Topik: volatilitas

  • Investor Berbondong-bondong ke 8HoursMining untuk Mendapatkan Pendapatan Pasif Kripto

    Investor Berbondong-bondong ke 8HoursMining untuk Mendapatkan Pendapatan Pasif Kripto

    Pada tahun 2025, pasar kripto berada di bawah pengaruh bank sentral AS, Federal Reserve, yang tidak langsung namun kuat. Seiring investor global dan pemegang kripto mencermati perkembangan keuangan tradisional, keputusan kebijakan moneter The Fed telah menjadi pendorong utama sentimen risiko, arus likuiditas, dan pilihan alokasi aset — termasuk bagaimana orang menyikapi mata uang kripto, penambangan, dan strategi pencarian imbal hasil.

    Apa Artinya Ini bagi Kripto — dan Mengapa Beberapa Investor Lebih Memilih Penambangan/Hasil daripada Perdagangan
    Meskipun permintaan dan selera risiko meningkat, pasar kripto tetap volatil dan tidak dapat diprediksi. Fluktuasi harga, ketidakpastian makro, dan hambatan regulasi membuat banyak investor merasa tidak nyaman untuk hanya mengandalkan apresiasi harga. Di sinilah strategi pendapatan kripto alternatif—seperti penambangan awan atau kontrak penambangan dengan imbal hasil tetap—mendapatkan daya tarik. Metode-metode ini menawarkan jenis eksposur yang berbeda: bukan pada pergerakan harga token, melainkan pada ekonomi penambangan dan imbal hasil infrastruktur.

    Misalnya, kontrak penambangan dapat menawarkan imbal hasil harian atau jangka pendek yang terlindungi dari volatilitas token sesaat. Bagi investor yang lebih menyukai aliran pendapatan yang terprediksi daripada kepemilikan spekulatif, hal ini menghadirkan alternatif yang menarik.

    – Jenny (Amerika Serikat)

    Setelah menyaksikan aset-aset yang sensitif terhadap suku bunga berfluktuasi tajam, Jenny menghentikan perdagangan jangka pendek sepenuhnya. Ia mengalihkan sebagian portofolionya ke kontrak penambangan awan, menjelaskan bahwa ia “menginginkan sesuatu yang tetap menghasilkan pendapatan harian, terlepas dari fluktuasi harga.”

    Dia menemukan bahwa siklus kontrak 8HoursMining yang dapat diprediksi membantu mengurangi tekanan keuangan yang dia rasakan selama volatilitas pasar.

    – Carlos (Prancis)

    Carlos dulu sangat bergantung pada perdagangan ayunan altcoin. Namun, setelah pernyataan kebijakan terakhir Federal Reserve memicu koreksi cepat sebesar 9% di seluruh token utama, ia memindahkan dananya ke kontrak penambangan otomatis 8HoursMining , dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih stabil.

    – Lena (Jerman)

    Sebagai investor konservatif, ia tidak pernah menyukai ketidakpastian berita makro. Perubahan arahan The Fed mendorongnya untuk melakukan diversifikasi ke struktur pendapatan berbasis pertambangan. Kini ia menggunakan 8HoursMining sebagai “zona penyangga” antara perdagangan berisiko tinggi dan kepemilikan jangka panjang.
    Mengapa Kebijakan The Fed Mengarahkan Investor pada Penambangan Awan
    Ketika Federal Reserve memperketat atau melonggarkan kebijakan, tiga hal terjadi:Likuiditas menjadi tidak stabilPasar global menjadi sangat sensitifAset berisiko (termasuk kripto) berfluktuasi secara intens
    Lingkungan ini membuat hasil yang dapat diprediksi menjadi lebih menarik — terutama bagi investor yang lebih menyukai pengembalian harian yang stabil daripada mengikuti gelombang harga yang panjang.

    Penambangan awan memenuhi permintaan ini karena berfokus pada:

    √ Output penambangan
    √ Efisiensi daya hash
    √ Struktur pendapatan yang dikontrak

    daripada mengandalkan spekulasi harga token saja.

