Topik: volatilitas

  • Pakar ekonomi Unand jelaskan efek domino tarif impor Presiden Trump

    Pakar ekonomi Unand jelaskan efek domino tarif impor Presiden Trump

    Padang (ANTARA) – Pakar ekonomi dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat Hefrizal Handra menjelaskan dampak atau efek domino imbas kebijakan tarif impor (resiprokal) yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap sejumlah negara termasuk Indonesia.

    “Yang pasti penurunan permintaan global akan memukul sejumlah sektor utama di Indonesia,” kata Hefrizal Handra di Padang, Jumat.

    Industri manufaktur berorientasi ekspor, pertambangan, transportasi-logistik serta investasi dan konstruksi menjadi yang paling rentan terhadap guncangan tarif ini.

    “Ketika volume perdagangan internasional menurun, bukan hanya ekspor yang terganggu tetapi sentimen investasi pun ikut goyah,” jelas Hefrizal.

    Meskipun demikian, menurutnya, tidak semua sektor mengalami tekanan imbas tarif impor Presiden Trump. Beberapa sektor yang fokus pada pasar domestik seperti pertanian, e-commerce dan pariwisata lokal justru menunjukkan resiliensi yang lebih tinggi.

    “Ini membuka peluang untuk diversifikasi ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global,” ujar dia.

    Wakil Rektor II Unand Bidang Keuangan dan Pengelolaan Aset tersebut menyebut meskipun terdapat tekanan eksternal yang meningkat, Indonesia masih memiliki fondasi ekonomi yang relatif kokoh.

    Cadangan devisa nasional mencatatkan posisi di atas 135 miliar dolar AS atau setara lebih dari enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri jangka pendek. Inflasi terkendali dalam rentang 2,5 persen hingga 3 persen serta rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto tetap di bawah 40 persen. Kendati demikian, lulusan University of Birmingham tersebut tetap mengingatkan risiko krisis tidak dapat diabaikan begitu saja.

    “Jika ketidakpastian berlarut dan kepercayaan investor menurun drastis, arus modal keluar bisa terjadi yang pada akhirnya melemahkan nilai tukar rupiah,” ujar Hefrizal mengingatkan.

    Pada kesempatan itu, ia turut menyampaikan solusi yang bisa dijalankan pemerintah menyikapi kondisi ketidakpastian ekonomi global. Di sisi fiskal, dorongan untuk mempercepat belanja infrastruktur, pendidikan dan perlindungan sosial dinilai strategis untuk menstimulasi permintaan domestik. Namun, perlu kewaspadaan agar defisit anggaran tetap terkendali, terutama jika pelemahan ekonomi global berdampak pada penerimaan pajak.

    Di sisi moneter, Bank Indonesia dituntut untuk menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi pasar yang terukur dan pengelolaan cadangan devisa yang bijak. Penyesuaian suku bunga juga harus dilakukan dengan cermat untuk menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan serta menjaga stabilitas harga.

    “Koordinasi erat antara otoritas fiskal dan moneter menjadi kunci. Tanpa itu, respons kita bisa tidak sinkron dan justru memperbesar volatilitas,” jelas dia.

    Ia menambahkan di tengah badai kebijakan proteksionis global, strategi kebijakan Indonesia tidak cukup hanya bersifat reaktif. Menurutnya, dibutuhkan pendekatan jangka menengah yang adaptif, komunikasi kebijakan yang konsisten serta penguatan basis ekonomi domestik untuk memperkuat ketahanan nasional.

    “Kebijakan tarif Trump mungkin dibuat demi menyehatkan ekonomi Amerika, namun dampaknya telah merambat melintasi batas negara. Indonesia harus bersiap, tidak hanya bertahan, tetapi juga bangkit lebih tangguh dalam peta ekonomi global yang terus berubah,” ujar dia.

    Pewarta: Muhammad Zulfikar
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Tarif AS ke China 145 persen, IHSG potensi melemah ikuti bursa global

    Tarif AS ke China 145 persen, IHSG potensi melemah ikuti bursa global

    Jakarta (ANTARA) – Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah mengikuti bursa saham global, pada perdagangan Jumat.

    Proyeksi itu seiring dengan kembali berulahnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menaikkan lagi tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen dari sebelumnya 125 persen.

    “Setelah pasar saham dunia, termasuk Asia kemarin mengalami kenaikan yang luar biasa, pada akhirnya lagi lagi dunia kembali merana. Pelaku pasar dan investor khawatir akan tensi yang meningkat diantara keduanya, sehingga mempertaruhkan perdagangan barang hampir lebih dari 700 miliar dolar AS,” ujar Nico, panggilannya, di Jakarta, Jumat.

    Menurutnya, adanya perubahan garis haluan dalam waktu singkat oleh Donald Trump, telah meruntuhkan kepercayaan pelaku pasar terhadap AS.

    “Bagi Trump dan kawanan investor lainnya, volatilitas pasar yang ada dapat menjadi peluang untuk melakukan manipulasi pasar seperti yang disampaikan sebelumnya,” ujar Nico.

    Di sisi lain, lanjutnya, pelaku pasar juga cukup kaget karena inflasi AS masih belum terkena dampak dari permainan tarif impor, yang mana hal itu dapat memberikan ketenangan bagi pelaku pasar.

