Topik: Tsunami

  • Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berisiko Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Tanimbar Maluku, Tak Berisiko Tsunami

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 5,3 mengguncang wilayah Tanimbar Maluku, Rabu (25/6/2025), pukul 06.12.11 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, lokasi gempa Tanimbar ini berada pada koordinat 6.38 LS,130.44 BT, dengan episenter gempa berada di laut 201 km barat laut Tanimbar.

    “Kedalaman gempa 187 km,” tulis BMKG.

    BMKG memastikan gempa tidak berpotensi tsunami. 

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan. 

  • Gempa M 6,3 Guncang Filipina Selatan

    Gempa M 6,3 Guncang Filipina Selatan

    Jakarta

    Gempa bumi dengan Magnitudo (M) 6,3 mengguncang Filipina selatan pada hari Selasa (24/6). Tak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan terkait gempa ini.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (24/6/2025), menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa dangkal tersebut melanda sekitar 374 kilometer (232 mil) di sebelah timur Pulau Davao.

    Saat ini belum ada laporan tentang korban jiwa atau kerusakan.

    Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina melaporkan gempa tersebut berkekuatan M 6,4. Disebutkan bahwa tidak ada peringatan tsunami yang dipicu.

    Gempa terjadi hampir setiap hari di Filipina, yang terletak di “Cincin Api” Pasifik, busur aktivitas seismik intens yang membentang dari Jepang hingga Asia Tenggara dan melintasi cekungan Pasifik.

    Sebagian besar gempa-gempa tersebut terlalu lemah untuk dirasakan oleh manusia. Namun, gempa yang kuat dan merusak datang secara acak tanpa teknologi yang tersedia untuk memprediksi kapan dan di mana gempa akan terjadi.

    Gempa besar terakhir di negara itu adalah gempa M 7 pada bulan Juli 2022 yang memicu tanah longsor dan retakan tanah di provinsi Abra, Filipina utara. Gempa tersebut menewaskan sedikitnya 11 orang dan melukai 609 orang lainnya.

    Lihat juga Video Kepanikan Jemaat Gereja di Lima Saat Gempa M 6,1 Guncang Peru

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Kabupaten Garut Jabar

    Gempa Magnitudo 4,7 Guncang Kabupaten Garut Jabar

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 4,7 menggetarkan wilayah Kabupaten Garut, Jabar, Senin (23/6/2025), pukul 07.56.40 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa Kabupaten Garut ini berada pada koordinat 8.27LS, 107.14BT, dengan episenter gempa berada di laut 143 km barat daya Kabupaten garut Jabar.

    “kedalaman gempa 10 km,” tulis BMKG.

    BMKG juga memastikan gempa tidak berpotensi tsunami. Belum ada laporak kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

  • Gempa Hari Ini Minggu 22 Juni 2025 Saat Akhir Pekan: Getarkan Indonesia Dua Kali – Page 3

    Gempa Hari Ini Minggu 22 Juni 2025 Saat Akhir Pekan: Getarkan Indonesia Dua Kali – Page 3

    Apa Itu Gempa Bumi?

    Untuk diketahui, gempa bumi adalah bencana alam yang bersifat merusak. Fenomena ini bisa terjadi setiap saat dan berlangsung dalam waktu singkat. Dan Indonesia termasuk wilayah rawan akan bencana gempa.

    Gempa bumi adalah bencana yang bisa menyebabkan kerugian nyawa dan materil.

    Menurut WHO, secara global gempa bumi menyebabkan 750 ribu kematian selama kurun 1998-2017. Lebih dari 125 juta orang terkena dampak gempa bumi selama periode ini.

    Tanggap Bencana Gempa Bumi

    Meski tak bisa dicegah, gempa bumi adalah bencana yang bisa dihadapi. Salah satu cara menghadapi gempa bumi adalah tanggap akan bencana gempa bumi.

    Contoh tanggap gempa bumi adalah mengetahui prosedur evakuasi dan mematuhi pedoman keselamatan ketika bencana ini datang.

    Menurut BNPB, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau runtuhan batuan.

    Menurut BMKG, gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.

    Menurut WHO, gempa bumi adalah guncangan hebat dan tiba-tiba dari tanah, yang disebabkan oleh pergerakan antara lempeng tektonik di sepanjang garis patahan di kerak bumi.

    Gempa bumi dapat mengakibatkan goncangan tanah, likuifaksi tanah, tanah longsor, retakan, longsoran, kebakaran dan tsunami.

