Topik: volatilitas

  • Great Barrier Reef di Ambang Krisis, Catat Rekor Kehilangan Karang

    Great Barrier Reef di Ambang Krisis, Catat Rekor Kehilangan Karang

    Canberra

    Great Barrier Reef mengalami penurunan karang hidup tahunan terbesarnya selama setahun terakhir, menurut laporan yang dirilis Rabu (05/08) oleh Institut Ilmu Kelautan.

    Ilmuwan Australia yang memantau terumbu karang tersebut mendokumentasikan dampak buruk dari peristiwa pemutihan karang massal yang terjadi pada awal tahun 2024.

    “[Great Barrier Reef] mengalami tingkat tekanan panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menyebabkan pemutihan paling luas dan parah secara spasial yang tercatat hingga saat ini,” demikian temuan laporan tersebut.

    Terumbu karang Australia mungkin mencapai titik kritis

    Survei terhadap terumbu karang terbesar di dunia menemukan bahwa dua dari tiga wilayahnya mencatat penurunan karang paling tajam sejak pemantauan dimulai pada tahun 1986.

    Menurut laporan tersebut, wilayah utara dan selatan Great Barrier Reef paling terdampak, dengan tutupan karang menurun antara seperempat dan sepertiga setelah beberapa tahun pertumbuhan yang stabil.

    Para ilmuwan mendokumentasikan peristiwa pemutihan karang terluas sejak pemantauan dimulai hampir 40 tahun yang lalu, didorong oleh suhu laut tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2024 yang memicu “tingkat tekanan panas yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

    “Kami sekarang melihat peningkatan volatilitas pada tingkat tutupan karang keras,” ujar Mike Emslie, kepala program pemantauan jangka panjang lembaga tersebut.

    Perubahan iklim menyebabkan tekanan panas yang tak tertahankan bagi karang

    Emslie mengatakan penyebab utama penurunan tutupan karang adalah perubahan iklim.

    “Kami telah menyaksikan tutupan karang berfluktuasi antara rekor terendah dan rekor tertinggi dalam waktu yang relatif singkat, padahal sebelumnya fluktuasi tersebut moderat,” imbuhnya.

    Terumbu karang ini membentang sekitar 2.400 kilometer di lepas pantai Queensland di timur laut Australia.

    Meskipun mengalami kerusakan, Emslie mengatakan terumbu karang itu tetap menjadi “tempat yang menakjubkan.”

    “Itu masih layak diperjuangkan. Kita tidak bisa menyerah begitu saja,” pungkasnya.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga Video: Rekomendasi Wisata Restorasi Koral di Bali

    (nvc/nvc)

  • OJK nilai ekonomi RI berpeluang tumbuh lebih tinggi di semester II

    OJK nilai ekonomi RI berpeluang tumbuh lebih tinggi di semester II

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    OJK nilai ekonomi RI berpeluang tumbuh lebih tinggi di semester II
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 04 Agustus 2025 – 22:45 WIB

    Elshinta.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai ekonomi Indonesia ke depan memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi terutama pada semester II 2025.

    Optimisme tersebut, menurut Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, di Jakarta, Senin, didasarkan pada kondisi ekonomi global yang membaik, tensi perang dagang yang mereda, serta tercapainya kesepakatan tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen.

    Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner OJK, Mahendra mengatakan kesepakatan tarif 19 persen antara Indonesia dan AS memberikan kepastian bagi para pelaku usaha, termasuk di sektor jasa keuangan.

    Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) juga baru saja menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 dan 2026 dari sebelumnya 4,7 persen menjadi 4,8 persen. Menurut dia, revisi tersebut mencerminkan keyakinan bahwa pemulihan ekonomi nasional akan berlangsung lebih kuat.

    “Ini menunjukkan bahwa sekalipun kebijakan (tarif) Amerika Serikat itu menimbulkan disrupsi besar, tapi dengan dicapainya kesepakatan, setidaknya memberikan satu sinyal dan kepastian mengenai bagaimana ini akan berujung pada keputusan yang kemudian akan menjadi masukan bagi pergerakan ekspor-impor,” ujar dia.

    Mahendra menilai kesepakatan dagang yang menekan tarif hingga 19 persen itu sebagai peluang strategis untuk meningkatkan daya saing ekspor nasional. Kebijakan ini dinilai dapat memperluas akses pasar dan menarik lebih banyak investasi asing.

