Topik: volatilitas

  • CBDK Buyback Saham Rp1 Triliun untuk Perkuat Fundamental dan Kepercayaan Pasar – Halaman all

    CBDK Buyback Saham Rp1 Triliun untuk Perkuat Fundamental dan Kepercayaan Pasar – Halaman all

    CBDK mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp1 triliun mulai dari 27 Maret 2025 hingga 26 Juni 2025.

    Tayang: Jumat, 28 Maret 2025 21:29 WIB

    istimewa

    RENCANA BUYBACK SAHAM – Ilustrasi rencana buyback saham dan IHSG saham. CBDK mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp1 triliun mulai dari 27 Maret 2025 hingga 26 Juni 2025. 

    TRIBUNNEWS.COM – PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp1 triliun. Buyback ini akan berlangsung mulai 27 Maret 2025 hingga 26 Juni 2025, dengan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk sebagai pihak yang akan melakukan pembelian saham melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).

    Keputusan buyback ini diambil sebagai langkah strategis untuk menjaga keyakinan terhadap pertumbuhan jangka panjang Perseroan serta menyeimbangkan fundamental perusahaan dengan volatilitas pasar. CBDK juga menekankan bahwa langkah ini bertujuan untuk menjaga tingkat kepercayaan pemangku kepentingan agar tetap mendukung keberlanjutan bisnis Perseroan.

    Likuiditas Terjaga, Buyback Tanpa Mengganggu Keuangan

    Pembelian kembali saham ini menunjukkan bahwa CBDK memiliki likuiditas yang memadai untuk menjalankan buyback tanpa mengganggu kondisi keuangan maupun operasionalnya. Perseroan akan menggunakan kas internal sebagai sumber pendanaan buyback, sesuai dengan ketentuan POJK 29/2023. Dana yang digunakan dalam aksi ini dipastikan tidak berasal dari:

    Dana hasil IPO
    Pinjaman atau utang dalam bentuk apa pun
    Sumber yang dapat mengganggu kemampuan keuangan Perseroan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo

    CBDK menegaskan bahwa buyback ini tidak akan berdampak negatif secara material terhadap kinerja operasional maupun pendapatan Perseroan. Dengan modal yang kuat serta arus kas yang sehat, CBDK optimistis aksi ini akan semakin memperkokoh fundamental bisnis dan menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dalam jangka panjang.

     

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’4′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Ekonomi Turki Anjlok Usai Penangkapan Rival Politik Erdogan

    Ekonomi Turki Anjlok Usai Penangkapan Rival Politik Erdogan

    Ankara

    Berita tentang penangkapan Ekrem Imamoglu pekan lalu, memicu kerugian besar di pasar modal Turki, dengan banyak investor kehilangan kepercayaan pada kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

    Saham Turki mengalami pekan terburuk sejak krisis keuangan global 2008, dengan indeks saham unggulan ISE 100 turun lebih dari 16% pada puncak kejatuhan.

    Sebagai respons, otoritas pasar modal Turki melarang penjualan pendek dan spekulasi terhadap penurunan harga lebih lanjut, sekaligus melonggarkan aturan pembelian kembali saham untuk menopang harga saham yang merosot. Indeks sempat naik sekitar 2%, tetapi kembali turun ke level terendah sejak November.

    Para pengamat sepakat bahwa perkembangan ini bisa menjadi masalah besar bagi Erdogan. Dalam beberapa tahun terakhir, investor Turki beralih ke pasar saham untuk melindungi kekayaan mereka dari inflasi tinggi, yang bulan ini mencapai sekitar 39%.

    Janji untuk menjaga stabilitas

    Pada awal pekan ini, pasar obligasi dan saham Turki sedikit stabil setelah Menteri Keuangan Mehmet Simsek berjanji akan melakukan “apa pun yang diperlukan” untuk menenangkan pasar keuangan.

    Ia menegaskan bahwa Turki tetap menawarkan peluang investasi jangka panjang yang menarik. Bersama Gubernur Bank Sentral Turki, Fatih Karahan, ia menegaskan kembali komitmen Erdogan untuk mempertahankan kebijakan ramah investor yang telah diterapkan selama dua tahun terakhir guna mencegah arus keluar modal dari lira Turki.

    Meskipun mata uang nasional Turki melemah terhadap dolar, depresiasi sebesar 3% dianggap tidak terlalu buruk, memberikan sedikit ketenangan bagi investor. Analis RBC Bluebay, Timothy Ash, mengatakan kepada Bloomberg News bahwa “sebagian besar arus keluar [lira] tampaknya berasal dari investor asing.”

