Topik: Tsunami

  • Gempa M 7,4 Guncang Rusia, Picu Peringatan Tsunami

    Gempa M 7,4 Guncang Rusia, Picu Peringatan Tsunami

    Moskow

    Serangkaian gempa bumi dahsyat melanda lepas pantai timur jauh Rusia hari ini. Gempa tersebut memicu peringatan tsunami.

    Dilansir AFP, Minggu (20/7/2025), gempa bumi berkekuatan magnitudo 5 dan 6 awalnya tidak memicu peringatan tsunami. Gempa bumi susulan berkekuatan magnitudo 7,4 pada kemudian menimbulkan peringatan tsunami dari survei geologi AS atau USGS.

    “Gelombang tsunami berbahaya mungkin terjadi,” demikian peringatan dari USGS.

    Zona peringatan tsunami berlaku untuk wilayah pesisir dalam radius 300 kilometer dari episentrum di Samudra Pasifik di lepas kota Petropavlovsk-Kamchatsky.

    Negara bagian Alaska, Amerika Serikat, yang terletak di seberang Laut Bering dari kota tersebut tidak masuk dalam zona peringatan. Gempa bumi awal diikuti oleh beberapa gempa susulan, termasuk gempa berkekuatan 6,7 SR lainnya.

    Pusat gempa berada sekitar 140 kilometer di sebelah timur Petropavlovsk-Kamchatsky yang merupakan ibu kota wilayah Kamchatka. Semenanjung Kamchatka merupakan titik pertemuan lempeng tektonik Pasifik dan Amerika Utara sehingga menjadikannya zona seismik panas.

    Sejak tahun 1900, tujuh gempa bumi besar berkekuatan 8,3 atau lebih telah melanda wilayah tersebut.

    Lihat juga Video: Kepanikan Jemaat Gereja di Lima Saat Gempa M 6,1 Guncang Peru

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Breaking News: 3 Gempa Dahsyat Guncang Rusia, Ada Peringatan Tsunami

    Breaking News: 3 Gempa Dahsyat Guncang Rusia, Ada Peringatan Tsunami

    Jakarta, CNBC Indonesia – Rangkaian tiga gempa bumi kuat mengguncang lepas pantai Timur Jauh Rusia pada Minggu (20/72025), dengan gempa terbesar berkekuatan magnitudo 7,4 yang memicu peringatan tsunami dari Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).

    Gempa-gempa ini mengguncang kawasan Samudra Pasifik dekat Kota Petropavlovsk-Kamchatsky, menimbulkan kekhawatiran potensi gelombang tsunami berbahaya.

    USGS mencatat bahwa dua gempa awal, masing-masing berkekuatan magnitudo 5,0 dan 6,7, terjadi lebih dulu tanpa memicu peringatan tsunami. Namun, gempa ketiga yang terjadi pada pukul 08.49waktu setempat memicu status siaga tsunami.

    “Gelombang tsunami yang berbahaya dimungkinkan terjadi dalam radius 300 kilometer dari pusat gempa,” demikian peringatan resmi dari USGS yang dirilis tak lama setelah gempa berkekuatan 7,4 mengguncang, dilansir AFP.

    Gempa-gempa tersebut terjadi di wilayah yang secara geologis sangat aktif, yaitu di sekitar semenanjung Kamchatka, Rusia. Kawasan ini merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai salah satu zona gempa dan letusan gunung api paling aktif di dunia.

    Pusat gempa 7,4 itu dilaporkan berada di Samudra Pasifik, sekitar 300 kilometer dari Kota Petropavlovsk-Kamchatsky, ibu kota Krai Kamchatka.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perbatasan Lumajang, Probolinggo dan Jember Diguncang 64 Kali Gempa

    Perbatasan Lumajang, Probolinggo dan Jember Diguncang 64 Kali Gempa

    Sejak 17 Juli, 64 gempa mengguncang perbatasan Lumajang, Jember, dan Probolinggo. BMKG mencatat magnitudo M1,6-M3,3, tanpa kerusakan, diduga tipe swarm.

