Topik: volatilitas

  • Proyeksi Ekonomi Global dan Indonesia di 2025

    Proyeksi Ekonomi Global dan Indonesia di 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas), Perusahaan Anak dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, memaparkan proyeksi tentang pasar modal Indonesia pada tahun 2025. BNI Sekuritas memperkirakan bahwa tahun 2025 akan menjadi langkah lanjutan menuju pemulihan pasca-Covid-19, walaupun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat dibandingkan dengan sebelum pandemi.

    SEVP Research BNI Sekuritas Erwan Teguh mengatakan, meskipun kemungkinan resesi di Amerika Serikat masih rendah, risikonya cenderung meningkat. Kemenangan Donald Trump dan dominasi Partai Republik yang menciptakan situasi politik trifecta dapat memberikan peluang bagi Trump untuk menerapkan kebijakan kontroversial. Jika kebijakan-kebijakan tersebut dijalankan, hal ini bisa menambah risiko penurunan terhadap pertumbuhan global.

    Di tengah ketidakpastian ini, ASEAN diprediksi akan tampil lebih baik. Indonesia, dengan ekonomi yang lebih mengandalkan konsumsi domestik dan ketahanan yang sudah terbukti, dapat menjadi tempat yang lebih aman, bahkan dalam kawasan ASEAN. Pemerintahan baru Indonesia, yang didukung oleh koalisi terbesar dalam sejarah parlemen, diharapkan dapat mempercepat reformasi, memberikan arah kebijakan yang lebih jelas, dan memastikan kebijakan dilaksanakan dengan lebih baik.

    Proyeksi Ekonomi Indonesia di 2025

    BNI Sekuritas melihat prospek untuk Indonesia di tahun 2025 adalah pertumbuhan yang stabil, didorong oleh kebijakan yang berfokus pada stabilitas, investasi, konsumsi domestik, dan program sosial, sementara kemungkinan besar akan menghindari ekspansi fiskal besar-besaran. Tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah fluktuasi harga komoditas dan pertumbuhan yang lebih lambat dari mitra dagang terbesar, yaitu China.

    Pasar konsumen Indonesia berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang kuat jika langkah-langkah stimulus fiskal dapat dipertegas, yang akan mendorong konsumsi. Sektor nikel Indonesia tetap menjadi sektor kunci, meskipun volatilitas harga komoditas dan perdebatan mengenai energi terbarukan dapat memengaruhi prospek permintaan. Pemangkasan suku bunga global dan stimulus dari China memberikan dorongan positif, tetapi ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Asia-Pasifik, serta konflik yang terus berlanjut di Ukraina dan Gaza, dapat menambah risiko terhadap aliran perdagangan dan sentimen investor.

    Valuasi Pasar Indonesia dan Sektor-Sektor Utama

    Valuasi pasar Indonesia, baik berdasarkan rasio P/E maupun PBV, sangat menarik jika dibandingkan dengan negara-negara sejenis di kawasan Asia dan hasil imbal hasil obligasi. Sebagian besar sektor, termasuk telekomunikasi, barang konsumen, dan keuangan, berada di bawah rata-rata historis. Pertumbuhan diperkirakan akan didorong oleh sektor barang konsumen, kesehatan, dan keuangan, sementara sektor komoditas mungkin tetap kurang menggairahkan. Target indeks JCI secara bottom-up diperkirakan berada di sekitar 8.200, dengan rentang kasus bearish dan bullish di 7.200 hingga 8.950. Potensi kenaikan mencapai 24%.

    “Dengan proyeksi pertumbuhan yang stabil dan peluang investasi yang menarik di sektor-sektor tersebut, Indonesia menunjukkan potensi yang solid dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang ada,” tutup Erwan.

  • Mirae Asset Sebutkan Saham Berdividen Tinggi Tahun Ini

    Mirae Asset Sebutkan Saham Berdividen Tinggi Tahun Ini

    Jakarta, FORTUNE – PT Mirae Asset Sekuritas menyatakan di tengah adanya volatilitas pasar sebagai dampak dari perang dagang global, terdapat 80 Saham berDividen tinggi yang dapat menjadi pilihan bagi para investor.

    Dari 80 pilihan saham, lima saham utama pilihan dari Mirae Asset adalah PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA).