    “Ini membawa angin segar baik untuk pertumbuhan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri. Dan tentu kami berharap dalam pelaksanaannya apabila dalam realisasinya kita bisa melihat dampak positif dari peluang-peluang itu, maka ada kemungkinan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan bisa direvisi ke atas lebih lanjut lagi,” katanya, menjelaskan.

    Lebih lanjut, Mahendra mengatakan perbaikan ekonomi turut didorong oleh rilis data ekonomi dari negara-negara utama seperti AS dan China pada kuartal II 2025 yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 3 persen dan 5,2 persen.

    Kinerja manufaktur dan perdagangan global juga meningkat, disertai penguatan pasar keuangan internasional seiring dengan menurunnya volatilitas dan aliran modal ke negara berkembang yang berlanjut. 

    “Indikator domestik juga menunjukkan ketahanan. Permintaan dalam negeri stabil, inflasi rendah, dan pertumbuhan uang beredar meningkat. Di sisi lain, neraca perdagangan terus mencatatkan surplus dan cadangan devisa tetap tinggi, walau PMI manufaktur masih berada di zona kontraksi,” ujar dia.

    Lebih lanjut, Mahendra mengatakan menyambut baik keputusan lembaga pemeringkat global Standard & Poor’s (S&P) yang kembali mengafirmasi peringkat kredit sovereign Indonesia pada level BBB untuk jangka panjang dan A-2 untuk jangka pendek dengan outlook stabil.

    Menurut dia, penilaian itu mencerminkan kepercayaan investor terhadap sektor keuangan Indonesia.

    Dalam konteks sektor jasa keuangan, ia mengatakan OJK akan terus mendorong lembaga keuangan untuk berperan aktif dalam pembiayaan sektor-sektor prioritas, dengan tetap menjunjung prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik.

    “Kami mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kompetitif dan berkelanjutan, melalui penguatan ekosistem jasa keuangan yang inklusif dan sehat,” ujar dia.

    Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk triwulan II 2025 pada Selasa (5/8).

    Sumber : Antara

  • Amerika Tetapkan Tarif Impor dari Indonesia 19%, Menko Airlangga: Ketidakpastian Menurun

    Amerika Tetapkan Tarif Impor dari Indonesia 19%, Menko Airlangga: Ketidakpastian Menurun

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pengumuman tarif impor terbaru yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Kamis (31/7/2025).

    Sebagai informasi, pada pengumuman tersebut AS resmi akan mengenakan tarif impor untuk produk Indonesia sebesar 19%, sesuai kesepakatan dagang yang telah dicapai kedua negara. Tarif tersebut akan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025 mendatang.

    Airlangga menjelaskan, kebijakan tarif Trum menimbulkan ketidakpastian sekaligus ketidakstabilan kondisi perekonomian dunia. 

    Meski demikian, pengumuman tarif terbaru Trump terhadap 92 negara, termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia dan VIetnam, dinilai dapat menurunkan ketidakpastian tersebut

    “Angka-angka kita memang belum ideal, tetapi setidaknya ketidakpastian soal tarif kini sudah bisa kita tinggalkan. Sehingga kita bisa melangkah maju menghadapi situasi ini,” jelas Airlangga dalam IVFA Members’ Gathering & Forum di Jakarta pada Jumat (1/8/2025).

    Airlangga melanjutkan Indonesia masih mampu menjaga kestabilan ekonomi di tengah Volatilitas global. Dia mencontohkan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I/2025 berada di kisaran 4,87%. 

    Sementara itu, laju inflasi juga masih terjaga pada kisaran 2,3% per Juli 2025. Menurutnya, laju inflasi tersebut menunjukkan bahwa permintaan mulai kembali ke pasar.

    Selain itu, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$3,3 miliar per Juli 2025. Sementara itu, peringkat utang Indonesia oleh S&P juga tetap stabil di level BBB

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana revisi tarif global dan menjadikan Suriah sebagai negara dengan pungutan terbesar, yakni 41%. Sementara itu, Laos dan Myanmar dikenakan bea masuk sebesar 40%. 

    Gedung Putih belum memberikan penjelasan terkait alasan kebijakan tersebut, sementara nilai perdagangan AS dengan ketiga negara itu relatif kecil dibandingkan mitra dagang utamanya.

    Melansir Bloomberg pada Jumat (1/8/2025) Myanmar hingga kini masih berada di bawah sanksi AS sejak kudeta militer pada 2021. Sementara itu, Laos mendapat sorotan Washington karena mempererat hubungan dengan China.  

