Topik: Tsunami

  • Telkom Bantu Pelatihan Aneka Olahan Laut untuk Kelompok Istri Nelayan di Banten

    Telkom Bantu Pelatihan Aneka Olahan Laut untuk Kelompok Istri Nelayan di Banten

    Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan produk olahan perikanan yang bernilai jual dan berdaya saing di pasaran, dihadiri oleh 20 peserta istri nelayan dan pelaku UMKM.

    JABAR EKSPRES – Sebagai langkah inovatif dalam meningkatkan pemanfaatan hasil perikanan secara berkelanjutan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom)  menginisiasi pelatihan pengolahan hasil perikanan, termasuk teknologi pengawetan dan pengemasan produk. Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di Kampung Hunian Tetap pada tanggal 25-26 Februari 2025, dihadiri oleh 20 peserta istri nelayan dan pelaku UMKM.

    Pelatihan ini diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para istri nelayan dalam produk olahan perikanan yang bernilai jual dan berdaya saing di pasaran. Ikan segar hasil tangkapan dapat diolah secara mandiri menjadi produk bernilai lebih tinggi, seperti abon dan dendeng ikan tenggiri, teri balado, dan sambal cumi. Produk olahan ini diharapkan dapat berpotensi menjadi inovasi baru sebagai oleh-oleh khas Ujung kulon, Banten.

    Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2018 di Banten berdampak signifikan pada seluruh ekosistem dan kehidupan masyarakat setempat. Letusan Gunung Anak Krakatau memicu longsoran bawah laut sehingga menyebabkan tsunami menerjang wilayah pesisir di sekitar Selat Sunda. Bencana tersebut mengakibatkan ratusan korban jiwa, puluhan ribu masyarakat cedera, dan mengungsi karena kerusakan infrastruktur, serta dampak ekonomi yang signifikan karena hilangnya lapangan kerja yang menjadi mata pencaharian untuk kehidupan sehari-hari.

    Kampung Hunian Tetap (Huntap) Desa Sumberjaya adalah salah satu lokasi relokasi bagi para korban tsunami Selat Sunda yang berada di Kabupaten Pandeglang, Banten. Kampung ini dibangun sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menyediakan tempat tinggal yang lebih aman bagi masyarakat yang terdampak bencana. Mayoritas warga yang berprofesi sebagai nelayan, tidak memiliki  pendapatan  yang  pasti  setiap  harinya. Hal ini  dikarenakan hasil tangkapan ikan segar para nelayan sangat bergantung pada gelombang  air  laut. Jika gelombang air laut sedang tinggi, maka nelayan tidak mendapatkan penghasilan sehingga kebutuhan keluarga tidak terpenuhi.

    Ketergantungan pada hasil penjualan ikan segar dan minimnya diversifikasi produk hasil perikanan masih menjadi tantangan utama bagi masyarakat nelayan di Kampung Hunian Tetap. Maka dari itu, diperlukan sebuah inovasi baru untuk menambah penghasilan dan meningkatkan perekonomian para keluarga nelayan.

  • Aceh Diguncang Gempa M 6,2 di Kedalaman 10 Km, Tak Ada Ancaman Tsunami

    Aceh Diguncang Gempa M 6,2 di Kedalaman 10 Km, Tak Ada Ancaman Tsunami

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa dengan kekuatan M 6,2 yang mengguncang Sinabang, Aceh, pada dini hari tadi.

    “Info Gempa Mag:6.2, 08-Apr-25 02:48:52 WIB,” demikian tulis BMKG dalam akun media sosial Instagram seperti dikutip Bisnis.

    Menurut BMKG, lokasi gempa berada di 192 kilometer dari Barat Laut Sinabang, Aceh. Adapun kedalaman gempa 10 kilometer.

    Tidak ada potensi tsunami dari gempa dangkal tersebut.

  • Gempa M 6,2 Guncang Aceh, Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa M 6,2 Guncang Aceh, Tak Berpotensi Tsunami

    Jakarta

    Gempa berkekuatan M 6,2 terjadi di Sinabang, Aceh. Gempa berada di kedalaman 10 Km.

