Topik: volatilitas

  • Harga Emas Antam Stabil Rp 1.568.000 per Gram, Masih di Harga Tertinggi – Page 3

    Harga Emas Antam Stabil Rp 1.568.000 per Gram, Masih di Harga Tertinggi – Page 3

    Emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.

    Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.

    Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.

    Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.

    Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:

    Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

    Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.

    Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.

    Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.

  • Pembukaan IHSG hari ini, 13 Jan 2025

    Pembukaan IHSG hari ini, 13 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah -6.124 poin atau -0.001 persen ke level 7088.866 pada pembuka perdagangan hari 13 Jan 2025 pagi. Tercatat, sebanyak 28 saham menguat, dan 29 saham menurun. Pada akhir perdagangan IHSG kemarin 12 Jan 2025, IHSG ditutup pada level 7088.866.

    Pergerakan Sejumlah Indeks Saham

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    Pelemahan IHSG pagi ini diikuti oleh pelemahan dari sejumlah indeks saham blue chip atau saham indeks yang lainnya, ini rinciannya.

    LQ45 mengalami pelemahan -0.002 persen menjadi 819.110IDX30 mengalami pelemahan -0.002 persen menjadi 420.083JII mengalami penguatan 0.005 persen menjadi 478.800KOMPAS100 mengalami pelemahan -0.000 persen menjadi 1050.224

    Dengan demikian untuk pembukaan IHSG Hari Ini mengalami pelemahan. Meskipun dibuka melemah investor tetap harus waspada terhadap pergerakan atau potensi perubahan pada tren dalam sesi perdagangan hari ini. Keputusan yang tepat dalam mengelola portofolio investasi menjadi krusial dalam menghadapi volatilitas pasar yang mungkin terjadi.

  • Prediksi Harga Emas Minggu Ini, Bakal Naik Lagi? – Page 3

    Prediksi Harga Emas Minggu Ini, Bakal Naik Lagi? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.

    Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.

    Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.

    Tren dan Optimisme di Tahun 2025

    Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.

    Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:

    Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

    Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.

    Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.

    Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.

    Banyak analis memprediksi bahwa emas akan mencapai USD 3.000 per ons pada 2025. Namun, kenaikan ini diperkirakan tidak akan terjadi secara cepat.

    Lonjakan harga signifikan diprediksi baru akan terjadi pada paruh kedua tahun, ketika dampak kebijakan moneter global dan ketegangan geopolitik semakin jelas.

    Di sisi lain, soal prediksi harga emas, meskipun ada tantangan berupa kenaikan suku bunga dan penguatan dolar, daya tarik emas sebagai aset defensif tetap kuat. Investor melihat emas sebagai perlindungan terhadap risiko ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang.

     

  • Saham BUKA bisa dekati Rp100 jika sentimen negatif berlanjut

    Saham BUKA bisa dekati Rp100 jika sentimen negatif berlanjut

    Sumber foto: Antara/elshinta.com

    Analis: Saham BUKA bisa dekati Rp100 jika sentimen negatif berlanjut
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 08 Januari 2025 – 20:56 WIB

    Elshinta.com – Analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyampaikan secara teknikal apabila sentimen negatif terus berlanjut dan saham PT Bukalapak Tbk (BUKA) menembus level support psikologis di level Rp107 per saham, ada kemungkinan harga saham bisa turun lebih lanjut hingga mendekati Rp100 per saham.

    “Level ini menjadi penting karena jika ditembus, akan menciptakan tekanan jual yang lebih besar dan memperburuk sentimen pasar,” ujar Hendra saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Rabu.

    Dalam jangka panjang, Ia menyebut apabila BUKA berhasil melakukan transisi dengan baik dan menunjukkan pertumbuhan yang kuat di segmen layanan digital, maka terdapat potensi bagi saham BUKA untuk kembali menarik minat investor.

    Namun demikian, lanjutnya, dalam jangka pendek hingga menengah, investor kemungkinan akan tetap berhati-hati sambil menunggu bukti lebih lanjut tentang keberhasilan strategi baru tersebut.

    Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, Hendra mengatakan saham BUKA akan menghadapi volatilitas tinggi dalam waktu dekat.