  • Nuklir Raksasa Meledak Gara-gara Warga Remehkan Kekuatan Alam

    Nuklir Raksasa Meledak Gara-gara Warga Remehkan Kekuatan Alam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah nuklir raksasa meledak di Jepang, bukan semata karena bencana alam, tapi karena kesombongan manusia yang meremehkan kekuatan alam itu sendiri.

    Tepat 12 Maret 2011, sehari setelah gempa M9 dan tsunami setinggi 40 meter meluluhlantakkan wilayah timur Jepang, ledakan mengguncang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima. Radiasi menyebar hingga radius 20 km dan mengubah daerah itu menjadi zona kosong yang tak bisa dihuni sampai sekarang.

    Ledakan itu bukan tanpa peringatan. Sepekan sebelum bencana, para ahli nuklir Jepang sudah memperingatkan adanya keretakan di sistem pendingin reaktor. Namun peringatan itu diabaikan. Para pengelola memilih diam, menutup-nutupi masalah karena takut sanksi. Mereka bahkan menolak memanggil ahli luar.

    “Pada 12 Maret, saya melihat mobil berisi orang-orang memakai baju proteksi dan masker gas. Mereka menyuruh warga segera mengungsi. Saat itu saya sadar ada bahaya besar,” ujar Mizue Kanno, warga Fukushima, dikutip dari Fukushima Testimony.

    Rumahnya hancur total, tapi ia selamat karena tinggal cukup jauh dari pantai. Tragedi Fukushima menjadi bencana nuklir terbesar ketiga dalam sejarah Jepang setelah Hiroshima dan Nagasaki (1945), dan menyamai level tragedi Chernobyl (1986). Bedanya, ledakan Fukushima tak terjadi karena perang atau kesalahan teknologi semata, tapi karena arogansi manusia yang tak mau belajar dari alam.

    Kesalahan Berulang

    Jauh sebelum reaktor itu meledak, pemerintah Jepang sudah keliru sejak tahap perencanaan. Mereka hanya memakai pendekatan “deterministik”, yakni mengandalkan catatan bencana masa lalu-bukan “probabilistik” yang mempertimbangkan kemungkinan terburuk di masa depan.

    Karena sejarah mencatat gempa terbesar hanya M8 dan tsunami tertinggi 3,5 meter, PLTN Fukushima pun hanya dirancang untuk skenario itu. Padahal para ilmuwan sudah memperingatkan kemungkinan gempa yang jauh lebih besar.

    Dan alam membuktikannya, yakni pada 11 Maret 2011, gempa M9 mengguncang Jepang selama 6 menit, diikuti tsunami raksasa. PLTN runtuh. Pendingin mati. Reaktor meledak.

    “Jepang telah meremehkan risiko tsunami sebagai serangkaian kesalahan bodoh yang menyebabkan bencana,” tegas Costas Synolakis, profesor Teknik Sipil di University of Southern California.

    Ledakan Fukushima menjadi simbol betapa berbahayanya jika manusia merasa paling tahu soal alam. Kebiasaan menutup-nutupi masalah, abai terhadap risiko, hingga mengabaikan suara ilmuwan, menjadi bom waktu yang akhirnya meledak.

    Warga Fukushima kini menanggung akibatnya. Mereka tak hanya kehilangan rumah akibat gempa, tapi juga harus pergi dan tak bisa kembali karena tanah kelahiran mereka telah terkontaminasi nuklir. Senjata yang dibuat untuk memberi energi, justru berubah menjadi bencana karena kesalahan manusia yang meremehkan kekuatan alam.

    (Fergi Nadira/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tsunami 40 Meter Dikira ‘Cuma’ 3 Meter, 18.500 Orang Tewas Seketika

    Tsunami 40 Meter Dikira ‘Cuma’ 3 Meter, 18.500 Orang Tewas Seketika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa dahsyat berkekuatan M 9 melanda Jepang pada 11 Maret 2011. Pemerintah menyebut gempa besar itu masuk dalam kategori Megathrust.

    Insiden itu memicu gelombang tsunami setinggi 40 meter yang bergerak hingga 700 Km/Jam. Situs Britanicca mencatat, gempa dan tsunami tersebut membuat 18.500 orang tewas, 10.800 hilang, dan 4.000 luka-luka.