    Adapun, Suriah sebelumnya dikenai sanksi atas pelanggaran HAM di bawah rezim Bashar Al-Assad. Pada saat yang sama, sejak penggulingan Assad tahun lalu, AS mulai melonggarkan pembatasan tersebut.

  • Indonesia-Vietnam Perlu Tingkatkan Kerja Sama Strategis Hadapi Volatilitas Global

    Indonesia-Vietnam Perlu Tingkatkan Kerja Sama Strategis Hadapi Volatilitas Global

    Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dan Vietnam disebut memiliki ruang untuk meningkatkan kerja sama strategisnya dengan segera seiring dengan tingginya ketidakpastian global serta perubahan peta geopolitik dunia.

    Chairman Indonesia Vietnam Friendship Association (IVFA) Budiarsa Sastrawinata menjelaskan peningkatan serta perubahan pola kerja sama perlu dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Vietnam. Hal ini seiring dengan munculnya gejolak ekonomi, perubahan dinamika geopolitik yang konstan, serta tantangan krisis iklim yang kian meningkat.

    “Indonesia dan Vietnam harus memperdalam kerja sama strategis mereka bukan hanya di bidang diplomasi, tetapi juga dalam perdagangan, investasi, dan pertukaran antar masyarakat,” jelas Budiarsa dalam IVFA Members’ Gathering & Forum di Jakarta, Jumat (1/8/2025)

    Senada, Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Christiawan Nasir menambahkan, kembalinya kebijakan proteksionis, termasuk tarif resiprokal Amerika Serikat, tengah mengubah dinamika perdagangan dan rantai pasok global. 

    Oleh karena itu, dia mendorong peningkatan kerja sama antarnegara Asia Tenggara, baik secara bilateral maupun melalui Asean.

    “Pesannya jelas, kita harus semakin mengandalkan satu sama lain, dan mengurangi ketergantungan pada kepastian-kepastian lama,” jelas Tata.

    Dia melanjutkan, sektor swasta di Asean harus mampu beradaptasi, bukan secara terpisah, melainkan secara kolektif. Menurutnya, kolaborasi regional yang lebih mendalam bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. 

    “Ketahanan kita bergantung pada keterhubungan industri lintas negara, inovasi bersama, dan integrasi pasar,” jelasnya.

    Adapun, Tata menambahkan, Indonesia dan Vietnam memiliki hubungan persahabatan yang tangguh dan berlangsung lama. Dia menuturkan, kemitraan dan kerja sama yang bersifat menyeluruh telah menjadi kunci keberhasilan hubungan bilateral kita, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. 

    “Saat ini, kita bangga menyebut satu sama lain sebagai mitra strategis komprehensif. Ini bukan sekadar peningkatan status diplomatik, melainkan cerminan dari ambisi bersama dan kepemimpinan regional,” katanya.

    Dia melanjutkan, dari sisi ekonomi, nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan VIetnam mencapai US$16 miliar pada 2024. Sementara itu, hingga pertengahan 2025, nilai perdagangan itu telah mendekati US$7 miliar. 

    Tata melanjutkan, catatan ini berada di jalur yang tepat untuk melampaui target nilai perdagangan bilateral 2025 sebesar US$18 miliar.

    Lebih lanjut, dia menuturkan, arus investasi juga tumbuh dengan laju yang sehat, terutama di sektor kendaraan listrik, teknologi informasi, dan agribisnis. Tata menuturkan, nilai investasi Vietnam di Indonesia mencapai US$64 juta pada 2024, sedangkan investasi Indonesia di Vietnam sebesar US$27 juta pada waktu yang sama.

    “Sektor-sektor ini bukan hanya menjadi mesin pertumbuhan, tetapi juga pintu menuju kemakmuran bersama,” katanya. 

  • Wall Street Pekan Depan Hadapi Risiko Guncangan Efek Tarif Trump

    Wall Street Pekan Depan Hadapi Risiko Guncangan Efek Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — Tenggat waktu kebijakan tarif global baru Amerika Serikat menjadi salah satu dari sejumlah agenda penting yang berpotensi mengguncang pasar saham AS pekan depan.

    Presiden AS Donald Trump telah memperpanjang tenggat hingga 1 Agustus 2025 bagi pemberlakuan tarif impor yang lebih tinggi terhadap sejumlah mitra dagang, kecuali tercapai kesepakatan. Hal tersebut dapat memicu peningkatan volatilitas pasar menjelang akhir pekan depan.