    “Sehingga, investor perlu mencermati perkembangan kinerja perusahaan, serta respons pasar terhadap perubahan strategi yang dilakukan oleh manajemen BUKA,” ujar Hendra.

    Hendra mengatakan untuk mencapai titik profitablenya, BUKA harus terus menggenjot kinerja top line, sekaligus harus dapat menekan cost of goods sold.

    “Apalagi kalau misalkan jika Bukalapak menutup layanan produk fisik marketplace-nya. Lebih fokus ke digital marketplace-nya seperti itu, itu sebenarnya bisa semakin menekan cost atau operating expense,” ujar Hendra.

    Dalam kesempatan ini, Hendra menyampaikan bahwa pelaku pasar terpantau bereaksi cukup negatif terhadap pengumuman BUKA yang melakukan transformasi bisnis dengan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace, dan berfokus untuk berjualan produk virtual.

    Data penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (08/01), saham BUKA tercatat ditutup melemah 5 poin atau 4,10 persen ke posisi Rp117 per saham.

    Hendra menjelaskan dari data perdagangan itu menandakan adanya kekhawatiran investor terhadap potensi penurunan pendapatan dari segmen marketplace fisik yang sebelumnya menjadi tulang punggung Bukalapak

    Sumber : Antara

  • Menimbang Dampak Penutupan Penjualan Produk Fisik BUKA

    Menimbang Dampak Penutupan Penjualan Produk Fisik BUKA

    Jakarta, FORTUNE – Saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) melemah 4,10 persen selama perdagangan Rabu (8/1), setelah kabar soal penutupan layanan e-commerce untuk produk fisik perseroan.

    Dikutip dari IDX Mobile, saham BUKA terkoreksi ke Rp117 dari harga penutupan di hari sebelumnya (7/1), yakni Rp122 per saham. Volume transaksi atas BUKA mencapai 592 juta, dengan nilai transaksi Rp69,5 miliar, dan frekuensi transaksi 8.070 kali.

    Analis Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan, dalam jangka pendek, reaksi pasar terhadap pengumuman Bukalapak tampak cukup negatif. “Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian investor atas prospek bisnis BUKA setelah transisi ini,” jelasnya.

    Secara teknikal, Hendra mengatakan, jika sentimen negatif terus berlanjut dan saham BUKA menembus level support psikologis di Rp 107, ada kemungkinan harga saham bisa turun lebih lanjut hingga mendekati Rp100.

    Ia berujar, “Level ini menjadi penting karena jika ditembus, akan menciptakan tekanan jual yang lebih besar dan memperburuk sentimen pasar.”

    Menurutnya, keputusan BUKA itu berisiko menurunkan pendapatan perseroan dalam jangka pendek, khususnya karena segmen lokapasar fisik memiliki basis pelanggan yang luas dan sudah mapan.

    Langkah BUKA menyetop penjualan produk fisik juga dapat mengurangi diversifikasi sumber pendapatan dan meningkatkan ketergantungan pada layanan produk virtual. Hendra menilai, produk virtual kemungkinan membutuhkan waktu untuk mencapai skala yang menguntungkan.

    Namun, jika BUKA berhasil mengoptimalkan layanan pada produk virtual, ada peluang untuk meningkatkan margin keuntungan karena biaya operasional lebih rendah daripada penjualan barang fisik. “Selain itu, konsumen yang terbiasa dengan platform BUKA untuk transaksi fisik bisa diarahkan untuk menggunakan layanan digital, asalkan transisi dilakukan dengan lancar tanpa mengganggu pengalaman pengguna,” kata Hendra.

    Dalam jangka panjang, jika BUKA berhasil melakukan transisi dengan baik dan menunjukkan pertumbuhan yang kuat di segmen layanan digital, maka ada potensi bagi saham BUKA untuk kembali menarik minat investor. Sayangnya, dalam jangka pendek hingga menengah, investor kemungkinan akan tetap berhati-hati sambil menunggu bukti lebih lanjut tentang keberhasilan strategi baru ini.

    Dus, saham BUKA diprediksi akan menghadapi volatilitas tinggi dalam waktu dekat. “Investor perlu mencermati perkembangan kinerja perusahaan serta respons pasar terhadap perubahan strategi yang dilakukan oleh manajemen BUKA,” imbuh Hendra.

