Topik: Tsunami

  • Gempa Susulan M6,8 Guncang Rusia, BMKG Pastikan Tidak Berpotensi Tsunami di Wilayah Indonesia

    Gempa Susulan M6,8 Guncang Rusia, BMKG Pastikan Tidak Berpotensi Tsunami di Wilayah Indonesia

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa kembali mengguncang wilayah pesisir timur Kamchatka, Rusia, Minggu siang (3/8/2025), pukul 12.37.55 WIB. Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, parameter update menunjukkan gempa Rusia ini memiliki magnitudo M6,8 Episenter gempabumi terletak pada koordinat 50,58° LU; 157,799° BT pada kedalaman 35 km.

    Direktur Gempda dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng pada Palung Kurile-Kamchatka (Kurile-Kamchatka Trench).

    “Gempabumi ini memiliki mekanisme turun (normal fault),” katanya.

    Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, kepada masyarakat pesisir di wilayah Indonesia dihimbau agar tetap tenang. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa tersebut.

    Gempa ini merupakan susulan dari gempabumi utama M8,7 pada hari Rabu 30 Juli 2025 pukul 06.24.40 WIB. Hingga pukul 13.00 WIB hari ini Minggu (3/8/2025), berdasarkan hasil monitoring menunjukkan adanya 426 aktivitas gempa susulan (aftershock), dengan magnitudo terbesar M6,9 dan magnitudo terkecil M4,0.

  • Zona Megathrust Indonesia Lebih Berbahaya Dibandingkan Rusia

    Zona Megathrust Indonesia Lebih Berbahaya Dibandingkan Rusia

    Bisnis.com, JAKARTA – Rabu 30 Juli 2025, Gempa dahsyat guncang Kamchatka, Rusia Timur berkekuatan magnitudo 8,7 dan memicu tsunami di Samudra Pasifik.

    Menurut Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, dalam catatan sejarahnya, sebelumnya di Kamchatka sudah pernah terjadi gempa dahsyat kekuatan magnitudo 9,0 yang memicu tsunami setinggi 18 meter dan menewaskan lebih dari 2.300 orang.

    Dia mengatakan, jika dihitung lamanya kekosongan gempa besar atau seismic gap di Kamchatka sejak 1952 hingga saat ini ternyata usia seismic gapnya baru berusia 73 tahun.

    Sebagai perbandingan untuk ancaman megathrust di Indonesia, zona Seismic Gap Megathrust Selatan Banten & Selat Sunda kini sudah berusia 267 tahun.

    Gempa megathrust yang memicu tsunami terakhir tahun 1957 dan zona Seismic Gap Megathrust Mentawai & Siberut berusia 227 tahun karena gemba besar megathrust yg memicu tsunami terakhir tahun 1797.

    Megathrust Selat Sunda dan Mentawai usianya sudah lebih dari 200 tahun dan belum rilis energi gempa besar, yang tampaknya tinggal menunggu waktu.

    “Zona Megathrust kita sebenarnya jauh lebih mengkhawatirkan daripada Zona Megathrust lain di dunia,” ujarnya dikutip dari akun instagramnya.

    Istilah megathrust merujuk pada gabungan antara “mega” yang berarti besar dan “thrusting” yang merujuk pada mekanisme gempa yang naik ke atas dan berpotensi memicu tsunami. Dengan begitu, artinya menjadi potensi gempa yang dahsyat yang dapat menimbulkan tsunami.

    Untuk memahami potensi gempa, beberapa bukti riset dapat dijadikan acuan, yakni:

    Pertama, adalah sejarah kegempaan, yaitu tentang histori kegempaan yang pernah terjadi di daerah tersebut;

    Kedua, data pengamatan pola kegempaan saat ini. Pada dasarnya, daerah yang berpotensi mengalami gempa besar di masa depan cenderung memiliki aktivitas kegempaan yang tidak terlalu banyak saat ini;

    Ketiga, akumulasi regangan yang terjadi yang dapat diukur melalui pengamatan deformasi, termasuk pengamatan GPS yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan BRIN.

  • BMKG Sebut Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya

    BMKG Sebut Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Wilayah Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempa dan tsunami.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa dari 13 segmen tersebut, ada dua yang memiliki potensi risiko tertinggi.

    Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono sudah memberikan peringatan bahwa gempa dari 2 zona Megathrust tinggal menunggu waktu.

    Masing-masing adalah Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Pasalnya, 2 zona itu sudah lama tak mengalami gempa atau seismic gap, yakni berabad-abad. Biasanya, gempa besar memiliki siklus sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.