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejak Kamis (17/7) pagi dini hari hingga Sabtu pagi ini (19/7) BMKG mencatat sebanyak 64 aktivitas gempa di perbatasan 3 wilayah Kabupaten Lumajang, Jember dan Probolinggo.

    Menurut Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono gempa terjadi dalam berbagai variasi magnitudo dari yang terkecil M1,6 hingga yang terbesar M3,3.

    Dia menjelaskan gempa dirasakan terjadi sebanyak 6 kali.

    Untuk menentukan penyebabnya BMKG masih melakukan kajian kegempaan ini. 

    Menurutnya, hingga siang tadi belum ada laporan kerusakan akibat aktivitas gempa ini.

    Dia memaparkan diduga kuat gempa ini memiliki tipe swarm earthquake.

  • Gempa M 7,3 Guncang Alaska, Picu Peringatan Tsunami

    Gempa M 7,3 Guncang Alaska, Picu Peringatan Tsunami

  • Gempa M 5,3 Guncang Pasaman Barat, Sumbar, Ini Analisis BMKG
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        18 Juli 2025

    Gempa M 5,3 Guncang Pasaman Barat, Sumbar, Ini Analisis BMKG Regional 18 Juli 2025

    Gempa M 5,3 Guncang Pasaman Barat, Sumbar, Ini Analisis BMKG
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com –

    Gempa bumi
    bermagnitudo 5,3 yang kemudian diperbarui menjadi M 5,2 mengguncang wilayah barat daya Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (18/7/2025) pukul 02.02 WIB.
    Getaran dirasakan hingga ke Pariaman dan Padang Panjang.
    Menurut Daryono, Kepala Pusat
    Gempa Bumi
    dan Tsunami BMKG, gempa terjadi akibat deformasi batuan di dalam Lempeng Indo-Australia (intraplate), dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
    “Ini gempa menengah yang bersumber dari aktivitas dalam lempeng. Meskipun terasa di permukaan, gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujar Daryono dalam keterangan tertulisnya, Jumat pagi.
    BMKG mencatat pusat gempa terletak di laut, pada koordinat 0,32° LS dan 98,96° BT, sekitar 107 km barat daya Pasaman Barat, dengan kedalaman 63 km.
    Sebelumnya, kekuatan gempa sempat tercatat M5,3 lalu dimutakhirkan menjadi M5,2.
    Pasaman Barat dan Pariaman: II–III MMI

    (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa seperti truk lewat.)
    Padang Panjang: I–II MMI

    (Getaran dirasakan sebagian orang. Benda ringan bergoyang.)
    Hingga pukul 02.25 WIB, BMKG belum mencatat adanya gempa susulan.
    Daryono mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terpancing hoaks.
    “Selalu periksa kondisi rumah dan hindari bangunan yang retak atau rusak. Pastikan informasi yang diterima berasal dari kanal resmi BMKG,” katanya.
    Masyarakat dapat memantau informasi melalui situs www.bmkg.go.id, akun @infoBMKG, aplikasi InfoBMKG, atau Telegram InaTEWS_BMKG.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Bisnis.com, JAKARTA – BRIN melakukan riset paleotsunami, yaitu studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Riset ini memungkinkan tim bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi bahkan ribuan tahun lalu.

    Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan sejak 2006 hingga 2024, tim mencatat adanya lapisan endapan tsunami purba, salah satunya diperkirakan berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun yang lalu. Endapan tersebut tersebar di wilayah selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, Kulon Progo, hingga Pacitan.

    Berikut fakta-fakta temuan bekas tsunami di Indonesia

    Periset Bidang Sedimentologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Purna Sulastya Putra mengatakan.

    Temuan endapan tsunami dengan umur yang sama di berbagai lokasi sepanjang selatan Jawa mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut sangat besar (tsunami raksasa), kemungkinan merupakan akibat dari gempa megathrust bermagnitudo 9 atau lebih, seperti yang terjadi pada tsunami Aceh 2004.

