Topik: Tsunami

  • Gempa Magnitudo 4,5 Guncang Tuban Jatim, Terasa di Bawean

    Gempa Magnitudo 4,5 Guncang Tuban Jatim, Terasa di Bawean

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 4,5 mengguncang wilayah Tuban Jatim, Selasa (10/6/2025), pukul 06.15.07 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa Tuban ini berlokasi di 5,84 LS-112,24 BT, dengan episenter gempa berada di laut 119 km timur laut Tuban.

    “Kedalaman gempa 5 km,” tulis BMKG.

    BMKG juga menyebutkan, getaran gempa turut dirasakan (skala MMI) II-III di wilayah Bawean. Gempa dipastikan tidak berpotensi tsunami. 

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

     

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Pangandaran Jabar, Getaran Terasa hingga Kebumen dan Banyumas

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Pangandaran Jabar, Getaran Terasa hingga Kebumen dan Banyumas

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 5,0 mengguncang wilayah Pangandaran, Jabar, Senin (9/6/2025), pukul 23.55.05 WIB. Badan meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKg) menyebutkan, episenter gempa Pangandaran ini terletak pada koordinat 8,09° LS ; 108,71° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 49 Km arah Tenggara Pangandaran, Jawa Barat pada kedalaman 70 km.

    Direktur Gempa dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam lempeng.

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust),” katanya.

    Berdasarkan peta guncangan (shakemap), gempabumi ini menimbulkan guncangan di daerah Pangandaran, Pangandaran dengan skala intensitas III MMI, daerah di Cilacap, Garut, Banyumas, Kebumen, dan Tasikmalaya dengan skala intensitas II – III MMI.

    Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut.

    “Hasil pemodelan menunjukkan gempa tidak berpotensi tsunami,” kata Daryono. Hingga pukul 00.20 WIB tadi malam, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). Meski begitu, warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

  • Gempa M 5,0 Guncang Pangandaran, Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa M 5,0 Guncang Pangandaran, Tak Berpotensi Tsunami

    Jakarta

    Gempa bumi terjadi di wilayah Pangandaran, Jawa Barat. BMKG awalnya melaporkan gempa berkekuatan gempa mencapai 5,0 magnitudo.

    Gempa terjadi sekitar pada Senin (9/6) sekitar pukul 23.55 WIB. Lokasi gempa berada di 8.08 LS dan 108.72 BT.

    “48 Km Tenggara Kab-Pangandaran-Jabar,” tulis akun X BMKG seperti dilihat, Selasa (10/6/2025).

    Kedalaman gempa mencapai 56 Km. BMKG menyatakan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu Hantam RI, Ini Zona Merahnya

    Gempa Megathrust Tinggal Tunggu Waktu Hantam RI, Ini Zona Merahnya

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana gempa dan tsunami. Pasalnya, letak geografis Indonesia berada di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang mempertemukan beberapa lempeng.

    Salah satu yang perlu diwaspadai adalah ancaman gempa Megathrust. Setidaknya ada 13 segmen Megathrust yang tersebar di wilayah Indonesia.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, sudah memberikan peringatan bahwa gempa dari 2 zona Megathrust tinggal menunggu waktu.

    Masing-masing adalah Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Pasalnya, 2 xona itu sudah lama tak mengalami gempa atau seismic gap, yakni berabad-abad. Biasanya, gemba besar memiliki siklus sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.

    Gempa Megathrust Ancam Jawa Barat

    Terpisah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan perlu diwaspadai dampak Megathrust untuk selatan Jawa Barat yang memanjang hingga Selat Sunda.

    Para peneliti memperingatkan, energi yang terkunci di zona subduksi ini terus bertambah seiring waktu. Jika energi ini dilepaskan sekaligus, dampaknya bisa memicu gempa besar hingga magnitudo 8,7.

    Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan, pelepasan energi ini tidak hanya memicu guncangan kuat, tapi juga menggerakkan kolom air laut dan membentuk tsunami besar.