    Baru-baru ini, pada Rabu (7/5/2025), gempa berkekuatan M5,2 yang mengguncang wilayah Nias Barat dikaitkan dengan Megathrust Mentawai-Siberut.

    Daryono mengatakan, gempa di Nias Barat merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

    “Murni gempa berpusat di zona Megathrust Mentawai Siberut,” kata Daryono dalam keterangannya.

    Gempa Dahsyat Ancam Jawa Barat

    Terpisah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan perlu diwaspadai dampak Megathrust untuk selatan Jawa Barat yang memanjang hingga Selat Sunda.

    Para peneliti memperingatkan, energi yang terkunci di zona subduksi ini terus bertambah seiring waktu. Jika energi ini dilepaskan sekaligus, dampaknya bisa memicu gempa besar hingga magnitudo 8,7.

    Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan, pelepasan energi ini tidak hanya memicu guncangan kuat, tapi juga menggerakkan kolom air laut dan membentuk tsunami besar.

    Menurut hitungannya, jika Megathrust di wilayah Pangandaran pecah, gelombang tsunami setinggi 20 meter bisa terjadi dan menjalar ke berbagai wilayah, termasuk Banten, Lampung, bahkan sampai ke Jakarta.

    “Semua pesisir Banten akan terdampak, hanya saja tinggi tsunaminya berbeda-beda,” ujar Rahma kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

    Di kawasan pesisir Banten, tsunami diprediksi bisa mencapai ketinggian antara 4 hingga 8 meter. Sementara di pesisir Lampung, kata ia, seluruh wilayah yang menghadap Selat Sunda disebut akan terkena dampaknya.

    Untuk Jakarta, tsunami diperkirakan mencapai pesisir utara dengan ketinggian sekitar 1 hingga 1,8 meter. Namun, waktu kedatangannya lebih lambat dibanding daerah lain, tsunami baru diperkirakan tiba di Jakarta setelah 2,5 jam sejak gempa terjadi.

    “Kalau di selatan Jawa, tsunami sampai dalam waktu 40 menit, bahkan di Lebak hanya 18 menit. Tapi di Jakarta Utara, tsunami datang 2,5 jam setelah gempa,” jelas Rahma.

    BRIN pun mengajak masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap risiko Megathrust. Risiko Megathrust bukan hanya gempa dan tsunami, tapi juga kerusakan infrastruktur, gangguan layanan dasar, dampak sosial ekonomi, hingga korban jiwa.

    Kapan Megathrust Hantam RI?

    BMKG menyebut belum dapat memastikan kapan bencana alam besar tersebut akan terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya terus membicarakan isu ini agar masyarakat bersiap menghadapi efek dari megathrust di Indonesia.

    “Sebetulnya isu Megathrust itu bukan isu yang baru. Itu isu yg sudah sangat lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita, dikutip dari CNN Indonesia.

    “Jadi tujuannya ke sana; mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan,” imbuh dia.

    Dwikorita melanjutkan pihaknya sudah melakukan berbagai langkah antisipasi megathrust. Pertama, menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap ke zona-zona megathrust.

    “InaTEWS itu sengaja dipasang untuk menghadap ke arah megathrust. Aslinya tuh di BMKG hadir untuk menghadapi, memitigasi megathrust,” jelasnya.

    Kedua, edukasi masyarakat lokal dan internasional. Salah satu bentuk nyatanya adalah mendampingi pemerintah daerah (pemda) buat menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga shelter tsunami.

    Selain itu, bergabung dengan Indian Ocean Tsunami Information Center, yang juga berkantor di kompleks BMKG. Komunitas ini bertujuan buat mengedukasi 25 negara di Samudra Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami.

    “Kami edukasi publik bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemda sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang menyebabkan tsunami,” kata dia.

    Ketiga, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemda.

    “Sirine [peringatan tsunami] harusnya tanggung jawab pemerintah daerah, hibah dari BNPB, hibah dari BMKG, tapi pemeliharaan dari pemerintah daerah, kan otonomi daerah. Ternyata sirine selalu kita tes tanggal 26 [tiap bulan], kebanyakan bunyi tapi yang macet ada,” bongkarnya.

    Keempat, menyebarluaskan peringatan dini bencana. Menurut Dwi, jika masyarakat harus siap, berarti harus ada penyebarluasan informasi. “Kami dibantu Kominfo,” pungkasnya.

    Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, berikut daftar 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia:

    1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9

    2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4

    3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7

    4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7

    5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7

    6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5

    7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2

    8. Megathrust Nias-Simeulue dengan potensi gempa M8,7

    9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8

    10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9

    11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5

    12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2

    13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.

