    Adapun hari ini (3/1) kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta dibuka melemah 32 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.230 per USD, kemudian ditutup menguat satu poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per USD.
     
    Selain itu, berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat sore turut menguat ke level Rp16.217 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.236 per USD.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • Resolusi Tahun Baru, Cara Bijak Investasi di Pasar Saham

    Resolusi Tahun Baru, Cara Bijak Investasi di Pasar Saham

    Jakarta, FORTUNE – Mengawali 2025, investasi Saham semakin diminati banyak individu sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Meski demikian, investor disarankan untuk terus memperdalam pemahaman mereka tentang dunia investasi agar dapat membuat keputusan yang lebih tepat dan bijaksana.

    Sejalan dengan pernyataan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengingatkan agar investasi saham dilakukan dengan pendekatan yang rasional dan tidak bergantung pada spekulasi yang berlebihan, PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas), perusahaan anak PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, berbagi beberapa tips kepada para investor, terutama pemula, dalam menerapkan strategi investasi saham yang rasional dan cerdas:

    Pelajari Dasar-dasar Investasi Saham

    Sebelum memulai berinvestasi, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang investasi saham, termasuk analisis fundamental dan teknikal yaitu kemampuan membaca grafik harga saham, menganalisis laporan keuangan perusahaan, dan memahami risiko investasi. Gunakan sumber daya edukasi tentang investasi saham yang tersedia secara online atau melalui platform investasi yang digunakan.

    Pilih Saham Blue-Chip

    Saham blue-chip merupakan saham dari perusahaan dengan reputasi baik dan memiliki kinerja yang stabil. Salah satu indeks yang terdiri dari saham blue-chip adalah LQ45. Saham-saham ini cenderung lebih aman bagi pemula karena memiliki likuiditas tinggi dan terbiasa dengan volatilitas pasar. Contoh saham-saham yang masuk dalam Indeks LQ45 antara lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

    SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas Teddy Wishadi mengatakan bahwa ada hal yang perlu diperhatikan juga, meskipun saham blue-chip dianggap lebih aman dan memiliki fundamental yang baik, investor diharapkan tidak tergesa-gesa dalam membeli pada harga tertinggi. Sebaiknya sebelum membeli, investor melihat terlebih dahulu pergerakan harga saham dalam beberapa waktu terakhir.

    Gunakan Platform Investasi yang Lengkap dan Mudah

    Pilihlah platform investasi yang menyediakan informasi dan edukasi tentang investasi saham, serta fitur-fitur analisis yang dapat membantu investor memaksimalkan kegiatan investasinya. Salah satu contohnya yaitu BIONS (BNI Sekuritas Innovative Online Trading System) yang menghadirkan fitur unggulan yang memudahkan investor untuk melakukan analisa teknikal maupun fundamental.

    “Bagi para pemula, penting sekali untuk menggunakan platform investasi yang sederhana dan mudah digunakan. Itulah mengapa BIONS hadir dengan berbagai fitur yang bertujuan untuk membantu para investor dalam bertransaksi. BIONS berupaya menjadi teman bagi para Nasabahnya untuk menemukan instrumen mana yang sesuai dengan mereka. Nasabah dapat mengakses webinar gratis yang membahas investasi dan pasar modal, serta rekomendasi saham harian dari para analis ahli di bidangnya,” jelas Teddy.

    Mulailah dengan Investasi Periodik

    Untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan konsep rata-rata biaya perolehan (dollar-cost averaging), investor disarankan untuk memulai dengan investasi periodik. Investor dapat mengalokasikan sebagian THRnya untuk membeli saham secara berkala dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap bulan.

    “Meskipun pemula, investor disarankan untuk memiliki fokus investasi untuk jangka panjang. Berinvestasi jangka panjang berarti melakukan transaksi secara berkala dan tidak secara panik menjual di saat adanya penurunan harga saham. Selama periode transaksi secara berkala ini, investor dapat menggunakan waktunya untuk lebih dalam mempelajari tentang investasi dan informasi kinerja perusahaan,” tutur Teddy.

    Diversifikasi Portofolio

    Terakhir, investor harus mengetahui pentingnya diversifikasi portofolio. Investor bisa mengalokasi THR yang dimiliki ke beberapa instrumen investasi untuk membantu mengurangi risiko secara keseluruhan dalam portofolio investasi investor.

    “Dengan memperhatikan tips-tips ini, BNI Sekuritas berharap investor dapat memulai perjalanan investasi awal mereka dengan lebih percaya diri, serta akan lebih siap dalam menghadapi risiko ke depannya,” tutup Teddy.

