Topik: Uang Kuliah Tunggal

  • Kualitas Keberagaman dan Pendidikan Masih Dianggap Masalah Utama di Aceh
                
                    
                            Regional
                        
                        29 Oktober 2024

    Kualitas Keberagaman dan Pendidikan Masih Dianggap Masalah Utama di Aceh Regional 29 Oktober 2024

    Kualitas Keberagaman dan Pendidikan Masih Dianggap Masalah Utama di Aceh
    Tim Redaksi
    BANDA ACEH, KOMPAS.com
    – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda
    Aceh
    , Prof. Mujiburrahman, menilai dua hal utama perlu dibenahi demi kemajuan Aceh, yakni kualitas keberagamaan dan pendidikan.
    Menurut Mujiburrahman, peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat Aceh dan pendidikan yang lebih baik akan mendorong kemajuan daerah.
    “Ketika kualitas keberagamaan dan pendidikan meningkat, Aceh akan maju,” ujarnya dalam jumpa pers di kampus UIN Ar-Raniry, Selasa (29/10/2024).
    Mujiburrahman menegaskan, setiap orang Aceh harus memiliki kemampuan membaca Al-Quran dan akses ke pendidikan, tanpa terkendala faktor ekonomi.
    “Tidak boleh ada warga Aceh yang tidak bisa mengaji atau bersekolah. Ini adalah tanggung jawab negara,” kata Prof. Mujiburrahman.
    Ia menyoroti keberadaan dana ratusan miliar di lembaga Baitul Mal yang menurutnya bisa dimanfaatkan untuk membantu anak-anak Aceh yang terkendala biaya pendidikan.
    Mujiburrahman juga menyebut kondisi di UIN Ar-Raniry sebagai contoh. Pada tahun 2024, sebanyak 8.500 calon mahasiswa dinyatakan lulus dari berbagai jalur tes.
    Namun, hanya sekitar 4.200 yang mendaftar ulang, sebagian besar terkendala oleh biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT).
    “Banyak yang tidak bisa daftar ulang karena orang tua mereka tak mampu membayar UKT,” ungkapnya.
    Oleh karena itu, Prof. Mujiburrahman berharap gubernur Aceh yang terpilih mampu mengatasi persoalan ini.
    “Fokus pada perbaikan agama dan pendidikan. Jika dua hal ini diperbaiki, Aceh akan maju, siapa pun gubernurnya,” tegasnya.
     
    Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat Aceh, khususnya pemilih pemula, untuk memilih pemimpin yang berintegritas, berkapasitas keagamaan, dan mampu menepati janji.
    “Menepati janji bukan hanya retorika kampanye, tapi prinsip agama yang wajib dipegang oleh pemimpin,” jelasnya.
    Komitmen untuk menepati janji, lanjutnya, mencerminkan integritas seorang pemimpin, baik dalam perspektif agama maupun kebangsaan.
    UIN Ar-Raniry berkomitmen mendukung pemilihan yang damai dan jujur, serta mendorong sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah, swasta, dan masyarakat demi kemajuan Aceh.
    Prof. Mujiburrahman menambahkan bahwa integritas dalam politik adalah amanah yang harus dijunjung tinggi.
    “Pemimpin yang berintegritas, taat nilai agama, dan peduli kesejahteraan masyarakat adalah sosok yang layak dipilih,” katanya.
    Ia berharap pemilih pemula bisa memilih pemimpin yang memiliki komitmen kuat dalam menepati janji.
    “Ini adalah momen penting untuk mendukung pemimpin yang berintegritas, religius, dan peduli pada pendidikan serta kesejahteraan masyarakat Aceh,” sebut Mujiburrahman.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar 8 Instrumen Investasi Terbaik Kembangkan Dana Pendidikan Anak

    Daftar 8 Instrumen Investasi Terbaik Kembangkan Dana Pendidikan Anak

    Daftar Isi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Biaya pendidikan anak yang mahal bikin orang tua harus putar otak banting tulang demi sang buah hati bisa meraih gelar sarjana.

    Mahalnya pendidikan di tanah air sampai membuat Institut Teknologi Bandung (ITB) gaduh. Kampus di Jawa Barat itu menggandeng pinjaman online (pinjol) untuk memberikan alternatif bagi mahasiswa yang kesulitan membayar uang kuliah tunggal (UKT) mendapatkan utang.

    Sengkarut permasalahan pendidikan di Indonesia memang kudu dituntaskan para pemimpin bangsa. Di lain sisi, orang tua juga harus melek finansial agar bisa menunaikan kewajibannya kepada sang anak.