     

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa Banten magnitudo 7,4, berpotensi tsunami 

    Gempa Banten magnitudo 7,4, berpotensi tsunami 

    Sumber foto: Ilustrasi/elshinta.com.

    2 Agustus 2019: Gempa Banten magnitudo 7,4, berpotensi tsunami 
    Peristiwa   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Sabtu, 02 Agustus 2025 – 06:03 WIB

    Elshinta.com – Gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 7,4 mengguncang Banten dan sejumlah kota di Pulau Jawa, termasuk Jakarta, pada pukul 19.03 WIB, Jumat malam (2/8/2019). 

    BMKG mengumumkan pusat gempa tersebut berada di 147 km Barat Daya Sumur-Banten. Tempatnya pada koordinat 7.54 LS,104.58 BT. 

    Pusat gempa ini termasuk dangkal karena berada pada kedalaman 10 Kilometer. BMKG juga mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami setelah gempat kuat tersebut terjadi.

    BMKG mengeluarkan status peringatan “WASPADA” di 15 daerah berpotensi tsunami berdasarkan pemodelan, yakni Pandeglang Bagian Utara (Banten), Tanggamus Pulau Tabuan (Lampung), Sukabumi Ujung-Genteng (Jabar), Tanggamus Bagian TImur (Lampung), Lampung-Selatan Kep. Krakatau (Lampung). 

    Berikutnya, Lampung-Selatan Kep. Legundi (Lampung), Lampung-Barat Pesisir-Tengah (Lampung), Lampung-Barat Pesisir-Utara (Lampung), Bengkulu-Utara Pulau enggano (Bengkulu), Kaur (bengkulu), lampung-Selatan Kep. Sebuku (Lampung), Bengkulu-Selatan (Bengkulu), Serang Bagian Barat (Banten), dan Seluma (Bengkulu).

    Sumber : Elshinta.Com

  • Gempa M5,2 Guncang Teluk Tomini, Badan Geologi ESDM: Dipicu Subduksi Sangihe – Page 3

    Gempa M5,2 Guncang Teluk Tomini, Badan Geologi ESDM: Dipicu Subduksi Sangihe – Page 3

    Jika Anda berada dalam situasi guncangan akibat gempa, berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi:

     

    Sebelum Terjadi Gempa:  

    – Untuk memastikan keamanan tempat tinggal Anda, pastikan bahwa struktur dan letak rumah dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Lakukan evaluasi dan renovasi ulang terhadap struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempa bumi.

    – Penting untuk mengenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.

    – Mempelajari manfaat P3K dan alat pemadam kebakaran.

    – Pastikan selalu menyiapkan nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempa bumi.

    – Atur perabotan di rumah Anda agar menempel kuat pada dinding. Hal itu disarankan agar benda tersebut tak mudah jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi.

    – Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempa terjadi

    – Untuk barang yang mudah terbakar, sebaiknya disimpan pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.

    – Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

    – Pastikan Anda selalu siap dengan alat-alat penting seperti Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

     

    Saat Terjadi Gempa:

    – Ketika Anda merasakan gempa dan sedang berada dalam bangunan, lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan. Jika memungkinkan, lari ke luar gedung untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman.

    – Jika berada di luar bangunan atau area terbuka, hindari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, dan pohon. Perhatikan juga tempat Anda berdiri, hindari apabila terjadi rekahan tanah.

    – Jika gempa terjadi ketika Anda sedang mengendarai mobil, segera keluar, turun dan menjauh dari mobil. Hindari juga kendaraan Anda jika terjadi pergeseran atau kebakaran.

    – Jika gempa terjadi ketika Anda berada di area pantai, jauhi pantai dan cari medan yang tinggi untuk menghindari bahaya tsunami.

    – Jika Anda tinggal di daerah pegunungan, apabila terjadi gempa bumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

     

    Setelah Terjadi Gempa:

    – Jika gempa terjadi ketika Anda berada di dalam bangunan, keluar dari bangunan tersebut dengan tertib. Tidak disarankan untuk keluar melalui tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K, telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau orang disekitar Anda.

    – Setelah terjadi gempa, segera periksa lingkungan sekitar Anda. Pastikan tidak terjadi kebakaran. Selain itu, disarankan juga untuk memeriksa aliran dan pipa air, untuk menghindari hal-hal yang membahayakan.

    – Hindari bangunan yang sudah terkena gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.

    – Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, guna menghindari bahaya susulan.

    – Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari radio untuk mencari informasi apabila terjadi gempa susulan. Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak diketahui jelas sumbernya.

    – Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi. 

    – Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.  

  • Cerita Mahasiswa Asal Bogor di Jepang, Kondisi Hokkaido dan Tokyo Saat Gempa Rusia Picu Tsunami

    Cerita Mahasiswa Asal Bogor di Jepang, Kondisi Hokkaido dan Tokyo Saat Gempa Rusia Picu Tsunami

    Sebagai ketua PPI Jepang, Gandhi menjelaskan bahwa koordinasi antaranggota berjalan dengan sangat cepat. Melalui grup komunikasi untuk 45 ketua kampus anggota, informasi dan arahan dapat disampaikan secara instan kepada 7.314 mahasiswa Indonesia yang tersebar di Jepang.

    “Kami juga berkoordinasi dengan KBRI dan KJRI untuk memantau kondisi seluruh mahasiswa,” ujarnya.

    Gandhi menyoroti sistem mitigasi bencana di Jepang yang sangat canggih. Ia menjelaskan, jika kekuatan gempa di atas 5 skala richter, tiga detik sebelumnya HP akan berbunyi.

    “HP kita akan berbunyi sebagai peringatan, bahkan walau tidak pakai kartu SIM,” tambahnya.

    Menurutnya, ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi dan kedisiplinan bisa berjalan beriringan.

    Ia menilai kesiapan masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana sangat tinggi. Hal ini karena sejak kecil mereka sudah diajarkan untuk tertib dan tanggap terhadap arahan pemerintah.

    Selain itu, Gandhi juga menyebutkan bahwa bangunan di Jepang sudah dirancang untuk tahan gempa, menambah keyakinan warga terhadap keselamatan.

  • Dasar Ilmiah Nabi Musa Membelah Laut Merah Diungkap Ilmuwan

    Dasar Ilmiah Nabi Musa Membelah Laut Merah Diungkap Ilmuwan

    Jakarta

    Bagi umat beragama Islam, Kristen, dan Yahudi, pasti meyakini bahwa Nabi Musa telah membelah Laut Merah atas izin Tuhan. Penelitian terbaru pun menunjukkan dasar ilmiah untuk kepercayaan keagamaan tersebut.

    Al Qur’an dan Alkitab mengisahkan bahwa Musa, seorang nabi utusan Allah SWT, membelah perairan terdalam di Laut Merah untuk membuka jalan bagi bangsa Israel melarikan diri dari Fir’aun Mesir yang menindas. Setelah itu, pasukan Fir’aun langsung tersapu oleh gelombang yang datang.

    Nah, menurut para ahli di National Center for Atmospheric Research, untuk mencapai hal ini diperlukan angin yang bertiup pada kecepatan dan sudut yang tepat. Dengan demikian, angin tersebut dapat membuka sebuah saluran dan menutup kembali dengan kekuatan tsunami.

    “Penyeberangan Laut Merah adalah fenomena supranatural yang mengandung komponen alamiah, keajaibannya terletak pada waktu yang tepat,” kata ahli kelautan Carl Drews dikutip dari Daily Mail, Jumat (1/8/2025).

    Dari model komputer, diperkirakan fenomena seperti itu membutuhkan angin berkecepatan lebih dari 96 km per jam untuk menghantam air pada sudut tertentu, sehingga dapat membuka terowongan air selebar 4 km.

    “Ketika angin kencang bertiup ke arah selatan dari hulu Teluk selama sekitar satu hari, air akan terdorong ke arah laut, sehingga dasar yang sebelumnya terendam air akan tersingkap,” kata Nathan Paldor, ilmuwan kelautan dari Hebrew University of Jerusalem.

    Citra Google Earth Laut Merah, terletak di antara Mesir dan Jazirah Arab. Foto: Google Earth

    Kisah Nabi Musa membelah Laut Merah konon terjadi di Teluk Aqaba. Teluk ini memisahkan Semenanjung Sinai di Mesir dari Arab Saudi dan selatan Yordania. Bagian Laut Merah tersebut merupakan salah satu yang terdalam dengan kedalaman maksimum 1.800 meter.

    Akan tetapi, penelitian geologi membantah pernyataan ini karena angin badai sebesar apa pun tidak akan dapat membantu orang menyeberangi Teluk Aqaba yang berbahaya. Cerita itu juga menyatakan bahwa angin yang memecah laut itu datang dari timur, sedangkan perhitungan ilmiah menunjukkan angin itu pasti datang dari barat daya.