    Fitur Utama Penambangan 8Jam
    Jaringan penambangan global di 70+ lokasiEnam tahun beroperasi tanpa gangguan100% energi terbarukan yang mendukung semua aktivitas penambanganKeamanan tingkat bank: enkripsi SSL, penyimpanan dingin, perlindungan berlapisTerdaftar dan berlisensi di Inggris RayaWaktu respons dukungan pelanggan 1–3 menitDukungan multi-mata uang: BTC, ETH, XRP, LTC, DOGE, SOL, USDT, USDC, dan lainnya
    Cara Bergabung dengan 8Hours Mining
    Partisipasi disederhanakan menjadi dua langkah:

    Jenis kontrakInvestasi
    Durasi KontrakPengembalian Tetap
    Total Pembayaran

    Uji Coba Pengguna Baru$1002 hari
    $6$106
    Penambang Ant S17 Pro$6006 hari
    $48,6$648,6
    WhatsMiner M30S$1.50012 hari
    $252$1.752
    Avalon A1246$3.50016 hari
    $812$4.312
    Penambang Ant S19j Pro$6.00020 hari
    $1.800$7.800
    Antminer S19K Pro$9.70027 hari
    $4.190,4$13.890,4

    Pendapatan harian didistribusikan secara otomatis.

     
    Penarikan tersedia setelah saldo akun mencapai $100 .

    Mengapa Investor Memilih 8HoursMining di Pasar yang Didorong oleh The Fed
    Mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga tokenStruktur pembayaran harian menawarkan stabilitas psikologisAmbang batas masuk yang lebih rendah selama ketidakpastian makro yang tinggiTidak diperlukan perangkat keras selama fluktuasi rantai pasokan globalWaktu yang tepat ketika Federal Reserve meningkatkan tekanan ekonomi
    Dengan platform seperti 8HoursMining , investor kini menemukan cara untuk tetap berada dalam industri kripto tanpa tertelan oleh volatilitas setiap kali Fed berbicara .
    Kesimpulan
    Kebijakan moneter Federal Reserve yang terus berkembang terus membentuk pasar keuangan global — dan pada tahun 2025, kripto pun tak terkecuali. Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah dan peningkatan likuiditas telah menghidupkan kembali permintaan aset berisiko, termasuk mata uang kripto dan strategi pendapatan berbasis penambangan. Bagi investor yang berhati-hati terhadap volatilitas, kontrak penambangan dan eksposur kripto berbasis infrastruktur dapat menawarkan jalan tengah yang seimbang: potensi keuntungan, dengan sedikit prediktabilitas.

    Seiring dengan berjalannya siklus ekonomi makro, platform penambangan dan layanan penambangan awan — yang dikelola dengan baik dan dioperasikan secara transparan — dapat muncul sebagai alternatif penting bagi mereka yang mencari pengembalian terkait kripto yang konsisten.

    Situs web resmi: https://hoursmining.com

    Email kontak: info@hoursmining.com

  • Harga Emas 24 Karat Hari Ini Selasa 9 Desember 2025, Ada yang Turun

    Harga Emas 24 Karat Hari Ini Selasa 9 Desember 2025, Ada yang Turun

    Harga emas 24 karat dari PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada 9 Desember 2025 menunjukkan penurunan signifikan. Harga dasar emas Antam untuk ukuran 1 gram tercatat Rp 2.403.000, namun setelah dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) 0,25%, harga jualnya menjadi Rp 2.409.008. Sumber lain juga melaporkan harga emas Antam 1 gram turun Rp 6.000 menjadi Rp 2.409.000 per gram pada hari yang sama.

    Untuk ukuran lainnya, harga emas Antam 0,5 gram dibanderol Rp 1.254.500. Emas Antam 10 gram dijual seharga Rp 23.585.000, sedangkan ukuran terbesar 1.000 gram (1 kg) mencapai Rp 2.349.600.000. Penurunan harga ini mencerminkan dinamika pasar yang perlu diwaspadai oleh para investor.

    Harga buyback atau jual kembali emas Antam juga mengalami penurunan sebesar Rp 6.000 per gram, menjadi Rp 2.263.000 per gram pada 9 Desember 2025. Perlu diingat bahwa transaksi buyback di atas Rp 10.000.000 akan dikenakan PPh Pasal 22 sebesar 1,5%, sesuai PMK Nomor 81 Tahun 2024, yang akan dipotong langsung dari total nilai transaksi.

    Dalam sepekan terakhir hingga 9 Desember 2025, harga emas Antam bergerak di rentang Rp 2.383.000 hingga Rp 2.425.000 per gram. Sementara itu, dalam sebulan terakhir, pergerakan harganya berada di kisaran Rp 2.287.000 hingga Rp 2.425.000 per gram, menunjukkan volatilitas yang cukup berarti.

  • Harga Emas Dunia Diramal Tembus USD 4.400, Simak Pendorongnya

    Harga Emas Dunia Diramal Tembus USD 4.400, Simak Pendorongnya

    Liputan6.com, Jakarta – Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan harga emas dunia kembali menguat hingga menyentuh level USD 4.400 pada akhir tahun, di tengah meningkatnya ketidakpastian politik Amerika Serikat dan spekulasi pergantian Ketua Federal Reserve (The Fed).