    Untuk melengkapi temuan tersebut, pada Mei 2025, BRIN melanjutkan kegiatan survei di wilayah selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, dengan fokus pencarian jejak tsunami yang lebih muda usianya, karena secara hipotesis perulangan gempa besar dengan magnitudo >9.0 di selatan Jawa adalah sekitar 675 tahun sekali.

    “Metode yang digunakan adalah pemboran tangan, trenching atau pembuatan kolam paritan, dan pemetaan LiDAR,” jelas Purna.

    “Ekspedisi kami kali ini difokuskan untuk mencari jejak paleotsunami yang usianya lebih muda dari sekitar 1.800 tahun yang lalu, agar kami bisa merekonstruksi berapa kali tsunami raksasa akibat gempa megathrust bermagnitudo lebih dari 9 pernah terjadi di selatan Jawa,” ujar Purna.

    Hasil trenching di kawasan Kulon Progo membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga lapisan pasir yang diduga kuat sebagai endapan tsunami purba. Lapisan tersebut mengandung foraminifera laut dan memiliki struktur khas akibat hempasan gelombang besar.

    Purna menerangkan bahwa salah satu lapisan yang ditemukan diduga berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun lalu. Ia juga menambahkan bahwa terdapat lapisan-lapisan lain yang usianya lebih muda, yang mengindikasikan bahwa tsunami besar kemungkinan telah terjadi berulang kali di wilayah tersebut.

    Saat ini, proses analisis terhadap sampel-sampel sedimen tersebut masih berlangsung.  Sampel dengan analisis radiocarbon dating sedang dikirim ke laboratorium luar negeri untuk mengetahui waktu kejadian tsunami purba.

    “Temuan paleotsunami ini bukan sekadar catatan akademik. Data tersebut sangat penting untuk menyusun zonasi wilayah rawan bencana, menjadi pertimbangan tata ruang dan pembangunan wilayah pesisir, serta meningkatkan kesadaran publik termasuk simulasi evakuasi tsunami (tsunami drill), khususnya di kawasan wisata Pantai,” tegas Purna. 

    Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

    Sebagai negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa.

    Namun, catatan sejarah mengenai peristiwa tsunami di wilayah ini masih sangat terbatas. 

  • Gempa 7,3 Magnitudo Guncang Alaska, Picu Peringatan Tsunami

    Gempa 7,3 Magnitudo Guncang Alaska, Picu Peringatan Tsunami

    GELORA.CO -Sebuah gempa bumi kuat dengan 7,3 magnitudo mengguncang wilayah pesisir selatan Alaska, Amerika Serikat pada Rabu siang waktu setempat, 16 Juli 2025 

    Gempa tersebut memicu peringatan tsunami yang membuat warga di sepanjang garis pantai sejauh 1.127 km bergegas mencari tempat lebih tinggi.

    Meski begitu, peringatan tsunami tersebut kemudian diturunkan statusnya dan akhirnya dibatalkan. Tidak ada laporan mengenai kerusakan signifikan akibat gempa ini.

    Gempa terjadi pada pukul 12.37 siang di lepas pantai selatan Sand Point, sebuah komunitas kecil di Pulau Popof, bagian dari gugus Kepulauan Aleut. Guncangan dirasakan hingga Anchorage, kota besar yang berjarak hampir 966 kilometer dari pusat gempa.

    Gempa terjadi pada pukul 12.37 siang di lepas pantai selatan Sand Point, sebuah komunitas kecil di Pulau Popof, bagian dari gugus Kepulauan Aleut. Guncangan dirasakan hingga Anchorage, kota besar yang berjarak hampir 966 kilometer dari pusat gempa.

    “Kami telah melihat gempa bumi lain di daerah tersebut yang tidak menimbulkan gelombang tsunami yang signifikan, tetapi kami menanganinya dengan serius dan menjalankan prosedur kami,” ujar Jeremy Zidek, juru bicara Divisi Manajemen Darurat Alaska, seperti dimuat Associated Press.