    Jumlah itu belum memperhitungkan kerusakan gedung dan hunian warga. Sebanyak ribuan rumah warga tak bisa lagi ditempati akibat gempa dan digulung tsunami.

    Malapetaka ini tak berakhir dalam sehari. Keesokannya, otoritas mengumumkan reaktor nuklir Fukushima bocor.

    Akibatnya, inti nuklir mencemari lingkungan dan membuat kota Fukushima tak bisa lagi ditempati. Penduduk setempat terpaksa menjalani kehidupan sesuai peribahasa populer “sudah jatuh tertimpa tangga”.

    Jepang memang menjadi salah satu negara yang rawan bencana gempa dan tsunami, sama halnya dengan Indonesia. Dari waktu ke waktu, Jepang telah mengembangkan teknologi canggih untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana.

    Salah satu cara cepat yang dilakukan adalah menyiarkan peringatan dini kepada masyarakat sebelum bencana menghadang. Namun, pada insiden tsunami 2011, terjadi salah perhitungan yang cukup signifikan.

    Setelah gempa besar, otoritas Jepang memberikan peringatan tsunami kepada masyarakat. Namun, ketinggiannya bukan 40 meter, melainkan ‘hanya’ 3 meter.

    Hal ini diungkap Ryo Kanouya. Ia menceritakan pengalamannya ketika hari bencana tiba. Pada pagi hari, Ryo bergegas ke luar rumah untuk berangkat ke kantor.

    Tak ada sesuatu hal berbeda. Setelah sampai di kantor dia pun fokus kerja dari pagi hingga siang. Begitu juga rekan kerjanya yang lain. Semua fokus kerja dan sesekali berbicara bersama rekan di kala senggang.

    Situasi ini terus berlanjut sampai akhirnya berubah saat jam menunjukkan pukul 15.30 waktu setempat. Tiba-tiba ponsel Ryo dan semua temannya berdering.

    Ada notifikasi gempa yang kemudian diikuti goncangan besar di wilayah Fukushima. Bangunan-bangunan bergoyang hebat. Masyarakat berhamburan mencari perlindungan. Namun, kuatnya guncangan menyulitkan mereka untuk berjalan atau berlari menyelamatkan diri.

    Pada saat bersamaan, banyak bangunan ambruk. Pohon dan tiang listrik roboh dalam sekejap. Semua itu berakhir 6 menit kemudian. Ryo pun langsung menenangkan diri dari gempa besar. Sayang, semua itu tak benar-benar berakhir.

    “Saat kami berusaha menenangkan diri dari gempa besar itu, peringatan tsunami dikeluarkan,” ungkap Ryo kepada National Geographic, dikutip Minggu (21/6/2025).

    Otoritas terkait menyebut tsunami mendatang mencapai 3 meter. Perusahaan pun langsung memerintahkan semua karyawan untuk bergegas pulang membantu warga.

    Ryo segera manut dan pulang ke rumah yang kebetulan hanya berjarak 1 Km dari pinggir pantai.

    Sesampainya di rumah, Ryo ditenangkan oleh keluarga yang berpikir peringatan tsunami sudah selesai.

    Toh, setelah beberapa menit, air tak kunjung naik ke daratan. Sayang, perkiraan keluarga salah dan ketakutan Ryo yang benar.

    Saat melihat ke jendela, pria kelahiran 1990 tersebut kaget terperanjat. Ternyata air bergerak bak kilat dan langsung berada di depan matanya. Dia pun tak bisa menghindar dan hanya pasrah saat gelombang air menerjang jendela dan tembok rumah.

    Awalnya, Ryo yakin rumahnya bakal bertahan. Namun, gelombang yang makin tinggi dan arus makin kuat akhirnya meratakan tempat tinggalnya.

    Ryo pun terombang-ambing dan sudah menghirup banyak air. Saat situasi normal, diketahui gelombang tsunami mencapai ketinggian 40 meter.

    “Lebih baik saya menghembuskan udara yang tersisa di paru-paru saya untuk mati,” kenang Ryo.

    Dia pun otomatis terpisah dengan keluarga. Ryo ingat dia terombang-ambing di atas air dengan memegang lemari. Pada titik ini dia merasa lega, tetapi timbul rasa iba atas nasib orang kurang beruntung.

    Sejauh mata memandang, dia melihat banyak orang tenggelam. Ada juga yang mencoba bertahan hidup di atas tumpukan puing. Ada juga yang sudah mengapung tanda tak lagi bernyawa.