    Head of Propietary Investment Mirae Asset Sekuritas, Handiman Soetoyo, menyatakan kelima saham di atas akan menjadi penyumbang terbesar dari prediksi total dividen seluruh emiten yang tercatat di BEI pada 2025 sebesar Rp322,4 triliun. 

    “Kalau kita catat dividen tahun lalu itu mencapai rekor tertinggi Rp364,2 triliun atau naik 1,95% dari tahun sebelumnya. Angka ini jauh diatas perkiraan sebab ada dividen spesial dari PT Alamtri Resources Tbk (ADRO),” ujar Handiman dalam agenda Mirae Asset Media Day: Januari 2025, Selasa (14/1).

    Di samping kelima saham di atas, sektor keuangan dan sektor energi menjadi sektor pilihan teratas yang masih akan memberikan kontribusi terbesar bagi pembagian dividen.

    Sepanjang tahun ini, Mirae Asset Sekuritas menyebut sejumlah saham dari sektor energi yang berpotensi memberikan dividen terbesar, yaitu ADRO, AKRA, BSSR, ELSA, GEMS, ITMG, KKGI, MBAI, MCOL, PGAS, PTBA, TEBE, dan TPMA.

    Sementara itu, dari sektor keuangan adalah BJTM, BJBR, BBRI, TUGU, ADMF, BTPS, ASDM, BNGA, AMOR, BBNI, BMRI, NISP, BFIN, dan PANS.

    Hal ini disebabkan oleh data bahwa pada 2024, PT Alamtri Resources Tbk (ADRO) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi emiten pembagi dividen terbesar masing-masing Rp 54,4 triliun dan Rp 48,1 triliun pada 2024. 

    Karena itu, total setoran dividen perusahaan BUMN ke pemerintah hingga November 2024 telah melebihi target, yaitu Rp86,4 triliun.

    “Mengingat target penerimaan dividen BUMN yang masih meningkat, yaitu Rp90 triliun, kami meyakini BUMN yang listed akan tetap memberikan dividen yang besar tahun ini,” katanya.

    Untuk musim dividen, Handiman menyatakan puncak musim dividen setiap tahunnya terletak pada Maret-Juni dan sepanjang kuartal IV.

    Dalam kesempatan yang sama, Head of Research dan Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya, optimistis pasar saham Indonesia masih akan berada pada zona positif di tengah potensi perang dagang pada era pemerintahan Donald Trump.

    “Meskipun sekarang para pelaku pasar masih menunggu berita positif dari global dan dalam negeri, kami masih optimistis terhadap pasar saham Indonesia karena dua faktor dalam negeri yaitu inflasi yang  stabil dan daya beli yang terjaga,” ujarnya.

    Rully mengatakan inflasi di Indonesia terlihat menunjukkan penurunan serta didorong oleh stabilitas harga makanan. Selain itu, pembatasan pemberlakuan PPN 12 persen juga akan menjadi sentimen positif dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia.

    “Ekonomi Indonesia di tahun 2025 akan mencapai 5% dengan posisi suku bunga acuan 5,5% pada akhir tahun,” katanya.

    Sementara itu, Bank Indonesia diproyeksi akan menurunkan suku bunga pada semester II-2024, imbas dari antisipasi terhadap efek kebijakan Trump.

  • Masih Dilego Asing, Saham BBRI Berpotensi Terkoreksi ke Level Rp 3.600

    Masih Dilego Asing, Saham BBRI Berpotensi Terkoreksi ke Level Rp 3.600

    Jakarta, Beritasatu.com – Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI tergelincir ke level Rp 3.800 pada perdagangan hari ini, Selasa (14/1/2025), atau terendah sejak 2021. Penurunan ini dipicu oleh aksi jual (net sell) investor asing yang terus berlanjut sejak akhir 2024, sejalan dengan pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terkoreksi hingga kembali ke level 6.900.

    Senior Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan mengungkapkan, saham BBRI saat ini berada dalam tekanan baik secara fundamental maupun teknikal.

    “Secara fundamental, saham BBRI dinilai mixed di tengah turbulensi ekonomi yang melanda masyarakat kelas menengah dan bawah. Sebagai penyedia layanan kredit mikro, penurunan daya beli masyarakat dan inflasi menjadi tantangan besar bagi BBRI,” kata Felix kepada Beritasatu.com, Selasa (14/1/2025).