    “#Gempa Mag:6.2, 08-Apr-25 02:48:52 WIB,” demikian postingan media sosial X @infoBMKG, Selasa (8/4/2025).

    Titik gempa berada di 2,82 Lintang Utara, 94,67 Bujur Timur, 192 km Barat Laut.

    “tdk berpotensi tsunami #BMKG,” katanya.

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Proyek Geothermal Sebaiknya Tak Ada di Nusa Tenggara Timur, Banyak Kekurangan Sejak Awal

    Proyek Geothermal Sebaiknya Tak Ada di Nusa Tenggara Timur, Banyak Kekurangan Sejak Awal

    PIKIRAN RAKYAT – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melkiades Laka Lena menilai proyek geothermal sebaiknya ditiadakan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal tersebut ia ungkapkan setelah berdiskusi dengan Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD dalam kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu.

    “Dalam pertemuan ini kami membahas berbagai isu Pembangunan di NTT, khususnya di kabupaten Ende, termasuk keberatan dari para uskup se-Nusa Tenggara (Denpasar, Labuan Bajo, Ruteng, Ende, Maumere, dan Larantuka), terkait proyek geothermal”, tulis Melki seperti dilansir Pikiran-Rakyat.com dari Instagram probadinya @melkilakalena.official, Senin, 7 April 2025.

    Dalam dialog yang terjadi di Istana Keuskupan Agung Ende, Ndona, Jumat, 4 April 2025, politisi partai Golkar itu menilai proyek geothermal di wilayah NTT sejak awal memang kurang baik.

    “Terkait Pembangunan geothermal yang kami diskusikan hari ini, kami menyadari banyak kekurangan karena sejak awal didesaian kurang baik,” tulisnya.

    Karena itu, dirinya berkomitmen untuk memanggil perlabai pihak terkait proyek tersebut.

    “Kami sudah dengar masukan dari uskup, maka kita pastikan bahwa seluruh pihak terkait geothermal akan dipanggil dan segera sesuaikan dengan aspirasi para uskup,” tulis Melki.

    Lebih lanjut, orang nomor satu di NTT ini pun memastikan, proyek geothermal yang sudah berjalan agar dibenahi dan diperbaiki. Sementera proyek-proyek yang sedang dibangun dan sudah disepakati, dihentikan dulu.

    Pasalnya, ia ingin memastikan masyarakat yang ruang hidupnya di sekitar proyek harus aman. Jika tidak, geothermal sebaiknya ditiadakan.

    “Geothermal yang sudah berjalan agar dibenahi dan diperbaiki. Semua yang akan dibangun disepakati dipending dulu. Pembangunan geothermal harus aman. Jika tidak aman makan dipending dan sebaiknya tidak ada geothermal di wilayah ini,” tulis Melki.

    Namun, pantauan Pikiran-Rakyat.com, Melki dalam unggahannya tidak menguraikan jadwal pasti pemanggilan pihak-pihak terkait.

    Peta Sebaran Panas Bumi di wilayah Keuskupan se-Nusra

    Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Mineral, potensi panas bumi di wilayah Keuskupan se-Nusra mencapai 902 MW atau 65 persen dari potensi panas bumi di NTT. Berikut ini titik sebarannya:

    – Pulau Flores: Waisano, Ulumbu, Wai Pesi, Gou-Inelika, Mengeruda, Mataloko, Komandaru, Ndetusoko, Sokoria, Jopu, Lesugolo, Oka Ile Ange, dan Oyang Barang.

    – Pulau Lembata: Watuwawer-Atedai dan Roma-Ujelewung.

    – Pulau Alor: Bukapiting

    Hingga saat ini, baru PLTP Ulumbu yang dimaknaafkan untuk pembangkit listrik, sedangkan PLTP Mataloko yang sebelumnya sempat beroperasi harus ditutup karena dugaan kesalahan teknis.

    Mayoritas Warga Menolak Geothermal

    Pantauan media ini, penolakan besar-besaran dilakukan oleh mayoritas warga dan tokoh agama di NTT dalam beberapa bulan terakhir. Rencana perluasan PLTP Ulumbu misalnya, menuai reaksi keras warga Poco Leok karena khawatir ruang hidup mereka terancam.