    Sebaliknya, para arkeolog telah mengajukan hipotesis lokasi alternatif untuk peristiwa cuaca ekstrem yang dapat membuka jalan bagi mukjizat Musa.

    Teluk Suez hanya memiliki kedalaman hingga 30 meter dengan dasar yang relatif datar. Dapat terjadi peristiwa ini apabila ada pasang surut yang kuat di bagian ini.

    Ilmuwan menganalisis kemungkinan angin yang mendorong perairan Teluk Suez kembali ke laut, dengan ilustrasi punggungan bawah air. Foto: Doron Norf dan Nathan Paldor

    Bruce Parker, mantan kepala ilmuwan di National Oceanic and Atmospheric Administration, meyakini Musa menggunakan pengetahuannya tentang pasang surut untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.

    “Musa hidup di alam liar di dekat situ pada masa kecilnya, dan dia tahu di mana kafilah menyeberangi Laut Merah saat air surut,” tulis Park untuk The Wall Street Journal pada 2014.

    “Dia tahu langit malam dan metode kuno untuk memprediksi pasang surut, berdasarkan posisi Bulan di atas kepala dan seberapa penuh Bulan itu,” jelasnya.

    Namun, teori Suez tidak dapat mendukung klaim Book of Exodus (Kitab Keluaran atau kitab kedua dalam Alkitab Perjanjian Lama) bahwa angin timur bertiup membelah laut.

    Sementara itu, dalam laporan yang diterbitkan di PLOS One, Drews mengusulkan Danau Tannis di Delta Nil sebagai lokasi paling memungkinkan untuk peristiwa tersebut. Sesuai dengan terjemahan alternatif Alkitab Ibrani yang merujuk pada lautan ‘alang-alang’ yang tumbuh rapat di perairan payau tersebut, bukan ‘Laut Merah’.

    “Pemodelan samudra, dan sebuah laporan dari 1882, menunjukkan bahwa angin kencang di atas delta Nil bagian timur akan menerbangkan air setinggi dua meter, sehingga daratan yang kering tersingkap untuk sementara waktu berkat struktur unik danau tersebut yang menyediakan ‘mekanisme hidrolik untuk membagi air’,” kata peneliti samudra tersebut.

    Meskipun teori ilmiahnya masuk akal, Drews mengakui bahwa sebagai penganut Kristen, imannya membuatnya percaya bahwa kisah itu tetaplah ajaib.

    “Secara pribadi, saya seorang Lutheran yang selalu memahami bahwa iman dan sains dapat dan harus selaras. Adalah wajar dan tepat bagi seorang ilmuwan untuk mempelajari komponen alami dari narasi ini,” tutupnya.

    (ask/fay)

  • Belajar dari Jepang yang Sudah Siap Saat Ada Ancaman Tsunami

    Belajar dari Jepang yang Sudah Siap Saat Ada Ancaman Tsunami

    Seiring berjalannya waktu, ombak yang semakin besar menghantam kawasan pesisir pantai di Jepang.

    Penduduk di pulau utara Hokkaido dan pulau utama Honshu tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu bahaya berlalu.

    Gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter menghasilkan gelombang tsunami dahsyat setinggi lebih dari 3 meter, menghantam Semenanjung Kamchatka yang terpencil di Rusia.

    Bangunan-bangunan rusak dan sebuah taman kanak-kanak runtuh, tapi tak ada korban dengan luka parah.

    Di Jepang, pihak berwenang sudah mempersiapkan dengan baik saat ada ancaman tsunami.

    Gelombang dari ombak pertama jauh lebih kecil dari prediksi, hanya 30 sentimeter.

    Namun Jepang, yang sangat memahami ilmu tsunami, tahu kalau ombak tersebut bukan gambaran sebenarnya.

    Perintah evakuasi yang mencakup sekitar 2 juta penduduk tetap diberlakukan.

    Siang hari, gelombang tsunami sudah mencapai lebih dari satu meter.

    Fumihiko Imamura, pakar tsunami dari lembaga International Research Institute of Disaster Science, menjelaskan gelombang tsunami pertama sering kali bukan yang terbesar, sehingga situasi seperti yang terjadi pada hari Rabu menjadi sulit diprediksi.

    “Gelombang pertama diikuti oleh gelombang kedua,” ujarnya.

    “Gelombang-gelombang berikutnya menjadi lebih besar dan kuat. Ada beberapa kasus di mana gelombang terbesar tiba setengah hari kemudian.”

    Gelombang tsunami juga tidak seperti gelombang ombak biasa.