    Dari sisi teknikal, Felix mencatat bahwa tren bearish saham BBRI semakin kuat setelah menembus level Rp 4.000.

    “Jadi memang adanya peningkatan risiko dari investor asing yang cukup agresif untuk melakukan nett sell. Ini kemudian mengonfirmasi penurunan saham BBRI dalam beberapa bulan terakhir,” ujarnya.

    Felix memprediksi tekanan terhadap saham BBRI masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Ia memperkirakan level support berikutnya berada di kisaran Rp 3.600-Rp 3.700.

    “Kita menilai BBRI ini masih bisa mengalami penurunan apabila memang tone negatif atau outflow dari investor asing ini masih masif. Saat ini masih belum tepat untuk masuk ke saham BBRI. Ke depan, level support-nya mungkin di Rp 3.600-Rp 3.700.” kata Felix.

    Lebih lanjut, Felix merekomendasikan kepada para investor untuk dapat menahan transaksinya sampai situasi volatilitas pasar saham mereda.

    Strategi terbaik saat ini menurutnya adalah menunggu hingga tekanan nett sell dari investor asing berkurang. Alternatif lain adalah membeli secara cicil sambil memantau perbaikan sentimen asing yang dapat memulihkan saham big caps seperti saham BBRI.

  • Paradoks Fleksibilitas dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

    Paradoks Fleksibilitas dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

    loading…

    Ciplis Gema Qoriah.

    Ciplis Gema Qori’ah
    Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember

    SALAH satu poin kebijakan Bank Indonesia yang selalu ditunggu setiap bulannya adalah apakah suku bunga acuan BI dinaikkan, tetap, atau turun. Kebijakan moneter ini sangat berarti bagi agen-agen ekonomi dan bisnis. Terlebih secara makro, pilihan untuk menstabilkan perekonomian domestik di tengah fluktuasi ekonomi global salah satunya adalah ketepatan memainkan kebijakan moneter.

    Satu konsep penting dalam kebijakan moneter adalah tentang inersia, yaitu sebuah pendekatan kebijakan tatkala perilaku bank sentral dalam menaikkan atau menurunkan suku bunga secara perlahan dan bertahap, bukan dengan perubahan besar sekaligus. Pendekatan ini bertujuan memberikan sinyal ke pasar, menjaga stabilitas dan mengurangi volatilitas yang bisa muncul dari perubahan kebijakan yang mendadak. Namun, pendalaman wacana terkait konsep ini memunculkan dilema yang dikenal sebagai paradoks fleksibilitas.

    Dalam literasi ekonomi, paradoks fleksibilitas ialah suatu fenomena ketika fleksibilitas harga yang lebih tinggi, justru meningkatkan volatilitas output. Dimana seharusnya menjadi mekanisme penyeimbang pasar. Akibatnya, dampak guncangan ekonomi menjadi lebih dalam. Dalam konteks ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana pendekatan inersia kebijakan moneter bisa membantu mengatasi paradoks fleksibilitas dan apa implikasinya bagi Bank Indonesia (BI), khususnya dalam menghadapi tantangan ekonomi domestik dan global.

    Paradoks fleksibilitas terjadi terutama dalam situasi jebakan likuiditas (liquidity trap), ketika suku bunga nominal mendekati nol dan alat kebijakan moneter konvensional menjadi kurang efektif. Dalam kondisi ini, peningkatan fleksibilitas harga, yang memungkinkan harga beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan atau penawaran, dapat memperburuk deflasi. Ketika permintaan melemah, harga turun dengan cepat, yang menyebabkan ekspektasi inflasi juga menurun.

    Penurunan ekspektasi inflasi ini, dalam situasi di mana suku bunga nominal tidak bisa diturunkan lebih lanjut, akan menyebabkan peningkatan suku bunga riil. Hal ini berdampak negatif pada investasi dan konsumsi, serta memperburuk penurunan output. Dengan kata lain, fleksibilitas harga yang lebih tinggi justru memperbesar efek kontraksi ekonomi, alih-alih menjadi mekanisme stabilisasi.