    Selain itu, data inflasi AS membuat The Fed dan Trump melihat potensi penurunan tingkat suku bunga.

    Inflasi bulanan AS tercatat menurun dari sebelumnya 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm), begitupun dengan inflasi tahunan yang turun dari sebelumnya 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2.4 persen (yoy).

    “Penurunan inflasi ini digunakan oleh Trump untuk menunggangi volatilitas pasar, yang mana sebelumnya pelaku pasar dan investor khawatir bahwa inflasi akan mengalami,” ujar Nico.

    Pada perdagangan Kamis (10/4/2025), bursa AS Wall Street terpantau kompak melemah, di antaranya indeks Dow Jones melemah 2,5 persen, indeks S&P 500 melemah 3,46 persen, indeks Nasdaq terkoreksi 4,31 persen, dan indeks Russell 200 turun 4,27 persen.

    Dari dalam negeri, Nico memandang jeda 90 hari ini penerapan tarif Trump, dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS serta memperluas kerja sama dengan negara lain untuk memitigasi dampak negatif.

    Menurutnya, dampak langsung dari tarif AS tidak terlalu signifikan karena ketahanan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi dalam negeri, yang mana AS merupakan pasar ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Jumlah investor saham RI naik pesat selama libur Lebaran 

    Jumlah investor saham RI naik pesat selama libur Lebaran 

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BEI: Jumlah investor saham RI naik pesat selama libur Lebaran 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 17:34 WIB

    Elshinta.com – Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengungkapkan,  jumlah investor pasar saham Indonesia meningkat signifikan selama periode libur Lebaran mulai 28 Maret 2025 sampai 8 April 2025.

    Pihaknya mencatat investor pasar saham Indonesia bertambah 38.676 Single Investor Identification (SID) selama periode itu.

    “Satu data menarik 28 Maret sampai 8 April 2025, ada penambahan 38.676 investor saham. Artinya, lebih dari 10 persen (penambahan) dari awal tahun sampai hari ini terjadi di hari libur. Selama libur Lebaran saat kondisi global berfluktuasi tinggi, terjadi penambahan jumlah investor saham sangat besar,” ujar Jeffrey kepada awak media di Gedung BEI, Jakarta, Rabu.

    Ia belum bisa memastikan alasan masyarakat mulai masuk menjadi investor pasar saham Indonesia di tengah volatilitas ekonomi yang tinggi di tingkat global.

    Ia menyebut, mayoritas jumlah investor baru pasar saham itu merupakan investor retail dalam negeri.

    “Apakah masyarakat melihat ini adalah peluang, kami tidak bisa menerjemahkan itu,” ujar Jeffrey.

    Ia mengungkapkan, investor retail saat ini telah berkontribusi mencapai 45 sampai 47 persen dari Rata-Rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) di pasar saham Indonesia, yang artinya telah berkontribusi signifikan terhadap RNTH.

    Secara total, Ia mengungkapkan saat ini jumlah investor saham Indonesia telah mencapai sebanyak 6.744.128 SID, atau bertambah sebanyak 362.684 SID.

    Sementara itu, untuk total investor pasar modal Indonesia saat ini telah mencapai sebanyak 15.888.836 SID, atau bertambah sebanyak  sejuta investor dibandingkan awal tahun 2025.

    BEI menargetkan penambahan dua juta investor baru setiap tahunnya, demi mencapai sebanyak 20 juta SID pada 2027, sesuai Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023–2027.

    Sumber : Antara

  • Ini Dampaknya bagi Saham, ETF, dan DIRE

    Ini Dampaknya bagi Saham, ETF, dan DIRE

    PIKIRAN RAKYAT – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberlakukan perubahan penting dalam kebijakan perdagangan efek, khususnya terkait batas Auto Rejection Bawah (ARB) dan ketentuan trading halt pada hari ini, Selasa 8 April 2025.

    Penyesuaian ini dilakukan guna menjaga stabilitas dan efisiensi pasar modal di tengah dinamika ekonomi global yang terus bergerak cepat.

    Langkah ini dituangkan dalam dua Surat Keputusan Direksi terbaru, yakni:

    Kep-00002/BEI/04-2025 tentang Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat Kep-00003/BEI/04-2025 tentang Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas

    Kedua surat keputusan tersebut menjadi tindak lanjut dari penyesuaian atas SK Direksi sebelumnya, yaitu Kep-00196/BEI/12-2024 dan Kep-00024/BEI/03-2020, dan telah mendapat dukungan penuh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Batas Auto Rejection Bawah Jadi 15 Persen

    Salah satu perubahan signifikan adalah pada batasan Auto Rejection Bawah (ARB). Per 8 April 2025, ARB ditetapkan sebesar 15% untuk seluruh rentang harga bagi:

    Saham yang tercatat di Papan Utama Saham di Papan Pengembangan Saham di Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE)

    Dengan kata lain, harga saham dan instrumen efek lainnya di kategori tersebut dapat turun maksimal 15 persen dalam satu sesi perdagangan sebelum ditolak sistem secara otomatis.

    Langkah ini diambil sebagai bentuk pengelolaan risiko yang lebih adaptif terhadap gejolak pasar, sekaligus membuka ruang pergerakan harga yang lebih luas dan realistis.