    “Kami pastikan masyarakat diberitahu sehingga mereka dapat mengaktifkan prosedur evakuasi mereka,” tambahnya. 

    Pusat Peringatan Tsunami Nasional awalnya mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah dari barat daya Homer hingga Unimak Pass. Komunitas besar seperti Kodiak, dengan penduduk lebih dari 5.000 orang, juga masuk dalam wilayah terdampak. 

    Namun, sekitar satu jam kemudian, statusnya diturunkan menjadi waspada, dan akhirnya dibatalkan menjelang pukul 14.45.

    Tsunami kecil tercatat di Sand Point dengan ketinggian air tidak lebih dari 6,3 cm di atas permukaan pasang. 

    “Tidak ada kerusakan di bandara, tampaknya tidak ada kerusakan di pelabuhan, sungguh tidak ada kerusakan yang berarti,” kata Kepala Polisi Sand Point, Benjamin Allen.

    Namun, beberapa kerusakan kecil terjadi di toko kelontong Alaska Commercial. Vickey McDonald, manajer toko tersebut, mengatakan bahwa sekitar separuh dari rak minuman beralkohol runtuh dan botol-botolnya pecah. 

    “Saya punya asap cair, saus barbekyu, dan acar pecah di lantai. Baunya sangat menyengat di sini,” ujarnya.

    Di beberapa komunitas seperti Unalaska dan King Cove, pejabat setempat segera memerintahkan warga di zona rawan banjir untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau menjauh ke pedalaman. 

    Di Seward, Jodie Stevens, seorang turis, bersama suaminya sedang mengamati burung puffin ketika mereka mendengar seruan untuk mengungsi.

    “Kami berjalan beberapa blok menanjak di tengah hujan. Seseorang dari pusat menyuruh semua orang segera pindah ke dataran tinggi,” kata dia.

    Mereka baru setengah jalan menuju titik evakuasi ketika sirene berbunyi menandakan bahwa situasi telah aman.

    Sementara itu, Badan Meteorologi Nasional (NWS) menyatakan tidak ada ancaman tsunami untuk wilayah pesisir Pasifik lainnya di Amerika Serikat dan Kanada, seperti Washington, Oregon, dan California

  • Badan Geologi Sebut Gempa Bumi Intraslab Terjadi di Barat Laut Jailolo Halmahera Selatan

    Badan Geologi Sebut Gempa Bumi Intraslab Terjadi di Barat Laut Jailolo Halmahera Selatan

    Saat Terjadi Gempa:

    •⁠ ⁠Ketika Anda merasakan gempa dan sedang berada dalam bangunan, lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan. Jika memungkinkan, lari ke luar gedung untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman.

    •⁠ ⁠Jika berada di luar bangunan atau area terbuka, hindari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, dan pohon. Perhatikan juga tempat Anda berdiri, hindari apabila terjadi rekahan tanah.

    •⁠ ⁠Jika gempa terjadi ketika Anda sedang mengendarai mobil, segera keluar, turun dan menjauh dari mobil. Hindari juga kendaraan Anda jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

    •⁠ ⁠Jika gempa terjadi ketika Anda berada di area pantai, jauhi pantai dan cari medan yang tinggi untuk menghindari bahaya tsunami.

    •⁠ ⁠Jika Anda tinggal di daerah pegunungan, apabila terjadi gempa bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

    Setelah Terjadi Gempa:

    •⁠ ⁠Jika gempa terjadi ketika Anda berada di dalam bangunan, keluar dari bangunan tersebut dengan tertib. Tidak disarankan untuk keluar melalui tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K, telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau orang disekitar Anda.

    •⁠ ⁠Setelah terjadi gempa, segera periksa lingkungan sekitar Anda. Pastikan tidak terjadi kebakaran. Selain itu, disarankan juga untuk memeriksa aliran dan pipa air, untuk menghindari hal-hal yang membahayakan.