    Biasanya gelombang tsunami lebih besar, dengan kekuatan yang luar biasa, dan setiap siklusnya dapat berlangsung selama satu jam.

    ‘Evakuasi sekarang!’

    Gempa berkekuatan 8,8 skala Richter terjadi pada kedalaman yang relatif dangkal, di bawah 20 kilometer.

    Pelepasan energi yang sangat besar tiba-tiba menggerakkan air dan menghasilkan gelombang tsunami.

    Di Jepang, suara sirene tsunami yang begitu jelas memberikan peringatan pertama kepada penduduk akan adanya potensi bahaya.

    Kota-kota di Jepang sudah mempersiapkan diri dari ancaman gempa dan tsunami, dengan menerapkan langkah-langkah penanggulangan yang direncanakan dengan baik, dengan penuh keyakinan.

    Pabrik-pabrik, semua bandara, gedung-gedung perkantoran, dan bahkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang terdampak langsung ditutup.

    Saat air pasang, warga menggunakan atap atau puncak bukit sebagai alat dan tempat berlindung.

    “Jangan terus-terusan menatap layar” seorang reporter dari kantor berita NHK di televisi.

    “Evakuasi sekarang!”

    Badan Meteorologi Jepang memperingatkan tsunami dapat terus melanda selama satu hari atau lebih.

    Masalahnya, gelombang tsunami memantul dari daratan dan bertabrakan dengan gelombang tsunami lainnya.

    Lautnya bergolak dan membesar.

    “Gelombang tsunami yang memantul dari berbagai tempat semuanya saling tumpang tindih,” jelas Profesor Fumihiko.

    “Gelombang-gelombang selanjutnya akan semakin kuat. Sayangnya, hal ini sulit diprediksi.”

    Gempa bumi di Semenanjung Kamchatka, Rusia, adalah gempa bumi terbesar keenam yang pernah tercatat.

    Pada tahun 1952, gempa bumi dengan kekuatan lebih besar pernah melanda wilayah yang sama.

    Tsunami terbesar membutuhkan waktu sembilan jam untuk mencapai Jepang.

    Lebih baik aman daripada menyesal

    Jepang terletak di atas empat lempeng tektonik, menjadikannya sebagai salah satu negara dengan aktivitas seismik tertinggi.

    Persiapan menghadapi gempa dan tsunami sudah dilakukan dengan baik.

    Bangunan dan gedung-gedung dirancang untuk bisa bertahan dari gempa bumi dahsyat, sementara benteng beton di sepanjang garis pantai melindungi kota-kota dari tsunami.

    Kemarin, warga di pusat-pusat evakuasi terlihat gelisah, tapi situasi relatif tenang.

    “Pendidikan pencegahan bencana sudah dilakukan di sekolah-sekolah, dan latihan evakuasi sering dilakukan di kalangan masyarakat,” kata Profesor Fumihiko.

    “Ini termasuk belajar ke mana harus mengungsi dan bagaimana bekerja sama dengan orang lain.”

    Upaya pemulihan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima, yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami Tohoku 2011, segera ditunda.

    Operator pembangkit listrik, TEPCO, segera mengonfirmasi kalau tidak ada masalah keselamatan, tetapi mereka mengambil langkah-langkah pencegahan.

    Di Jepang, mereka memilih untuk mencegah ketimbang mengobati.

    Menjelang malam, status peringatan tsunami di beberapa wilayah di Pulau Honshu diturunkan ke status waspada, sementara peringatan tetap berlaku untuk wilayah lain yang menghadap Samudra Pasifik.

    Warga yang terluka atau kehilangan nyawa bukan disebabkan oleh tsunami, melainkan saat mencoba mengevakuasi.

    Seorang perempuan dilaporkan tewas setelah ia jatuh dari tebing saat mencoba mencapai zona evakuasi.

    Diproduksi oleh Erwin Renaldi dari laporan dalam bahasa Inggris

  • Kenapa Gempa Besar di Rusia Tidak Picu Tsunami Dahsyat?

    Kenapa Gempa Besar di Rusia Tidak Picu Tsunami Dahsyat?

    Jakarta

    Ketika gempa bumi dengan magnitudo 8,7 mengguncang perairan Semenanjung Kamchatka di Rusia, sekitar pukul 11.25 waktu setempat pada Rabu (30/07), jutaan penduduk pesisir di seluruh kawasan Samudra Pasifik dilanda kerisauan tsunami dahsyat akan menerjang.

    Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Ingatan kolektif gempa besar yang memicu tsunami dahsyat di Aceh pada 26 Desember 2004 serta di Jepang pada 11 Maret 2011 begitu membekas.