    “Saya pun menunggu sampai permukaan air surut, perlahan-lahan turun saat air surut sampai saya kembali menginjak tanah,” terang Ryo.

    Saat menginjak tanah, kaki Ryo langsung lemas. Setelah melewati ‘kiamat’, dia melihat Fukushima rata dengan tanah. Banyak orang meninggal. Ada juga yang luka-luka. Ryo sendiri masih sehat tanpa luka. Dia hanya terancam mati kedinginan.

    Namun, ada satu hal yang patut disyukuri: Ryo, ayah, ibu, dan saudara perempuan masih selamat. Hanya neneknya yang hilang entah ke mana, diduga meninggal dan tak bisa ditemukan sampai sekarang.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ikan Kiamat Muncul di India, Ramalan Baba Vanga Disebut-sebut

    Ikan Kiamat Muncul di India, Ramalan Baba Vanga Disebut-sebut

    Jakarta

    Setelah Meksiko, Selandia Baru, dan Australia, oarfish atau ikan ‘kiamat’ kini terlihat di pantai-pantai India. Laporan-laporan mengklaim bahwa seekor ikan ditangkap di Tamil Nadu, menandai tempat lain dalam kemunculannya yang langka di seluruh dunia. Kemunculan ikan ini makin menghebohkan karena dikaitkan dengan ramalan Baba Vanga.

    Sebuah video viral di media sosial menunjukkan sekelompok nelayan menemukan ikan ini di lepas pantai Tamil Nadu. Dalam video tersebut, karena panjang ikan tersebut, yang diperkirakan mencapai sekitar 9 meter, membutuhkan setidaknya tujuh nelayan untuk membawanya.

    Selain di India, ikan oarfish, yang secara umum dikenal sebagai ‘ikan kiamat’ dalam budaya Jepang, telah muncul tiga kali dalam 20 hari terakhir di Australia, Selandia Baru, dan Baja California Sur di Meksiko.

    Ramalan Baba Vanga

    Baba Vanga atau sering disebut sebagai ‘Nostradamus of the Balkans’ memberikan beberapa ramalannya untuk 2025 dan mendatang. Peramal tunanetra asal Bulgaria ini beberapa kali meramal dan tak sedikit yang jadi kenyataan. Misalnya, peramal kelahiran 31 Januari 1911 dan meninggal pada 1996 tersebut sudah menyebut Presiden ke-44 Amerika Serikat akan memiliki ras Afrika-Amerika, yang mana tepat yakni Barrack Obama.

    Mungkin kebetulan, tapi banyak yang mulai penasaran dengan ramalannya. Salah satu ramalannya di 2025 adalah tentang bencana besar. Baba Vanga mewanti-wanti tremor lintas benua dan pulau yang ditelan oleh air. Seakan sejalan, para ahli kini menunjuk adanya peningkatan aktivitas seismik di Asia dan Lingkar Pasifik. Ramalan ini yang kemudian dikaitkan dengan berbagai kemunculan ikan kiamat baru-baru ini.

    Kenapa Disebut Ikan Kiamat

    Oarfish merupakan jenis ikan di perairan laut dalam sehingga jarang muncul di permukaan. Nah saat muncul, bukan berarti bakal terjadi gempa atau tsunami. Lalu, bagaimana awal mulanya oarfish disebut sebagai ikan hari kiamat?

    Mengutip Forbes, merujuk hasil sejumlah penelitian, hasil studi terbaru para peneliti Jepang menunjukkan kemunculan oarfish sama sekali tidak berkorelasi dengan gempa. Cerita tentang oarfish dan gempa berasal dari legenda masyarakat Jepang. Menurut cerita, ketika ikan perak seperti ular itu mucul dari kedalaman, sebuah gempa besar akan segera terjadi.

    Namun, para peneliti Jepang yang meneliti laporan surat kabar, catatan akuarium, dan makalah akademis yang berasal dari tahun 1928 tidak dapat menemukan korelasi antara penampakan oarfish dan gempa besar.

    “Peneliti hampir tidak dapat mengonfirmasi hubungan antara dua fenomena itu (kemunculan oarfish dan gempa),” kata seismolog Yoshiaki Orihara dan rekan-rekannya dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA). Laporan Forbes menyebutkan, oarfish menarik perhatian setelah gempa Tohoku Maret 2011.