    Menurut hitungannya, jika Megathrust di wilayah Pangandaran pecah, gelombang tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi dan menjalar ke berbagai wilayah, termasuk Banten, Lampung, bahkan sampai ke Jakarta.

    “Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda,” ujar Rahma kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

    Di kawasan pesisir Banten, tsunami diprediksi bisa mencapai ketinggian antara 4 hingga 8 meter. Sementara di pesisir Lampung, kata ia, seluruh wilayah yang menghadap Selat Sunda disebut akan terkena dampaknya.

    Tsunami 1,8 Meter Ancam Jakarta

    Untuk Jakarta, tsunami diperkirakan mencapai pesisir utara dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter. Namun, waktu kedatangannya lebih lambat dibanding daerah lain, tsunami baru diperkirakan tiba di Jakarta setelah 2,5 jam sejak gempa terjadi.

    “Kalau di selatan Jawa, tsunami sampai dalam waktu 40 menit, bahkan di Lebak hanya 18 menit. Tapi di Jakarta Utara, tsunami datang 2,5 jam setelah gempa,” jelas Rahma.

    BRIN pun mengajak masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap risiko Megathrust. Risiko Megathrust bukan hanya gempa dan tsunami, tapi juga kerusakan infrastruktur, gangguan layanan dasar, dampak sosial ekonomi, hingga korban jiwa.

    Terpisah, BMKG menyebut belum dapat memastikan kapan bencana alam besar tersebut akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust di Indonesia.

    “Sebetulnya isu Megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita, dikutip dari CNN Indonesia.

    “Jadi tujuannya ke sana; mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan,” imbuh dia.

    Langkah Antisipasi Megathrust di RI

    Dwikorita melanjutkan pihaknya sudah melakukan berbagai langkah antisipasi megathrust. Pertama, menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap ke zona-zona megathrust.

    “InaTEWS itu sengaja dipasang untuk menghadap ke arah megathrust. Aslinya tuh di BMKG hadir untuk menghadapi, memitigasi megathrust,” jelasnya.

    Kedua, edukasi masyarakat lokal dan internasional. Salah satu bentuk nyatanya adalah mendampingi pemerintah daerah (pemda) buat menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga shelter tsunami.

    Selain itu, bergabung dengan Indian Ocean Tsunami Information Center, yang juga berkantor di kompleks BMKG. Komunitas ini bertujuan buat mengedukasi 25 negara di Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami.

    “Kami edukasi publik bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemda sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang menyebabkan tsunami,” kata dia.

    Ketiga, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemda.

    “Sirine [peringatan tsunami] harusnya tanggung jawab pemerintah daerah, hibah dari BNPB, hibah dari BMKG, tapi pemeliharaan dari pemerintah daerah, kan otonomi daerah. Ternyata sirine selalu kita tes tanggal 26 [tiap bulan], kebanyakan bunyi tapi yang macet ada,” bongkarnya.

    Keempat, menyebarluaskan peringatan dini bencana. Menurut Dwi, jika masyarakat harus siap, berarti harus ada penyebarluasan informasi. “Kami dibantu Kominfo,” pungkasnya.

    13 Segmen Megathrust di RI

    Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, berikut daftar 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia:

    1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9

    2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4

    3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7

    4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7

    5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7

    6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5

    7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2

    8. Megathrust Nias-Simelue denga potensi gempa M8,7

    9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8

    10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9

    11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5

    12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2

    13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.

    (fab/fab)

  • Bukti Tsunami Monster Setinggi 200 Meter Guncang Bumi 9 Hari

    Bukti Tsunami Monster Setinggi 200 Meter Guncang Bumi 9 Hari

    Jakarta

    Tahun 2023, ilmuwan dibingungkan sinyal seismik misterius yang mengguncang dunia tiap 90 detik, selama sembilan hari. Sekarang dua tahun kemudian, rekaman satelit mengungkap sumber getaran menakutkan ini, yaitu mega tsunami raksasa yang menghantam Greenland.