    •⁠ ⁠Hindari bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.

    •⁠ ⁠Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, guna menghindari bahaya susulan.

    •⁠ ⁠Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari radio untuk mencari informasi apabila terjadi gempa susulan. Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak diketahui jelas sumbernya.

    •⁠ ⁠Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.

    •⁠ ⁠Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.

  • BRIN Temukan bukti Tsunami Purba di Sekitar Bandara NYIA Kulon Progo

    BRIN Temukan bukti Tsunami Purba di Sekitar Bandara NYIA Kulon Progo

    Bisnis.com, JAKARTA – Tim riset dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan endapan tsunami purba berusia sekitar 1.800 tahun di beberapa lokasi selatan Jawa, salah satunya di area pantai selatan Kulon Progo.

    Berdasarkan temuan tersebut, Periset Sedimentologi BRIN, Purna Sulastya Putra dalam keterangan di Jakarta, Selasa, menyoroti berbagai perkembangan pembangunan di sekitar kawasan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebab, endapan tsunami purba tersebut ditemukan pada jarak sekitar dua kilometer dari bandara YIA.

    “Kami juga menemukan lapisan-lapisan yang lebih muda di Kulon Progo. Lapisan-lapisan yang lebih muda ini sebelumnya sudah kami temukan di lokasi lain, seperti di Lebak dan Pangandaran, yang menunjukkan bahwa kejadian tsunami besar kemungkinan telah berulang lebih dari sekali di wilayah ini,” katanya.

    Purna mengatakan peningkatan aktivitas pembangunan berbagai fasilitas, seperti hotel, restoran, dan lain sebagainya dapat memberikan dampak positif dari sisi ekonomi kepada masyarakat. Namun, secara tidak langsung menambah kerentanan wilayah terhadap potensi bencana.

    Ia menilai perkembangan yang berlangsung secara masif tanpa memperhitungkan risiko kebencanaan justru dapat memperbesar dampak bila terjadi peristiwa ekstrem seperti tsunami.

    Menurutnya, setiap pembangunan yang dilakukan tentu memiliki manfaat yang besar. Namun, dalam konteks wilayah rawan bencana, penting bagi semua pihak untuk bersama-sama membangun dengan kesadaran risiko dan berpijak pada data ilmiah.

    “Dengan pesatnya pembangunan di wilayah ini, riset kebencanaan geologi menjadi semakin penting untuk memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan mitigasi risiko. Salah satunya adalah melalui kajian paleotsunami,” ujar Purna.

    Melalui kajian kebencanaan seperti ini, Purna menekankan pihaknya terus mendorong agar sains menjadi bagian tak terpisahkan dari proses perencanaan dan pembangunan, khususnya di wilayah rawan bencana.

    Dengan kolaborasi antar-pemangku kepentingan, hasil riset seperti ini diharapkan tidak berhenti sebagai dokumen ilmiah, melainkan menjadi pijakan nyata dalam mewujudkan pembangunan yang adaptif, aman, dan berkelanjutan.

  • Mitigasi Hujan Ekstrem Akibat Perubahan Iklim, Jepang Perluas Gorong-gorong Raksasa

    Mitigasi Hujan Ekstrem Akibat Perubahan Iklim, Jepang Perluas Gorong-gorong Raksasa

    Jakarta – Jepang rentan terhadap berbagai bencana alam, mulai dari gempa, letusan gunung berapi, tsunami, hingga topan, dan tanah longsor. Seperti sebagian besar dunia, negara ini menghadapi cuaca ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat perubahan iklim dan pemanasan global.

    Jaringan gorong-gorong di Prefektur Saitama adalah salah satu mitigasi negara ini dalam menghadapi hujan ekstrem. Sejak beroperasi pada 2006, kompleks terowongan raksasa ini sangat diandalkan mengalirkan air banjir dan mencegah kerusakan senilai lebih dari 150 miliar yen, menurut perkiraan Kementerian Pertanahan Jepang.