    Krisis diperkirakan bersifat sementara

    Menurutnya, suku bunga tinggi dan dukungan mata uang oleh bank sentral berhasil menarik kembali investor internasional ke Turki. Itulah sebabnya sebelum penangkapan Imamoglu, pasar obligasi dan saham sedang dalam tren pemulihan.

    Namun, saat ini krisis politik kembali berdampak pada pasar karena ketidakpastian meningkat tajam. “Dalam hitungan jam, investor internasional menarik sejumlah besar modal dari pasar keuangan Turki. Pada saat yang sama, lira mengalami tekanan besar, memaksa bank sentral menjual cadangan yang signifikan untuk menstabilkan mata uang,” jelas Yalcin.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Dampak krisis politik di sektor pariwisata

    Pariwisata adalah salah satu industri utama Turki, dan ketidakpastian politik yang baru ini mungkin berdampak pada sektor tersebut, menurut Dirk Schmcker, Direktur Riset di Institut NIT (New Insights for Tourism) di Kiel, Jerman.

    Namun, ia memperingatkan agar dampaknya tidak dilebih-lebihkan. “Penangkapan ini bukan pertama kalinya pemerintah Turki bertindak berbeda dari kebanyakan pemerintah Eropa,” katanya kepada DW.

    Marco A. Gardini, profesor di Fakultas Manajemen Pariwisata Universitas Ilmu Terapan Kempten, bahkan lebih skeptis terhadap dampaknya. Menurutnya, langkah terhadap Imamoglu sangat relevan di lingkaran politik dan diplomatik internasional, tetapi tidak akan banyak mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Turki.

    Ia berpendapat bahwa peristiwa semacam ini tidak lagi menjadi penghalang utama, karena hanya sedikit wisatawan yang menghindari Turki akibat kebijakan Erdogan.

    Dirk Schmcker juga tidak melihat politik domestik Turki sebagai penghambat bagi sektor pariwisata, kecuali ada ancaman keamanan yang jelas, dampak bencana alam yang membuat infrastruktur pariwisata tidak dapat digunakan, atau masalah visa yang signifikan.

    Wisatawan dari Jerman dan negara lain, katanya, tetap bertekad melanjutkan rencana liburan mereka, terutama jika destinasi tersebut terjangkau.

    Kondisi keuangan Turki dalam sorotan

    Menurut Erdal Yalcin, sektor perbankan dan keuangan Turki berada dalam tekanan yang lebih besar. Ia menjelaskan bahwa bank-bank di Turki bisa menghadapi biaya pinjaman yang lebih mahal, sementara investor asing mungkin memotong pendanaan mereka. Hal ini bisa memicu keluarnya lebih banyak uang dari negara, memperburuk masalah keuangan, dan berisiko mengguncang stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan.

    Selain itu, sektor properti juga rentan karena sangat bergantung pada investor asing. “Ketidakstabilan politik yang meningkat memperbesar risiko penarikan modal dan kesulitan pembiayaan, terutama dalam kondisi suku bunga yang terus naik dan volatilitas nilai tukar yang tinggi,” kata Yalcin.

    Industri yang bergantung pada ekspor juga bisa terdampak, karena mitra dagang mungkin menjadi lebih berhati-hati dan meminta jaminan lebih tinggi atau premi risiko tambahan. Ketidakpastian di pasar valuta asing juga meningkatkan biaya lindung nilai bagi perusahaan ekspor, yang dapat melemahkan daya saing mereka.

    Para ahli percaya bahwa dampak ekonomi dan politik dari penahanan Imamoglu akan terlihat sepenuhnya dalam beberapa bulan ke depan.

    Namun, Yalcin melihat kemungkinan realistis bahwa langkah kontroversial Erdogan ini tidak akan berdampak jangka panjang. Ia berpendapat bahwa pengumuman Menteri Keuangan Turki tentang tindakan tegas untuk melindungi ekonomi bisa diterima dengan baik oleh pasar.

    Turki juga memiliki kepentingan strategis bagi Uni Eropa dan Amerika Serikat, bukan hanya sebagai mitra NATO yang penting, tetapi juga sebagai penyangga utama dalam mengontrol arus migrasi ke Eropa. Itulah sebabnya, kata Yalcin, kritik dari negara-negara Eropa sejauh ini masih bersikap hati-hati.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Inflasi harga komoditas perkebunan global dan peluang bagi Indonesia

    Inflasi harga komoditas perkebunan global dan peluang bagi Indonesia

    ​Sebagai produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dengan pangsa pasar 58 persen, Indonesia diuntungkan oleh harga CPO yang tetap tinggi.

    Jakarta (ANTARA) – Harga komoditas perkebunan global berfluktuasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

    Setelah mencapai puncaknya pada tahun 2022 akibat pandemi dan konflik geopolitik, harga-harga tersebut sempat mereda pada 2023, namun tetap berada jauh di atas level sebelum pandemi.