    “Penyesuaian persentase Auto Rejection Bawah dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan pelindungan investor,” ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI dalam siaran pers resmi, Selasa 8 April 2025.

    Trading Halt dan Suspend: Penyesuaian Tahapan di Tengah Krisis

    Selain ARB, perubahan juga terjadi dalam ketentuan penghentian sementara perdagangan (trading halt) dan penangguhan perdagangan (trading suspend) yang diberlakukan bila terjadi penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu hari.

    Berikut skema baru yang berlaku:

    Trading Halt 30 Menit: Jika IHSG turun lebih dari 8% dalam satu hari bursa. Trading Halt 30 Menit tambahan: Jika penurunan IHSG berlanjut hingga lebih dari 15%. Trading Suspend: Jika IHSG anjlok lebih dari 20%, maka BEI dapat menghentikan perdagangan: Sampai akhir sesi perdagangan hari itu; atau Lebih dari satu sesi perdagangan, dengan persetujuan atau perintah dari OJK.

    BEI menyatakan bahwa perubahan ini bertujuan untuk memberi waktu bagi pelaku pasar untuk menilai situasi secara rasional dan menghindari kepanikan massal.

    “Penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada,” tutur Kautsar.

    Dampak bagi Investor dan Pasar

    Kebijakan baru ini dinilai akan berdampak langsung pada strategi perdagangan harian, terutama bagi pelaku pasar jangka pendek seperti trader dan manajer investasi.

    Untuk Saham: Ruang gerak harga lebih lebar, tetapi juga berpotensi mempercepat tekanan jual saat sentimen negatif tinggi. Untuk ETF dan DIRE: Investor di produk-produk ini harus lebih waspada terhadap fluktuasi harian, meski tetap terlindungi oleh sistem auto rejection. Untuk Pasar Secara Umum: Kebijakan ini diharapkan meningkatkan efisiensi, likuiditas, dan transparansi perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Mengacu pada Praktik Global

    BEI menegaskan bahwa penyesuaian kebijakan ini telah memperhatikan best practice dari bursa-bursa besar dunia dan mendapat masukan dari pelaku pasar domestik. Hal ini penting agar pasar modal Indonesia tetap kompetitif dan adaptif terhadap tantangan ekonomi global.

    “Dalam penerapan kebijakan ini, BEI juga telah mempertimbangkan best practice pada Bursa-bursa di dunia serta memperhatikan masukan pelaku pasar,” kata Kautsar.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • BEI Uji Kebijakan ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat

    BEI Uji Kebijakan ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat

    PIKIRAN RAKYAT – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menerapkan kebijakan baru yang memengaruhi sistem perdagangan saham di Indonesia.

    Kebijakan ini mengatur ulang batas Auto Rejection Bawah (ARB) dan mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt), yang kini juga diikuti dengan simulasi transaksi saham terbaru agar pelaku pasar dapat menyesuaikan diri secara optimal.

    “Penyesuaian ini dilakukan dalam rangka menjaga perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien,” ucap Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI dalam siaran pers resmi, Selasa 8 April 2025.

    “Kami juga memberikan ruang bagi investor untuk menyesuaikan strategi dengan kebijakan baru,” ucapnya menambahkan.

    Kebijakan Baru: ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat

    Berdasarkan Surat Keputusan Direksi BEI:

    ARB disesuaikan menjadi maksimal 15% untuk: Saham di Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE) Mekanisme trading halt berdasarkan penurunan IHSG: >8%: Trading halt 30 menit >15%: Tambahan trading halt 30 menit >20%: Trading suspend hingga akhir sesi atau lebih dari satu sesi atas persetujuan OJK Simulasi Transaksi Saham

    Untuk memahami dampak nyata kebijakan ini, BEI telah merancang simulasi transaksi saham terbaru yang menggambarkan situasi pasar dengan ARB 15%. Berikut adalah ilustrasinya:

    Simulasi 1: Penurunan Harga Saham Hingga Batas ARB

    Saham PT ABCD Tbk ditutup kemarin di harga Rp1.000. Hari ini, pasar sedang dilanda sentimen negatif, dan saham ABCD mulai turun. Dengan kebijakan baru, harga hanya bisa turun maksimal 15% dalam satu sesi perdagangan, yakni:

    Rp1.000 – (15% x Rp1.000) = Rp850

    Jika harga turun sampai Rp850, sistem akan otomatis menolak order jual di bawah harga tersebut (auto reject bawah). Implikasi: Investor tidak bisa menjual saham di bawah Rp850. Mencegah panic selling ekstrem. Memberi waktu kepada investor untuk mengevaluasi informasi pasar.

    Simulasi 2: Trading Halt karena IHSG Anjlok

    IHSG dibuka di 6.800. Di tengah sesi pagi, IHSG turun drastis hingga 6.200, atau sekitar 8,8%. Sistem BEI otomatis melakukan trading halt 30 menit. Setelah perdagangan dibuka kembali, IHSG kembali anjlok ke 5.700 (penurunan 16,1%). Trading halt kedua dilakukan selama 30 menit. Jika IHSG turun lagi ke 5.400 (turun 20,6%), maka trading suspend diberlakukan.