  • Volatilitas Pasar Modal Tahun 2024 Luar Biasa

    Volatilitas Pasar Modal Tahun 2024 Luar Biasa

    Jakarta, FORTUNE – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menilai Pasar Modal Indonesia pada tahun 2024 mengalami volatilitas luar biasa. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sepanjang tahun menunjukkan fluktuasi signifikan di tengah tantangan perekonomian global.

    “IHSG tahun 2024 pada 30 Desember ditutup di level 7.079,91, turun 2,6 persen dibanding tahun lalu. Namun, posisi ini masih jauh di atas level terendah 6.726,92 yang terjadi pada 19 Juni 2024. Rentang sebesar 1.200 poin antara level tertinggi dan terendah mencerminkan volatilitas luar biasa di pasar modal,” kata Mahendra dalam pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia 2025 di Gedung BEI, Kamis (2/1).

    Meski IHSG menunjukkan penurunan, nilai kapitalisasi pasar tetap tumbuh sebesar 6 persen, mencapai Rp12,3 ribu triliun. Angka ini setara dengan 56 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

    Sepanjang 2024, pasar modal mencatatkan 199 penawaran umum dengan total nilai penghimpunan dana sebesar Rp259,24 triliun. Dari jumlah tersebut, terdapat 43 emiten baru dengan nilai Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp16,68 triliun, sementara Penawaran Umum Terbatas (PUPS) mencatat nilai Rp41,77 triliun.

    Pada Bursa Karbon, hingga 27 Desember 2024, volume transaksi mencapai 908 ribu ton CO₂ ekuivalen, dengan total nilai transaksi akumulasi sebesar Rp50,64 miliar.

    Peningkatan investor ritel

    OJK juga mencatat, jumlah investor ritel juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Single Investor Identification (SID) mencapai 14,8 juta, meningkat 22,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, Mahendra menyoroti beberapa tantangan yang masih perlu diatasi.

    “Indeks LQ45, yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling likuid, justru melemah 15,6 persen. Hal ini menunjukkan masih ada ruang perbaikan dalam ekosistem pasar modal kita,” katanya.

    Tantangan dan potensi pasar modal indonesia

    Mahendra membandingkan kontribusi kapitalisasi pasar modal terhadap PDB Indonesia dengan negara-negara tetangga. Saat ini, kontribusi tersebut baru mencapai 56 persen, jauh di bawah India (140 persen), Thailand (101 persen), dan Malaysia (97 persen).

    “Untuk merealisasikan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar, diperlukan penguatan ekosistem yang mendukung integritas pasar. Hal ini penting agar tercipta pasar modal yang well-functioning dan efisien,” kata Mahendra.

    Dengan berbagai potensi yang ada, OJK bersama seluruh pemangku kepentingan berkomitmen untuk memperkuat pasar modal pada 2025. Berbagai program strategis pemerintah akan diimplementasikan, dengan fokus pada peningkatan pendalaman pasar.

    “Kami akan meningkatkan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat, termasuk mendorong perusahaan dengan kapasitas lebih besar untuk melantai di bursa, serta meningkatkan porsi saham free float,” tutur Mahendra.

  • Volume Perdagangan RLUSD Melonjak 170%, Ini Penyebabnya!

    Volume Perdagangan RLUSD Melonjak 170%, Ini Penyebabnya!

    JAKARTA – Stablecoin RLUSD dari Ripple mencatatkan lonjakan besar dalam volume perdagangan hingga 170% dalam 24 jam terakhir. Meningkatnya volume perdagangan stablecoin milik Ripple ini turut mendongkrak kapitalisasi pasarnya hingga menyentuh angka 53 juta dolar AS (Rp858 miliar). 

    Kenaikan ini terjadi di tengah ketidakpastian regulasi yang melanda Tether (USDT) akibat diterapkannya undang-undang MiCA (Market in Crypto-Assets) oleh Uni Eropa. Aturan tersebut bisa memaksa USDT keluar dari pasar Eropa dan membuka peluang bagi RLUSD sebagai alternatif yang lebih stabil dan taat regulasi.

    Lonjakan volume perdagangan RLUSD yang mencapai 33,67 juta dolar AS (Rp544,8 miliar) dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci. Uni Eropa, melalui aturan MiCA, mewajibkan stablecoin untuk mematuhi standar regulasi yang ketat. 

    Hal ini membuat USDT terancam kehilangan akses di bursa-bursa Eropa. Dalam situasi ini, RLUSD yang sudah mendapatkan persetujuan dari otoritas seperti NYDFS, mulai dianggap sebagai alternatif yang lebih terpercaya.