    Para orang tua tetap harus menyiapkan biaya pendidikan untuk putra dan putrinya kelak. Oleh karena itu, tabungan pendidikan anak penting disiapkan sedari dini.

    Perencana Keuangan PINA Rista Zwestika membuat hitung-hitungan sederhana biaya pendidikan anak, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga strata satu (S1). Ia memperkirakan biaya sekolah seorang anak dari SD hingga S1 bisa mencapai Rp1 miliar hingga Rp3 miliar.

    Berikut rincian estimasi biaya pendidikan anak:

    SD: Rp100 juta-Rp300 juta
    SMP: Rp150 juta-Rp450 juta
    SMA: Rp200 juta-Rp600 juta
    S1 (empat tahun): Rp200 juta-Rp800 juta

    Namun, biaya tersebut masih bisa berubah tergantung beberapa faktor, mulai dari sekolah dan universitas yang dituju, lama pendidikan, tingkat inflasi, hingga gaya hidup sang anak.

    Rista menyarankan tiga instrumen yang bisa dipilih pasangan suami istri (pasutri) untuk tabungan pendidikan anak.

    1. Menabung di Bank

    Ia menyebut keuntungan opsi ini, antara lain aman dan mudah diakses. Katanya, tersedia berbagai opsi mulai dari tabungan pendidikan hingga deposito, serta suku bunga yang kompetitif bagi orang tua untuk mempersiapkan dana pendidikan anak mereka.

    Meski begitu, ada beberapa kekurangan jika Anda memilih menabung di bank untuk pendidikan anak. Rista mewanti-wanti ancaman inflasi hingga potensi keuntungan yang rendah menjadi pil pahit yang harus ditelan bila memilih instrumen ini.

    2. Investasi Emas

    Ia sadar bahwa instrumen ini memang fluktuatif dalam jangka pendek serta tidak bisa menghasilkan pendapatan secara langsung.

    “Namun, keuntungannya yang dianggap sebagai aset safe haven dan pelindung nilai terhadap inflasi. Lalu, emas punya nilai intrinsik dan tahan banting terhadap krisis ekonomi,” jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (8/2).

    3. Investasi Saham

    Ia mengatakan investasi saham punya keuntungan cuan dalam jangka panjang dan ada peluang investasi di berbagai perusahaan. Kendati, instrumen ini juga punya risiko tinggi serta harus dibarengi pemahaman yang baik tentang pasar modal.

    Instrumen alternatif

    Selain tiga instrumen mainstream tersebut, Rista punya tiga opsi lain. Menurutnya, sektor ini bisa dijadikan alternatif bagi para pasutri.

    “Pertama, peer to peer (P2P) lending. Investasi dana pada platform P2P lending untuk membantu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mendapatkan pinjaman. Potensi keuntungan menarik, namun perlu memilih platform terpercaya dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” tuturnya.

    “Kedua, membeli properti, seperti tanah atau rumah sebagai aset investasi jangka panjang. Harganya cenderung naik dalam jangka panjang, namun membutuhkan modal besar dan biaya perawatan,” saran Rista.

    Ketiga, Rista merekomendasikan investasi di emas digital yang juga potensi cuannya mirip dengan emas fisik. Namun, perlu cerdas memilih platform terpercaya dan harus likuid alias mudah dicairkan.

    Sementara itu, Perencana Keuangan Finansialku Fennicia Auliantika menyoroti produk reksadana. Ia menyebut instrumen ini bisa dilirik untuk mengumpulkan tabungan pendidikan anak, terlebih jenis dan produk reksadana cukup beragam.

    “Ada reksadana pasar uang untuk waktu investasi jangka pendek, reksadana pendapatan tetap untuk jangka menengah, dan reksadana saham untuk jangka panjang,” jelas Fennicia.

    “Reksadana juga cocok bagi orang tua yang tidak memiliki waktu banyak untuk menganalisis instrumen investasi. Selain itu, reksadana mudah diakses di berbagai platform aplikasi investasi,” tambahnya.

    Fennicia mengatakan pemilihan instrumen investasi untuk pendidikan anak juga harus memperhatikan jenjang pendidikannya.

    Menurutnya, instrumen investasi untuk setiap jenjang pendidikan perlu ada penyesuaian. Bisa disesuaikan dengan jangka waktu alias berapa lama menabung atau berinvestasi, apakah termasuk jangka pendek, menengah, atau panjang.