    Tujuan simulasi ini adalah:

    Melatih pelaku pasar menghadapi krisis. Mengedukasi investor agar tidak panik. Menjaga kestabilan pasar secara sistemik. BEI: Edukasi Investor Jadi Prioritas

    BEI menekankan bahwa implementasi kebijakan ini bukan hanya soal teknis perdagangan, tetapi juga menyangkut literasi dan kesiapan investor.

    “Dalam penerapan kebijakan ini, BEI juga telah mempertimbangkan best practice pada Bursa-bursa di dunia serta memperhatikan masukan pelaku pasar,” tutur Kautsar.

    BEI juga telah menyediakan berbagai sarana edukasi, termasuk simulasi daring, modul pelatihan, hingga workshop digital trading bagi investor ritel dan institusi.

    Apa yang Harus Dilakukan Investor?

    Dengan kebijakan baru ini, investor disarankan untuk:

    Memonitor pergerakan pasar secara aktif Memahami batas risiko portofolio masing-masing Tidak terburu-buru menjual saat pasar bergejolak Menggunakan fitur-fitur proteksi seperti stop loss atau limit order

    Simulasi transaksi saham yang dilakukan BEI dapat dijadikan referensi penting untuk mempersiapkan langkah strategis di tengah volatilitas pasar yang tinggi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Naik di Semua Karat, Waktu yang Tepat untuk Jual?

    Naik di Semua Karat, Waktu yang Tepat untuk Jual?

    PIKIRAN RAKYAT – Harga emas perhiasan hari ini, Kamis 10 April 2025, mengalami kenaikan signifikan di seluruh level kemurnian, mulai dari emas 10 karat hingga emas 24 karat. Kenaikan harga ini mengakhiri tren penurunan selama beberapa hari sebelumnya dan menjadi indikasi kuat bahwa sentimen pasar terhadap logam mulia kembali menguat.

    Kenaikan harga terjadi merata dalam satuan gram, ons, maupun kilogram. Faktor yang memicu penguatan harga antara lain melemahnya nilai tukar dolar, meningkatnya permintaan emas fisik di kawasan Asia, serta gejolak geopolitik global yang kembali memicu aksi lindung nilai (safe haven).

    Berikut adalah rincian lengkap harga emas perhiasan hari ini beserta besaran kenaikannya dibandingkan Rabu, 9 April 2025:

    Harga Emas Perhiasan Hari Ini

    Harga Emas 24 Karat

    Per gram: Rp1.671.631 (naik Rp2.930,57) Per ons: Rp51.993.544 (naik Rp91.150,85) Per kilogram: Rp1.671.631.258 (naik Rp2.930.568,00)

    Harga Emas 22 Karat

    Per gram: Rp1.532.329 (naik Rp2.686,35) Per ons: Rp47.660.749 (naik Rp83.554,95) Per kilogram: Rp1.532.328.653 (naik Rp2.686.354,00)

    Harga Emas 18 Karat

    Per gram: Rp1.253.723 (naik Rp2.197,93) Per ons: Rp38.995.158 (naik Rp68.363,14) Per kilogram: Rp1.253.723.444 (naik Rp2.197.926,00)

    Harga Emas 14 Karat

    Per gram: Rp975.118 (naik Rp1.709,50) Per ons: Rp30.329.567 (naik Rp53.171,33) Per kilogram: Rp975.118.234 (naik Rp1.709.498,00)

    Harga Emas 10 Karat

    Per gram: Rp696.513 (naik Rp1.221,07) Per ons: Rp21.663.977 (naik Rp37.979,52) Per kilogram: Rp696.513.024 (naik Rp1.221.070,00) Analisis Singkat

    Kenaikan harga emas perhiasan hari ini menunjukkan adanya peningkatan minat beli di tengah kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian ekonomi global. Harga emas 24 karat, yang menjadi acuan utama dalam perdagangan emas perhiasan dan investasi, mencatat kenaikan tertinggi secara nominal dengan kenaikan lebih dari Rp2.900 per gram.

    Kondisi ini memberi sinyal bahwa emas perhiasan, yang selama ini tidak hanya digunakan sebagai perhiasan tetapi juga bentuk investasi jangka panjang, kembali mendapat tempat dalam portofolio masyarakat.

    Kenaikan harga ini juga bisa berdampak pada harga jual di toko emas lokal yang umumnya mengikuti tren emas spot, meskipun dengan tambahan biaya ongkos pembuatan dan margin penjual.

    Rekomendasi Investasi Emas Hari Ini

    Harga emas hari ini, Kamis 10 April 2025, mengalami kenaikan merata di seluruh jenis karat dan denominasi, baik untuk emas perhiasan maupun emas batangan dari berbagai produsen seperti Antam, UBS, dan Galeri24. Kenaikan ini mengindikasikan potensi awal dari tren bullish jangka pendek yang patut dicermati oleh pelaku pasar dan investor logam mulia.

    Berikut adalah analisis dan rekomendasi berdasarkan situasi terkini:

    1. Momentum Kenaikan: Waktu yang Tepat untuk Jual Jangka Pendek

    Harga emas perhiasan mengalami kenaikan signifikan, dengan emas 24 karat naik sekitar Rp2.930 per gram. Emas batangan pun menunjukkan penguatan, seperti emas Antam yang naik hingga Rp2,9 juta per kilogram dibandingkan kemarin.

