Topik: Tsunami

  • Perjalanan Sri Mulyani Kawal Kebijakan Fiskal SBY, Jokowi, hingga Prabowo

    Perjalanan Sri Mulyani Kawal Kebijakan Fiskal SBY, Jokowi, hingga Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA — Sri Mulyani Indrawati akhirnya menyelesaikan jabatan sebagai Menteri Keuangan (Menkeu). Dia resmi digeser dari posisi yang dipegangnya secara berturut-turut sejak Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2016.

    Sejatinya ekonom senior perempuan lulusan Indonesia hingga Amerika Serikat (AS) itu sudah mengemban tugas sebagai Menkeu pada tiga rezim presiden dan lima kabinet. Perempuan akrab disapa Ani itu pertama kali mengemban amanah sebagai Menkeu pada 2005 atau Kabinet Indonesia Bersatu pada pemerintahan periode pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

    Saat itu, dia menggantikan Jusuf Anwar. Sebelumnya, dia lebih dulu dilantik sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 

    Sri Mulyani lalu melanjutkan kiprahnya sebagai Bendahara Negara pada 2009 ketika SBY kembali menjadi presiden untuk memimpin Kabinet Indonesia Bersatu II. Namun, jabatan itu tidak lama dipegangnya. Umur jabatan itu hanya sampai pertengahan 2010 ketika akhirnya dia memilih untuk mengambil pekerjaan sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. 

    Jabatan Menkeu lalu diduduki oleh tiga orang ekonom pria, yaitu Agus Martowardojo dan Chatib Basri pada sisa periode pemerintahan SBY, kemudian Bambang Brodjonegoro. Bambang menjadi Menkeu pertama yang ditunjuk Presiden Jokowi pada 2014.

    Namun, hanya sampai sekitar 2016, jabatan Menkeu kembali ke pangkuan Sri Mulyani. Jokowi memanggilnya untuk kembali ke Indonesia dan menjadi Bendahara Negara pada sisa periode Kabinet Kerja yakni 2016-2019, kemudian lanjut ke Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. 

    Isu terkait dengan rencana mundurnya Sri Mulyani dari jabatan itu mulai berembus di akhir pemerintahan Jokowi. Isu penyaluran bantuan sosial (bansos) besar-besaran di era Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 turut menyeretnya. 

    Bahkan, pada April 2024, dia dan tiga orang lainnya termasuk Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dihadirkan pada sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU), yang mana akhirnya pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming secara berkekuatan hukum tetap dinyatakan memenangkan kontestasi. 

    Akan tetapi, pada akhirnya dia tetap menuntaskan jabatannya sebagai Menkeu dalam satu periode penuh. Apabila ditarik mundur, baru pada Kabinet Indonesia Maju Sri Mulyani tuntas menjabat Menkeu dari awal sampai akhir periode. 

    “Hari ini adalah titik di mana saya mengakhiri tugas, dari kabinet di bawah pimpinan Pak Jokowi dan wakil Ma’ruf Amin,” lanjutnya dengan suara bergetar saat membacakan ucapan perpisahan di DPR ketika pengesahan APBN 2025, September 2024 lalu. 

    Saat hampir diyakini tak akan melanjutkan jabatannya, Sri Mulyani ternyata menjadi salah satu tokoh yang dipanggil Prabowo, saat itu masih Presiden Terpilih, ke Kertanegara IV untuk ditawarkan menjadi Menkeu yakni 14 Oktober 2024. 

    Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani saat melayat ke rumah duka Kwik Kian Gie, di RSPAD Jakarta, Selasa (29/7/2025)/BISNIS-Annisa Nurul Amara

    Enam hari setelahnya, Sri Mulyani diumumkan sebagai Menkeu Kabinet Merah Putih pada malam hari setelah Prabowo mengucapkan sumpah jabatan di DPR pada 20 Oktober 2024. Dia kemudian kembali dilantik memimpin Kemenkeu pada 21 Oktober 2024. 

    Seperti halnya periode jabatannya di Kabinet Indonesia Bersatu II, posisi itu tak lama dipegang oleh Sri Mulyani. Dia akhirnya digeser oleh Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa, rekannya di Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). 

    Tantangan Ekonomi

    Selama di pemerintahan, Sri Mulyani pernah juga memegang jabatan sebagai Menteri PPN/Kepala Bappenas, Plt. Menko Perekonomian serta Ketua KSSK. 