    Ia menyebut tidak masalah jika pasutri memilih satu platform aplikasi dalam menyiapkan tabungan anak. Fennicia mengatakan sebuah aplikasi umumnya menyediakan beberapa instrumen investasi yang bisa dipilih sesuai tujuan dan jangka waktunya.

    “Jika hanya satu instrumen investasi, misal tabungan bank saja, maka pasutri tersebut perlu melakukan diversifikasi tabungan atau investasinya menjadi beberapa instrumen yang sesuai dengan jangka waktu investasi,” sarannya.

    “Alokasi menabung atau investasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan biaya pendidikan yang dituju,” tandas Fennicia.

    (agt/agt)

  • Blak-blakan Danacita soal Tawarkan Pinjol ke Mahasiswa ITB

    Blak-blakan Danacita soal Tawarkan Pinjol ke Mahasiswa ITB

    Jakarta, CNN Indonesia

    PT Inclusive Finance Group (Danacita) blak-blakan soal penyediaan pembiayaan kuliah dengan skema pinjaman online (pinjol) bagi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB).

    Direktur Utama Danacita Alfonsus Wibowo menjelaskan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) hanya merupakan salah satu solusi alternatif bagi mahasiswa dan wali dalam membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) di lembaga pendidikan formal.

    Ia menambahkan layanan yang diberikan Danacita juga dapat melengkapi berbagai macam solusi lain yang sudah disediakan oleh setiap lembaga pendidikan, termasuk ITB.

    “Dengan adanya beberapa pilihan, saya rasa mahasiswa dan orang tua bisa memutuskan dan melakukan komparasi mana yang terbaik dan mana yang lebih trust untuk kondisi masing-masing,” ujar Alfonsus dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (2/2), dikutip dari Antara.

    Ia menegaskan Danacita tidak memaksa mahasiswa dan wali untuk membayar kuliah dengan menggunakan layanan pendanaan.

    Selain itu, ia juga menegaskan Danacita tidak mengharapkan kampus mitra untuk memaksa mahasiswanya menggunakan layanan pendanaan.

    Dengan demikian, lanjutnya, keputusan terakhir berada di tangan mahasiswa dan wali.

    Alfonsus menilai istilah pinjol yang disematkan pada Danacita kurang tepat karena lekat dengan stigma negatif yang berkaitan dengan kegiatan ilegal. Padahal, kata dia, Danacita merupakan penyelenggara LPBBTI yang memiliki izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

    Dalam kesempatan yang sama, Direktur Danacita Harry Noviandry menambahkan Danacita selalu mengedepankan prinsip manajemen risiko dalam memproses aplikasi. Danacita menerapkan proses analisa dan verifikasi terlebih dahulu untuk menilai kesanggupan calon penerima dana dalam melunasi pendanaan.

    Oleh sebab itu, Danacita mewajibkan calon penerima dana melakukan pengajuan bersama orang tua atau wali apabila masih berusia kurang dari 21 tahun atau belum memiliki penghasilan yang cukup. Danacita juga memastikan 100 persen pendanaan disalurkan langsung ke rekening lembaga pendidikan dengan harapan memenuhi unsur tepat guna.

    Adapun keseluruhan biaya yang diterapkan oleh Danacita berkisar 0,07 persen per hari yang mencakup biaya platform per bulan dan biaya persetujuan, tanpa biaya biaya administrasi. Angka tersebut di bawah batas maksimum yang ditetapkan OJK, yakni sebesar 0,1 persen per hari.

    Sementara dalam proses penagihan, Danacita berkomitmen untuk mengedepankan etika penagihan secara baik dan benar. Pasalnya, staf yang berkomunikasi langsung dengan penerima dana sudah tersertifikasi dan mendapat pelatihan dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

    Harry mengatakan proses penagihan yang dilakukan Danacita juga mematuhi peraturan yang ditetapkan OJK.

    “Kami bisa sampaikan, bahwa kami secara tata cara penagihan melakukan soft collection yang benar-benar melihat etika itu sebagai hal penting untuk kami. Dan kami berusaha apabila ada kesulitan daripada calon penerima dana di kemudian hari, kami juga memberikan solusi-solusi yang sudah kami punyai di SOP internal,” tutur Harry.

    Polemik menyoal ITB menawarkan mahasiswanya membayar uang kuliah menggunakan pinjol sebelumnya ramai diperbincangkan di media sosial X.