    Ibrahim menilai kondisi tersebut mendorong investor global kembali memburu emas sebagai aset lindung nilai.

    “Kalau saya lihat per hari ini ada kemungkinan besar bahwa harga emas dunia di akhir tahun ya di bulan Desember ini kemungkinan besar adalah di USD 4.400,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (9/12/2025).

    Dalam perdagangan akhir pekan lalu, harga emas dunia ditutup di level USD 4.196, meski sebelumnya sempat melonjak hingga USD 4.372 sebelum terkoreksi. Pergerakan tajam ini menunjukkan pasar masih sangat rentan terhadap sentimen global, khususnya yang berasal dari Amerika Serikat.

    Ibrahim mengatakan volatilitas tersebut bukan semata dipicu oleh faktor teknikal, melainkan oleh ketidakpastian arah kebijakan moneter AS ke depan.

    Salah satu sentimen terkuat yang memengaruhi pergerakan emas adalah spekulasi pergantian pimpinan The Fed setelah Jerome Powell. Ketidakjelasan mengenai siapa yang akan menggantikan Powell dinilai menambah kecemasan di pasar keuangan.

    Nama Kevin Hassett, penasihat ekonomi Gedung Putih dan pendukung kuat Presiden Donald Trump, disebut sebagai kandidat kuat. Jika terealisasi, penunjukan tersebut dinilai berpotensi mengubah arah kebijakan moneter AS secara signifikan.

    “Salah satu penyebabnya adalah tentang spekulasi tentang pergantian kepemimpinan The Fed. Ya ini yang larinya itu adalah perpolitikan di Amerika yang terus memanas. Di mana Trump kemungkinan besar akan menunjuk Kevin Hassett,” ujarnya.

     

  • Apple Ditinggal Jajaran Petinggi, Ada Apa?

    Apple Ditinggal Jajaran Petinggi, Ada Apa?

    Jakarta

    Apple mengumumkan kepergian tiga anggota tim eksekutifnya dalam waktu kurang dari seminggu. Meta membajak seorang pemimpin desain kunci Apple. Spekulasi pun kian santer terdengar bahwa Tim Cook mungkin sedang bersiap untuk mundur dari jabatannya sebagai CEO.

    Perubahan ini terjadi di tengah suara kritikus yang menyebut Apple tertinggal dalam AI. “Satu-satunya hal yang bisa kita baca dari situasi ini adalah kita sedang menuju masa volatilitas yang meningkat bagi Apple,” ujar Robert Siegel, seorang pemodal ventura.

    Dikutip detikINET dari CNN, saham Apple naik sekitar 12% tahun ini, lonjakan yang jauh lebih kecil dibanding kenaikan 30% di tahun 2024. Rencana kepergian para eksekutif Apple berikut ini baru diumumkan:

    Lisa Jackson, Wakil Presiden Apple untuk lingkungan, kebijakan, dan inisiatif sosial, akan pensiun tahun depan.Kate Adams, General Counsel, juga akan pensiun tahun depan.Alan Dye, Wakil Presiden desain antarmuka manusia, yang bergabung dengan Meta sebagai Chief Design Officer.John Giannandrea, Wakil Presiden Senior strategi machine learning dan AI, yang juga akan pensiun tahun depan.

    Apple merekrut Chief Legal Officer Meta, Jennifer Newstead, sebagai penasihat umum yang baru. Sementara Amar Subramanya, Wakil Presiden Korporat AI Microsoft, akan menjadi Wakil Presiden AI Apple yang baru. Sebelumnya pada tahun ini, Jeff Williams juga telah mundur dari perannya sebagai COO Apple.

    Apple bukan satu-satunya raksasa teknologi yang melakukan perubahan struktural. Meta menyatakan mengalihkan sebagian investasi dari proyek Metaverse ke kacamata AI dan perangkat wearable. Amazon PHK 14.000 karyawan bulan Oktober. Google tahun lalu juga menggabungkan tim hardware dan software untuk mengintegrasikan AI dengan lebih baik ke seluruh lini produknya.

    Namun untuk Apple, perombakan kepemimpinan ini terjadi saat pertanyaan mengenai masa depan terus membayangi. Apple menunda pembaruan besar pada asisten suara Siri yang diharapkan dapat membawanya lebih dekat ke kemampuan ChatGPT milik OpenAI dan Gemini milik Google.

    Pembaruan diundur hingga tahun depan, dan pembaruan AI Apple lainnya untuk iPhone, Mac, dan iPad tahun ini terbilang minim. Selain itu, headset mahal Apple Vision Pro, kategori komputasi baru pertama yang diperkenalkan perusahaan sejak Apple Watch satu dekade lalu, masih menjadi produk niche.