    Doktor lulusan AS itu turut menghadapi berbagai tantangan perekonomian, utamanya krisis akibat bencana alam. Saat menjadi menteri, dia ikut menangani bencana alam yakni tsunami di Aceh 2004 (sebagai Menteri PPN/Bappenas), gempa Yogyakarta 2006 hingga likuifaksi di Palu pada 2018. 

    Bencana terbesar yang pernah dihadapinya sebagai Menkeu adalah pandemi Covid-19. Tingkat penyebaran dan kematian akibat virus tersebut utamanya tinggi pada 2020, dan lanjut saat merebaknya virus Corona varian Delta pada 2021. 

    Hal itu turut berdampak pada pengelolaan fiskal. Dampak terdalam adalah pada tahun pertama pagebluk yakni 2020. Dengan melonjaknya kebutuhan belanja pemerintah untuk penanggulangan pandemi, pemerintah memutuskan untuk melakukan kebijakan fiskal ekspansif dan menetapkan defisit APBN 2020 melampaui batas UU yakni 3% terhadap PDB. 

    Realisasinya, pada 2020 APBN mengalami defisit sampai 6,09% terhadap PDB. Belanja diutamakan untuk penanganan Covid-19, bansos hingga pemulihan ekonomi nasional. 

    Pada saat itu juga Sri Mulyani atas restu Presiden Jokowi menggaet Bank Indonesia (BI) untuk bersama-sama menanggung beban biaya fiskal atau burden sharing. Bank sentral saat itu berperan untuk membeli SBN pemerintah pada pasar primer. Kebijakan itu pun dilanjutkan setidaknya melalui pasar sekunder sampai dengan pemerintahan Prabowo saat ini. 

    Defisit pun menyusut menjadi 4,65% terhadap PDB pada 2021. Setelahnya, sampai dengan outlook 2025 sebesar 2,78%, defisit kini terjaga pada level di bawah 3% PDB.  

    Perempuan yang pernah menjabat di Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (IMF) itu juga pernah menghadapi krisis keuangan global pada 2008, yang dipicu oleh subprime mortgage crisis di AS. 

    Kenaikan Pajak

    Kendati kerap menorehkan prestasi dan pengakuan di level internasional, kebijakan-kebijakan Sri Mulyani tak selalu disambut positif. Beberapa yang disambut positif yakni saat program pengampunan pajak atau tax amnesty pada periode pertama dan kedua pemerintahan Jokowi. 

    Tax amnesty ditujukan untuk mengincar pajak konglomerat yang memiliki tunggakan besar. Kebijakan itu lalu dilanjutkan kedua kalinya usai pandemi melandai yakni 2022, dengan Program Pengungkapan Sukarela (PPS). Hal itu berbarengan dengan pengesahan Undang-Undang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). 

    Spanduk iklan program pengampunan pajak atau tax amnesty pada 2016. / dok. Kominfo

    Namun demikian, dalam catatan Bisnis, realisasinya masih jauh panggang dari api. Dari tingkat partisipasi, wajib pajak (WP) yang ikut tax amnesty jilid pertama hanya kurang dari 1 juta WP. Jumlah tersebut hanya 2,4% dari wajib pajak yang terdaftar pada tahun 2017 yakni pada angka 39,1 juta. 

    Sementara itu untuk uang tebusan, dengan realisasi Rp114,5 triliun jumlah tersebut masih di luar ekspektasi pemerintah yang sebelumnya berada pada angka Rp165 triliun. Realisasi repatriasi juga sama, dari janji yang dalam pembahasan di DPR sebesar Rp1.000 triliun, otoritas pajak ternyata hanya bisa merealisasikan sebesar Rp146,7 triliun.

    Kenaikan pajak pun turut membayangi kiprah Sri Mulyani sebagai pemegang kuasa otoritas fiskal. Pada 2023, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) resmi dikerek dari 10% menjadi 11%. Kenaikan itu awalnya ingin dilanjutkan menjadi 12% pada awal 2025, tetapi batal usai masyarakat ramai-ramai menolaknya. 

    Pemerintah kemudian mengakalinya dengan menerapkan tarif PPN 12% hanya pada barang terkategorikan mewah atau dalam daftar kena Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). 

    Tidak hanya pajak yang dipungut oleh pusat, kenaikan pajak di daerah juga terjadi utamanya Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan (PPB-P2) oleh pemda.