    Sejumlah agenda penting lainnya juga masuk dalam radar investor, mulai dari pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, laporan ketenagakerjaan bulanan AS, hingga laporan keuangan dari raksasa teknologi seperti Apple, Microsoft, dan Amazon.

    Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments menuturkan, akan ada banyak hal yang harus dicerna pasar pekan depan.
     
    “Ekspektasi pasar meningkat dibandingkan beberapa bulan lalu, jadi ini akan menjadi minggu besar lainnya untuk membuktikan apakah ekspektasi tinggi itu bisa dipenuhi,” jelasnya dikutip dari Reuters, Sabtu (26/7/2025).

    Indeks acuan S&P 500 terus mencetak rekor penutupan baru sepanjang pekan ini. Saham-saham AS telah pulih dari koreksi tajam yang terjadi setelah pengumuman tarif “Hari Pembebasan” Trump pada 2 April lalu memicu kekhawatiran resesi, yang sejak itu mulai mereda.

    S&P 500 telah melonjak 28% sejak posisi terendah tahun ini pada awal April, sementara indeks teknologi Nasdaq Composite telah melesat 38% dalam periode yang sama.

    “Kita baru saja mengalami imbal hasil setara tiga tahun dalam waktu tiga setengah bulan. Pasar saham perlu mengonsolidasikan kenaikan ini,” kata Chris Galipeau, Senior Market Strategist di Franklin Templeton Institute.

    Indikator volatilitas pasar juga menunjukkan penurunan signifikan. Cboe Volatility Index (VIX) yang sempat melonjak ke level 60 pada April, kini berada di bawah median jangka panjangnya di 17,6 sepanjang Juli, dan pada Rabu lalu mencatat penutupan terendah dalam lima bulan.

    Meski begitu, gejolak pasar masih muncul di beberapa sektor. Lonjakan tajam pada saham-saham dengan posisi short tinggi seperti Kohl’s dan Opendoor Technologies menandakan potensi kembalinya fenomena “meme stock”, yang bisa mengindikasikan ekses antusiasme investor ritel terhadap risiko.

    Sementara itu, reli pasar yang mencetak rekor turut mengerek valuasi saham ke level yang secara historis tergolong mahal. 

    Menurut LSEG Datastream, rasio harga terhadap laba (P/E) S&P 500 saat ini berada di 22,6 kali, jauh di atas rata-rata jangka panjang sebesar 15,8. Hal ini membuat pasar rentan terhadap potensi kekecewaan minggu depan.

    Tarif yang lebih tinggi terhadap Uni Eropa dan sejumlah negara lainnya akan mulai berlaku 1 Agustus, setelah sebelumnya Trump menangguhkan beberapa tarif timbal balik terberatnya pasca gejolak pasar pada April lalu.

    “Ada keyakinan pasar bahwa pemerintah tidak akan seagresif ancaman mereka, karena efek yang terlihat pada April lalu,” ujar Kevin Gordon, Senior Investment Strategist di Charles Schwab. “Ujian berikutnya adalah melihat seberapa jauh ancaman itu benar-benar diwujudkan.”

  • BI: Transaksi LCT Tembus Rp 189 Triliun hingga Akhir Semester I-2025

    BI: Transaksi LCT Tembus Rp 189 Triliun hingga Akhir Semester I-2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi Local Currency Transaction (LCT) mencapai US$ 11,7 miliar atau Rp 189 triliun (Rp 16.200/US$) pada pertengahan tahun ini. Nilai transaksi ini meningkat tajam dibandingkan nilai transaksi LCT pada semester I-2024 sebesar US$ 4,702 miliar.

    Bukan hanya nilai transaksinya, tetapi rata-rata jumlah nasabah LCT juga tumbuh signifikan, atau meningkat sekitar 45% dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Untuk itu, Satuan Tugas Nasional LCT akan terus mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas negara untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, dalam Pertemuan Komite Kerja Tingkat Deputi Satgasnas LCT di Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (25/7/2025).

    Perkembangan positif LCT ini sejalan dengan komitmen dan konsistensi Satgasnas LCT dalam melakukan penguatan sinergi antarotoritas dan mitra strategis, penyesuaian kebijakan insentif, serta sosialisasi yang targeted, terintegrasi, dan terencana, termasuk kepada pelaku usaha ekspor-impor.

    Filianingsih menegaskan bahwa capaian tersebut didukung oleh upaya menjangkau pemanfaatan LCT lebih luas di berbagai sektor dan wilayah, termasuk perluasan partisipan Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD).