    Namun, tsunami yang terjadi akibat gempa di Rusia tidak terlalu parah, meskipun menimbulkan beberapa kerusakan.

    Lalu, mengapa tsunami tersebut tidak seburuk seperti yang dikhawatirkan sebelumnya?

    Apa yang menyebabkan gempa bumi besar?

    Lapisan atas Bumi terbagi menjadi beberapa bagianatau disebut lempeng tektonik. Semua lempeng ini bergerak secara independen dan berinteraksi satu sama lain.

    “Cincin Api Pasifik”tempat Semenanjung Kamchatka beradaadalah lokasi lempeng-lempeng tektonik bertabrakan dan saling menimpa sehingga menyebabkan gempa bumi dan letusan gunung berapi.

    Bahkan, sebanyak 80% gempa bumi di dunia terjadi di sepanjang cincin tersebut, menurut British Geological Survey.

    Di sana, lempeng tektonik Pasifik bersentuhan dengan lempeng lain yang lebih kecilyang disebut lempeng mikro Okhotsk.

    Lempeng Pasifik merupakan lempeng samudra. Artinya, lempeng ini terdiri dari bebatuan yang padat dan ingin tenggelam di bawah lempeng mikro yang tidak terlalu padat.

    Saat lempeng Pasifik tenggelam ke arah pusat Bumi, lempeng tersebut memanas dan mulai meleleh sampai menghilang.

    Namun, proses ini tidak selalu mulus. Seringkali lempeng bisa tersangkut saat bergerak melewati satu sama lain. Lempeng yang berada di atas bisa juga terseret ke bawah.

    BBC

    Gesekan ini dapat berlangsung selama ribuan tahun, tetapi kemudian dapat tiba-tiba dilepaskan hanya dalam beberapa menit.

    Proses ini dikenal sebagai gempa bumi megathrust.

    “Ketika kita berpikir tentang gempa bumi, kita biasanya membayangkan pusat gempa sebagai sebuah titik kecil di peta. Namun, untuk gempa bumi yang begitu besar, patahannya akan pecah dalam jarak ratusan kilometer,” jelas Dr Stephen Hicks, dosen seismologi lingkungan di University College London.

    “Jumlah selip dan luas area patahan inilah yang menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo tinggi,” tambahnya.

    Gempa bumi terbesar dan tercatat dalam sejarah, yang mencakup gempa di Chile, Alaska, dan Sumatra, semuanya merupakan gempa bumi megathrust.

    BBC

    Semenanjung Kamchatka rentan mengalami gempa besar.

    Faktanya, gempa berkekuatan 9,0 SR pada 1952 terjadi kurang dari 30 km dari gempa pada 30 Juli, demikian ungkap Lembaga Survei Geologi AS.

    Mengapa gempa 30 Juli tidak menimbulkan tsunami dahsyat?

    Pergerakan lempeng tektonik secara tiba-tiba dapat memindahkan air laut di atas lempeng. Air laut tersebut kemudian dapat bergerak ke garis pantai. Inilah yang disebut sebagai tsunami.

    Di lautan dalam, tsunami dapat bergerak dengan kecepatan lebih dari 800 km/jam, hampir sama dengan kecepatan pesawat penumpang.

    Di lautan dalam, jarak antar ombak sangat panjang dan ombaknya tidak terlalu tinggijarang yang tercatat lebih dari satu meter.

    Namun, ketika tsunami memasuki perairan dangkal di dekat daratan, kecepatannya melambat sekitar 32-48 km/jam.

    Jarak antara ombak kemudian memendek dan ombak bertambah tinggi sehingga dapat menciptakan tembok air di dekat pantai.

    Meski demikian, tidak ada jaminan bahwa gempa bumi yang sangat kuat akan menyebabkan tsunami sangat tinggi yang menjangkau jauh ke daratan.

    Gempa di Semenanjung Kamchatka pada 30 Juli memicu gelombang tsunami setinggi empat meter di beberapa bagian Rusia timur, menurut pihak berwenang Rusia.

    Namun, ombak tersebut tidak setinggi ombak di Aceh pada 2004 dan di Jepang pada 2011 yang mencapai puluhan meter.

    “Ketinggian gelombang tsunami juga dipengaruhi oleh bentuk dasar laut di dekat pantai dan [bentuk] daratan tempat gelombang tsunami tiba,” kata Prof Lisa McNeill, profesor bidang tektonik di University of Southampton.

    “Faktor-faktor ini, ditambah faktor kepadatan penduduk di pesisir pantai, mempengaruhi seberapa serius dampak yang ditimbulkan,” tambahnya.