    Bank Dunia memproyeksikan bahwa indeks harga komoditas untuk periode 2024–2025 hanya akan melemah tipis, tetapi masih 38 persen lebih tinggi dibandingkan masa sebelum Covid-19.​

    Bagi Indonesia, sebagai eksportir utama kelapa sawit, karet, kopi, kakao, dan teh, fluktuasi harga ini memiliki dampak ganda. Di satu sisi, lonjakan harga komoditas dapat meningkatkan pendapatan ekspor dan memperkuat perekonomian nasional.

    Namun, di sisi lain, volatilitas yang tinggi berisiko mengganggu stabilitas ekonomi, terutama jika harga tiba-tiba anjlok. Fluktuasi harga yang tidak terkendali dapat mempengaruhi kesejahteraan petani dan pelaku usaha di sektor perkebunan.

    ​Fluktuasi harga komoditas perkebunan global signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Minyak kelapa sawit (CPO), sebagai salah satu komoditas andalan Indonesia, mencapai rekor harga 1.276 dolar AS per ton pada tahun 2022 akibat berbagai faktor, termasuk pandemi dan gangguan rantai pasok.

    Namun, harga tersebut turun tajam sebesar 30,5 persen menjadi 886 dolar AS per ton pada tahun 2023. Bank Dunia memproyeksikan harga CPO akan sedikit meningkat menjadi 905 dolar AS per ton pada tahun 2024 sebelum kembali turun ke 825 dolar AS per ton pada tahun 2025, yang masih berada di atas rata-rata historis. ​

    Di sisi lain, harga kakao melonjak dramatis. Pada Desember 2024, harga kakao melonjak 30 persen mencapai lebih dari 10 dolar AS per kilogram, didorong oleh kekhawatiran terhadap kondisi cuaca buruk di Afrika Barat dan permintaan musiman yang kuat.

    Produksi global kakao diperkirakan turun 14 persen pada musim 2023–2024 menjadi 4,2 juta metrik ton, terutama akibat penurunan output di Pantai Gading dan Ghana. Meskipun pasokan diperkirakan membaik pada musim 2024–2025, harga kakao tetap tinggi dan diproyeksikan turun sekitar 13 persen pada tahun 2025 dan 2 persen lagi pada tahun 2026 seiring masuknya pasokan tambahan ke pasar.

    Komoditas lainnya menunjukkan tren harga yang beragam. Harga kopi robusta mencapai titik tertinggi dalam tiga dekade pada Februari 2024 akibat kekhawatiran pasokan, sementara harga arabika juga meningkat 3 persen pada bulan yang sama. Namun, harga kopi diperkirakan melemah pada tahun 2025 seiring pemulihan produksi di negara-negara produsen utama.

    Sementara itu, harga karet alam yang sempat tertekan pada tahun 2023 mulai pulih dengan kenaikan 12 persen pada tahun 2024 berkat permintaan industri otomotif yang meningkat. Secara keseluruhan, harga komoditas perkebunan tetap tinggi, memberikan tantangan tersendiri bagi upaya pengendalian inflasi global. ​

    Biaya produksi, iklim, dan gangguan logistik

    Kenaikan biaya produksi menjadi faktor kunci di balik inflasi harga. Harga pupuk global melonjak 89 persen pada 2021–2022 akibat gangguan pasokan gas alam dan perang Ukraina.

    Di Indonesia, petani sawit terpaksa mengurangi pemupukan, menyebabkan produktivitas stagnan. Biaya energi dan upah buruh juga meningkat, memaksa produsen menaikkan harga jual untuk mempertahankan margin.

    Perubahan iklim memperburuk situasi. Cuaca ekstrem seperti embun beku di Brasil (2021) merusak 11 persen kebun kopi arabika, sementara El Niño 2023 memicu kekeringan di Asia Tenggara yang mengurangi panen robusta Vietnam.

    Di India, produksi teh 2024 anjlok 30 persen akibat gelombang panas, terendah dalam satu dekade. Fenomena ini mengganggu pasokan global, mendorong naiknya harga.

    Disrupsi rantai pasok pasca-pandemi dan konflik geopolitik turut menyumbang inflasi. Biaya angkutan laut melonjak 300 persen selama pandemi, sementara serangan Houthi di Laut Merah (2024) menghambat pengiriman teh dari Afrika Timur. Perang Rusia-Ukraina juga mengacaukan pasokan pupuk dan komoditas substitusi seperti minyak bunga matahari, memperparah ketegangan harga.