    “Perluasan kerja sama LCT terus dilakukan dengan penambahan negara mitra baru, yaitu Korea Selatan pada September 2024 dan Uni Emirat Arab pada Januari 2025,” kata Filianingsih.

    Kerjasama dengan negara mitra eksisting seperti Malaysia dan Thailand, juga terus diperkuat melalui perluasan cakupan transaksi untuk mendukung investasi portofolio, yang mulai diimplementasikan Maret 2025 serta penandatangan MoU penguatan LCT dengan Tiongkok.

    Perluasan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas negara diharapkan dapat semakin berkontribusi nyata terhadap penguatan stabilitas makroekonomi nasional, sekaligus memitigasi risiko volatilitas nilai tukar yang bersumber dari dinamika global.

    Ke depan, Kementerian/Lembaga anggota Satgas Nasional LCT akan makin memperkuat koordinasi dan sinergi kebijakan, serta menyelaraskan program kerja lintas sektor, termasuk melalui asesmen, survei berkala, dan pertukaran data, untuk mengoptimalkan implementasi LCT serta memastikan dampak positifnya bagi masyarakat.

    Pada kesempatan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan menyoroti peran penting LCT dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, di tengah dinamika global maupun domestik.

    “Pemerintah telah mengupayakan berbagai kebijakan baik untuk memitigasi dampak kebijakan tarif AS dan geopolitik global, melalui proses negosiasi tarif dengan AS dan juga menyepakati I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement), serta terus melakukan mitigasi risiko domestik melalui berbagai stimulus untuk menjaga daya beli dan mendorong konsumsi serta investasi,” papar Ferry.

    Mengingat risiko global masih berpotensi mengganggu stabilitas nilai tukar, Ferry mengajak Kementerian dan Lembaga terkait untuk berkomitmen sesuai peranannya dalam mendorong perluasan penggunaan LCT, terutama pada sektor-sektor ekonomi potensial seperti sektor Pertambangan, Mineral, dan Migas serta sektor Pertanian dan Agroindustri.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Harga Emas Antam Hari Ini 25 Juli 2025 Turun, Cek Rinciannya! – Page 3

    Harga Emas Antam Hari Ini 25 Juli 2025 Turun, Cek Rinciannya! – Page 3

    Harga emas dunia turun dalam perdagangan hari Kamis, karena tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan global mengurangi permintaan aset safe haven. Investor kembali mengoleksi aset-aset berisiko seperti saham dan lainnya. 

    Mengutip CNBC, Jumat (25/7/2025), harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 3.367,72 per ons. Harga emas berjangka AS juga ditutup 0,7% lebih rendah di USD 3.373,5 per ons.

    Pelaku pasar optimistis terhadap kesepakatan perdagangan, pertama antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang, dan berlanjut kemudian antara AS dan Uni Eropa.

    Selain meredanya ketegangan perdagangan, analis State Street Investment Management Aakash Doshi mengatakan, pasar saham yang kuat dan volatilitas yang rendah juga telah membebani kenaikan harga emas.

    AS dan Uni Eropa sedang membuat kemajuan menuju kesepakatan perdagangan yang mungkin mencakup tarif dasar AS sebesar 15% untuk barang-barang Uni Eropa, dengan potensi pengecualian. Langkah ini diambil tak lama setelah Washington mengumumkan perjanjian dagang dengan Jepang.

    Seperti diketahui, sejak awal April usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan perang tarif terhadap lebih dari 150 negara, harga emas mengalami kenaikan yang tinggi bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa. 

  • Harga Emas Pegadaian Hari Ini 25 Juli 2025 Anjlok, Siap Berburu? – Page 3

    Harga Emas Pegadaian Hari Ini 25 Juli 2025 Anjlok, Siap Berburu? – Page 3

    Harga emas dunia turun dalam perdagangan hari Kamis, karena tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan global mengurangi permintaan aset safe haven. Investor kembali mengoleksi aset-aset berisiko seperti saham dan lainnya. 

    Mengutip CNBC, Jumat (25/7/2025), harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 3.367,72 per ons. Harga emas berjangka AS juga ditutup 0,7% lebih rendah di USD 3.373,5 per ons.

    Pelaku pasar optimistis terhadap kesepakatan perdagangan, pertama antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang, dan berlanjut kemudian antara AS dan Uni Eropa.

    Selain meredanya ketegangan perdagangan, analis State Street Investment Management Aakash Doshi mengatakan, pasar saham yang kuat dan volatilitas yang rendah juga telah membebani kenaikan harga emas.