    Sejurus dengan studi Bonciani dan Oh (2020) yang menunjukkan bahwa paradoks fleksibilitas ini sebagian besar disebabkan oleh kegagalan model standar untuk menangkap karakteristik kebijakan moneter yang lebih realistis. Ketika kebijakan moneter memiliki elemen inersia, seperti melalui penyesuaian bertahap pada suku bunga bayangan (shadow rate), efek negatif dari paradoks fleksibilitas bisa diminimalkan.

    Inersia kebijakan moneter mengacu pada penyesuaian bertahap terhadap suku bunga kebijakan. Ini berarti bahwa bank sentral tidak hanya bereaksi terhadap kondisi ekonomi saat ini, tetapi juga mempertimbangkan tren dan ekspektasi jangka panjang. Salah satu manfaat utama dari pendekatan ini adalah kemampuannya untuk memandu ekspektasi pasar. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga bayangan secara signifikan, pasar cenderung memahami bahwa suku bunga akan tetap rendah untuk waktu yang cukup lama. Komitmen ini memengaruhi ekspektasi inflasi, yang berdampak pada penurunan suku bunga riil, meskipun suku bunga nominal sudah berada pada batas bawah nol. Dengan demikian, pendekatan inersia bisa mencegah terjadinya spiral deflasi dan memperbaiki output ekonomi.

    Meski demikian, ada perbedaan mendasar antara penyesuaian suku bunga bayangan (shadow interest rate) dan suku bunga aktual. Penyesuaian bertahap terhadap suku bunga aktual saja sering kali tidak cukup untuk menangani jebakan likuiditas karena tidak memberikan sinyal yang kuat kepada pasar tentang komitmen kebijakan moneter di masa depan. Oleh karena itu, elemen forward guidance, atau panduan kebijakan di masa depan, menjadi kunci untuk meningkatkan efektivitas kebijakan inersia. BI sebagai bank sentral Republik Indonesia, telah menerapkan elemen-elemen inersia dalam kebijakan moneternya. Penyesuaian suku bunga acuan, misalnya, dilakukan secara bertahap dalam kisaran 25 basis poin. Pendekatan ini mencerminkan keinginan untuk menjaga stabilitas pasar dan mengurangi risiko volatilitas yang bisa timbul dari perubahan ataupun guncangan (shocks).

  • Harga Emas Anjlok 1% Usai Cetak Rekor Tertinggi Pekan Lalu – Page 3

    Harga Emas Anjlok 1% Usai Cetak Rekor Tertinggi Pekan Lalu – Page 3

    Sebelumnya, emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.

    Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.

    Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.

    Tren dan Optimisme di Tahun 2025

    Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.

    Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:

    Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

    Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.

    Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.

    Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.

  • Ketidakpastian Global Menghantui, Airlangga Berharap Pertumbuhan Ekonomi Dapat Terjaga

    Ketidakpastian Global Menghantui, Airlangga Berharap Pertumbuhan Ekonomi Dapat Terjaga

    JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ungkapkan di tahun ini, Indonesia masih menghadapi sejumlah risiko dan ketidakpastian, seperti volatilitas harga komoditas, suku bunga tinggi di negara maju seperti Amerika Serikat, serta pertumbuhan ekonomi China yang masih di bawah ekspektasi.

    “Kita juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang kita saksikan di banyak belahan dunia. Dengan ini, prospek ekonomi global diperkirakan masih di bawah level COVID, sekitar 3,2 persen. Tapi Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi,” kata Airlangga dalam Indonesian Business Council (IBC) Business Competitiveness Outlook 2025, Senin, 13 Januari.

    Menurut Airlangga pemerintah berharap dapat menjaga pertumbuhan ekonomi seperti tahun lalu di sekitar 5 persen jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand sekitar 3 persen, dan Korea Selatan 1,5 persen, maka Indonesia masih menjaga pertumbuhan yang baik.

    “Kalau kita lihat dari indikasi PMI di bulan Desember, kita dalam pertumbuhan di mana ekspansi 51,2 persen. Selain itu, indeks konsumen serta indeks penjualan riil juga tumbuh positif,” ucapnya.

    Pada kesempatan yang sama, Chief Operation Officer IBC William Sabandar menyampaikan Indonesian Business Council (IBC) menekankan pentingnya empat pendekatan yang perlu diambil oleh pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yaitu memperkuat kolaborasi dengan dunia usaha dan menarik investasi.