    Kebijakan perdagangan negara produsen semakin memanaskan pasar. Larangan ekspor CPO Indonesia (April 2022) dan pembatasan ekspor kakao oleh Pantai Gading (2024) menciptakan gejolak pasokan. Di sisi lain, aturan bebas deforestasi Uni Eropa (2023) memaksa produsen sawit meningkatkan standar keberlanjutan, dan ini menjadi tantangan tambahan bagi negara-negara eksportir.

    Dampak bagi Indonesia

    ​Sebagai produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dengan pangsa pasar 58 persen, Indonesia diuntungkan oleh harga CPO yang tetap tinggi.

    Pada Maret 2024, nilai ekspor CPO dan produk turunannya meningkat 29,8 persen secara bulanan menjadi 1,56 miliar dolar AS meskipun volume ekspor turun akibat permintaan global yang lesu. Pembatasan ekspor pada 2022 sempat menurunkan harga minyak goreng dalam negeri, tetapi mengguncang pasar global. ​

    Di sektor kakao, kenaikan harga menjadi berkah tersendiri. Meskipun produksi nasional stagnan di angka 200 ribu ton per tahun, jauh di bawah Pantai Gading dan Ghana, harga referensi biji kakao periode April 2024 ditetapkan sebesar 7.114,93 dolar AS per metrik ton, meningkat 31,84 persen dari bulan sebelumnya. Sayangnya, industri pengolahan dalam negeri terpukul karena ketergantungan pada impor biji kakao bermutu tinggi.​

    Kenaikan harga kopi robusta sebesar 33 persen pada 2024 membawa angin segar bagi petani Indonesia, meskipun produksi tahun tersebut diprediksi turun 18 persen akibat dampak El Niño. Sebaliknya, industri pengolahan kopi domestik menghadapi tekanan biaya bahan baku.

    Di sektor karet, pemulihan harga dengan kenaikan 12 persen pada 2024 mengembalikan optimisme petani di Sumatera dan Kalimantan, meskipun produktivitas kebun masih rendah akibat tanaman tua dan serangan jamur.

    Indonesia, sebagai produsen teh peringkat ke-7 dunia dengan produksi 139.362 ton pada 2022, kurang terdampak gejolak harga global. Pada komoditas teh, kenaikan harga dunia akibat gagal panen di India dan Kenya bisa menjadi peluang ekspor jika kualitas teh Indonesia dapat ditingkatkan.​

    Peluang hilirisasi dan adaptasi iklim

    ​Fluktuasi harga komoditas perkebunan global yang diperkirakan akan terus berlanjut menuntut Indonesia untuk mempercepat hilirisasi industri guna memaksimalkan manfaat ekonomi dan mengurangi dampak negatif volatilitas pasar.

    Salah satu langkah strategis adalah mengolah CPO menjadi produk bernilai tambah seperti biodiesel dan oleokimia. Peningkatan hilirisasi ini tidak hanya meningkatkan nilai ekspor, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam industri hilir sawit.

    Selain hilirisasi, adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi krusial dalam menjaga keberlanjutan produksi perkebunan. Petani kopi dan kakao perlu didorong untuk menggunakan varietas tanaman yang tahan terhadap kondisi kekeringan dan penyakit. Sementara itu, perkebunan kelapa sawit dan karet memerlukan sistem irigasi berkelanjutan untuk memastikan ketersediaan air yang memadai selama musim kemarau.

    Pemerintah dan pemangku kepentingan sektor perkebunan juga perlu memperkuat diplomasi perdagangan untuk melobi aturan keberlanjutan global yang adil dan tidak merugikan eksportir dari negara berkembang.

    Menjaga stabilitas kebijakan ekspor sangat penting untuk memberikan kepastian bagi pelaku industri dan menarik investasi di sektor hilir.

    Kombinasi strategi hilirisasi, adaptasi iklim, dan diplomasi perdagangan yang efektif akan membantu Indonesia memanfaatkan peluang sekaligus menghadapi tantangan dalam dinamika pasar komoditas perkebunan global.

    *) Kuntoro Boga Andri adalah Kepala Pusat Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP), Perkebunan, Kementerian Pertanian

    Copyright © ANTARA 2025

  • Dividen Bank BUMN Dorong IHSG ke Zona Hijau

    Dividen Bank BUMN Dorong IHSG ke Zona Hijau

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak ke zona hijau pada sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (27/3/2025), dengan kenaikan 14,72 poin atau 0,23% ke level 6.487. 

    Analisis Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut, IHSG sempat dibuka melemah sebelum akhirnya menguat, didorong oleh sentimen dividen dari bank-bank BUMN. Pilarmas juga merekomendasikan saham PGAS untuk perdagangan di sesi kedua.