    Di Mataloko, masyarakat hingga tokoh agama bahkan melakukan demontrasi penolakan karena mereka telah menjadi saksi nyata dan korban akibat pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh proyek geothermal. Operasi tambang panas bumi telah menimbulkan lumpur panas yang membuat sawah warga terendam dan sumber air tercemar.

    Sementara itu, masyarakat Atadei, khususnya Ahar Tu (Atakore-Lewogroma) juga mewaspadai rencana Pembangunan PLTP Atadei. Mayoritas warga menolak rencana tambang ini dalam musyawarah pengambilan sikap akhir pada 8 Oktober 2024 lalu, di Aula Kantor Desa Atakore, Atadei, Kabupaten Lembata.

    Mereka menolak karena khawatir tradisi dan ruang hidup di sana terancam oleh proyek geothermal. Apalagi wilayah Atakore masuk kawasan rawan bencana alam, seperti longsor, gunung meletus, dan tsunami. Bencana alam paling parah di terjadi tahun 1979, saat tanah longsor mengubur empat desa, 539 orang meninggal, 364 orang hilang di Waiteba. Survei lapangan 2013 menyimpulkan, kerapuhan tanah adalah penyebab bencana dahsyat itu. Akibat aktivitas vulkanik di wilayah tersebut membuat struktur tanah sangat rapuh. Mahkota longsor diketahui berada di Desa Atakore, yaitu Bukit Bauraja yang membentuk tebing yang tidak stabil dan rawan longsor, terutama pasca hujan.

    Kerusakan akibat proyek geothermal NTT telah menjadi perhatian utama masyarakat dan tokoh agama, memicu penolakan terhadap proyek-proyek tersebut. Beberapa kerusakan yang telah terjadi atau dikhawatirkan meliputi pencemaran air, kerusakan lahan dan ekosistem, semburan lumpur dan uap panas seperti di Mataloko, hingga ancaman bencana geologis, seperti tanah longsor dan gempa bumi. Kasus di PLTP Sarulla, Sumatera Utara dan Pohang, Korea Selatan menunjukkan potensi proyek geothermal memicu gempa.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Gempa Hari Ini Saat Akhir Pekan Minggu 6 April 2025, Hanya Terjadi Satu Kali Getarkan Indonesia – Page 3

    Gempa Hari Ini Saat Akhir Pekan Minggu 6 April 2025, Hanya Terjadi Satu Kali Getarkan Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Di akhir pekan libur dan cuti bersama Idulfitri 1446 H atau Lebaran 2025 hari ini, Minggu (6/4/2025), terjadi satu kali lindu di Bumi Pertiwi. Hingga pukul 19.15 WIB, hanya ada satu kali gempa hari ini menggetarkan Indonesia.

    Keseluruhan informasi lindu ini seperti dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dikutip Liputan6.com melalui laman resminya www.bmkg.go.id.

    Gempa bumi tersebut terjadi siang tadi pukul 13:55:12 WIB di wilayah Bayah, Provinsi Banten. Episenter lindu berada pada koordinat titik 7,88 Lintang Selatan (LS)-106,04 Bujur Timur (BT).

    “Pusat gempa berada di laut 108 kilometer barat daya Bayah,” terang BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id, Minggu (6/4/2025).

    Lindu di Indonesia tersebut memiliki kekuatan magnitudo 5,1 dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa dirasakan MMI (Modified Mercalli Intensity) II di Kota Sukabumi dan Kecamatan Cibeber.

    Kemudian lindu dirasakan MMI II-III di Nagrak, Cibadak, Ciracap, Kabandungan, Kalapa nunggal, dan Nyalindung. Lalu MMI III di Bayah, Malingping, dan Pelabuhan Ratu serta MMI III-IV di Surade.

    BMKG menyebut, gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

    “Gempa tidak berpotensi tsunami,” jelas BMKG.

    Apa Itu Gempa Bumi?

    Untuk diketahui, gempa bumi adalah bencana alam yang bersifat merusak. Fenomena ini bisa terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Dan Indonesia termasuk wilayah rawan akan bencana gempa.