    Gempa disusul tsunami itu menewaskan lebih dari 19 ribu orang dan menyebabkan kehancuran pada tiga reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi. Pengamat pun menghubungkan gempa ini dengan penampakan puluhan oarfish yang terdampar di pantai Jepang pada akhir 2009 hingga 2020.

    Di Jepang, makhluk ini punya sebutan Ryugu No Tsukai atau Utusan dari Istana Dewa Laut. Oarfish, terutama spesies yang lebih kecil atau ramping, dipercaya mengunjungi pantai Jepang untuk memperingatkan akan terjadinya gempa dan tsunami.

    “Seandainya cerita rakyat ini terbukti benar, penampakan ikan laut dalam ini bisa menjadi informasi yang berguna untuk mitigasi bencana,” tulis Orihara.

    Tetapi, beberapa ilmuwan telah mencoba menjelaskan legenda itu dengan menyebut pergerakan lempeng tektonik dapat menghasilkan arus elektromagnetik yang mendorong oarfish dan ikan laut dalam lainnya seperti dealfish, ribbonfish, dan unicorn creshfish menuju perairan dangkal. Oarfish pertama kali dideskripsikan pada 1772. Pertemuan langka dengan penyelam dan tangkapan tidak disengaja telah memberikan sedikit informasi perilaku dan ekologi ikan ini.

    Oarfish sering berada pada kedalaman signifikan hingga 1.000 meter. Para ilmuwan percaya mereka bermigrasi ke Laut Jepang di Arus Tsushima. Beberapa tim peneliti telah merekam video oarfish hidup dalam beberapa tahun terakhir. Anggota terbesar dari spesies oarfish, yakni giant oarfish, dapat tumbuh hingga 11 meter. Itulah mengapa mereka sering diidentifikasi sebagai ular laut, padahal berbeda.

    Secara keseluruhan, Orihara dan rekan-rekannya menemukan 336 penampakan ikan laut dalam di Jepang antara November 1928 hingga Maret 2011. Tetapi tidak satu pun dari penampakan jadi dalam 30 hari setelah gempa bumi berkekuatan M 7,0 atau lebih besar. Orihara juga tidak dapat menemukan laporan tentang gempa berkekuatan M 6,0 atau lebih besar yang terjadi dalam waktu 10 hari dari pengamatan ikan laut dalam.

    (rns/fay)

  • 8 Kampus Adu Gagasan Bangun Desa Binaan Lewat Genera-Z Berbakti

    8 Kampus Adu Gagasan Bangun Desa Binaan Lewat Genera-Z Berbakti

    Jakarta

    Tak pernah mudah untuk memulai. Ada keraguan, ketakutan akan gagal, hingga rasa tak yakin semuanya kerap bercampur jadi satu saat ide baru muncul di kepala.

    Tapi, satu langkah pertama bisa membuka jalan panjang. Bagi para peserta program ‘Genera-Z Berbakti’, keberanian untuk melangkah bukan hanya soal mengeksekusi ide, tapi juga melihat peluang, mengambil momentum, dan berkomitmen memberi dampak nyata bagi Indonesia.

    Genera-Z Berbakti merupakan program dengan konsep call for proposal untuk kelompok mahasiswa yang memiliki antusiasme terhadap pengabdian kepada masyarakat di lokasi desa binaan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Empat tim dengan proposal terbaik akan mendapatkan pendanaan serta pembinaan untuk pelaksanaan program dari Bakti BCA. Pada Genera-Z Berbakti edisi kali ini, empat desa yang menjadi tujuan adalah Desa Wisata Edelweiss Wonokitri (Jatim), Dayun (Riau), Pulau Derawan (Kaltim), dan Teluk Kiluan (Lampung).

    Memulai memang berat, tapi menjalaninya bersama-sama bisa membuat segalanya lebih ringan. Dalam Genera-Z Berbakti, tim mahasiswa dari delapan kampus yang menjadi finalis telah membuktikannya. Mereka sudah bertemu dan berjuang bersama dengan rekan seperjalanan: teman-teman satu visi yang punya semangat sama.

    Sejak awal, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan para finalis, mulai dari penyusunan proposal hingga persiapan pelaksanaan program di lapangan. Mereka saling berdiskusi, bertukar ide, membagi tugas, dan menghadapi berbagai dinamika secara langsung sebagai satu tim. Salah satu contohnya datang dari tim UNSRAT, yang bahkan telah melakukan observasi langsung ke Desa Derawan sejak tahap penyusunan proposal.