    Ada dua mega tsunami terbukti menghantam fjord Greenland Timur. Fjord sendiri adalah teluk panjang dan sempit dengan dinding atau tebing curam yang terbentuk oleh gletser

    Gelombang raksasa itu, salah satunya setinggi 200 meter atau sekitar setengah Gedung Empire State, memasuki Dickson Fjord di Greenland Timur dan berguncang maju mundur selama sembilan hari di September 2023. Itu mengirimkan gelombang seismik yang bergema melalui kerak planet.

    Sinyal tersebut awalnya misteri bagi ilmuwan, tapi citra satelit dan darat melacak kemungkinan penyebabnya ke tanah longsor di fjord. Tanah longsor ini melepaskan gelombang, dikenal sebagai seiche, menyusul mencairnya gletser di balik fjord akibat perubahan iklim.

    Sebelumnya, tak ada bukti langsung dari seiche ini ditemukan. Sekarang, teori tersebut dikonfirmasi oleh satelit baru yang melacak air di permukaan laut. Temuan tersebut dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

    “Perubahan iklim memunculkan fenomena ekstrem baru yang tak terlihat,” kata penulis studi Thomas Monahan, mahasiswa pascasarjana ilmu teknik di Universitas Oxford.

    “Kondisi ekstrem ini berubah paling cepat di daerah terpencil seperti Arktik, di mana kemampuan kita mengukur dengan sensor fisik terbatas. Studi ini menunjukkan bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi pengamatan Bumi satelit generasi berikutnya untuk mempelajari prosesnya,” paparnya.

    Untuk mengonfirmasi keberadaan seiche, ilmuwan memakai data satelit Surface Water and Ocean Topography (SWOT), proyek gabungan NASA dan CNES, badan antariksa Prancis.

    Diluncurkan Desember 2022, ia menggunakan instrumen Ka-band Radar Interferometer (KaRIn) untuk memetakan 90% air di seluruh permukaan laut.

    “Studi ini adalah contoh bagaimana data satelit generasi berikutnya dapat menyelesaikan fenomena yang jadi misteri di masa lalu,” kata rekan penulis Thomas Adcock, profesor ilmu teknik di Universitas Oxford.

    (fyk/fay)

  • Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami

    Jakarta, Beritasatu.com – Gempa dengan magnitudo 5,3 mengguncang Seram bagian timur Maluku, Rabu (4/6/2025) pukul 10.43 WIB.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan koordinat gempa berada pada 3,18 derajat lintang selatan dan 131,12 derajat bujur timur atau 70 kilometer tenggara Seram bagian timur Maluku dengan kedalaman 59 kilometer.

    “Gempa tidak berpotensi tsunami. Waspada terhadap potensi terjadinya gempa susulan,” tulis BMKG dikutip dari akun X.

    Belum ada laporan mengenai wilayah terdampak dan kerusakan yang diakibatkan gempa Maluku ini.

  • Asteroid Sebesar Golden Gate Bakal Dekati Bumi Besok 5 Juni 2025

    Asteroid Sebesar Golden Gate Bakal Dekati Bumi Besok 5 Juni 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah asteroid  yang ukurannya diperkirakan lebih besar dari Jembatan Golden Gate atau gedung Empire State akan melintasi Bumi besok, Kamis, 5 Juni 2025.

    Asteroid yang diberi nama 424482 (2008 DG5), diperkirakan berukuran antara 310 hingga 690 meter (1.017 hingga 2.264 kaki), menjadikannya masuk dalam 3% asteroid terbesar yang diketahui, menurut data dari SpaceReference.org.

    Meskipun ukurannya sangat besar, asteroid tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi. Objek tersebut akan melintas pada jarak 2,17 juta mil (3,49 juta kilometer) sekitar sembilan kali lebih jauh dari Bulan, yang mengorbit Bumi pada jarak rata-rata 238.855 mil (384.400 km).

    Meskipun lintasan tersebut tampak jauh dari Bumi, Badan Antariksa Eropa (ESA) menyebut peristiwa tersebut “jarang terjadi” karena skala asteroid dan pendekatannya yang relatif dekat.