    Bagi yang sebelumnya telah membeli emas saat harga turun pada awal pekan ini (Senin 7 April hingga Rabu 9 April), momen hari ini cocok dimanfaatkan untuk realisasi keuntungan (profit-taking) jangka pendek, terutama jika tujuan awal adalah mencari selisih harga (capital gain).

    2. Akumulasi untuk Investasi Jangka Menengah dan Panjang

    Meskipun harga hari ini naik, posisi emas masih tergolong stabil jika dibandingkan dengan tren harga global yang cenderung menguat akibat geopolitik Timur Tengah, potensi resesi AS, dan suku bunga global yang stagnan.

    Jika tujuan investasi bersifat jangka menengah atau panjang (6 bulan–3 tahun), hari ini masih layak untuk akumulasi secara bertahap. Emas 24 karat dalam bentuk batangan (misalnya 10–50 gram) lebih disarankan karena memiliki spread jual beli yang lebih sempit dibandingkan emas perhiasan.

    3. Pilihan Emas: Batangan vs Perhiasan

    Emas Batangan (Antam, UBS, Galeri24):
    Cocok untuk penyimpanan nilai dan likuiditas tinggi.
    Pilihan ideal: 10 gram atau 25 gram (fleksibel dijual, spread tidak terlalu besar). Emas Perhiasan:
    Cocok bagi yang ingin menyimpan aset sambil menikmati fungsi estetika. Namun, kurang optimal untuk investasi jangka pendek karena adanya ongkos pembuatan dan depresiasi model.

    4. Denominasi yang Direkomendasikan

    Modal Terbatas: Emas 1–5 gram dari UBS atau Galeri24 di Pegadaian, karena harganya lebih terjangkau meski spread-nya sedikit lebih lebar. Modal Menengah hingga Besar: Emas 10–50 gram dari Antam LM, ideal untuk disimpan sebagai aset investasi jangka panjang. Diversifikasi: Kombinasi emas batangan kecil dan sedang untuk fleksibilitas dalam likuidasi.

    5. Pantau Faktor Eksternal

    Keputusan investasi hari ini juga perlu disesuaikan dengan:

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar Kebijakan The Fed dan Bank Indonesia Ketegangan geopolitik global

    Jika ketidakpastian global terus meningkat, potensi kenaikan harga emas lebih lanjut sangat terbuka, sehingga posisi beli hari ini masih tergolong menarik untuk akumulasi strategis.

    Kesimpulan Rekomendasi Jangka Pendek:
    Realisasi sebagian keuntungan bagi yang sudah beli di harga lebih rendah awal pekan ini. Jangka Menengah–Panjang:
    Momentum hari ini tetap ideal untuk mulai atau menambah akumulasi emas batangan, khususnya denominasi 10–25 gram. Jenis Emas Disarankan:
    Prioritaskan emas batangan Antam atau UBS untuk tujuan investasi. Emas perhiasan lebih cocok untuk simpanan jangka panjang yang tidak mengutamakan nilai jual kembali cepat.

    Memastikan tujuan finansial sejak awal akan membantu menentukan strategi emas paling tepat dalam menghadapi volatilitas pasar ke depan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Daftar 56 Negara Dapat Penundaan Tarif Trump 90 Hari, Ada Indonesia?

    Daftar 56 Negara Dapat Penundaan Tarif Trump 90 Hari, Ada Indonesia?

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mengejutkan menunda sementara selama 90 hari atas kebijakan tarif impor “balasan” terhadap puluhan negara mitra dagang. 

    Dikutip melalui Bloomberg, keputusan yang telah berjalan sejak diumumkan pada Rabu (9/5/2025) waktu setempat ini terjadi hanya kurang dari 24 jam setelah tarif tersebut diberlakukan.

    Dalam pernyataan resminya, Trump menyebut penundaan ini sebagai strategi untuk memberikan ruang negosiasi bagi negara-negara yang terkena dampak. 

    Dari total 75 negara mitra dagang AS yang disebutnya mengajukan permintaan pembicaraan ulang, sebanyak 56 negara secara spesifik tercantum dalam daftar Gedung Putih sebagai pihak yang dikenai tarif balasan atau tarif resiprokal dengan besaran bervariasi.

    Indonesia termasuk salah satu negara yang menerima tarif resiprokal sebesar 32%. Namun, selama masa penundaan, tarif yang berlaku sementara turun ke level tarif dasar, yakni 10% 

    Berbeda dengan negara-negara lain, China justru mengalami peningkatan tarif secara signifikan hingga 125%. Kenaikan tarif untuk China diumumkan langsung oleh Trump yang kesal dengan sikap Beijing. Kenaikan tajam ini memperkuat indikasi memburuknya hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut. 

    Kebijakan dadakan ini langsung disambut positif oleh pelaku pasar. Bursa saham utama AS melonjak tajam, menandai pemulihan dari ketegangan pasar yang sebelumnya diwarnai volatilitas tinggi—terburuk sejak awal pandemi Covid-19.

    Kendati memberikan kelonggaran sementara, Gedung Putih menegaskan bahwa tidak semua kebijakan tarif terdampak oleh penundaan ini. Tarif dasar sebesar 10% terhadap sebagian besar produk impor tetap diberlakukan. Selain itu, tarif khusus yang telah lebih dahulu dikenakan terhadap mobil, baja, dan aluminium tidak mengalami perubahan.