    Salah satu anggota tim UNSRAT, Dafa mengatakan pihaknya mengamati berbagai aspek lingkungan, seperti sampah dan abrasi, yang sudah kami teliti sejak 2-4 minggu lalu.

    “Sementara untuk pendalaman materi di bidang pariwisata, kami fokuskan pada minggu-minggu terakhir ini,” kata Dafa dalam keterangannya, Jumat (13/6/2025).

    Setelah tim terbentuk dan ide dipertajam, langkah berikutnya adalah menciptakan dampak berkelanjutan. Para peserta diajak memetakan target jangka pendek dan panjang yang hendak dicapai. Pengabdian di desa bukan hanya menjadi ajang implementasi gagasan, tapi juga waktu yang tepat untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin ‘seize the day’ membuat perubahan nyata bagi masyarakat dan diri mereka sendiri.

    Dalam prosesnya, para mahasiswa tak hanya mengembangkan proyek sosial. Mereka belajar banyak, mulai dari mempresentasikan ide di hadapan panelis, menyusun strategi tim, hingga mengasah kepemimpinan dan manajemen konflik.

    Fase penjurian Genera-Z Berbakti menjadi momen sangat berharga bagi para finalis. Tak hanya berkesempatan mempresentasikan ide segar di hadapan tiga panelis: Nicholas Saputra, Happy Salma, dan Prof. Yohanes Surya, para finalis juga memiliki ruang lebih luas untuk memahami apa yang sebenarnya menjadi akar masalah setiap lokasi tujuan program.

    Semua pengalaman ini tak hanya memperkaya portofolio, tapi juga membentuk karakter dan mendorong mereka menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Melalui babak Adu Wawasan di fase pertama penjurian, para peserta pada akhirnya belajar untuk mengapresiasi lawan.

    Ini tergambar dari pengakuan May, anggota dari tim UNILA, merespons pertanyaan tidak terduga dari ITB yang ia dapatkan pada babak adu gagasan.

    “Penampilan tim ITB enggak hanya keren, tapi hebat banget. Pertanyaan-pertanyaan mereka juga luar biasa,” kata May.

    Pengakuan senada juga disampaikan tim UI, Dela. Ia mengatakan di antara pihaknya berdelapan (finalis) mereka termasuk top team.

    “Di antara top university, mereka bisa mengungguli dengan pembawaan yang sangat baik. Jadi kami sangat mengapresiasi dan bangga bisa bertanding dengan tim UB,” papar Dela.

    Tiap tim pada program ini memiliki beragam solusi unik untuk lokasi tujuannya. Salah satunya, ada solusi ‘Smart Reef Initiative’ dari tim UNILA yang mengusung teknologi IoT untuk membuat sistem peringatan dini tsunami. Terdapat juga solusi bernama ‘SAVANA’ dari tim UI yang memadukan edukasi kesehatan, pertanian organik, dan pelatihan bahasa Inggris untuk masyarakat Edelweiss Wonokitri.

    Babak Adu Wawasan Genera-Z Berbakti tidak hanya menjadi momen berkesan bagi para finalis, tetapi juga panelis. Duta Bakti BCA, Nicholas Saputra mengungkapkan ada salah satu mahasiswa yang tidak hanya betul-betul memahami situasi alamnya, tetapi juga kultur budaya masyarakat di desa tersebut.

    “Ini justru menjadi hal yang penting dan utama, tentang memahami manusianya,” kata Nicholas.

    Sebagai informasi, kedelapan kampus yang memiliki tim perwakilan pada babak final Genera-Z Berbakti adalah Universitas Lampung (UNILA), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Sam Ratulangi (UNSRAT), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Andalas (UNAND), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

    Mereka terpilih masuk ke babak final melalui seleksi dan penjurian ketat yang dilakukan terhadap total 255 tim pendaftar di program GeneraZ Berbakti. Para pendaftar berasal dari berbagai perguruan tinggi nasional, bahkan ada dari luar negeri. Pendaftar dari perguruan tinggi di Indonesia, tersebar dari Sumatera hingga Papua, baik kampus negeri maupun swasta.

    Lebih lanjut, babak penjurian Genera-Z Berbakti bisa disaksikan langsung di YouTube Narasi mulai 13 Juni 2025. Jadilah saksi keseruan anak-anak muda hebat Indonesia beradu ide dan argumen positif untuk kemajuan desa-desa di Indonesia.