    Dalam risetnya, Pilarmas mengungkapkan bahwa rencana pembagian dividen dari perbankan milik negara memberikan dampak positif bagi pasar, sehingga mendorong investor kembali masuk ke instrumen saham. Selain itu, data perdagangan menunjukkan adanya aksi beli bersih (net buy) investor asing di pasar reguler pada hari sebelumnya, dengan nilai mencapai Rp 2,37 triliun.

    “Pergerakan ini mencerminkan strategi akumulasi yang dilakukan investor asing, yang mulai kembali ke pasar saham Indonesia secara bertahap,” tulis Pilarmas dalam risetnya, Kamis (27/3/2025).

    Selain itu, kenaikan IHSG juga dipengaruhi oleh penguatan indeks saham di kawasan Asia. Sentimen ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif impor otomotif sebesar 25% mulai pekan depan.

    “Kebijakan ini memicu kekhawatiran terhadap potensi aksi balasan serta dampaknya terhadap perekonomian global, yang meningkatkan volatilitas di pasar mata uang,” jelas Pilarmas.

    Lebih lanjut, optimisme terhadap perekonomian China turut menjadi faktor penguatan pasar. Goldman Sachs memperkirakan adanya tren kenaikan lebih lanjut yang didorong oleh revisi laba yang positif.

    Selain itu, meskipun laba industri China mengalami sedikit penurunan sebesar 0,3% secara tahunan dalam dua bulan pertama 2025, hal ini tetap dipandang sebagai indikasi bahwa stimulus ekonomi dari pemerintah China mulai menunjukkan hasilnya.

    “Perkembangan ini semakin mengonfirmasi bahwa langkah-langkah kebijakan yang diterapkan pemerintah China mulai memberikan dampak nyata,” tambah Pilarmas.

    Pada perdagangan sesi pertama hari ini, beberapa saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi, antara lain AHAP, BOAT, KOTA, DADA, dan ADHI. Sementara itu, saham dengan penurunan terbesar mencakup SNLK, NINE, BELL, IKAN, dan ACST.

    Pilarmas merekomendasikan saham PGAS untuk perdagangan IHSG sesi II dengan rekomendasi beli (buy), serta menetapkan level support di 1.525 dan resistance di 1.620.

  • Ini Biang Kerok Rupiah Makin Ambrol – Page 3

    Ini Biang Kerok Rupiah Makin Ambrol – Page 3

    Sebelumnya, nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah Indonesia (IDR) pada 25 Maret 2025 menunjukkan fluktuasi yang cukup dinamis. Fliktuasi rupiah terhadap dolar AS ini mencerminkan sifat volatilitas pasar mata uang.

    Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi di Jakarta melemah sebesar 42 poin atau 0,26 persen menjadi 16.610 per dolar AS dari sebelumnya 16.568 per dolar AS.

    Pengamat pasar uang yang juga Presiden Direktur PT Doo Financial Futures Ariston Tjendra menilai kepercayaan investor terhadap bursa saham yang melemah memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Selasa pagi.

     “Kepercayaan investor terhadap bursa saham dalam negeri, turut memberikan tekanan ke rupiah. Pesimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri, terefleksi di pergerakan indeks saham BEI (Bursa Efek Indonesia),” ujarnya dikutip dari Antara.

    Berdasarkan laman konversi mata uang Wise mencatat rata-rata nilai tukar USD/IDR dalam 30 hari terakhir sekitar Rp 16.418,25 dan rata-rata 90 hari terakhir sekitar Rp 16.311,03. Namun, pada 25 Maret 2025, Wise mencatat nilai tukar USD/IDR sekitar Rp 16.625.

    Perlu diingat bahwa nilai tukar ini bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu. Untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat, selalu periksa situs web penyedia layanan keuangan terpercaya atau aplikasi konverter mata uang real-time.

    Jangan mengandalkan hanya satu sumber informasi, karena perbedaan angka bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk perbedaan waktu dan metode perhitungan.

  • IHSG Menguat Pagi Ini! Apa yang Mendorong Pergerakan Pasar?

    IHSG Menguat Pagi Ini! Apa yang Mendorong Pergerakan Pasar?

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini dengan performa positif. 
     
    Melansir data RTI, Selasa, 25 Maret 2025, IHSG dibuka menguat di level 6.196,98 dan terus menunjukkan tren naik. Pada pukul 09.14 WIB, indeks tercatat naik 0,93 persen atau bertambah 58,08 poin menjadi 6.218,3.
     
    Pergerakan positif ini didorong oleh kenaikan harga pada 291 saham emiten, sementara 140 saham melemah dan 174 lainnya stagnan. Volume perdagangan mencapai 1,288 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp1,53 triliun.
     

    Mengapa IHSG volatil dalam beberapa hari terakhir?