    Gempa bumi adalah bencana yang bisa menyebabkan kerugian nyawa dan materil.

    Menurut WHO, secara global gempa bumi menyebabkan 750 ribu kematian selama kurun 1998-2017. Lebih dari 125 juta orang terkena dampak gempa bumi selama periode ini.

    Pada 20 tahun lalu, tepatnya 26 Desember 2004, Aceh diguncang gempa dahsyat dan disusul tsunami. Tragedi ini tidak hanya menyisakan luka mendalam bagi Bangsa Indonesia, namun juga menyentuh hati seluruh dunia.

  • Jepang Diprediksi Terkena Gempa Megathrust yang Bisa Tewaskan 300 Ribu Jiwa

    Jepang Diprediksi Terkena Gempa Megathrust yang Bisa Tewaskan 300 Ribu Jiwa

    Jepang Diprediksi Terkena Gempa Megathrust yang Bisa Tewaskan 300 Ribu Jiwa

    TRIBUNJATENG.COM – Pemerintah Jepang kembali mewaspadai potensi bencana besar yang mengintai wilayah selatannya. 

    Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Dewan Manajemen Bencana Pusat Jepang, para ahli memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa megathrust di Palung Nankai, yang dalam skenario terburuk bisa merenggut hingga 298.000 jiwa.

    Prediksi mengejutkan ini diungkap dalam pertemuan para pakar yang digelar pada 31 Maret 2025, dipimpin oleh Profesor Emeritus Nobuo Fukuwa dari Universitas Nagoya. 

    Menurut informasi yang dihimpun, Palung Nankai merupakan palung bawah laut yang terletak di lepas pantai selatan Jepang dan dikenal sebagai salah satu zona seismik aktif yang berisiko tinggi memicu gempa bumi dahsyat. 

    Sebelumnya sejarah mencatat bahwa wilayah ini telah beberapa kali menjadi sumber gempa besar dan tsunami mematikan.

    Dalam simulasi terbaru, para ahli memperkirakan bahwa sekitar 2,35 juta bangunan akan rusak berat jika gempa tersebut terjadi. 

    Rincian korban jiwa juga dipaparkan, dengan 73.000 orang diprediksi meninggal akibat bangunan roboh, 9.000 karena kebakaran, dan 215.000 akibat terjangan tsunami. 

    Semua ini dihitung berdasarkan asumsi tingkat evakuasi penduduk hanya 20 persen.

    Namun, jika evakuasi meningkat hingga 70 persen, jumlah korban jiwa dapat ditekan hingga sekitar 94.000 orang. 

    Di sisi lain, proyeksi bangunan yang hancur total meliputi 1,28 juta akibat guncangan gempa, 188.000 karena tsunami, dan 767.000 akibat kebakaran yang menyebar pascagempa.

    Dampak ekonomi dari bencana ini juga menjadi perhatian besar. 

    Kerugian maksimal diprediksi bisa mencapai ¥270 triliun yen Jepang atau sekitar $1,81 triliun USD, meningkat drastis dari estimasi sebelumnya sebesar ¥214 triliun.

    Meskipun data ini mengungkapkan potensi kehancuran yang besar, pemerintah Jepang disebut telah meningkatkan langkah-langkah kesiapsiagaan bencana secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

    Hal ini diharapkan bisa meminimalkan dampak nyata dari skenario terburuk.

    Diberitakan sebelumnya, pada 28 Maret 2025, gempa berkekuatan besar juga mengguncang wilayah Myanmar dan berdampak hingga Tahiland. 

    Gempa berkekuatan Magnitudo 7,7 tersebut menyebabkan kerusakan hebat di sebagian besar wilayah Myanmar dan menewaskan lebih dari 2.700 orang.  

     

  • Gempa Magnitudo 5,1 di Banten Dirasakan di Bogor, Begini Kesaksian Pengunjung Taman Safari – Halaman all

    Gempa Magnitudo 5,1 di Banten Dirasakan di Bogor, Begini Kesaksian Pengunjung Taman Safari – Halaman all

    Gempa Magnitudo 5,1 di Banten Dirasakan di Bogor, Begini Kesaksian Pengunjung Taman Safari

    Willy Widianto/Tribunnews.com

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 5,1 mengguncang wilayah Bayah, Banten.

    Gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 13.55 WIB di wilayah Selatan Jawa atau tepatnya di Bayah, Banten.

    Guncangan gempa bumi tersebut terasa hingga ke wilayah Bogor dan sempat membuat kaget pengunjung di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

    “Kaget terasa banget euy di Bogor, Taman Safari,” kata Fans saat dikonfirmasi via akun X (Twitter), Minggu(6/4/2025).

    Warga di kawasan Puncak Dua juga merasakan gempa bumi tersebut.

    “Aku di Puncak 2 terasa,” kata Dewi.

    Sementara itu warga di Kota Sukabumi, Jawa Barat juga merasakan goyangan gempa cukup kencang. Bersamaan dengan gempa bumi, hujan deras juga mengguyur wilayah tersebut.

    “Mana hujan deras juga di sini,” kata Lucky warga Kota Sukabumi.

    Gempa Tidak Berpotensi Tsunami

    Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi tersebut memiliki parameter update dengan magnitudo M4,8. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,88° LS ; 105,93° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 111 Km arah Barat Daya Bayah, Banten pada kedalaman 46 km.
     
    Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya deformasi pada Zona Intraplate Indo-Australia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike slip).

    “Gempa bumi tidak berpotensi tsunami,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, Minggu(6/4/2025).

    Gempa bumi tersebut lanjut Daryono berdampak dan dirasakan di daerah Surade dengan intensitas III – IV MMI.

    “Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi,” dikutip Minggu.

    Daerah Bayah, Malingping, Palabuhan Ratu, dengan skala intensitas III MMI( Getaran dirasakan nyata dalam rumah.

    Terasa getaran seakan akan truk berlalu ), daerah Nagrak, Cibadak, Ciracap, Kabandungan, Kalapanunggal, dan Nyalindung dengan skala intensitas II – III MMI( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu).

    Kemudian daerah Kota Sukabumi dan Kecamatan Cibeber dengan skala intensitas II MMI( Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang)

    “Hingga pukul 14.40 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan ( aftershock),” ujar Daryono.
     
    Daryono meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 

    “Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun  tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” ujar Daryono.

  • Aman! BMKG Tegaskan Gempa Banten 5,1 Tak Timbulkan Risiko Tsunami

    Aman! BMKG Tegaskan Gempa Banten 5,1 Tak Timbulkan Risiko Tsunami

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa gempa bumi di wilayah Bayah, Banten, pada pukul 13:55 WIB, Minggu (6/4/2025), tidak menimbulkan potensi tsunami.

    Dari analisa BMKG, gempa bumi tektonik ini memiliki parameter update dengan magnitudo M4,8. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 7,88° LS ; 105,93° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 111 Km arah Barat Daya Bayah, Banten pada kedalaman 46 km.

    “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya deformasi pada Zona Intraplate Indo-Australia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser ( strike-slip ),” tegas BMKG dalam pernyataan resminya.

    BMKG juga megatakan gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Surade dengan intensitas III – IV MMI ( Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi ), daerah Bayah, Malingping, Pelabuhan Ratu, dengan skala intensitas III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah.

    Terasa getaran seakan akan truk berlalu ), daerah Nagrak, Cibadak, Ciracap, Kabandungan, Kalapanunggal, dan Nyalindung dengan skala intensitas II – III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu ), daerah Kota Sukabumi dan Kec. Cibeber dengan skala intensitas II MMI ( Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).

    “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI,” tulis BMKG.

    Hingga pukul 14.40 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).

    Kepada masyarakat, BMKG mengimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah.

    Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (https://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), telegram channel (https://t.me/InaTEWS_BMKG) atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg atau infobmkg.

    (haa/haa)

  • Nekat Kasih Cola ke Suku Terasing Sentinel, Pria Ini Ditahan

    Nekat Kasih Cola ke Suku Terasing Sentinel, Pria Ini Ditahan

    Jakarta

    Seorang warga Amerika Serikat berakhir ditahan karena kunjungi Suku Sentinel yang terasing dari peradaban manusia modern. Dia berinteraksi dengan memberi cola. Para pakar menyebut tindakannya ‘ceroboh dan idiot’.