    Pada saat yang sama, Meta, Google, Samsung, dan OpenAI mengumumkan ekspansi produk AI yang signifikan tahun ini. Wall Street menuntut jawaban tentang strategi AI Apple.

    Eddy Cue, Wakil Presiden Senior Layanan Apple, bahkan mengatakan dalam kesaksiannya di sidang antimonopoli Google bahwa orang mungkin tidak lagi butuh iPhone 10 tahun dari sekarang.

    Meskipun menghadapi tekanan di bidang AI, penjualan iPhone 17 tetap kuat dan diperkirakan akan semakin tinggi. Apple diprediksi akan melampaui Samsung dalam pengiriman smartphone tahun ini untuk pertama kalinya sejak 2011, menurut Counterpoint Research.

    Appke juga menjadi salah satu dari sedikit perusahaan yang melampaui kapitalisasi pasar USD 4 triliun bersama Nvidia dan Microsoft. Bagaimanapun, analis mengatakan waktu terus berjalan bagi Apple untuk membuat lompatan besar di bidang AI.

    “Anda tidak bisa mengalami revolusi industri keempat dan hanya menonton pesta AI dari luar jendela. Dan jelas, mereka membutuhkan perubahan besar dalam kepemimpinan,” cetus pengamat industri, Dan Ives.

    (fyk/afr)

  • Prediksi Harga Emas Pekan Ini saat The Fed Gelar Rapat

    Prediksi Harga Emas Pekan Ini saat The Fed Gelar Rapat

    Liputan6.com, Jakarta – Setelah beberapa pekan bergerak dalam pola harga emas dunia yang relatif terarah, harga emas kembali memantul di level tinggi seiring pelaku pasar mencermati keputusan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) pekan ini, yang sementara mengalahkan pengaruh sebagian besar rilis data ekonomi.

    Melansir Kitco News, Senin (8/12/2025), emas spot mengawali perdagangan pekan lalu di level USD 4.217,34 per ons dan langsung bergerak mendekati batas atas kisarannya. Kenaikan berlanjut hingga Senin saat emas menyentuh level tertinggi mingguan di USD 4.262 per ons.

    Meski demikian, volatilitas masih membayangi pasar. Pada pembukaan perdagangan Amerika Utara, harga emas kembali melemah ke USD 4.225 per ons. Area ini berfungsi sebagai level penopang yang cukup kuat, sebelum tekanan pada sesi Asia mendorong harga turun hingga USD 4.205 per ons. .

    Seiring terbentuknya rentang harga mingguan, pergerakan emas dalam beberapa hari berikutnya cenderung berfluktuasi di antara USD 4.225 dan USD 4.185, dengan sesekali bergerak di luar kanal tersebut.

    Hasil Survei Emas Mingguan Kitco News terbaru menunjukkan pandangan pelaku Wall Street terbagi antara sikap bullish dan netral, sementara investor di pasar utama masih mempertahankan dominasi pandangan bullish, meski tidak banyak berubah.

    Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day menyatakan dirinya bersikap hati-hati menjelang pertemuan Federal Reserve pekan depan. 

    “Saya berhati-hati sampai pertemuan Federal Reserve minggu depan,” kata Adrian, dilkutip dari Kitco News.

    Menurutnya, meskipun peluang penurunan suku bunga sangat besar dan sudah tercermin dalam harga emas, risiko kekecewaan pasar tetap ada dan dapat memicu pelemahan jangka pendek, sehingga pandangannya tetap tidak berubah.

    Sementara itu, Rich Checkan, presiden dan COO Asset Strategies International, menyampaikan pandangan bullish terhadap pergerakan logam mulia. 

     

  • Mana yang Lebih Populer di Indonesia Tahun Ini?

    Mana yang Lebih Populer di Indonesia Tahun Ini?

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar kripto global terus bergerak cepat, dan dua nama besar Solana (SOL) dan Ethereum (ETH) tetap menjadi pusat perhatian. Solana kini muncul sebagai pesaing kuat berkat kecepatan tinggi dan biaya transaksi rendah. Sementara Ethereum mempertahankan dominasinya melalui stabilitas jangka panjang, likuiditas besar, dan dukungan institusional. Di Indonesia, perdebatan mengenai mana yang lebih populer semakin menarik.

    Apakah SOL dengan ekosistemnya yang agresif mampu menggeser posisi ETH, ataukah Ethereum tetap menjadi pilihan utama investor lokal? Dengan meninjau data global dan tren regional, artikel ini menyajikan analisis mendalam mengenai preferensi pasar Indonesia tahun ini.