    William menyampaikan empat pendekatan tersebut meliputi reformasi tata kelola untuk meningkatkan kemudahan berusaha, kolaborasi swasta dan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur dan perbaikan kualitas sosio-ekonomi, meningkatkan industrialisasi melalui strategi hilirisasi, dan mendorong ekonomi hijau.

    Menurut William pemerintah akan melaksanakan misi besar yang sangat berat yaitu pada 2025 pemerintah baru akan mencari aliansi dan menarik investasi secara besar-besaran dan membutuhkan upaya yang kuat.

    “IBC percaya untuk mencapai misi ini tata kelola harus direformasi dan inovasi harus dikejar,” ujarnya.

    William menambahkan tata kelola yang direformasi sangat dibutuhkan guna membangun kepercayaan, memastikan pencapaian program, dan mencegah kebocoran. Sedangkan inovasi akan membantu membuka peluang tersembunyi dan membantu mengamankan daya saing regional Indonesia.

  • Kata Pakar soal Tujuan Strategis Unilever Jual Lini Bisnis Es Krim Rp 7 Triliun – Halaman all

    Kata Pakar soal Tujuan Strategis Unilever Jual Lini Bisnis Es Krim Rp 7 Triliun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Langkah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) untuk melepas unit bisnis es krim senilai Rp 7 triliun dinilai memiliki tiga tujuan strategis.

    Langkah strategis itu antara lain bertujuan untuk fokus pada penguatan lini bisnis inti, optimalisasi kinerja, dan kemampuan meningkatkan dividen dalam jangka pendek. 

    Seperti dilaporkan, perseroan menyatakan akan mendistribusikan hasil bersih dari transaksi tersebut langsung kepada Pemegang Saham sebagai dividen tunai setelah penyelesaian transaksi. 

    Investment Analyst Lead Stockbit Sekuritas, Edi Chandren, dalam risetnya, dikutip Senin (13/1), menilai penjulan unit bisnis es krim sebagai langkah positif.

    “Kami menilai rencana transaksi penjualan bisnis es krim ini sebagai hal yang positif bagi UNVR. Di tengah berbagai tantangan yang sedang dihadapi perseroan – termasuk di bisnis es krim hingga saat ini – divestasi ini dapat membuat perseroan menjadi lebih fokus dalam menjalankan bisnisnya,”ucap Edi.

    Dengan penjualan unit bisnis es krim, UNVR dapat memanfaatkan momen ini untuk memfokuskan sumber daya pada bisnis inti dengan potensi margin dan pertumbuhan yang lebih baik.

    Langkah ini juga tepat untuk menjaga efisiensi operasional dan meningkatkan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham.

     
    Keputusan ini juga dipandang sebagai cara untuk meningkatkan fleksibilitas keuangan perusahaan.

    Dengan memperkuat posisi kas, Unilever dapat mengurangi ketergantungan pada utang, memungkinkan pengalokasian modal yang lebih terfokus pada inovasi produk dan ekspansi pasar dalam kategori bisnis utama.
     
    Sementara itu, Ekonom Keuangan dan Praktisi Pasar Modal, Hans Kwee beberapa waktu lalu menyampaikan, langkah yang diambil perseroan dengan menjual unit bisnis es krim sebagai bagian dari strategi untuk kembali merebut pasar akan berpotensi memacu kinerja UNVR ke depan. 
     
    Pasalnya, dengan divestasi, perusahaan mendapat dana segar, yang dapat digunakan untuk ekspansi bisnis inti.  Jika pun tidak dipakai ekspansi, dana tersebut dipakai untuk membayar deviden, sehingga menguntungkan bagi pemegang saham. Yang pasti, langkah ini dinilai strategis untuk meningkatkan kinerja. 

    Sementara, ekonom yang juga pengamat pasar modal, Dodi Arifianto menyatakan, 
    dengan melepaskan unit bisnis es krim yang memiliki volatilitas pasar tersendiri, diyakini perusahaan dapat lebih memusatkan perhatian pada kategori utama yang lebih relevan dengan strategi pertumbuhan global.

    Hal ini juga memperbaiki efisiensi operasional perusahaan secara keseluruhan.
     
    Pelepasan bisnis es krim ini juga mengurangi eksposur perusahaan terhadap risiko operasional di sektor tersebut.