    Koreksi saham BUKA hari ini terjadi seiring dengan pengumuman perseroan yang menghentikan layanan produk fisik secara bertahap sampai dengan Februari 2025. Ke depan, perseroan akan fokus dengan produk virtual di platform lokapasarnya.

    Mengapa BUKA melakukan langkah tersebut? Head of Media and Communications Bukalapak, Dimas Bayu mengatakan, “Kami juga sedang berfokus pada pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan untuk terus tumbuh lebih baik kedepannya sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham.”

    Sedikit berbeda dengan Hendra, Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji menilai penutupan produk fisik BUKA sebagai langkah tepat karena perseroan memang berfokus pada digital marketplace. Harapannya, keputusan itu akan mampu meningkatkan kinerja BUKA dari segi pendapatan, sekaligus mengurangi rugi bersih. 

    “Untuk mencapai titik profitable-nya memang harus terus menggenjot kinerja top line, juga harus bisa menekan cost of goods sold dan biaya operasional,” jelasnya. “[Penutupan layanan produk fisik] sebenarnya bisa semakin menekan biaya itu.”

    Adapun, Mirae menetapkan target harga BUKA di kisaran Rp163.

  • Kinerja Reksa Dana Tetap Positif pada 2024 meskipun Diterpa Tantangan Eksternal

    Kinerja Reksa Dana Tetap Positif pada 2024 meskipun Diterpa Tantangan Eksternal

    Jakarta, Beritasatu.com – Meskipun menghadapi berbagai tantangan eksternal, kinerja reksa dana tetap mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif sepanjang 2024. Hal ini disampaikan oleh Senior Executive Investment BNI Asset Management Faras Farish, yang menilai bahwa 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan, terutama bagi reksa dana saham.

    “Reksa dana saham banyak mengalami koreksi akibat penurunan indeks. Namun, jika dilihat secara keseluruhan, masih ada banyak kelas aset lain yang mencatatkan kinerja positif,” ujar Faras Farish saat ditemui di kantor Beritasatu.com, PIK 2, Tangerang, Rabu (8/1/2025).

    Faras menjelaskan, bahwa reksa dana pasar uang (money market fund) menjadi salah satu produk yang mencatatkan kinerja solid, dengan pertumbuhan mencapai 5% hingga 5,5%.

    Pertumbuhan ini dianggap sangat baik dan kompetitif jika dibandingkan dengan instrumen investasi sejenis seperti deposito. Selain itu, produk reksa dana berbasis pendapatan tetap (fixed income) dan obligasi juga menunjukkan kinerja yang positif secara keseluruhan.

    “Contohnya, indeks obligasi berdurasi pendek berbasis korporasi atau pemerintah mencatatkan kinerja yang sangat baik. Pertumbuhannya bisa mencapai sekitar 5,5% hingga 6% setelah dipotong biaya, dan menurut saya ini merupakan hasil yang sangat memuaskan untuk jenis instrumen investasi tersebut,” jelas Faras.

    Namun, Faras juga mengakui adanya tantangan pada instrumen, seperti obligasi pemerintah bertenor panjang yang lebih rentan terhadap fluktuasi pasar.

    “Obligasi pemerintah tenor panjang memang sedikit terdampak oleh volatilitas pasar. Akibatnya, bisa terjadi capital loss sekitar 3%. Namun, kinerjanya masih bisa tetap positif dengan pertumbuhan sekitar 4%,” tambahnya.

    Dengan berbagai dinamika kinerja reksa dana 2024 menjadi tahun pembelajaran bagi para investor untuk semakin cermat dalam memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi mereka. Faras menekankan pentingnya diversifikasi portofolio untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan di tengah tantangan pasar.

  • Wall Street Boncos Gara-gara Khawatir Fed Kerek Suku Bunga

    Wall Street Boncos Gara-gara Khawatir Fed Kerek Suku Bunga

    New York: Saham-saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street berakhir lebih rendah pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), karena data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan meningkatkan keraguan tentang kemungkinan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga di akhir tahun.
     