    Philip FONG/AFP/Getty ImagesLebih dari 1,9 juta penduduk Jepang diperintahkan mengungsi ke tempat lebih tinggi setelah gempa terjadi.

    Laporan awal dari Lembaga Survei Geologi AS menyebutkan gempa berpusat pada kedalaman yang cukup sempit, sekitar 20,7 km di bawah permukaan bumi.

    Hal ini dapat menyebabkan pergeseran dasar laut yang lebih besar dan gelombang tsunami yang lebih besar. Namun, sulit untuk mengetahui dengan pasti begitu cepat setelah kejadian.

    “Salah satu kemungkinannya adalah bahwa permodelan tsunami [yang dibuat lembaga survei dan badan geofisika] mengambil perkiraan kedalaman gempa yang konservatif,” kata Dr Hicks kepada BBC News.

    Jika permodelan dibuat dengan menggeser gempa bumi 20 kilometer lebih dalam, sambungnya, kedahsyatan gelombang tsunami bisa berkurang secara signifikan.

    Sistem peringatan dini yang lebih baik

    Aspek penting lainnya adalah pengembangan sistem peringatan dini.

    Karena banyaknya kejadian gempa bumi di wilayah Pasifik, banyak negara memiliki pusat tsunami. Lembaga-lembaga tersebut mengirimkan peringatan agar penduduk mengungsi.

    Tidak ada sistem seperti itu ketika tsunami 2004 terjadi sehingga banyak orang tidak punya waktu yag cukup untuk mengungsi.

    Lebih dari 230.000 orang meninggal dunia di 14 negara di Samudra Hindia, termasuk di Aceh, Indonesia.

    Sistem peringatan dini sangat penting karena keterbatasan kemampuan para ilmuwan untuk memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi.

    Lembaga Survei Geologi AS mencatat gempa berkekuatan 7,4 SR di wilayah yang sama 10 hari sebelumnya.

    Mungkin itu gempa awal, tapi itu bukan alat prediksi gempa bumi di masa depan, jelas Prof McNeill.

    “Meskipun kita dapat menggunakan GPS untuk mengetahui seberapa cepat lempeng bergerak, pergerakan lempeng saat ini, dan kapan gempa bumi sebelumnya terjadi, kita hanya dapat menggunakan informasi tersebut untuk membuat prakiraan kemungkinan terjadinya gempa bumi,” katanya.

    Lembaga Survei Geofisika di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (GS RAS) akan terus memantau wilayah Kamchatka guna mengantisipasi gempa susulan yang mungkin akan terus berlanjut hingga satu bulan ke depan.

    (ita/ita)

  • Tsunami Pascagempa M8,7 Kamchatka Tidak Timbulkan Korban Jiwa di Indonesia

    Tsunami Pascagempa M8,7 Kamchatka Tidak Timbulkan Korban Jiwa di Indonesia

    JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini tsunami akibat gempa bumi bermagnitudo 8,7 yang terjadi di pesisir timur Kamchatka, Rusia, pada Rabu 30 Juli, telah berakhir pada pukul 22.42 WIB.

    Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka-luka di wilayah Indonesia, meskipun gelombang tsunami minor terdeteksi di sembilan titik pesisir.

    Kondisi ini menegaskan bahwa sistem peringatan dini dan respons cepat masyarakat mampu mengurangi risiko jatuhnya korban.

    Sejumlah wilayah terdampak meliputi dua titik di Jayapura dan Papua Barat serta masing-masing satu titik di Halmahera Tengah, Papua, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Gorontalo. Sebagai tindakan preventif, sekitar 100 orang sempat mengungsi ke Pangkalan TNI Angkatan Laut di Gorontalo.

    Di titik lain, masyarakat melakukan evakuasi mandiri ke lokasi yang lebih aman tanpa insiden berarti.

    “Tidak adanya korban jiwa menjadi kabar baik, namun ini juga menjadi pengingat agar kewaspadaan tetap dijaga,” ujar Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB. Ia menambahkan, keberhasilan kali ini tidak boleh membuat lengah, karena ancaman serupa dapat terjadi kapan saja.

    BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk terus meninjau kesiapan jalur evakuasi, fasilitas pengungsian, dan sistem peringatan dini, guna memastikan perlindungan maksimal bagi masyarakat saat terjadi bencana.

    Latihan kesiapsiagaan dan edukasi publik juga penting dilakukan untuk mempertahankan ketahanan masyarakat terhadap ancaman gempa dan tsunami.