    Langkah Trump ini dinilai sebagai bagian dari manuver diplomasi ekonomi yang tengah ia bangun, di tengah tekanan global dan domestik terkait arah kebijakan perdagangannya.

    Berikut daftar 56 negara dan kawasan yang dapat penundaan tarif resiprokal oleh AS

    Aljazair 30%
    Angola 32%
    Bangladesh 37%
    Bosnia dan Herzegovina 35%
    Botswana 37%
    Brunei Darussalam 24%
    Kamboja 49%
    Kamerun 11%
    Chad 13%
    Pantai Gading 21%
    Republik Demokratik Kongo 11%
    Equatorial Guinea 13%
    Uni Eropa 20%
    Kepulauan Falkland 41%
    Fiji 32%
    Guyana 38%
    India 26%
    Indonesia 32%
    Irak 39%
    Israel 17%
    Jepang 24%
    Yordania 20%
    Kazakhstan 27%
    Laos 48%
    Lesotho 50%
    Libya 31%
    Liechtenstein 37%
    Madagaskar 47%
    Malawi 17%
    Malaysia 24%
    Mauritius 40%
    Moldova 31%
    Mozambik 16%
    Myanmar 44%
    Namibia 21%
    Nauru 30%
    Nikaragua 18%
    Nigeria 14%
    Makedonia Utara 33%
    Norwegia 15%
    Pakistan 29%
    Filipina 17%
    Serbia 37%
    Afrika Selatan 30%
    Korea Selatan 25%
    Sri Lanka 44%
    Swiss 31%
    Suriah 41%
    Taiwan 32%
    Thailand 36%
    Tunisia 28%
    Vanuatu 22%
    Venezuela 15%
    Vietnam 46%
    Zambia 17%
    Zimbabwe 18%

  • Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Buyback Tanpa RUPS, 19 Emiten Serbu Pasar Saham Triliunan Rupiah

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan relaksasi kebijakan buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 19 Maret 2025, gelombang pembelian kembali saham oleh emiten terus mengalir deras.

    Hingga awal April 2025, tercatat 19 emiten telah memanfaatkan kebijakan ini untuk melakukan aksi buyback dengan nilai total mencapai triliunan rupiah.

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menyatakan, langkah ini diambil sebagai respons atas gejolak pasar saham yang terjadi belakangan ini.

    “Buyback kini dapat dilakukan tanpa perlu melalui RUPS. Ini memberikan fleksibilitas bagi emiten dalam menjaga kestabilan harga sahamnya,” ujar Inarno dalam konferensi pers di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (9/4/2025).

    Relaksasi ini memberikan batas maksimum buyback saham sebesar 20% dari modal disetor dan berlaku selama enam bulan sejak 18 Maret 2025. Emiten juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan buyback secara berkala.

    “Kami tetap melakukan pengawasan agar pelaksanaan buyback berjalan sesuai regulasi. Apabila kondisi pasar membaik, emiten boleh menghentikan aksi buyback saham, tetapi fleksibilitas ini penting dalam situasi seperti sekarang,” tambah Inarno.

    Beberapa emiten papan atas langsung merespons kebijakan ini dengan mengumumkan rencana buyback besar-besaran. Grup Barito milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi salah satu yang paling agresif.

    PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menetapkan nilai buyback sebesar Rp2 triliun, yang berlangsung dari 24 Maret hingga 23 Juni 2025. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) juga melaksanakan aksi serupa senilai Rp2 triliun dari 21 Maret hingga 20 Juni 2025, dengan batas harga maksimal Rp10.000 per saham.

    Sementara itu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) mengalokasikan Rp500 miliar untuk buyback dalam periode yang sama. Di luar Grup Barito, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) milik Jusuf Hamka, ikut serta dengan nilai buyback mencapai Rp815,61 miliar yang akan dimulai pada 2 Mei hingga 2 Juni 2025.

    Langkah buyback ini dinilai bukan sekadar upaya menjaga harga saham, tetapi juga mencerminkan kepercayaan diri manajemen terhadap kinerja perusahaan.

    Pendiri Stocknow.id Hendra Wardana menyebut, kebijakan ini sebagai penyangga IHSG di tengah volatilitas.

    “Ketika saham-saham mengalami tekanan berlebih, aksi buyback memberi sinyal kuat bahwa saham tersebut undervalued dan manajemen mengambil langkah konkret,” ujarnya.

    Ia menambahkan, mekanisme buyback tanpa RUPS memungkinkan emiten bertindak cepat tanpa terhambat proses birokrasi yang bertele-tele. 

    Selain itu, kebijakan ini juga mampu menstabilkan psikologi pasar, mencegah kepanikan, serta menarik kembali minat investor.

    VP, Head of Marketing, Strategy & Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia menyatakan, aksi buyback menjadi instrumen penting di tengah tekanan eksternal, seperti kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump terhadap produk Tiongkok dan Indonesia.

    “Aksi buyback menjadi sinyal bahwa harga saham mulai menyimpang dari nilai intrinsiknya. Jika dilakukan oleh emiten dengan fundamental kuat dan valuasi rendah, ini bisa jadi penopang signifikan untuk harga saham maupun indeks secara keseluruhan,” jelasnya.