    Pergerakan IHSG dalam beberapa waktu terakhir memang cukup fluktuatif. Melansir Antara, menurut Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, volatilitas ini lebih banyak dipengaruhi oleh persepsi pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi dan politik dalam negeri.

    “Yang terjadi di pasar modal Indonesia dalam beberapa waktu terakhir merupakan suatu gambaran persepsi pelaku pasar. Kita tidak bicara fundamental, tetapi persepsi yang tumbuh di investor,” ujar Iman
     
    Salah satu contoh volatilitas yang terjadi adalah pada perdagangan Senin, 24 Maret 2025. Pada sesi pertama, IHSG sempat turun tajam hingga 4,17 persen atau 261,22 poin ke level 5.996,96. 
     
    Namun, setelah pengumuman struktur kepengurusan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) di sesi kedua, IHSG mulai membaik dan akhirnya hanya melemah 1,55 persen atau 96,96 poin di level 6.161,22.
     
    “Kalau kita lihat, indeks sempat turun menyentuh hampir lima persen. Lalu, ketika pengumuman Danantara itu kembali menjadi berkurang negatifnya. Itu sebagai bukti bahwa Indonesia butuh persepsi,” tutur Iman.
     

    BPI Danantara dan dampaknya bagi pasar modal
    Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menegaskan bahwa kehadiran BPI Danantara membawa dampak positif bagi pasar modal Indonesia, terutama bagi investor ritel yang saat ini aktif melakukan akumulasi saham.
     
    “Tentu bukan harapan, tetapi kita bersama- sama meyakini kalau keberadaan Danantara diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pasar modal Indonesia, khususnya kepada investor, khususnya investor retail yang akhir- akhir ini melakukan akumulasi,” ujar Jeffrey.
     
    Bagi investor, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG sangat penting untuk mengambil keputusan investasi yang lebih bijak. Selalu lakukan riset sebelum berinvestasi dan jangan terpancing oleh sentimen sesaat!
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Pasar Saham Tidak Stabil, Investor Beralih ke Obligasi Pemerintah

    Pasar Saham Tidak Stabil, Investor Beralih ke Obligasi Pemerintah

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketidakpastian pasar saham mendorong investor untuk mengalihkan investasinya ke instrumen yang lebih stabil, seperti obligasi pemerintah. Tren ini tercermin dari meningkatnya permintaan terhadap surat utang negara, yang berdampak pada kenaikan harga obligasi serta penurunan yield dalam beberapa waktu terakhir.

    Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menyampaikan, secara historis, pasar saham lebih rentan terhadap dinamika ekonomi dan isu global.

    Sebaliknya, obligasi, terutama obligasi pemerintah, memiliki karakter defensif dan cenderung lebih stabil di tengah ketidakpastian. Faktor inilah yang mendorong investor beralih ke aset pendapatan tetap untuk mengamankan investasinya.

    “Ketika volatilitas di pasar saham meningkat, investor secara alami mencari instrumen yang lebih aman. Obligasi pemerintah menjadi pilihan utama karena memiliki risiko lebih rendah dibandingkan saham,” ujar Dimas Yusuf dalam program Investor Market Today, Senin (24/3/2025).

    Dimas menambahkan, kebijakan bank sentral turut berperan dalam menjaga keseimbangan pasar obligasi. Bank Indonesia (BI) secara aktif memberikan dukungan terhadap pasar surat utang negara.

    Kebijakan ini semakin meningkatkan kepercayaan investor terhadap instrumen pendapatan tetap, sehingga aliran dana ke obligasi pemerintah tetap kuat meskipun pasar saham mengalami gejolak.

  • Pasar Saham Turki Anjlok: Krisis Setelah Penangkapan Imamoglu – Halaman all

    Pasar Saham Turki Anjlok: Krisis Setelah Penangkapan Imamoglu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perekonomian Turki saat ini menghadapi ancaman krisis setelah pasar keuangan mengalami kehancuran akibat protes besar-besaran masyarakat terkait penahanan Ekrem Imamoglu, Walikota Istanbul dan rival politik utama Presiden Tayyip Erdogan.

    Penangkapan Imamoglu, yang dianggap sebagai tokoh penting dalam politik Turki, telah memicu reaksi negatif di pasar keuangan dan menambah ketidakpastian yang sudah ada.

    Bagaimana Perkembangan Mata Uang Lira Turki?

    Mengacu pada laporan Bloomberg, mata uang Lira Turki mengalami penurunan 0,5 persen pada level 37,9482 per dollar pada Jumat, 21 Maret 2025.

    Penurunan ini merupakan kelanjutan dari tren negatif, di mana Lira telah anjlok 37 persen selama lima hari terakhir, menjadikannya kinerja terburuk sejak Juni 2023.