    AS dan Uni Eropa sedang membuat kemajuan menuju kesepakatan perdagangan yang mungkin mencakup tarif dasar AS sebesar 15% untuk barang-barang Uni Eropa, dengan potensi pengecualian. Langkah ini diambil tak lama setelah Washington mengumumkan perjanjian dagang dengan Jepang.

    Seperti diketahui, sejak awal April usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan perang tarif terhadap lebih dari 150 negara, harga emas mengalami kenaikan yang tinggi bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa. 

  • PGN Sebar Beasiswa ke 40 Mahasiswa Berprestasi – Page 3

    PGN Sebar Beasiswa ke 40 Mahasiswa Berprestasi – Page 3

    Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menyiapkan terobosan model bisnis dalam menghadapi ketidakpastian global, mulai dari gejolak geopolitik hingga potensi dampak kebijakan proteksionisme Amerika Serikat.

    Direktur Utama PGN Arief S. Handoko mengatakan, persiapan menghadapi gejolak ketidak pastian global, dengan struktur bisnis terintegrasi yang sepenuhnya berbasis domestik—dari pasokan, infrastruktur, hingga pasar pelanggan—PGN mampu menjaga stabilitas operasional dan keuangan secara konsisten.

    “PGN memiliki resiliensi tinggi terhadap volatilitas global karena 93% pasokan berasal dari sumber domestik, didukung infrastruktur yang seluruhnya berada di Indonesia serta portofolio pelanggan yang berorientasi domestik. Hal ini menjadikan eksposur kami terhadap risiko eksternal relatif minimal,” ujar Arief, Selasa (15/7/2025).

    Artief mengungkapkan, ketegangan geopolitik dan kebijakan luar negeri AS diperkirakan menekan nilai tukar rupiah dan harga energi global. Dampaknya, sektor ekspor—termasuk elektronik, garmen, dan kulit—berpotensi menurunkan aktivitas produksi, sehingga konsumsi gas industri diperkirakan turun sekitar 2,34 persen.

     

     

  • Penerapan tarif AS jadi faktor meningkatnya pengangguran di Australia

    Penerapan tarif AS jadi faktor meningkatnya pengangguran di Australia

    Canberra (ANTARA) – Volatilitas ekonomi global yang didorong oleh penerapan tarif Amerika Serikat (AS) merupakan faktor meningkatnya angka pengangguran di Australia, ujar Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers pada Jumat (18/7).

    Chalmers mengatakan kepada radio Australian Broadcasting Corporation (ABC) bahwa volatilitas, hal yang tidak dapat diprediksi, serta ketidakpastian yang ditimbulkan oleh penerapan tarif AS telah menjadi “fitur yang menentukan dan sedang berlangsung dalam perekonomian global” dan Australia tidak kebal dari hal tersebut.

    Dia menuturkan pemerintah federal telah menerima umpan balik (feedback) dari para pemimpin bisnis dan ekonom yang menyebut bahwa kebijakan perdagangan AS telah memengaruhi keputusan lokal terkait apakah akan mempekerjakan pegawai atau tidak.

    “Saya rasa tentu saja orang-orang melihat ketidakpastian dan hal yang tidak dapat diprediksi ini sebagai kenormalan baru. Hal itu mengharuskan kita untuk mengubah cara berpikir kita,” tutur Chalmers.

    Data resmi yang dirilis oleh Biro Statistik Australia (Australian Bureau of Statistics) pada Kamis (17/7) mengungkap bahwa tingkat pengangguran di Australia meningkat dari 4,1 persen pada Mei 2025 menjadi 4,3 persen pada Juni 2025, angka tertinggi sejak November 2021.

    Chalmers menyampaikan bahwa meningkatnya angka pengangguran tersebut tidak diharapkan namun bukanlah hal yang mengejutkan, dengan pemerintah memperkirakan angka tersebut akan meningkat lebih lanjut namun masih tercatat di bawah angka 5 persen.

    Menteri keuangan Australia tersebut melontarkan hal itu di Afrika Selatan saat dirinya menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Kelompok 20 (Group of 20/G20) di Durban.

    Dia mengatakan bahwa “tentu saja” terdapat kesan dalam diskusi bilateral dan pertemuan yang lebih besar bahwa penerapan tarif AS tersebut merupakan hal yang tidak beralasan, tidak perlu, dan tindakan ekonomi yang merugikan diri sendiri.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Junaydi Suswanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.