    Dikutip dari Xinhua, Rabu, 8 Januari 2025, indeks Dow Jones Industrial Average turun 178,20 poin, atau 0,42 persen, menjadi 42.528,36. Indeks S&P 500 turun 66,35 poin, atau 1,11 persen, menjadi 5.909,03. Indeks Nasdaq Composite turun 375,30 poin, atau 1,89 persen, menjadi 19.489,68.
     
    Sebanyak sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor teknologi dan barang konsumsi memimpin penurunan dengan masing-masing turun 2,39 persen dan 2,21 persen. Sementara itu, sektor energi dan kesehatan memimpin kenaikan dengan masing-masing naik 1,06 persen dan 0,58 persen.
     
    Institute for Supply Management (ISM) melaporkan sektor manufaktur AS terus berkembang pada Desember. Namun, kenaikan tajam dalam indeks harga yang dibayar melonjak menjadi 64,4 dari 58,2, mengindikasikan meningkatnya tekanan inflasi, yang tertinggi dalam hampir dua tahun.
     
    Imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak karena berita tersebut, melanjutkan kenaikan baru-baru ini yang didorong oleh ekspektasi bahwa rencana tarif pemerintahan yang baru dapat mempercepat inflasi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun naik lebih dari 7 basis poin menjadi 4,693 persen, menyentuh level tertinggi intraday sebesar 4,699 persen, level tertinggi sejak April.
     

     

    Lowongan pekerjaan melonjak
     
    Pasar tenaga kerja juga menunjukkan ketahanan. Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) mengungkapkan lowongan pekerjaan meningkat sebanyak 259 ribu menjadi 8,098 juta pada akhir November. PHK tetap rendah, dan tingkat keluarnya pekerja rendah.
     
    Pelaku pasar juga mengamati dengan saksama CME FedWatch Tool, yang kini menunjukkan kemungkinan 68,7 persen penurunan suku bunga minimal 25 basis poin pada Juni, naik menjadi 72,9 persen pada Juli.
     
    Meskipun peluang ini ada, data ekonomi yang kuat telah menimbulkan ketidakpastian atas lintasan kebijakan moneter Fed, yang berkontribusi terhadap volatilitas di pasar ekuitas dan obligasi.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Pembukaan IHSG hari ini, 13 Jan 2025

    Pembukaan IHSG hari ini, 08 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 7.007 poin atau 0.001 persen ke level 7083.284 pada pembuka perdagangan hari 08 Jan 2025 pagi. Tercatat, sebanyak 26 saham menguat, dan 27 saham menurun. Pada akhir perdagangan IHSG kemarin 07 Jan 2025, IHSG ditutup pada level 7083.284.

    Pergerakan Sejumlah Indeks Saham

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    Penguatan IHSG pagi ini diikuti oleh penguatan dari sejumlah indeks saham blue chip atau saham indeks yang lainnya, ini rinciannya.

    LQ45 mengalami penguatan 0.003 persen menjadi 823.139IDX30 mengalami penguatan 0.005 persen menjadi 421.945JII mengalami penguatan 0.001 persen menjadi 477.646KOMPAS100 mengalami penguatan 0.002 persen menjadi 1053.296

    Dengan demikian untuk pembukaan IHSG Hari Ini mengalami penguatan. Meskipun dibuka menguat investor tetap harus waspada terhadap pergerakan atau potensi perubahan pada tren dalam sesi perdagangan hari ini. Keputusan yang tepat dalam mengelola portofolio investasi menjadi krusial dalam menghadapi volatilitas pasar yang mungkin terjadi.

  • Bos OJK Lapor Ekonomi Global Masih Loyo, RI Tetap Stabil

    Bos OJK Lapor Ekonomi Global Masih Loyo, RI Tetap Stabil

    Jakarta

    Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar melaporkan, hingga Desember 2024 sektor jasa keuangan terjaga stabil di tengah dinamika perekonomian global dan domestik. Hal ini berdasarkan pada hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK Desember 2024.

    Mahendra mengatakan, perekonomian global saat ini menunjukkan pemulihan terbatas dengan rilis data secara mayoritas menunjukkan negara-negara berada di bawah ekspektasi. Namun demikian, inflasi masih cukup persisten.

    “Hal ini mendorong posisi dari bank-bank sentral global untuk lebih netral ke depan,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers RDK Bulanan (RDKB) Desember 2024, melalui siaran telekonferensi, Selasa (7/1/2025).