    Pulau Sentinel Utara di Samudra Hindia adalah rumah bagi Suku Sentinel, salah satu suku paling terisolasi di dunia. Masuk ke sini juga ada aturannya, karena itu tindakan Mykhailo Viktorovych Polyakov (24) mendapat teguran dari Departemen Investigasi Kejahatan India setelah mencapai pantai timur laut Pulau Sentinel Utara pada pukul 10 pagi pada tanggal 29 Maret, menurut The New Indian Express.

    Melansir IFLScience, Polyakov dilaporkan berlayar dengan perahu kecil dari pantai Kurma Dera di Pulau Andaman Selatan pada pukul 1 dini hari. Dia memulai perjalanan berbahaya sejauh 38 kilometer menyeberangi lautan.

    Polisi mengatakan ia tiba sambil membawa kelapa dan sekaleng cola sebagai ‘persembahan untuk Suku Sentinel‘. Disebut bahwa ia berlama-lama di perahunya di dekat pantai pulau selama satu jam, membunyikan peluit dengan harapan menarik perhatian Suku Sentinel, tetapi tidak ada tanggapan.

    Setelah melangkah sebentar ke pulau itu selama tidak lebih dari lima menit, ia meletakkan ‘persembahan’-nya di pantai, mengumpulkan sampel pasir, dan merekam video sebelum kembali ke perahunya.

    Sebagai informasi, akses ke Pulau Sentinel Utara dilarang keras oleh otoritas India untuk melindungi Suku Sentinel. Sentinel adalah suku asli yang hidup dalam isolasi sukarela di pulau itu. Mereka adalah orang-orang nomaden, pemburu-pengumpul yang telah tinggal di Pulau Sentinel Utara selama ribuan tahun.

    Berdasarkan laporan dari orang-orang yang mengamati pulau itu dari jauh, diperkirakan ada sekitar 100 orang yang tinggal di pulau itu. Mereka diduga terbagi menjadi tiga kelompok utama.

    Mengingat keterasingan ekstrem mereka dari dunia luar, hampir tidak ada yang diketahui tentang cara hidup mereka.

    Sentinel pernah menjadi berita utama pada tahun 2018 ketika John Allen Chau, seorang misionaris Kristen dari AS, secara ilegal menyusup ke pulau mereka. Ia terbunuh oleh busur dan anak panah. Ada insiden lain pada tahun 2006 ketika dua nelayan India, Sunder Raj dan Pandit Tiwari, telah menambatkan perahu mereka di dekat Pulau Sentinel Utara untuk tidur setelah melakukan perburuan liar di perairan sekitar pulau itu. Perahu mereka hanyut ke darat dan mereka berakhir dibunuh Suku Sentinel.

    Setelah tsunami dahsyat yang mengguncang Samudra Hindia pada bulan Desember 2014, Pantai Nasional India menggunakan helikopter untuk mengintai pulau itu guna melihat apakah masyarakat itu membutuhkan bantuan. Yang mereka lihat hanyalah seorang individu yang mengintai helikopter mereka dan mencoba menyerangnya dengan anak panah.

    “Sungguh tidak masuk akal bahwa seseorang bisa seceroboh dan sebodoh itu. Tindakan orang ini tidak hanya membahayakan nyawanya sendiri, tetapi juga membahayakan nyawa seluruh suku Sentinel. Sudah diketahui umum sekarang bahwa masyarakat yang tidak memiliki kontak dengan orang lain tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit umum dari luar seperti flu atau campak, yang dapat memusnahkan mereka sepenuhnya,” kata Caroline Pearce, Direktur Survival International, dalam sebuah pernyataan.

    Lebih lanjut, dia menyebut selamatnya dan ditangkapnya pria itu adalah kabar baik. Akan tetapi, kegiatannya sangat mengganggu saat berhasil masuk ke pulau itu sejak awal.

    “Pihak berwenang India memiliki tanggung jawab hukum untuk memastikan bahwa suku Sentinel aman dari misionaris, influencer media sosial, orang-orang yang menangkap ikan secara ilegal di perairan mereka, dan siapa pun yang mungkin mencoba melakukan kontak dengan mereka,” tandasnya.