    Dalam jangka panjang, langkah ini diharapkan memperkuat cadangan kas dan memberikan peluang bagi peningkatan dividen secara konsisten, menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi para pemegang saham.
     
    Pasar telah memberikan respons beragam terhadap langkah ini, tetapi para pemegang saham utama terlihat tetap optimis dengan terus menambah kepemilikan mereka di UNVR.
     
    Langkah ini dinilai memberikan fleksibilitas yang lebih besar bagi perusahaan untuk merespons tantangan pasar dengan lebih cepat dan terarah.
     
    Keputusan ini juga dipandang sebagai langkah strategis yang tidak hanya berdampak positif pada likuiditas perusahaan tetapi juga pada efisiensi operasional.

    Dengan alokasi sumber daya yang lebih terfokus, Unilever Indonesia dapat memperkuat daya saingnya di pasar domestik maupun internasional. 
     
    Dengan mengintegrasikan strategi bisnis yang berorientasi pada fokus inti dan efisiensi, langkah pelepasan unit bisnis ini menempatkan Unilever Indonesia pada jalur pertumbuhan yang lebih stabil, memprioritaskan nilai jangka panjang bagi pemegang saham, dan menciptakan peluang yang lebih besar untuk peningkatan dividen secara konsisten.

     

  • 8 Risiko Investasi Saham dan Cara Mengatasinya

    8 Risiko Investasi Saham dan Cara Mengatasinya

    Jakarta, Beritasatu.com – Investasi saham sering kali dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk membangun kekayaan dalam jangka panjang. Namun, di balik potensi keuntungan yang menarik, terdapat berbagai risiko investasi saham yang dapat mengancam nilainya.

    Dari fluktuasi pasar yang tak terduga hingga masalah spesifik perusahaan, memahami risiko ini adalah langkah awal yang krusial bagi setiap investor.

    Berikut ini delapan risiko investasi saham dan cara mengatasinya, dikutip dari berbagai sumber, Senin (13/1/2025).

    1. Risiko pasar (market risk)
    Risiko pasar adalah risiko yang tidak dapat dihindari yang memengaruhi seluruh pasar saham. Fluktuasi harga yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, atau sosial dapat berdampak signifikan pada nilai investasi Anda. Untuk mengatasinya, sebarkan investasi Anda di berbagai sektor dan kelas aset untuk mengurangi dampak dari penurunan pada satu area tertentu.

    2. Risiko likuiditas (liquidity risk)
    Risiko likuiditas terjadi ketika investor tidak dapat menjual aset dengan cepat tanpa mempengaruhi harga pasar secara signifikan. Hal ini sering terjadi pada saham yang diperdagangkan dengan volume rendah. Pilih saham dari perusahaan besar yang memiliki volume perdagangan tinggi, sehingga Anda dapat menjualnya dengan mudah saat diperlukan.

    3. Risiko inflasi (inflation risk)
    Risiko inflasi berkaitan dengan penurunan daya beli akibat kenaikan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengikis keuntungan investasi Anda jika imbal hasil tidak sejalan dengan tingkat inflasi. Pertimbangkan untuk berinvestasi dalam saham atau real estate yang cenderung memberikan imbal hasil lebih tinggi daripada inflasi.

    4. Risiko perusahaan (business risk)
    Risiko ini muncul dari kinerja spesifik perusahaan, termasuk manajemen yang buruk, masalah produk, atau perubahan dalam industri yang dapat memengaruhi profitabilitas. Lakukan riset menyeluruh tentang perusahaan sebelum berinvestasi, termasuk analisis laporan keuangan dan posisi pasar mereka.

    5. Risiko volatilitas (volatility risk)
    Volatilitas mengacu pada fluktuasi harga saham dalam jangka pendek. Saham dengan volatilitas tinggi dapat memberikan keuntungan besar tetapi juga kerugian signifikan. Fokus pada investasi jangka panjang dan hindari keputusan impulsif berdasarkan fluktuasi harga jangka pendek.

    7. Risiko geopolitik (geopolitical risk)
    Perubahan politik atau ketegangan internasional dapat memengaruhi pasar saham secara keseluruhan dan menyebabkan ketidakpastian bagi investor. Pertimbangkan untuk berinvestasi di pasar internasional untuk mengurangi dampak dari risiko politik domestik.