    (ega/ega)

  • Perjanjian Helsinki: Begini Isi, Proses Perdamaian, hingga Dampaknya

    Perjanjian Helsinki: Begini Isi, Proses Perdamaian, hingga Dampaknya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kesepakatan Helsinki kembali menjadi sorotan setelah munculnya sengketa mengenai empat pulau antara Aceh dan Sumatera Utara, yakni Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Kecil, dan Pulau Mangkir Besar.

    Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang menjadi salah satu tokoh penting dalam proses perdamaian ini, menegaskan bahwa wilayah Aceh merujuk pada batas yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara.

    Perjanjian yang dicapai pada 2005 ini merupakan tonggak penting dalam sejarah perdamaian Indonesia, khususnya dalam mengakhiri konflik berkepanjangan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah pusat.

    Lantas, apa sebenarnya isi, proses terjadinya, dan dampak dari kesepakatan Helsinki ini? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut penjelasannya!

    Isi Kesepakatan Helsinki

    Mengacu pada dokumen resmi kesepakatan Helsinki yang dipublikasikan oleh PPID Provinsi Aceh, isi perjanjian ini terdiri dari enam poin utama:

    1. Pemerintahan Aceh

    Bagian pertama membahas penyelenggaraan pemerintahan di Aceh, termasuk pengakuan atas batas wilayah berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara.

    Aceh mendapatkan hak otonomi khusus, pembentukan peraturan daerah (Qanun), dan kehadiran lembaga adat seperti Wali Nanggroe. Selain itu, partisipasi politik masyarakat Aceh juga dijamin secara sah.

    2. Hak asasi manusia (HAM)

    Pemerintah Indonesia menyatakan komitmennya terhadap Kovenan Internasional HAM PBB, termasuk pembentukan Pengadilan HAM di Aceh dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.

    3. Amnesti dan reintegrasi

    Pemerintah memberikan amnesti kepada anggota GAM dengan syarat tertentu, serta memungkinkan mereka yang sempat kehilangan kewarganegaraan untuk kembali menjadi warga Indonesia.

    4. Pengamanan

    Kesepakatan Helsinki juga mencakup penyerahan senjata oleh GAM, demobilisasi pasukan mereka, serta penghentian kekerasan oleh semua pihak. Pemerintah diwajibkan menarik pasukan militer dan polisi nonorganik dari Aceh.

    5. Misi pemantauan Aceh

    Uni Eropa dan sejumlah negara ASEAN membentuk Misi Monitoring Aceh (AMM) untuk mengawasi implementasi perjanjian dan memastikan kepatuhan dari semua pihak.

    6. Penyelesaian perselisihan

    Jika terjadi perselisihan dalam implementasi perjanjian, penyelesaiannya dilakukan secara musyawarah melalui kepala AMM. Bila musyawarah gagal, masalah akan dilaporkan kepada menkopolhukam RI, pimpinan GAM, dan pihak internasional terkait.

    Proses Terbentuknya Kesepakatan Helsinki

    Kesepakatan Helsinki tidak terjadi begitu saja. Salah satu pemicunya adalah bencana dahsyat tsunami Aceh pada akhir 2004. Secara umum, ada tiga faktor utama yang mendorong GAM dan pemerintah Indonesia untuk duduk bersama:

    Bencana tsunami 2004 yang menghancurkan sebagian besar wilayah Aceh.Pelemahan kekuatan militer GAM setelah diberlakukannya darurat militer pada 2003.Naiknya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla yang dikenal memiliki komitmen terhadap demokrasi dan penyelesaian konflik secara damai.

    Putaran pertama (28-30 Januari 2005)

    Diselenggarakan di Vantaa, Finlandia, suasana awal perundingan berlangsung cukup menegangkan. Meski begitu, kedua belah pihak menyetujui untuk melanjutkan perundingan.

    Putaran kedua (21-23 Februari 2005)

    Fokus utama diskusi adalah mengenai otonomi khusus untuk Aceh. Meskipun belum menghasilkan kesepakatan final, dialog tetap berjalan.

    Putaran ketiga (12-16 April 2005)

    Ketegangan mulai mencair. Kedua pihak bertukar rancangan tertulis terkait keinginan masing-masing. Salah satu hasil penting adalah komitmen bersama untuk tidak mengerahkan pasukan dan menyepakati transparansi dalam pengelolaan dana.