    Menguatnya Solana: Kecepatan, Biaya Rendah, dan Aktivitas Jaringan yang Meningkat

    Solana mengalami pertumbuhan yang signifikan sepanjang 2025. Menurut CoinGecko, volume perdagangan global SOL melonjak dari US$ 124,4 miliar pada 2024 menjadi US$ 156,0 miliar pada 2025, kenaikan sekitar 25,4%.

    Sebagai perbandingan, Ethereum hanya meningkat 9,7% pada periode yang sama, dari US$ 603,0 miliar menjadi US$ 661,8 miliar. Perbedaan laju pertumbuhan ini menunjukkan betapa cepatnya Solana menarik perhatian para trader dan pengguna aplikasi Web3 di seluruh dunia.

    Keunggulan teknis Solana semakin memperkuat posisinya. Berdasarkan laporan AInvest, jaringan Solana dapat memproses ribuan transaksi per detik (TPS) secara stabil, bahkan melampaui 65.000 TPS dalam kondisi optimal, jauh di atas kemampuan Ethereum layer-1.

    Biaya transaksi di jaringan Solana juga sangat rendah, sehingga menjadi pilihan ideal untuk aplikasi yang membutuhkan throughput tinggi, seperti DEX, DeFi, atau game Web3. Inilah alasan mengapa Solana sempat menjadi chain dominan di sektor DEX pada kuartal pertama 2025, bahkan melampaui volume perdagangan Ethereum di beberapa periode.

    Popularitas Solana kemudian berkembang cepat di komunitas ritel dan trader aktif, terutama di kawasan Asia Tenggara. Banyak investor yang mengutamakan efisiensi biaya dan kecepatan eksekusi mulai memprioritaskan SOL untuk kebutuhan trading harian.

    Tidak heran jika perdagangan SOL yang makin diminati menjadi salah satu tren besar pasar kripto global tahun ini. Kecepatan jaringan, biaya minim, serta ekosistem aplikasi yang berkembang membuat Solana menjadi alternatif menarik bagi investor yang mencari fleksibilitas dan efisiensi tinggi.

    Ethereum: Stabilitas, Likuiditas Besar, dan Kepercayaan Institusional

    Meski Solana berkembang pesat, Ethereum tetap menjadi tulang punggung ekosistem kripto secara global. Kapitalisasi pasar ETH jauh lebih besar dibandingkan SOL, dan Ethereum terus dianggap sebagai aset yang relatif stabil.

    Laporan Gate Square pada 2025 menegaskan bahwa dominasi Ethereum masih kuat karena banyak proyek besar, protokol DeFi mapan, dan stablecoin utama yang beroperasi di jaringan Ethereum. Likuiditas yang tinggi membuat Ethereum menjadi pilihan utama bagi transaksi bernilai besar maupun aktivitas institusional.

    Banyak perusahaan besar dan lembaga keuangan lebih memilih Ethereum sebagai fondasi smart contract dan layanan blockchain mereka. Bahkan ketika Solana sempat mengungguli volume DEX dalam periode tertentu, Ethereum tetap unggul untuk transaksi besar dan investasi jangka panjang berkat reputasinya yang konsisten.

    Di Indonesia, Ethereum juga mempertahankan pengaruh kuatnya. Banyak investor menganggap ETH sebagai aset kripto yang relatif lebih stabil dan memiliki tingkat likuiditas yang dapat diandalkan.

    Selain itu, exchange lokal dan platform DeFi yang beroperasi di Indonesia umumnya memiliki dukungan penuh untuk jaringan Ethereum, sehingga perdagangan ETH yang semakin diminati di Indonesia menjadi fenomena yang wajar, terutama bagi investor yang mencari kenyamanan, keamanan likuiditas, dan kejelasan ekosistem.

    Pengaruh Tren Global terhadap Preferensi di Indonesia

    Indonesia termasuk dalam lima negara dengan penggunaan kripto tertinggi di dunia, menurut laporan Dapp Expert. Lonjakan adopsi digital, banyaknya pengguna muda, serta ketersediaan platform lokal membuat Indonesia menjadi pasar penting bagi perkembangan aset kripto seperti Solana dan Ethereum.

    Tren global Solana yang menonjol karena kecepatan dan biaya rendah beresonansi kuat dengan investor ritel di Indonesia. Banyak pengguna lokal yang lebih sensitif terhadap biaya transaksi mulai mempertimbangkan SOL untuk aktivitas DEX, transfer aset, dan penggunaan aplikasi Web3 lainnya.

    Solana juga menjadi tempat lahirnya banyak memecoin baru dan aplikasi sosial yang sangat disukai oleh pengguna Gen Z Indonesia.