    Menurut standar internasional, objek apa pun dengan diameter lebih dari 492 kaki (150 meter) yang melintas dalam jarak 4,6 juta mil (7,4 juta kilometer) dikategorikan sebagai “objek yang berpotensi berbahaya.” Dengan demikian, 2008 DG5 termasuk dalam klasifikasi tersebut, meskipun tidak ada bahaya tabrakan.

    Asal Usul dan Penemuan Asteroid 2008 DG5

    Asteroid 2008 DG5 termasuk dalam kelompok asteroid Apollo, yang dikenal karena orbitnya yang memotong lintasan Bumi mengelilingi Matahari. Objek tersebut menyelesaikan satu orbit matahari penuh kira-kira setiap 514 hari Bumi. Objek tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 2008 oleh para astronom dari Catalina Sky Survey, sebuah observatorium yang berbasis di Arizona yang beroperasi di bawah Program Pengamatan Objek Dekat Bumi milik NASA.

    Pendekatan dekat berikutnya akan terjadi pada tahun 2032.

    Meskipun 2008 DG5 akan lewat tanpa menimbulkan bahaya, para astronom sering berbicara tentang konsekuensi potensial dari objek serupa yang memasuki atmosfer Bumi. Asteroid sebesar ini dapat menyebabkan kerusakan regional yang luas, menghasilkan gelombang kejut, kebakaran, atau tsunami tergantung pada lokasi tumbukan.

    Untuk membuat perbandingan, pada peristiwa Tunguska tahun 1908, yang disebabkan oleh asteroid selebar hanya 130 kaki (40 meter), menghancurkan lebih dari 2.000 kilometer persegi hutan Siberia. Di ujung ekstrem, tumbukan Chicxulub, yang diyakini telah memusnahkan dinosaurus, melibatkan asteroid yang diperkirakan berdiameter 10 hingga 15 kilometer.

    Awal tahun ini, asteroid terpisah yang dikenal sebagai 2024 YR4 menjadi berita utama setelah prediksi awal menunjukkan kemungkinan tumbukan pada 22 Desember 2032. Objek tersebut, yang berdiameter sekitar 130 hingga 300 kaki—hampir setinggi Patung Liberty—awalnya menunjukkan peluang tabrakan sebesar 3,1%, tertinggi yang pernah tercatat untuk asteroid sebesar itu.

    Sistem Peringatan Terakhir Dampak Asteroid Terestrial (ATLAS) di Chili pertama kali mendeteksi 2024 YR4 pada 27 Desember 2024, yang memicu kekhawatiran luas. Namun, setelah analisis lebih lanjut, Pusat Studi Objek Dekat Bumi NASA mengumumkan pada 24 Februari bahwa kemungkinan dampak telah turun hingga mendekati nol.

     
     
     
     
     
     
     
     

     
     
     
     
     
     

  • 3 Asteroid Pembunuh Bisa Hancurkan Bumi, Tersembunyi di Planet Venus

    3 Asteroid Pembunuh Bisa Hancurkan Bumi, Tersembunyi di Planet Venus

    Bisnis.com, JAKARTA – Venus menyembunyikan sedikitnya tiga asteroid pembunuh kota yang dapat menghantam Bumi tanpa peringatan, yang berpotensi mendatangkan malapetaka di planet kita.

    “Saat ini diketahui ada dua puluh asteroid co-orbital [batuan ruang angkasa di orbit dua benda langit] Venus,” para penulis memperingatkan dalam studi arockcalyptic, yang diterbitkan dalam jurnal “Astronomy & Astrophysics” seperti dilansir dari New York Post.

    Tim peneliti internasional, yang dipimpin oleh Valerio Carruba dari Universitas São Paulo di Brasil, menulis bahwa sedikitnya tiga asteroid 2020 SB, 524522, dan 2020 CL1 yang mengitari matahari bersamaan dengan planet kembaran kita memiliki orbit yang tidak stabil yang membawa mereka ke dekat Bumi.

    Jika lintasan yang goyah ini bergeser sedikit saja oleh perubahan gravitasi kecil atau gaya lainnya, asteroid tersebut dapat berada pada jalur tabrakan dengan planet kita, menurut penelitian tersebut.