    8. Risiko emosional (emotional risk)
    Keputusan investasi sering dipengaruhi oleh emosi seperti ketakutan dan keserakahan, yang dapat menyebabkan keputusan buruk. Buat rencana investasi yang jelas dan tetap berpegang pada strategi tersebut meskipun menghadapi volatilitas pasar.

    Dengan memahami risiko-risiko investasi saham ini dan menerapkan strategi mitigasi yang tepat, investor dapat meningkatkan peluang mereka untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang sambil mengurangi potensi kerugian.

  • Tren industri membaik, PIS optimistis cetak kinerja positif di 2025

    Tren industri membaik, PIS optimistis cetak kinerja positif di 2025

    PIS tentunya menangkap sinyal positif pasar tersebut dengan rutin melakukan inovasi hingga berhasil mencatat laba sebesar 280,9 juta dolar AS pada semester pertama 2024. Pencapaian ini, menjadi pemicu PIS menyusun strategi yang cermat untuk menangkap

    Jakarta (ANTARA) – Pertamina International Shipping (PIS) optimistis kembali mencetak kinerja positif pada 2025, seiring dengan tren industri yang diproyeksikan membaik dan bertumbuh di tahun ini.

    Di akhir tahun lalu, Fitch Ratings Global menerbitkan outlook industri pengiriman dan perkapalan yang memberikan sinyal positif, dengan mengubah outlook industri ini dari sebelumnya “memburuk” menjadi “stabil” di 2025.

    PIS selaku Sub Holding Integrated Marine Logistic (SH IML) dan perusahaan tanker terbesar di Asia Tenggara, menyambut outlook tersebut dengan menyiapkan strategi dalam memanfaatkan momentum tersebut.

    “PIS tentunya menangkap sinyal positif pasar tersebut dengan rutin melakukan inovasi hingga berhasil mencatat laba sebesar 280,9 juta dolar AS pada semester pertama 2024. Pencapaian ini, menjadi pemicu PIS menyusun strategi yang cermat untuk menangkap peluang bisnis tahun ini,” ujar Direktur Perencanaan Bisnis PIS Eka Suhendra dalam keterangan di Jakarta, Senin.

    Eka memaparkan, sejak 2022 sudah terjadi kenaikan market yang memberikan dampak positif pada industri shipping. Di periode ini, permintaan pembangunan kapal baru juga booming di galangan seluruh dunia.

    Sepanjang 2024, industri perkapalan dalam keadaan yang cukup stabil. Diperkirakan hingga akhir 2024 Global Seaborne Trade atau perdagangan lintas laut dunia mencapai total 66,551 billion tonne-miles dengan average demand growth sebesar 6,5 persen. Tarif shipping juga mengalami peningkatan sebesar 35 persen di atas tarif shipping rata rata 10 tahun terakhir.

    “Sinyal positif industri di tahun ini juga ditambah dengan kepastian dari hasil US election, yang menunjukkan bahwa angkutan oil and gas pada tahun-tahun mendatang masih menarik,” kata Eka.

    Terlepas dari proyeksi industri dan kinerja perusahaan yang cerah, sejumlah tantangan tetap membayangi pada tahun ini mulai dari dinamika geopolitik, tekanan regulasi internasional, dan volatilitas harga energi yang diproyeksikan masih akan berdampak pada aktivitas bisnis PIS.

    “PIS akan menyiasati tantangan tersebut dengan meningkatkan insurance dan mencari rute yang lebih aman, serta membuka peluang diversifikasi muatan green cargo untuk meredam gejolak harga energi yang fluktuatif,” katanya.

    Di samping itu, PIS menatap 2025 sebagai masa transisi yang krusial dalam aspek berkelanjutan. PIS telah bersiap menyikapi peta jalan transisi energi secara menyeluruh, seperti modernisasi armada dengan teknologi dual-fuel, investasi energy-saving devices, digitalisasi operasional, dan pembangunan green terminal. Dengan pendekatan ini, PIS tidak hanya memenuhi standar emisi, tetapi juga menjadi pionir pelayaran ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan kompetitif.

    “Kami juga fokus memanfaatkan momentum stabilitas pasar tersebut dengan menetapkan tarif yang kompetitif, memperluas jangkauan rute internasional, serta mengadopsi teknologi ramah lingkungan untuk memenuhi tuntutan industri yang semakin berorientasi pada keberlanjutan,” tambah Eka.