    Peluncuran RLUSD di ekosistem Ripple mempercepat penggunaannya, terutama dalam layanan keuangan seperti On-Demand Liquidity. Stabilitas nilai RLUSD yang dipatok 1:1 terhadap dolar AS membuatnya semakin diminati oleh investor institusional dan ritel, terutama di tengah volatilitas pasar.

    Pasangan perdagangan atau trading pair RLUSD/USDC memimpin dengan volume 21 juta dolar AS (Rp340,2 miliar), diikuti oleh ETH/RLUSD sebesar 7,01 juta dolar AS (Rp113,6 miliar) dan BTC/RLUSD sebesar 3,3 juta dolar AS (Rp53,5 miliar) di platform Bullish Exchange. Angka ini menunjukkan adopsi RLUSD yang meluas di berbagai platform.

    Kenaikan RLUSD ini juga terjadi di detik-detik akhir perseteruan Ripple dengan SEC. Jika Ripple berhasil memenangkan kasus ini, reputasi Ripple di dunia kripto akan semakin menguat. Di sisi lain, kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS dan janji menjadikan AS sebagai pusat kripto global turut mendongkrak sentimen positif terhadap sejumlah aset kripto yang dikembangkan di AS, termasuk RLUSD.

  • Deretan Investasi yang Berisiko ‘Buntung’ pada 2025

    Deretan Investasi yang Berisiko ‘Buntung’ pada 2025

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Memilih instrumen investasi yang tepat adalah kunci untuk memaksimalkan keuntungan. Namun, tak semua investasi selalu membawa keberuntungan.

    Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, beberapa instrumen investasi diprediksi akan menghadapi tekanan yang membuatnya kurang menarik di 2025.

    Berikut adalah sejumlah instrumen investasi yang diprediksi menghadapi tekanan dan kurang menguntungkan di tahun 2025:

    1. Saham Berisiko Tinggi

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi usai pelantikan Presiden Terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari 2025, kemungkinan akan terjadi stagnasi dalam sektor politik dan ekonomi. Situasi ini dapat memicu banyak saham anjlok dari level tertingginya.

    “Istilahnya, kalau kita mau menghindari risiko, jauhi saham-saham berisiko tinggi, seperti saham batubara. Ini berisiko karena pada 2025, saat perang dagang usai, banyak saham-saham di sektor ini akan berguguran,” ujar Ibrahim kepada CNNIndonesia.com, Jumat (27/12).

    Ia menjelaskan batubara mencapai masa kejayaan selama pandemi covid tetapi pada 2025, sektor ini diprediksi menghadapi tekanan besar, terutama pada batubara berkalori tinggi.

    Selain itu, kondisi perang dagang yang usai kemungkinan besar akan membuat dolar AS menguat. Dampaknya, mata uang lainnya melemah, sehingga harga batubara ikut tertekan.

    Senada, Analis Pasar Uang Doo Financial Futures Lukman Leong juga menyarankan untuk menghindari saham-saham energi, termasuk batubara, di tahun mendatang.

    “Permintaan minyak mentah dunia diperkirakan turun seiring dengan peralihan ke energi terbarukan dan elektrifikasi kendaraan,” jelas Lukman.

    Ia memperkirakan harga batubara akan berada di kisaran US$100, sedangkan minyak mentah sekitar US$60.

    2. Kripto

    Aset kripto menjadi salah satu instrumen investasi dengan risiko tertinggi. Sebagai mata uang digital yang nilainya tidak diatur oleh pemerintah atau bank sentral, tetapi oleh teknologi blockchain, kripto memiliki volatilitas tinggi.

    Menurut Ibrahim, masa keemasan kripto telah terjadi pada 2024. Namun, ia mengingatkan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) tetap menolak kripto sebagai alat pembayaran resmi.

    “Pada 2025, masa kejayaan kripto kemungkinan besar akan berakhir, dan harganya diperkirakan akan kembali mengalami penurunan,” jelasnya.

    3. Saham Farmasi

    Ibrahim juga mencatat bahwa sektor farmasi menghadapi tantangan berat. Pada 2024, sejumlah perusahaan farmasi mengalami penurunan kinerja, terutama karena persaingan ketat dengan farmasi luar negeri. Hal ini menyebabkan banyak saham farmasi anjlok.

    “Meskipun ada investor yang masih suka mengoleksi saham farmasi, sektor ini tetap berisiko. Dalam kondisi global yang tak menentu, situasi ini dapat semakin memburuk. Kita perlu mengingat kembali, saat Trump menjabat, banyak saham berguguran akibat perang dagang yang terus berkecamuk,” tuturnya.