    Apa yang Terjadi dengan Obligasi dan Bursa Saham?

    Tak hanya Lira, obligasi negara Turki yang berdenominasi dollar juga menunjukkan penurunan yang signifikan selama tiga hari berturut-turut.

    Obligasi bertenor panjang bahkan kehilangan 2 sen, yang merupakan penurunan terbesar sejak Januari 2024.

    Bursa saham Turki pun mengalami kejatuhan yang drastis, sehingga pemerintah terpaksa memberlakukan trading halt.

    Bursa ditutup di level terendah 904.464 dan mencatat penurunan sebesar 16,73 persen dalam empat hari, menjadikannya sebagai rekor terburuk sejak Krisis Keuangan Global pada 2008.

    Apa Penyebab Utama Penurunan Ini?

    Penurunan yang dramatis di pasar keuangan ini dipicu oleh penahanan Ekrem Imamoglu.

    Otoritas Turki menuduhnya dan para ajudannya terlibat dalam kasus korupsi, pemerasan, dan penipuan, serta dituduh mendukung Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap sebagai organisasi teroris.

    Namun, banyak pihak meragukan keabsahan tuduhan tersebut.

    Partai Rakyat Republik (CHP), kekuatan oposisi utama di Turki, mengeklaim bahwa penangkapan Imamoglu adalah sebuah upaya kudeta dari pemerintah Erdogan.

    Mereka menilai bahwa langkah hukum ini bersifat politis dan ditujukan untuk membungkam lawan politik menjelang pemilu yang akan datang.

    Hal ini semakin diperkuat oleh rencana partai CHP untuk mencalonkan Imamoglu sebagai kandidat presiden dalam pemilihan internal yang akan datang.

    Apa Dampak dari Penahanan Imamoglu terhadap Investasi?

    Menyusul penangkapan tersebut, para pemberi pinjaman di pasar keuangan segera menunjukkan reaksi negatif.

    Mereka menjual saham Turki senilai 9 miliar dollar AS, yang berdampak pada penurunan nilai mata uang Lira dan bursa saham.

    Seorang pejabat bank sentral menjelaskan kepada Bloomberg bahwa upaya dilakukan untuk mengekang volatilitas arus keluar simpanan Lira di awal minggu, namun hasilnya malah memicu aksi jual massal.

    Bagaimana Respon Bank Sentral Terhadap Krisis Ini?

    Dalam upaya untuk merespons ketidakstabilan yang disebabkan oleh situasi politik ini, Bank Sentral Turki menaikkan suku bunga overnight.

    Kebijakan ini diambil sebagai langkah untuk menahan krisis ekonomi yang semakin mendalam.

    Krisis yang melanda pasar saham Turki pasca penangkapan Ekrem Imamoglu menunjukkan betapa rentannya perekonomian suatu negara terhadap dinamika politik internal.

    Penahanan tokoh kunci yang dianggap sebagai lawan politik bisa memicu reaksi besar dari pasar keuangan, seperti yang terlihat di Turki saat ini.

    Ketidakpastian politik berpotensi memicu aksi jual massal dari investor, yang dapat mengakibatkan kerugian lebih lanjut bagi perekonomian negara tersebut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Dividen Bank BUMN Dorong IHSG ke Zona Hijau

    Aksi Jual Saham Blue Chip Tekan IHSG, Sektor Perbankan Jadi Beban

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali anjlok pada Jumat (21/3/2025) setelah dua hari berturut-turut menguat. Pada penutupan perdagangan akhir pekan, IHSG melemah 1,94% atau turun 123,49 poin ke level 6.258,18.

    Eastspring Investments dalam risetnya menyampaikan, tekanan utama pada IHSG yang kembali anjlok berasal dari aksi jual saham blue chip, terutama di sektor perbankan. Indeks LQ45 juga melemah sebesar 2,56%, mencerminkan tekanan jual pada saham-saham berkapitalisasi besar.

    Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat penurunan signifikan sebesar 5,67%, menjadi penekan terbesar terhadap IHSG. Pelemahan BBCA terjadi bertepatan dengan ex-date dividen. Harga saham umumnya turun seiring dengan besaran dividen yang dibagikan.

    Selain BBCA, saham DCII (-8,82%), BMRI (-4,55%), AMMN (-6%), dan BBNI (-7,60%) juga turut menyeret IHSG ke zona merah.

    Tekanan jual juga dipicu oleh kekhawatiran menjelang rapat umum pemegangsaham (RUPS) bank-bank BUMN pekan depan. Pelaku pasar mencermati kemungkinan perubahan manajemen, yang berpotensi memengaruhi arah strategi bisnis dan tingkat kepercayaan investor.