    Gorong-gorong ini menjalankan tugasnya dengan baik, yakni mencegah banjir di aliran sungai yang rentan di wilayah tersebut. Namun, karena pemanasan global menyebabkan cuaca lebih ekstrem, pihak berwenang melakukan perbaikan besar-besaran pada sistem tersebut, bahkan memperluasnya.

    “Sering meningkatnya suhu, jumlah uap air di atmosfer meningkat, sehingga menghasilkan curah hujan yang relatif lebih besar,” kata professor Seita Emori dari Universitas Tokyo, pada Oktober 2024, dikutip dari Japan Times.

    Foto: Getty Images

    “Kami memperkirakan bahwa curah hujan yang sebelumnya tidak terlihat akan turun seiring dengan meningkatnya suhu di masa mendatang,” tambah profesor anggota kelompok ilmu iklim yang memenangkan Hadiah Nobel pada 2007 ini.

    Jaringan gorong-gorong yang juga disebut kompleks katedral ini (karena pilar-pilarnya membuatnya menyerupai bangunan katedral), secara resmi disebut Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (MAOUDC) atau Saluran Pembuangan Bawah Tanah Wilayah Luar Metropolitan. Dibangun selama 13 tahun, kompleks MAOUDC menelan biaya 230 miliar yen.

    Selain kecanggihan tekniknya, kompleks ini juga menjadi tempat wisata dan lokasi syuting popular. Hamparan luasnya mampu menampung air dengan kapasitas setara 100 kolam renang ukuran Olimpiade.

    Di dalamnya terdapat 59 pilar raksasa, masing-masing berbobot 500 metrik ton dan tinggi 18 meter. Ketika sungai-sungai di dekatnya meluap, luapan air mengalir melalui terowongan bawah tanah raksasa sepanjang 6,3 km sebelum terkumpul di waduk.

    Saat Topan Shanshan melanda, sistem ini menangkap air yang cukup untuk mengisi hampir empat kali stadion bisbol Tokyo Dome, sebelum memompanya dengan aman ke Sungai Edogawa dan mengalirkannya ke laut.

    “Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ada kecenderungan hujan lebat turun sekaligus dalam apa yang kami sebut hujan gerilya,” kata Yoshio Miyazaki, pejabat Kementerian Pertanahan yang bertanggung jawab atas kompleks tersebut.

    “Jika fasilitas ini tidak ada, permukaan air Sungai Nakagawa utama dan anak-anak sungainya bisa naik jauh lebih tinggi, yang dapat mengakibatkan banjir, bahkan kematian,” ujarnya.

    Meski begitu, sistem tersebut tidak mampu menghentikan banjir yang melanda lebih dari 4.000 rumah di daerah aliran sungai tersebut akibat hujan topan lebat pada Juni 2023. Banjir tersebut mendorong pemerintah untuk memulai proyek yang berlangsung selama tujuh tahun senilai 37,3 miliar yen untuk memperkuat tanggul dan drainase air di wilayah tersebut.

    Foto: Getty Images

    Lebih dekat ke pusat kota Tokyo, proyek besar lainnya sedang berjalan untuk menghubungkan kanal-kanal yang menampung luapan Sungai Shirako dan Sungai Kanda. Setelah selesai pada 2027, kanal ini akan mengalirkan air banjir sekitar 13 km di bawah tanah ke Teluk Tokyo.

    Jaringan pembuangan Tokyo dirancang untuk menangani curah hujan hingga 75 milimeter per jam. Namun, semakin banyak badai lokal yang membawa curah hujan hingga 100 mm, sehingga membebani sistem secara berlebihan, kata Shun Otomo, manajer lokasi konstruksi untuk proyek tersebut.

    “Misalnya, jika terjadi hujan deras sementara di daerah aliran Sungai Kanda, kita bisa memanfaatkan kapasitas daerah aliran sungai di wilayah yang tidak hujan. Kami yakin itu akan efektif melawan hujan gerilya ini,” kata Otomo.

    (rns/rns)