    Carruba & Co. sampai pada kesimpulan ini dengan menggunakan batuan ruang angkasa tiruan untuk mensimulasikan berbagai kemungkinan hasil selama 36.000 tahun, menemukan bahwa ada populasi besar asteroid dengan eksentrisitas rendah — yang sebelumnya dianggap tidak berbahaya yang dapat didorong ke arah Bumi melalui pergeseran gravitasi dan faktor-faktor lainnya.

    Lebih buruk lagi, orbit batuan kosmik yang disebutkan di atas membuat mereka hampir tidak terlihat oleh perangkat deteksi Bumi.

    Sementara para ilmuwan di NASA dan badan antariksa lainnya secara rutin melacak asteroid dekat Bumi yang berpotensi berbahaya, teleskop tidak dapat menemukan batuan di jalur suborbital dengan Venus karena silau matahari, yang melindungi mereka seperti perangkat penyembunyian kosmik, WION melaporkan.

    Karena titik buta antarbintang ini, Observatorium Rubin di Chili hanya memiliki waktu dua hingga empat minggu untuk menemukan asteroid yang mematikan, sehingga kita tidak punya banyak waktu jika mereka berada di jalur tabrakan.

    Asteroid 2020 SB, 524522, dan 2020 CL1 berukuran antara 330 dan 1.300 kaki diameternya, sehingga masing-masing mampu menghancurkan seluruh kota dan menyebabkan kebakaran besar serta tsunami, Daily Mail melaporkan.

    Dampaknya akan meninggalkan kawah selebar lebih dari dua mil dan menghasilkan energi 1 juta kali lebih besar daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945.

    Sayangnya, karena keterbatasan peralatan pemantauan terestrial, kita mungkin harus mencari solusinya di bintang-bintang.

    Para peneliti memperkirakan bahwa orbit asteroid co-orbital bisa menjadi tidak dapat diprediksi hanya dalam waktu lebih dari 150 tahun sebuah titik waktu dalam skala waktu antarbintang.

  • Korban Selamat Cerita Pengalaman Lari Dikejar Tsunami 100 Meter Ambon

    Korban Selamat Cerita Pengalaman Lari Dikejar Tsunami 100 Meter Ambon

    Jakarta, CNBC Indonesia — Seorang tentara VOC George Berhard Rumphius menjadi saksi bencana alam dahsyat di Indonesia pada 17 Februari 1674. Kisahnya tertuang dalam buku tebal berjudul Herbarium Amboinense.

    Buku itu dibuat sebagai jurnal Rumphius tentang pengamatannya mengenai alam di Ambon. Akan tetapi di dalam buku tersebut juga tertulis kisah Rumphius dan segelintir orang di Ambon selamat dari gempa bumi dan tsunami dahsyat. 

    Pada hari kejadian, Rumphius bekerja seperti biasa dari matahari terbit hingga tenggelam. Tak ada keanehan apapun sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 19.30 waktu setempat. Tak ada angin dan hujan, lonceng-lonceng di Kastil Victoria, Ambon, bergerak dan berdentang sendiri.

    Banyak orang, termasukRumphius, bertanya-tanya atas apa yang terjadi. Namun, itu semua teralihkan oleh tanah yang bergerak bak air di laut. 

    “Orang berjatuhan ketika tanah bergerak naik turun seperti lautan. Begitu gempa mulai menggoyang, seluruh garnisun, kecuali beberapa orang yang terperangkap di atas benteng, mundur ke lapangan di bawah benteng,” ungkap Rumphius.

    Mereka pergi ke lapangan besar harapan bisa selamat. Sayang, itu salah. Selang beberapa detik, air laut tiba-tiba naik ke daratan. Praktis, semua orang lari tunggang-langgang ke tempat lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.

    “Air itu sedemikian tinggi hingga melampaui atas rumah dan menyapu bersih desa. Batuan koral terdampar jauh dari pantai,” kenang Rumphius.