    Mulanya, sebuah akun @itbfess, mengunggah foto pamflet berisi informasi cicilan kuliah bulanan yang dikelola oleh pihak ketiga.

    Pada pamflet itu terdapat informasi program cicilan enam bulan hingga 12 bulan. Proses pengajuan tanpa down payment (DP) dan tanpa jaminan apapun, layaknya aplikasi pinjol lainnya.

    Tertera nominal pengajuan biaya pendidikan sebesar Rp12,5 juta dengan waktu 12 bulan. Nominal pengajuan biaya pendidikan tersebut dapat dicicil per bulan dengan biaya Rp1.291.667.

    Angka itu terdiri dari rincian durasi pembayaran 12 bulan, biaya bulanan platform 1,75 persen dan biaya persetujuan 3 persen.

    (del/agt)

  • Polisi Gresik Periksa 8 Saksi Terkait Kematian Pesilat

    Polisi Gresik Periksa 8 Saksi Terkait Kematian Pesilat

    Gresik (beritajatim.com) – Jajaran Satreskrim Polres Gresik langsung bertindak cepat menangani kasus kematian M.Aditya Pratama (20) pesilat asal Cerme yang meregang nyawa saat menjalani ujian kenaikan tingkat (UKT).

    Hingga saat ini Unit Resmob Satreskrim setempat telah menetapkan 6 orang tersangka, dan memeriksa 8 orang saksi.

    Aparat penegak hukum juga terus mendalami dugaan unsur kelalaian. Terlebih, korban sudah mengaku tidak kuat menjalani ujian kenaikan tingkat (UKT) pada Sabtu (7/10) malam lalu.

    Baca Juga: Soal Gugatan PMH oleh Kakak Ipar di PN Jombang, Begini Jawaban Diana

    “Kami menjadwalkan pemeriksaan kepada pihak perguruan. Untuk mendalami prosedur UKT yang seharusnya dilakukan,” ujar Kanit Resmob Satreskrim Polres Gresik Ipda Andika Komang Prabu, Senin (16/10/2023).

    Ia menambahkan, hasil otopsi pada jasad korban ditemukan luka lebam nyaris di sekujur tubuh. Bahkan, pemuda malang itu mengalami pendarahan hebat pada bagian kepala.

    “Ada 6 tersangka yang terlibat langsung aksi kekerasan. Pihak lainnya masih berstatus sebagai saksi,” imbuhnya.

    Dalam waktu dekat kata Prabu, pihaknya akan segera melakukan gelar perkara. Salah satunya untuk menentukan kasus tersebut agar segera naik ke tahap persidangan.

    Baca Juga: Jelang Pemilu Serentak, Polres Gresik Gelar Lat Praops Mantab Brata

    “Ini kami lakukan sekaligus mencari petunjuk dan bukti baru jika ada keterlibatan pelaku lainnya,” ungkapnya.

    Sementara itu, kuasa hukum keluarga korban Sulton Sulaiman menyatakan dari informasi yang diterimanya, korban sudah mengeluh kesakitan pasca melewati ujian di pos pertama dan menerima beberapa pukulan dengan balok kayu.

    “Korban dipaksa untuk mengikuti ujian pada pos selanjutnya. Yakni sambung, istilah dalam perguruan silat yang bermakna duel. Saat itu, korban menjalani dua kali sambung,” paparnya.

    Baca Juga: Wakapolres Tuban dan Beberapa Kapolsek Jajaran Dimutasi

    Saat itulah kondisi Aditya semakin parah. Dia dikabarkan pingsan dan segera dilarikan ke Puskesmas Cerme. Untuk selanjutnya menjalani perawatan intensif di RSUD Ibnu Sina. Kondisinya semakin menurun, bahkan sempat dua kali koma.

    “Berdasarkan keterangan tim medis luka korban sudah terlanjur parah. Bahkan, menyebar hampir ke seluruh bagian otak. Hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Senin (9/10) malam. Besar kemungkinan akibat hantaman yang cukup keras,” tandasnya.

    Sesuai permintaan keluarga kata Sulton, pihaknya berharap proses hukum terus berlanjut. Terlebih, pelaksanaan UKT tanpa sepengetahuan pengurus perguruan.

    Baca Juga: Budiman Sudjatmiko: Kekuasaan dari Rakyat, Prabowo Pastikan Rakyat Berdaulat

    “Bisa jadi ada tersangka lain, karena dari informasi ada 15 orang penguji di setiap pos saat mengawasi ujian ini,” pungkasnya. (dny/ian)