    Putaran keempat (26-31 Mei 2005)

    Pembahasan berfokus pada pembentukan partai politik lokal. Meskipun cukup kompleks, disepakati bahwa poin ini akan dimasukkan dalam draf kesepakatan sebagai bagian dari otonomi khusus.

    Putaran kelima (12-17 Juli 2005)

    Dalam pertemuan penutup ini, naskah memorandum of understanding (MoU) dirumuskan dan ditandatangani oleh Hamid Awaluddin mewakili Pemerintah Indonesia, Malik Mahmud dari pihak GAM, dan Martti Ahtisaari selaku fasilitator internasional.

    Dampak Kesepakatan Helsinki

    Menurut Komnas HAM, Kesepakatan Helsinki memberi dampak besar dalam menghentikan konflik antara GAM dan pemerintah Indonesia. Ini tidak hanya menghentikan pertumpahan darah, tapi juga membawa perubahan positif di berbagai bidang.

    1. Stabilitas keamanan

    Pasca penandatanganan, konflik bersenjata di Aceh berhenti total. Masyarakat bisa kembali hidup dalam suasana damai dan aman.

    2. Pembangunan sosial dan ekonomi

    Dengan terciptanya perdamaian, pembangunan kembali dilakukan. Infrastruktur seperti jalan, irigasi, dan fasilitas air bersih dibangun kembali. Bantuan sosial dan kemanusiaan juga meningkat.

    3. Representasi politik

    Aceh memperoleh hak membentuk partai lokal. Hal ini memperkuat demokrasi lokal dan memberikan ruang lebih luas untuk keterwakilan masyarakat Aceh dalam pemerintahan.

    4. Pengakuan sejarah

    Sebagaimana disampaikan oleh Jusuf Kalla, wilayah seperti Pulau Panjang dan Pulau Lipan memiliki ikatan historis dengan Aceh. Kesepakatan Helsinki mengacu pada UU 1956, yang menjadi dasar pengakuan atas wilayah Aceh, menjadikannya relevan dalam isu batas wilayah yang kini kembali diperbincangkan.

    Kesepakatan Helsinki merupakan hasil dari niat baik dan kesungguhan semua pihak dalam menyelesaikan konflik Aceh secara damai dan bermartabat. Perjanjian ini menjadi simbol keberhasilan diplomasi dan dialog dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung puluhan tahun. 

  • Gempa Bumi Guncang Peru, Magnitudo 6,1

    Gempa Bumi Guncang Peru, Magnitudo 6,1

    Jakarta, CNBC Indonesia – Gempa dengan magnitudo 6,1 skala melanda Peru Minggu waktu setempat. Gempa ini menewaskan satu orang dan memicu tanah longsor

    Menurut Pusat Seismologi Nasional. empa terjadi sesaat sebelum tengah hari dan berpusat sekitar 30 kilometer (20 mil) dari Callao, kota pelabuhan di sebelah ibu kota Lima. Mengutip Survei Geologi AS menyebutkan kekuatan gempa 5,6.

    “Peru mengatakan gempa tersebut tidak menimbulkan peringatan tsunami,” tulis AFP, dikutip Senin (16/6/2025).

    Lebih detail, Kepolisian Nasional menegaskan bagaimana seorang pria tewas di Lima ketika tembok runtuh menimpa mobil yang dikendarainya. Selain itu, Pusat Operasi Darurat melaporkan lima orang cedera di Lima.

    Sementara itu, Presiden Dina Boluarte menyerukan agar warga “tenang”, dengan menyatakan bahwa tidak ada peringatan tsunami di garis pantai Pasifik negara Amerika Selatan itu. Saluran TV Latina menayangkan rekaman tanah longsor di beberapa wilayah ibu kota.

    Peru adalah rumah bagi 34 juta orang dan terletak di apa yang disebut Cincin Api, hamparan aktivitas seismik dan vulkanik yang intens di sekitar cekungan Pasifik. Peru mengalami sedikitnya 100 gempa bumi yang dapat dideteksi setiap tahun.

    Gempa besar terakhir, pada tahun 2021 di wilayah Amazon, berkekuatan 7,5, menyebabkan 12 orang terluka dan menghancurkan lebih dari 70 rumah. Gempa bumi dahsyat pada tahun 1970 di wilayah Ancash utara Peru menewaskan sekitar 67.000 orang.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]