    (del/sfr)

  • Inflasi Korea Selatan Melonjak di Akhir Tahun, Terseret Drama Politik yang Makin Kusut – Halaman all

    Inflasi Korea Selatan Melonjak di Akhir Tahun, Terseret Drama Politik yang Makin Kusut – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Inflasi bulanan Korea Selatan (Korsel) meningkat pada Desember 2024, membebani pergerakan mata uang lokal di tengah gejolak politik pasca pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.

    Mengutip dari Korea Times, harga konsumen, yang merupakan ukuran utama inflasi meningkat sebesar 1,9 persen secara bulanan dan 2,3 persen secara tahunan. Kenaikan inflasi tahun ini menjadi yang tercepat dalam empat bulan terakhir. Padahal, beberapa survei berspekulasi kenaikan inflasi bulan ini  hanya berada di median 1,7 persen.

    Adapun lonjakan ini terjadi imbas naiknya harga makanan dan minuman non alkohol sebesar 2,5 persen, diikuti kenaikan biaya hiburan 1,2 persen sementara harga utilitas melesat 1,7 persen,

    Kendati indeks kenaikan inflasi Desember 2024 masih di bawah prediksi Bank Sentral Korea yang memperkirakan kenaikan inflasi di angka 2 persen.

    Namun lonjakan inflasi ini dikhawatirkan dapat memperketat kebijakan Bank of Korea, membatasi ruangnya untuk mengurangi suku bunga acuannya tahun depan setelah pemotongan berturut-turut pada Oktober dan November.

    Para pembuat kebijakan juga khawatir bahwa pertumbuhan ekonomi dapat melemah lebih lanjut karena gejolak politik yang dipicu oleh pemberlakuan darurat militer singkat oleh Presiden Yoon Suk Yeol, hingga berakhir pemakzulan.

    Tantangan negara tersebut makin parah setelah kecelakaan pesawat Jeju Air yang mematikan pada akhir pekan lalu hingga menewaskan 178 penumpang.

    Pejabat Presiden Choi Sang-mok telah mengumumkan masa berkabung selama seminggu hingga 4 Januari, yang mungkin membebani sentimen konsumen.

    “Dampak terhadap inflasi dari mata uang yang lebih lemah mungkin akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang, tetapi kekhawatiran terbesar saat ini adalah melemahnya sentimen konsumen,” kata Ahn Jae-kyun, seorang analis di Shinhan Investment.

    “Januari kemungkinan merupakan waktu yang tepat untuk pemangkasan suku bunga mengingat produksi dan konsumsi sedang lesu,” imbuhnya.

    Won Anjlok ke Level Terendah 

    Apabila lonjakan inflasi terus berlanjut hingga awal tahun, maka akan membuat pergerakan Won semakin memperburuk. Setelah sebelumnya mata uang Korea Selatan Won sempat anjlok ke level terendah selama 16 tahun terakhir.

    Dimana pada awal pekan kemarin, Won Korea ditutup di level 1.467,5 per dolar, atau turun sekitar 2,7 won dari sesi sebelumnya. Nilai ini merupakan yang terendah sejak 13 Maret 2009, saat mata uang itu anjlok 1.483,5 won efek krisis keuangan global.

    Tak hanya mata uang won saja yang mengalami penurunan, sejumlah saham unggulan di bursa Korsel turut anjlok karena aksi jual besar-besaran oleh investor asing dan institusional. Membuat Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) turun 0,3 persen, sementara indeks Kosdaq susut 0,41 persen pada perdagangan Senin (30/12/2024).

    Untuk mengantisipasi amblasnya won dan volatilitas pasar saham Korsel yang lebih lanjut, Bank Sentral Korea Selatan sejauh ini mulai memobilisasi dana darurat sebesar 10 triliun won atau sekitar 7 miliar dollar AS.

    “Kami siap untuk mengerahkan dana stabilisasi pasar saham senilai 10 triliun won kapan saja dan langkah-langkah stabilisasi pasar lainnya,” kata Kepala Komisi Layanan Keuangan atau Financial Services Commission (FSC) Kim Byoung-hwan.

    Otoritas setempat juga akan memantau secara ketat mata uang asing dari perusahaan keuangan lokal dan mengambil langkah-langkah untuk menyuntikkan likuiditas yang cukup ke pasar mata uang jika diperlukan.

    Menteri Keuangan Choi Sang-mok berjanji bahwa pemerintah akan mengambil setiap langkah yang mungkin untuk menstabilkan pasar keuangan dan valuta asing, termasuk menyediakan likuiditas tanpa batas jika diperlukan.