    Pria kelahiran 1 November 1627 itu jadi sedikit orang yang bisa berlari kencang ke tempat lebih tinggi. Sementara ada 2.322 orang lain di Ambon dan Pulau Seram tertimbun reruntuhan dan tergulung air laut. Dua dari ribuan korban meninggal ada istri dan anak perempuan Rumphius.

    Keterangan BMKG

    Ratusan tahun setelah gempa, kesaksian Rumphius membuka tabir sejarah bencana alam di Indonesia. BMKG menyebut cerita tersebut menjadi yang pertama dalam sejarah dan catatan tsunami tertua di Nusantara.

    “Gempa Ambon 1674 merupakan gempa dan tsunami dahsyat yang pertama dalam catatan Nusantara,” ungkap Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam webinar “Peringatan Tsunami Ambon 1674”, Selasa (18/2/2025).

    Dalam penelitian kontemporer diketahui gempa tersebut diperkirakan memiliki kekuatan sebesar M7,9 dan sangat merusak. Bukan hanya diakibatkan getaran gempa, tetapi juga soal dampak lanjutannya.

    Gempa membuat tanah Ambon mengalami likuifaksi atau hilangnya kekuatan tanah akibat getaran gempa bumi. Tanah pun menghisap segala sesuatu di atasnya. Ini dibuktikan oleh cerita Rumphius soal “tanah bergerak naik turun seperti lautan”.

    Soal tsunami diperkirakan memiliki ketinggian 100 meter yang menggulung Ambon. Daryono menyebut tsunami ekstrem di Ambon tak hanya disebabkan oleh getaran semata, tapi juga faktor lain, yakni tanah longsor pantai yang dipicu gempa.

    “Kalau kita melihat kasus-kasus tsunami di Indonesia. (Misalkan) kita lihat tsunami Flores 1992, kalau hanya murni melihat magnitud sebesar 7,8 Skala Magnitudo, itu tidak sedahsyat itu tsunaminya sampai 30 meter dan melompati pulau babi. Bahkan Tsunami Aceh kalau melihat magnitud tak sebesar itu. Artinya sumbangan signifikan terbentuknya tsunami adalah longsoran pantai,” tutur Daryono.

    Dengan demikian, Tsunami Ambon 1674 menjadi bukti bahwa longsor merupakan sumber bahaya tsunami penting di Indonesia. Sebab, tsunami-tsunami setelahnya di era modern, banyak disebabkan oleh gempa yang diikuti longsoran pantai. Berarti, Tsunami Ambon 1674 yang menghasilkan gelombang setinggi 100 meter jadi gelombang terbesar sepanjang sejarah Nusantara.

    (mkh/mkh)

  • Terungkap! Ini Penyebab Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Timor Tengah Utara

    Terungkap! Ini Penyebab Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Timor Tengah Utara

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab gempa dengan magnitudo 5,1 yang mengguncang Kabupaten Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu (31/5/2025) pukul 22.21 WIB.

    “Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa skala menengah akibat adanya deformasi dalam lempeng Laut Banda,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono ​​​​​dalam keterangan dikutip dari Antara.

    Daryono mengatakan pusat gempa berada di laut pada kedalaman 97 kilometer atau berjarak sekitar 65 kilometer tenggara arah barat laut Timor Tengah Utara.

    Gempa dideteksi mengguncang sejumlah daerah di Kupang, seperti Amfoang Timur dan Mutis dengan skala intensitas III-IV MMI selama beberapa saat pada pukul 23.21 WIT.

    Namun, berdasarkan analisa sementara seismologis BMKG, gempa tersebut dipastikan tidak berpotensi tsunami.

    Kendati demikian, BMKG mengimbau masyarakat agar selalu waspada, seraya tetap mengikuti pedoman dari pemerintah setempat dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sampai hasil analisa peristiwa menyeluruh dilaporkan oleh BMKG.

    Hasil analisa tersebut bisa didapatkan masyarakat dengan cara mengakses aplikasi daring infoBMKG, media sosial infoBMKG, atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat, katanya.

    Gempa bumi kerap terjadi di Indonesia karena negara kepulauan terbesar di dunia ini terletak di jalur Cincin Api Pasifik.