    Namun demikian, Ethereum tetap relevan dan digemari oleh investor yang lebih mengutamakan kestabilan. Banyak dari mereka menggunakan ETH sebagai jembatan investasi ke berbagai ekosistem seperti DeFi, NFT, atau platform staking institusional.

    Penggunaan ETH sebagai aset dasar  dalam portofolio membuatnya tetap populer di Indonesia meskipun kemunculan kompetitor seperti Solana semakin kuat.

    Solana dan Ethereum bagi Investor Indonesia

    Tanpa menggunakan tabel, perbandingan antara Solana dan Ethereum dapat dipahami melalui dua karakter utama: kecepatan vs stabilitas. Solana menawarkan biaya rendah, transaksi cepat, dan ekosistem aplikasi yang berkembang dinamis, menjadikannya pilihan menarik bagi pengguna yang aktif, suka bereksperimen, dan sensitif terhadap biaya.

    Sementara itu, Ethereum menawarkan likuiditas tinggi, reputasi kuat, serta adopsi institusional keunggulan yang membuatnya cocok bagi investor yang menyukai kestabilan dan ingin membangun portofolio jangka panjang.

    Dengan karakteristik tersebut, banyak investor Indonesia akhirnya memilih pendekatan campuran, menggunakan Solana untuk aktivitas yang cepat dan intensif, tetapi tetap memegang Ethereum sebagai aset inti. Pendekatan ini dianggap lebih seimbang karena memanfaatkan keunggulan kedua blockchain sambil mengelola risiko volatilitas.

    Persaingan antara Solana dan Ethereum pada 2025 memperlihatkan bahwa tidak ada pemenang mutlak, keduanya menempati fungsi berbeda dalam ekosistem kripto. Solana terus menarik minat karena efisiensi dan kecepatannya, terutama di kalangan investor muda dan trader aktif.

    Sementara itu, Ethereum tetap disukai karena stabilitasnya, adopsi institusional, serta ekosistem yang lebih mapan dan terpercaya.

    Di Indonesia, tren global pada akhirnya berpengaruh kuat terhadap preferensi lokal. Solana memang sedang naik daun dan popularitasnya terus berkembang, namun Ethereum tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang memprioritaskan keamanan jangka panjang dan likuiditas besar.

    Dengan memahami karakter masing-masing aset, investor Indonesia dapat memilih strategi sesuai profil risiko dan tujuan keuangan mereka.

  • Reli Berlanjut, Harga Perak Cetak Rekor Tertinggi

    Reli Berlanjut, Harga Perak Cetak Rekor Tertinggi

    Jakarta, Beritasatu.com – Pasar emas dunia mulai membentuk level support baru di sekitar US$ 4.200 per troi ons, menjaga tren bullish yang solid. Di sisi lain, perak kembali menjadi pusat perhatian, memasuki akhir pekan dengan rekor tertinggi baru di atas US$ 58 per troi ons.

    Dilansir dari Kitco News, Sabtu (6/12/2025), sepanjang pekan ini, perak tidak hanya mencatat aksi beli lanjutan yang kuat, tetapi juga menunjukkan koreksi yang dangkal, dengan level support bertahan di kisaran US$ 56. Kinerja positif ini membuat perak mengungguli emas secara signifikan.

    Dalam laporan pekan lalu, disebutkan bahwa transisi menuju energi hijau menjadi pendorong utama lonjakan permintaan industri perak. Faktor ini juga menyebabkan defisit pasar selama lima tahun berturut-turut.

    Menurut World Economic Forum, nilai ekonomi energi hijau diperkirakan mencapai US$ 7 triliun pada 2030, naik dari sekitar US$ 5 triliun per tahun saat ini.

    Pemintaan dari India sebagai konsumen perak terbesar kedua dunia juga semakin jelas. Pembelian besar-besaran pada Oktober dan November 2025 mengganggu pasar perak fisik over-the-counter di London, menyebabkan masalah pasokan dan likuiditas yang masih belum terselesaikan.

    Menurut Metals Focus, salah satu faktor utama lonjakan permintaan India adalah kembalinya peran perak sebagai aset moneter. Bank Sentral India (RBI) bulan lalu mengumumkan aturan baru yang memungkinkan masyarakat menggadaikan aset perak untuk memperoleh kredit melalui bank dan lembaga keuangan mulai 1 April 2026.

    “Langkah ini bisa membantu memobilisasi kepemilikan perak rumah tangga di India dan mengakui perak sebagai aset jaminan utama,” kata Metals Focus.

    Meski sebelumnya gadai perak telah ada secara informal, kebijakan RBI ini menandai pengakuan resmi pertama perak sebagai aset kolateral dalam sistem regulasi.