    Namun, ia juga mengingatkan bahwa dampak buyback akan sangat bergantung pada kekuatan neraca keuangan emiten dan dinamika pelaku institusi. Emiten dengan modal dan likuiditas kuat akan lebih mudah menahan tekanan dan menjadi incaran investor institusi kembali.

    Hendra menambahkan, dalam kondisi pasar yang oversold, buyback secara masif dapat mengurangi tekanan jual, menambah permintaan, dan memperkecil jumlah saham beredar. Hal ini berpotensi memperbaiki struktur harga dan menjaga indeks dari penurunan yang lebih tajam.

    “Buyback memang bukan satu-satunya alat untuk menahan IHSG, tetapi bisa sangat membantu menjaga psikologi pasar. Investor akan merasa bahwa perusahaan tidak tinggal diam menghadapi gejolak,” imbuhnya.

    Menurut data OJK, hingga awal April 2025, terdapat 16 emiten yang telah menyampaikan keterbukaan informasi terkait rencana pembelian kembali saham. Jumlah ini kemungkinan masih akan bertambah, seiring respons dunia usaha terhadap dinamika pasar yang belum stabil.

    “Jumlahnya terus bergerak dan kami prediksi akan bertambah, karena fleksibilitas ini berlaku hingga enam bulan sejak 18 Maret,” tutur Inarno.

    Kebijakan ini mengacu pada Peraturan OJK (POJK) Nomor 13 Tahun 2023 yang memberikan keleluasaan bagi perusahaan terbuka melakukan buyback tanpa harus menggelar RUPS dalam situasi pasar bergejolak.

    Dengan semakin banyak emiten yang terlibat, buyback saham berpotensi menjadi katalis positif jangka pendek untuk pasar modal Indonesia, sekaligus menjaga kepercayaan investor di tengah tekanan eksternal dan ketidakpastian global.

  • Auto Rejection Turun Jadi 15%, Trading Halt Kini Lebih Fleksibel

    Auto Rejection Turun Jadi 15%, Trading Halt Kini Lebih Fleksibel

    PIKIRAN RAKYAT – Mulai Selasa, 8 April 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi memberlakukan dua peraturan terbaru yang bertujuan menjaga stabilitas pasar modal nasional.

    Perubahan ini mencakup penyesuaian batasan Auto Rejection Bawah serta mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt) dalam kondisi darurat, sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00002/BEI/04-2025 dan Kep-00003/BEI/04-2025.

    Langkah ini dilakukan untuk memastikan perdagangan efek tetap berjalan secara teratur, wajar, dan efisien, sejalan dengan dukungan dan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Auto Rejection Bawah Disesuaikan Jadi 15%

    BEI menetapkan penyesuaian batasan Auto Rejection Bawah menjadi 15% bagi efek berupa saham yang tercatat pada:

    Papan Utama Papan Pengembangan Papan Ekonomi Baru Exchange-Traded Fund (ETF) Dana Investasi Real Estat (DIRE)

    Penyesuaian ini berlaku untuk seluruh rentang harga, dan diharapkan dapat memberi ruang gerak yang lebih luas dalam dinamika harga saham tanpa mengorbankan perlindungan terhadap investor.

    “Penyesuaian persentase Auto Rejection Bawah dilakukan untuk menjaga volatilitas pasar dan memastikan pelindungan investor,” ujar Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI, dalam siaran pers resmi yang dirilis Selasa 8 April 2025.

    Auto Rejection adalah batas atas dan bawah perubahan harga saham dalam satu hari bursa. Jika harga melewati batas itu, sistem perdagangan akan secara otomatis menolak transaksi yang tidak sesuai.

    Trading Halt: Sistem Baru Penanganan Krisis

    Selain Auto Rejection, BEI juga memperbarui mekanisme penghentian sementara perdagangan (trading halt) sebagai respons terhadap kondisi pasar yang ekstrem. Ketentuan baru ini diterapkan ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan drastis dalam satu hari bursa:

    Penurunan IHSG lebih dari 8%

    BEI akan menghentikan perdagangan selama 30 menit (trading halt).

    Penurunan lanjutan IHSG lebih dari 15%

    Diberlakukan trading halt tambahan selama 30 menit.

    Penurunan lanjutan IHSG lebih dari 20%

    BEI dapat menghentikan perdagangan (trading suspend) dengan opsi: Sampai akhir sesi perdagangan, atau Lebih dari satu sesi, atas persetujuan atau perintah OJK.

    Tujuan dari kebijakan ini adalah memberi waktu bagi investor untuk mencerna informasi dan merespons secara rasional tanpa kepanikan berlebihan.

    “Penyesuaian ketentuan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan Efek dilakukan sebagai upaya BEI untuk memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi investor dalam menentukan strategi investasi dengan mempertimbangkan informasi yang ada,” tutur Kautsar.

    Belajar dari Bursa Dunia, Dengarkan Suara Pelaku Pasar

    BEI menyatakan bahwa perubahan ini tidak dilakukan secara sepihak. Selain mempertimbangkan best practice dari bursa-bursa efek global, kebijakan ini juga menyerap berbagai masukan dari pelaku pasar, mulai dari investor institusi, pialang saham, hingga emiten.