    (ask/ask)

  • Gempa Megathrust M9,2 Buat Bumi Bak Kiamat, Orang Sampai Terlempar

    Gempa Megathrust M9,2 Buat Bumi Bak Kiamat, Orang Sampai Terlempar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejak pindah dari Massachusetts ke Alaska, pasangan suami-istri, Bob Arwezon dan Alice, disibukkan oleh urusan rumah. Sebagai pasutri baru, dia harus membenahi rumah demi bisa hidup nyaman dan menggapai kehidupan paripurna sembari menikmati alam Alaska.

    Maka, sejak pagi hari tanggal 27 Maret 1964, keduanya sibuk mengotak-atik rumah. Bob fokus membenarkan atap. Lalu, Alice sibuk urusan domestik. Semua berjalan lancar sampai akhirnya dunia berubah saat jam menunjukkan pukul 5.36 sore.

    Tiba-tiba tanah Alaska bergetar hebat. Alice yang baru saja memberi makan anjing langsung kaget. Rasa kaget itu disambut oleh guncangan yang membuat segala benda di atas tanah terlempar dan bergoyang hebat. Begitu juga tubuh Alice yang terlempar.

    “Mustahil untuk berdiri saat guncangan paling dahsyat itu,” tutur Alice dikutip dari situs ADN.

    Saking kuatnya, Alice melihat goncangan berhasil membuat peralatan besar pembersih salju seberat 1-2 ton bergerak kesana-kemari. Dalam kondisi normal, tak mungkin benda itu bisa bergerak sendiri tanpa bantuan mesin.

    Di tengah kondisi demikian, Bob juga merasakan hal sama. Ketika goncangan terjadi, Bob sedang berada di atap. Dia melihat dunia bergerak tanpa arah. Dia sendiri selamat karena nangkring di atas atap. Untungya, Alice dan Bob bisa selamat. Rumah mereka hanya mengalami sedikit kerusakan karena berbahan dasar anti-gempa.

    Nasib berbeda justru dialami oleh Nancy Bidwell. Ketika getaran hebat terjadi, anak berusia 10 tahun itu sedang berada dalam rumah. Dalam beberapa detik, semua benda bergerak. Barang yang ringan langsung terlempar begitu saja. Lalu, lantai rumahnya terbelah menjadi dua.

    Entah apa yang dipikirkan Nancy. Dalam kondisi demikian dia tak pergi ke luar rumah, tetapi bergegas ke lantai dua. Dia kemudian melihat kondisi lebih parah. Sejauh mata memandang, semua bergerak dan terlempar. Rasa takut baru terasa.

    “Semuanya bergerak, seperti ombak yang tergulung di lautan,” kenang Nancy.

    Dia pun berlari sekuat tenaga, melintasi benda-benda jauh dan retakan, sampai akhirnya tiba di luar rumah. Tak lama kemudian getaran pun berhenti. Kerusakan ada dimana-mana. Jalanan terbelah. Banyak bangunan rata dengan tanah.

    Dalam situasi normal, otoritas terkait mengungkap getaran gempa dikategorikan sebagai megatrusht, yakni mencapai M9,2-9,3. Ini menjadi gempa terbesar sepanjang sejarah dunia yang sampai sekarang tak terkalahkan.

    Pemerintah Alaska dalam situ resminya menyebut, gempa membuat tanah longsor, likuifaksi, hingga semua bangunan rentan runtuh. Bahkan di pesisir, terjadi juga tsunami setinggi 67 Meter. Akibat Alaska masih sepi penghuni, korban jiwa hanya mencapai 131 orang. Namun, kerugian mencapai US$ 3,1 miliar.

    Kejadian gempa dahsyat terbesar sepanjang sejarah yang melanda Alaska pada akhirnya menjadi pelajaran bagi masyarakat dunia. Di balik kehidupan yang kelihatannya damai, ada potensi gempa besar mengintai. Manusia tak bisa memprediksi gempa. Satu-satunya cara adalah belajar berdamai dengan alam.

    (mfa/mfa)