    Selain itu, PIS mengoptimalkan sinergi dengan anak perusahaan, seperti PT Pertamina Trans Kontinental dan PT Pertamina Energy Terminal, untuk mendukung kebutuhan logistik yang lebih terintegrasi.

    Pewarta: Faisal Yunianto
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • China Utak-atik Kebijakan Demi Perkuat Mata Uang Yuan

    China Utak-atik Kebijakan Demi Perkuat Mata Uang Yuan

    Bisnis.com, JAKARTA – China meningkatkan dukungannya terhadap yuan dengan peringatan dan penyesuaian pada kontrol modalnya, setelah mata uang tersebut anjlok mendekati rekor terendah terhadap dolar AS dalam perdagangan luar negeri. 

    Mengutip Bloomberg pada Senin (13/1/2025), People’s Bank of China (PBOC) dalam pernyataannya menyebut bank sentral dan regulator lainnya akan memperkuat manajemen mereka terhadap pasar valuta asing, menangani segala perilaku yang dapat mengganggu ketertiban pasar, dan mencegah risiko terjadinya kelebihan yuan. Beijing akan memastikan mata uang tersebut pada dasarnya stabil pada level yang wajar.

    PBOC juga menyesuaikan aturannya untuk memungkinkan perusahaan meminjam lebih banyak dari luar negeri. PBOC menaikkan parameter makroprudensial untuk perusahaan dan lembaga keuangan pendanaan lintas batas menjadi 1,75 dari 1,5, menurut sebuah pernyataan. Terakhir kali PBOC melakukan langkah serupa adalah pada bulan Juli 2023.

    Pelemahan yuan dalam beberapa bulan terakhir, didorong oleh ekonomi China yang lesu, dolar AS yang lebih kuat, dan potensi kenaikan tarif AS, membuat para pedagang mempertimbangkan komitmen PBOC untuk mempertahankan mata uang tersebut. Sejauh ini, bank sentral telah menahan nilai tukar harian sedikit lebih kuat dari ambang batas 7,2 untuk menawarkan dukungan sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.

    “Untuk saat ini, stabilitas yuan tetap menjadi prioritas. Namun, dalam jangka menengah, keberhasilan strategi ini akan bergantung pada fundamental ekonomi,” kata Tommy Xie, kepala penelitian makro Asia di Oversea-Chinese Banking Corp

    Suku bunga acuan harian, yang membatasi pergerakan yuan dalam negeri sebesar 2% di kedua sisi, adalah alat yang paling sering digunakan PBOC untuk mengelola mata uang. Pada Senin, PBOC mengeluarkan penetapan lain yang jauh lebih kuat dari perkiraan pasar. 

    PBOC telah menggali lebih dalam perangkat dukungan mata uangnya bulan ini. Bank sentral berencana untuk menerbitkan sejumlah besar surat utang di Hong Kong, sebuah langkah yang akan menyerap likuiditas luar negeri dan mendorong permintaan mata uang tersebut. 

    Selain itu, PBOC telah menangguhkan pembelian obligasi pemerintah, yang dapat membantu memperlambat penurunan imbal hasil China yang tak kunjung berhenti dan mempersempit diskon suku bunganya terhadap AS.

    Bank-bank milik negara minggu lalu mengurangi pinjaman yuan mereka di Hong Kong, sehingga investor lebih sulit membangun posisi short, menurut para pedagang. 

    Namun, investor telah memperkirakan PBOC pada akhirnya akan membiarkan yuan melemah untuk mengimbangi dampak tarif potensial AS. Kehati-hatian Federal Reserve atas pemotongan suku bunga di masa mendatang di tengah data AS yang kuat pada saat PBOC diharapkan melonggarkan kebijakannya lebih lanjut juga menekan Beijing untuk menyerah. 

    Lynn Song, kepala ekonom China Raya di ING Bank mengatakan, langkah-langkah itu kemungkinan akan memberikan beberapa dukungan untuk yuan dalam waktu dekat, meskipun tidak banyak mengubah faktor-faktor yang telah berkontribusi terhadap tekanan depresiasi.

    “Pandangan kami adalah bahwa dolar-yuan akan tetap menjadi pasangan volatilitas yang relatif rendah dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya,” ujarnya.