    Meskipun perak telah mencetak kenaikan signifikan tahun ini, pasar dinilai masih menyimpan potensi lanjutan. Namun, investor diingatkan untuk tetap berhati-hati mengingat pasar perak lebih kecil dan lebih volatil dibanding emas.

    Analis Senior Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, memperingatkan bahwa harga perak berpeluang turun ke US$ 40 atau naik hingga US$ 75 per troi ons, mencerminkan volatilitas pasar yang tinggi.

  • Analis anggap kurs rupiah cenderung stabil kendati melemah tipis

    Analis anggap kurs rupiah cenderung stabil kendati melemah tipis

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Rabu sore melemah sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.628 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.625 per dolar AS.

    Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan nilai tukar rupiah cenderung stabil kendati mengalami pelemahan tipis pada hari ini.

    “Pelaku pasar lebih melihat pada volatilitas rupiahnya, kestabilannya, bukan hanya naik turunnya saja. Terkait pelemahan yang tipis hari ini, lebih karena faktor domestik bencana alam (di Pulau Sumatera),” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Menurut dia, rupiah memperoleh sentimen positif dari peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, ditambah isu penggantian Kepala The Fed.

    Mengutip Anadolu, Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa dirinya akan mengumumkan pilihan Kepala The Fed berikutnya pada awal tahun depan.

    Orang yang bertanggung jawab atas proses seleksi, Menteri Keuangan Scott Bessent, mengatakan sebelumnya bahwa pilihan tersebut mungkin akan diumumkan sebelum Natal.

    Tanpa memberikan informasi lain, Trump mengatakan kepada wartawan pada Minggu (30/11), bahwa ia tahu siapa yang akan ia dinominasikan.

    Selama berbulan-bulan, Presiden AS telah mendesak The Fed untuk memangkas suku bunga dan mengatakan bahwa memilih pengganti Jerome Powell, yang masa jabatannya sebagai Ketua Fed berakhir pada Mei 2026, akan memberi kesempatan terbesarnya untuk mereformasi organisasi.

    Ia mengecam Powell karena terlalu ragu-ragu dan malu-malu dalam mengupayakan pemangkasan suku bunga dan mengisyaratkan bahwa dirinya berharap pengganti Powell akan bertindak lebih tegas untuk menurunkan suku bunga.

    “Faktor global masih akan memberikan ruang penguatan rupiah ke depan seiring dengan prospek penurunan bunga The Fed. Namun, pelaku pasar masih mencermati kemampuan fiskal pemerintah yang semakin bergantung pada penerbitan obligasi negara, terutama dalam penanganan bencana alam Sumatera,” kata Rully.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga bergerak data di level Rp16.632 per dolar AS, sama seperti hari sebelumnya.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • PBB proyeksi pertumbuhan global melambat hingga 2,6 persen pada 2025

    PBB proyeksi pertumbuhan global melambat hingga 2,6 persen pada 2025

    Jenewa (ANTARA) – Pertumbuhan global diperkirakan akan melambat menjadi 2,6 persen pada 2025, turun dari 2,9 persen pada 2024, akibat tekanan yang semakin besar dari volatilitas keuangan serta ketidakpastian geopolitik yang dihadapi oleh perdagangan dan investasi global, demikian disampaikan oleh Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) dalam laporan yang dirilis pada Selasa (2/12).

    Laporan Perdagangan dan Pembangunan UNCTAD 2025 menunjukkan bahwa pergeseran di pasar keuangan mempengaruhi perdagangan global hampir sama kuatnya dengan aktivitas ekonomi riil, yang mempengaruhi prospek pembangunan di seluruh dunia, ungkap badan perdagangan PBB tersebut.

    Laporan itu menyebutkan bahwa meskipun ada potensi keuntungan dari teknologi baru seperti kecerdasan buatan, pertumbuhan global diperkirakan tetap moderat pada 2026, sebesar 2,6 persen.

    UNCTAD menyatakan bahwa proyeksinya didasarkan pada agregat pertumbuhan global menggunakan bobot kurs pasar (market exchange rate/MER) daripada bobot paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) yang digunakan oleh OECD, dengan yang terakhir menghasilkan perkiraan pertumbuhan global yang lebih tinggi. Pada hari yang sama, OECD memprediksi bahwa pertumbuhan PDB global akan melambat dari 3,2 persen pada 2025 menjadi 2,9 persen pada 2026.

    Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan mengatakan bahwa temuan tersebut menunjukkan bagaimana kondisi keuangan semakin menentukan arah perdagangan global.

    “Perdagangan bukan hanya rantai pasokan. Ini juga merupakan rantai kredit, sistem pembayaran, pasar mata uang, dan aliran modal,” katanya.