    Meski mayoritas bank sentral telah menurunkan suku bunga kebijakan dalam dua bulan terakhir ini, Mahendra mengatakan, di Amerika Serikat (AS) perekonomian dan data ketenagakerjaan tumbuh solid dengan inflasi yang masih cenderung tinggi.

    The Fed memangkas suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember lalu. Namun di sisi lain, menurutnya, ada sinyal high for longer dengan pemangkasan Fed Fund Rate (FFR) 2025 yang hanya sebesar 50 basis point (bps). Angka ini cukup rendah dibandingkan sebelumnya, pemangkasan 75 bps dan juga ekspektasi pasar antara 75-100 bps.

    Selain itu, pasar juga terus mencermati kebijakan dari Presiden AS terpilih Donald Trump yang turut mempengaruhi kenaikan volatilitas pasar keuangan. Di China, pemulihan sisi pasokan mulai terlihat, kendati belum ada sinyal perbaikan di sisi permintaan.

    “Data Consumer Price Index (CPI), terus menunjukkan disinflasi dan ekspor yang terkontraksi. Sementara di sisi lain, PMI Manufaktur tercatat di zona ekspansi,” ujarnya.

    Dari sisi domestik, Mahendra melaporkan, kinerja perekonomian Indonesia terjaga stabil. Tingkat inflasi atau headline CPI menunjukkan 1,55% year-on-year (YoY) dengan inflasi inti naik menjadi 2,26%. Surplus tenaga perdagangan juga terus berlanjut dan PMI Manufaktur terus membaik.

    “Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka OJK yang terus mencermati perkembangan terkini meminta lembaga jasa keuangan agar terus memonitor faktor-faktor risiko tersebut secara berkala dalam rangka mengukur kemampuan OJK untuk menyerap potensi risiko yang terjadi,” lanjutnya.

    Di samping itu, dalam upaya mendorong penegakan integritas dan meminimalisir risiko kerugian industri jasa keuangan, terutamanya akibat fraud, OJK telah menerbitkan POJK No.28 tahun 2024 tentang pengelolaan informasi rekam jejak pelaku melalui sistem informasi pelaku di sektor jasa keuangan (POJK Si Pelaku).

    POJK ini mengatur pemanfaatan dan tata kelola pelaku serta memuat data dan informasi rekam jejak pelaku fraud di SJK. OJK juga telah merancang Integrated Reporting Architecture sebagai inisiatif strategis yang bertujuan menyederhanakan proses pelaporan, meningkatkan transparansi, dan memperkuat kepatuhan regulasi.

    OJK juga menyusun Arsitektur Pengawasan Terintegrasi 2025-2028 dalam rangka penguatan pelaksanaan pengawasan terintegrasi pada sektor jasa keuangan sebagaimana dipertegas dalam Undang-Undang P2SK.

    (shc/ara)

  • Pembukaan IHSG hari ini, 13 Jan 2025

    Pembukaan IHSG hari ini, 07 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 7.667 poin atau 0.001 persen ke level 7080.472 pada pembuka perdagangan hari 07 Jan 2025 pagi. Tercatat, sebanyak 27 saham menguat, dan 25 saham menurun. Pada akhir perdagangan IHSG kemarin 06 Jan 2025, IHSG ditutup pada level 7080.474.

    Pergerakan Sejumlah Indeks Saham

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    Penguatan IHSG pagi ini diikuti oleh pelemahan dari sejumlah indeks saham blue chip atau saham indeks yang lainnya, ini rinciannya.

    LQ45 mengalami pelemahan -0.001 persen menjadi 825.587IDX30 mengalami pelemahan -0.001 persen menjadi 423.786JII mengalami penguatan 0.001 persen menjadi 476.956KOMPAS100 mengalami penguatan 0.000 persen menjadi 1055.232

    Dengan demikian untuk pembukaan IHSG Hari Ini mengalami penguatan. Meskipun dibuka menguat investor tetap harus waspada terhadap pergerakan atau potensi perubahan pada tren dalam sesi perdagangan hari ini. Keputusan yang tepat dalam mengelola portofolio investasi menjadi krusial dalam menghadapi volatilitas pasar yang mungkin terjadi.