    Perubahan regulasi ini juga menjadi respons atas dinamika pasar yang semakin cepat dan kompleks, sehingga dibutuhkan mekanisme perlindungan yang adaptif namun tetap memberi ruang pada efisiensi dan likuiditas.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tensi pasar global meningkat, Ekonom: Indonesia punya penyangga kuat

    Tensi pasar global meningkat, Ekonom: Indonesia punya penyangga kuat

    Sumber foto: https://surl.li/bleknt/elshinta.com.

    Tensi pasar global meningkat, Ekonom: Indonesia punya penyangga kuat
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 09 April 2025 – 13:27 WIB

    Elshinta.com – Di tengah tensi global meningkat, pasar domestik Indonesia diyakini memiliki penyangga atau buffer yang kuat. Hal ini diungkapkan oleh Andry Asmoro, Chief Economist Bank Mandiri dalam laporannya pagi ini, Selasa (8/4).

    Andry mengatakan penyangga yang kuat dimiliki Indonesia adalah permintaan di dalam negeri yang stabil selama Ramadan dan kesiapan BI untuk intervensi nilai tukar rupiah dengan cadangan devisa yang berada di level baik.

    “Meskipun tensi global meningkat, pasar domestik punya buffer kuat lewat intervensi Bank Indonesia (BI) dan kestabilan permintaan domestik selama Ramadan,” kata Andry.

    Bank Indonesia diperkirakan akan tetap hadir di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang diproyeksi bergerak di kisaran Rp16.610 hingga Rp16.840 per dolar AS hari ini.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan 26 Maret lalu menguat tipis sebesar 0,12% ke level Rp16.560 per dolar AS. Sejauh tahun berjalan, rupiah tercatat melemah sebesar 2,84%. Namun penguatan menjelang libur menunjukkan bahwa pelaku pasar masih melihat fundamental domestik secara positif.

    Sebelum libur panjang, IHSG ditutup menguat 0,59% ke level 6.510,62 dengan aliran dana asing mencatat net inflow sebesar Rp623,6 miliar. Meskipun IHSG masih terkoreksi 8,04% secara year-to-date, penguatan jelang libur menjadi sinyal positif bahwa pelaku pasar masih menaruh kepercayaan terhadap prospek jangka menengah.

    Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah tenor 10 tahun dalam rupiah turun signifikan sebesar 12,2 bps menjadi 7,00%. Di saat yang sama, yield obligasi pemerintah dalam dolar AS naik tipis menjadi 5,32%.

    Meskipun pasar global sedang bergejolak, pembukaan kembali pasar Indonesia hari ini membawa angin segar dan peluang baru. Dengan kebijakan moneter yang responsif dan fundamental ekonomi yang tetap solid, Indonesia berpeluang menjaga stabilitas dan bahkan menarik keuntungan dari perubahan peta perdagangan global.

    “Saat dunia dihantui ketidakpastian, fleksibilitas dan ketahanan domestik justru menjadi nilai jual utama pasar Indonesia,” ujar Andry.

    Setelah libur panjang, pasar keuangan Indonesia kembali dibuka hari ini, Selasa dengan ekspektasi positif meskipun dihadapkan pada tantangan eksternal berupa memanasnya tensi perdagangan global. Investor domestik bersiap mencermati arah pasar setelah dinamika global yang sempat mengguncang pasar saham dunia.

    Salah satu pemicu utama gejolak global adalah pengumuman Presiden AS Donald Trump terkait kebijakan tarif impor baru. Trump menetapkan tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor dan tarif lebih tinggi untuk negara-negara tertentu, seperti Tiongkok (34%), Vietnam (46%), dan Uni Eropa (20%). Langkah ini memicu kekhawatiran akan pecahnya perang dagang baru yang berdampak pada inflasi global dan mendorong naiknya imbal hasil obligasi.

    Dalam pernyataannya, Trump menegaskan:

    “We can no longer allow unfair trade practices to hurt American workers. A base tariff of 10% is only the beginning.”

    (Kami tidak bisa lagi membiarkan praktik dagang yang tidak adil merugikan pekerja Amerika. Tarif dasar 10% hanyalah awal.)

    Namun, respons negara-negara terdampak menunjukkan dinamika menarik. Tiongkok merespons dengan memberlakukan tarif 34% untuk semua impor asal AS mulai 10 April. Di sisi lain, Vietnam mengambil pendekatan berbeda.

    “We are ready to remove all tariffs on U.S. imports to ensure stability and cooperation.”

    (Kami siap menghapus semua tarif atas impor dari AS untuk memastikan stabilitas dan kerja sama.)

    Demikian diungkapkan perwakilan Kementerian Perdagangan Vietnam.

    Situasi semakin memanas setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif menjadi 50% terhadap impor dari Tiongkok jika Negeri Tirai Bambu tidak mencabut tarif balasan mereka sebelum 8 April. Kondisi ini mendorong volatilitas pasar global, namun di sisi lain juga membuka peluang reposisi strategi perdagangan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia

    Pasar saham AS sendiri ditutup melemah pada Jumat (7/4), dengan indeks Dow Jones turun 0,91% dan S&P 500 terkoreksi 0,23%, menyusul kekhawatiran atas eskalasi perang dagang. Investor global kini menantikan sejumlah rilis data penting pekan ini, termasuk data inflasi AS (CPI Maret) yang diperkirakan berada di level 2,6% secara tahunan dan inflasi inti 3,0%

    Sumber : Elshinta.Com