    Dari sisi eksternal, pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan tarif timbal balik Amerika Serikat (AS) yang akan berlaku mulai 2 April 2025. Presiden AS Donald Trump juga mengumumkan rencana tarif tambahan pada beberapa sektor, yang dapat berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi global.

    Pelemahan IHSG juga diikuti oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang turun 0,10% ke level Rp 16.502 per dolar AS. Arus keluar investor asing turut menekan pasar obligasi, dengan imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik 6 basis poin ke level 7,17%.

    Eastspring Investments menyampaikan, di tengah volatilitas pasar, investor cenderung bersikap wait and see menjelang libur panjang Idulfitri dan pelaksanaan RUPS bank-bank BUMN. Ke depan, apabila  ketidakpastian global mereda dan sentimen domestik membaik, IHSG yang anjlok berpotensi kembali menguat.

  • The Fed Tahan Suku Bunga, Pasar Kripto dan Saham AS Melesat?

    The Fed Tahan Suku Bunga, Pasar Kripto dan Saham AS Melesat?

    Jakarta: Pasar keuangan global kembali bergairah setelah Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25-4,50 persen. 
     
    Keputusan ini langsung direspons positif oleh pasar, dengan indeks saham AS dan harga aset kripto yang kompak mengalami kenaikan signifikan.
    Pasar saham dan kripto menghijau
    Sesaat setelah pengumuman The Fed, indeks saham utama AS mengalami lonjakan. S&P 500 naik 1,08 persen, Nasdaq melonjak 1,41 persen, dan Dow Jones Industrial Average meningkat 0,92 persen. 
     
    Tak hanya pasar saham, Bitcoin juga melejit menembus level USD83.000 dan sempat diperdagangkan di kisaran USD87.000. Ethereum pun kembali ke level USD2.000 setelah hampir dua pekan berada di kisaran USD1.800-USD1.900.

    Merespons kondisi ini, Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, menyatakan bahwa keputusan The Fed telah memberikan kelegaan bagi investor.
     
    Meredanya kekhawatiran investor telah mendorong reaksi optimis terhadap aset berisiko seperti kripto dan saham AS. Sikap hati-hati namun optimis The Fed turut memberikan sinyal kelegaan bagi pasar dan membuat kepercayaan diri investor meningkat.
     

    “Namun, penurunan suku bunga yang tertunda dan volatilitas yang didorong oleh tarif, tetap
    dapat menekan pasar kripto khususnya dalam jangka pendek,” kata Fahmi dalam keterangan tertulis, Jumat, 21 Maret 2025.
     
    “Korelasi Bitcoin dengan saham AS yang cukup tinggi saat ini masih menjadi perhatian investor akan posisi Bitcoin sebagai inflation hedge, namun narasi aset kripto tersebut sebagai emas digital berpotensi menguat jika inflasi ternyata naik signifikan, yang mungkin akan membuat korelasinya sedikit menurun,” lanjut dia.
     
    Ia juga mengingatkan bahwa reli Bitcoin selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh bagaimana pasar memandang risiko inflasi yang masih membayangi. 
    The Fed beri sinyal pemotongan suku Bunga
    Dalam pertemuan tersebut, The Fed tetap mempertahankan proyeksi dua kali pemotongan suku bunga pada 2025. 
     
    Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa inflasi akibat kebijakan tarif kemungkinan bersifat sementara dan ekonomi AS masih cukup tangguh dengan risiko resesi yang rendah.
     
    Sinyal penurunan suku bunga ini membuat pasar semakin yakin akan potensi reli lebih lanjut. Investor kini mengalihkan fokus pada data ekonomi AS, seperti sektor ketenagakerjaan dan perumahan, untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter ke depan.
    Risiko stagflasi dan pengaruhnya terhadap kripto
    The Fed juga menyoroti risiko stagflasi, yaitu kombinasi pertumbuhan ekonomi yang melambat dengan inflasi yang masih tinggi. Walaupun inflasi tidak setinggi perkiraan pasar, penundaan pemangkasan suku bunga dan volatilitas akibat kebijakan tarif dapat tetap menekan pasar kripto dalam jangka pendek.
     
    “Korelasi Bitcoin dengan saham AS yang cukup tinggi saat ini masih menjadi perhatian investor akan posisi Bitcoin sebagai inflation hedge. Namun, narasi aset kripto tersebut sebagai emas digital berpotensi menguat jika inflasi ternyata naik signifikan,” ujar Fahmi.
     
    Bagi investor yang mengadopsi strategi diversifikasi, kombinasi Bitcoin, altcoin, dan saham AS dalam portofolio masih dianggap sebagai pilihan yang ideal untuk menjaga keseimbangan risiko.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)