    Laporan itu juga menyebutkan bahwa perekonomian berkembang diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3 persen, jauh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian maju.

    Namun, faktor-faktor seperti biaya pendanaan yang lebih tinggi, paparan yang lebih besar terhadap pergeseran mendadak dalam aliran modal, dan risiko keuangan terkait iklim yang meningkat, kian membatasi ruang fiskal dan investasi yang dibutuhkan oleh perekonomian berkembang untuk mempertahankan pertumbuhan.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Ade irma Junida
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • DBS dan Mandiri Investasi kerja sama perluas akses investasi emas

    DBS dan Mandiri Investasi kerja sama perluas akses investasi emas

    kami menyediakan akses investasi emas yang praktis untuk mendukung strategi pengelolaan kekayaan jangka panjang

    Jakarta (ANTARA) – PT Bank DBS Indonesia dan PT Mandiri Manajemen Investasi menjalin kerja sama referral untuk Pengelolaan Dana Nasabah Individu (PDNI) atau Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) Exchange-Traded Fund (ETF) Gold BlackRock (iShares).

    “Kolaborasi ini memperluas jangkauan solusi investasi Bank DBS Indonesia sekaligus menghadirkan akses yang lebih praktis dan modern bagi masyarakat Indonesia untuk berinvestasi emas tanpa harus menyimpan emas fisik secara mandiri,” kata Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom sebagaimana dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

    Sinergi tersebut dinilai sejalan dengan permintaan terhadap aset lindung nilai yang terus menunjukkan tren positif di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar global.

    Potensi inflasi di AS yang muncul akibat penerapan kebijakan pelonggaran fiskal dan moneter secara bersamaan dianggap semakin memperkuat urgensi tersebut.

    Berdasarkan temuan World Gold Council (WGC), emas menjadi instrumen utama pilihan investor Indonesia pada tahun 2025 dalam menjaga ketahanan finansial dan menyiapkan dana darurat.

    Lebih lanjut, ditemukan bahwa 67 persen masyarakat Indonesia berinvestasi dalam berbagai bentuk emas dengan minat reinvestasi yang tinggi untuk memperkuat tabungan dan melindungi kekayaan dari ketidakpastian ekonomi global.

    Artinya, permintaan ini mencerminkan kebutuhan terhadap instrumen emas yang aman, mudah diakses dan efisien.

    Menurut Melfrida, perubahan dinamika global menuntut investor memilih instrumen yang tidak hanya mempertahankan nilai, tetapi juga fleksibilitas akses.

    “Di tengah gejolak pasar, emas terbukti menjadi stabilizer yang sulit digantikan. Sebagai mitra terpercaya, kami berkomitmen menghadirkan solusi untuk membantu nasabah mengambil keputusan finansial yang tepat. Melalui kemitraan dengan Mandiri Investasi, kami menyediakan akses investasi emas yang praktis untuk mendukung strategi pengelolaan kekayaan jangka panjang,” ujarnya.

    KPD ETF Gold disebut menghadirkan cara baru berinvestasi emas yang fleksibel, efisien dan terjangkau. Investor memperoleh eksposur langsung terhadap pergerakan harga emas global dengan biaya kompetitif dan mekanisme lebih praktis dibandingkan kepemilikan emas fisik, sekaligus dapat diketahui transparansi harga dan likuiditas memadai.

    Selain itu, lanjutnya, emas tetap berfungsi sebagai aset safe haven yang membantu menjaga nilai portofolio di tengah volatilitas pasar, menjadikan produk ini alternatif modern dan relevan untuk memperkuat strategi investasi jangka panjang sesuai kebutuhan portofolio investor.

    Bagi Direktur Mandiri Investasi Hardiyanto Pilia, produk KPD ETF Gold menekankan keseimbangan antara pertumbuhan dan mitigasi risiko.

    Produk ini dirancang untuk investor yang ingin mengintegrasikan emas sebagai bagian dari strategi portofolio jangka menengah, sambil tetap mengandalkan manajemen aktif untuk menjaga kinerja investasi. Inisiatif ini juga menunjukkan bagaimana kami terus mendorong inovasi produk yang sesuai dengan perkembangan pasar dan kebutuhan investor masa kini,” ungkap Hardiyanto.

    Produk KPD ETF Gold yang dikelola Mandiri Investasi menggunakan underlying iShares Gold Trust (IAU), ETF global besutan BlackRock yang dirancang untuk mengikuti pergerakan harga emas fisik secara akurat.

    Produk ini dikatakan sesuai kebutuhan investor berprofil risiko agresif dengan horizon investasi jangka menengah yang menginginkan eksposur emas melalui instrumen lebih modern dan terukur.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.