    Dalam catatan Kemendagri, penaikan tarif PBB-P2 adalah cara pemda untuk mengerek pendapatan asli daerah (PAD), yang wewenangnya diatur dalam Undang-Undang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah (UU HKPD). UU itu juga menjadi warisan Sri Mulyani yang disahkan pada 2022 lalu 

    Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyebut ada lima daerah yang menerapkan kebijakan kenaikan PBB-P2 pada 2025, di antaranya Pati dan Jepara yang kini sudah dibatalkan. Namun, dia juga mengungkap ada 15 pemda lain yang mengerek tarif PBB-P2 di atas 100% kendati pada periode 2022-2024, atau sebelum kebijakan efisiensi. 

    “Artinya tidak ada hubungannya, 15 daerah, tidak ada hubungannya dengan efisiensi yang terjadi di tahun 2024. Nah jadi sekali lagi inilah inisiatif baru dari teman-teman daerah, hanya lima daerah yang melakukan kenaikan NJOP dan PBB di tahun 2025. Yang lainnya 2022-2024,” terang Tito di kantor Ditjen Pajak Kemenkeu, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

    Kenaikan pajak ini pun menjadi salah satu hal yang disoroti publik terhadap Sri Mulyani belakangan ini. Ditambah lagi dengan kejadian penjarahan di rumahnya di Bintaro, Tangerang Selatan, 31 Agustus dini hari lalu, hal itu semakin memicu berembusnya kabar Sri Mulyani ingin mengundurkan diri dari jabatannya. 

    Tanggapan Ahli

    Para ekonom maupun analis memberikan respons beragam. Center of Law and Economic Studies (Celios) blak-blakan menyebut berita penggantian kursi Menkeu dari Sri Mulyani adalah berita positif bagi ekonomi. 

    “Tuntutan untuk mengganti Sri Mulyani sudah lama diserukan oleh berbagai organisasi think tank dan masyarakat sipil sebagai bentuk kritik atas ketidakmampuan Menteri Keuangan dalam mendorong kebijakan pajak yang berkeadilan, pengelolaan belanja yang hati-hati, dan naiknya beban utang yang kian mempersempit ruang fiskal,” terang Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, Senin (9/9/2025). 

    Sementara itu, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Fadhil Hasan memandang bahwa figur Sri Mulyani selama ini diakui dan dipercaya terutama oleh dunia usaha dan lembaga internasional sebagai pejabat yang berhasil menjaga kebijakan fiskal secara stabil, prudent, dan sustainable. 

    Dengan demikian, terangnya, Indonesia masih merupakan salah satu dari negara yang dipercaya mengelola ekonominya dengan baik dan masih menarik untuk investasi. 

    “Walau dalam beberapa tahun terakhir terutama di masa kedua Jokowi banyak melakukan akomodasi terhadap keinginan Presiden sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya utang publik dan menurunnya kredibilitas kebijakan fiskal sendiri,” paparnya. 

  • Catat Waktunya! Purworejo Berkesempatan Saksikan Fenomena Langka Gerhana Bulan Total
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 September 2025

    Catat Waktunya! Purworejo Berkesempatan Saksikan Fenomena Langka Gerhana Bulan Total Regional 7 September 2025

    Catat Waktunya! Purworejo Berkesempatan Saksikan Fenomena Langka Gerhana Bulan Total
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com
    – Masyarakat Purworejo akan memiliki kesempatan langka menyaksikan gerhana bulan total (GBT) atau yang dikenal dengan sebutan blood moon pada Minggu (7/9/2025) malam hingga Senin (8/9/2025) dini hari.
    Peristiwa astronomi ini diperkirakan akan berlangsung dari pukul 22.26 WIB hingga 04.56 WIB, dengan puncak gerhana diperkirakan terjadi sekitar pukul 01.11 WIB.
    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purworejo, Wasit Diono, memberikan imbauan agar masyarakat dapat menikmati fenomena ini dengan aman dan tenang.
    Ia menegaskan bahwa Gerhana Bulan Total berbeda dengan Gerhana Matahari, sehingga masyarakat tidak memerlukan alat pelindung khusus untuk mengamati peristiwa ini, yang aman dilihat dengan mata telanjang.
    “Bulan akan tampak berwarna kemerahan akibat hamburan cahaya di atmosfer Bumi. Warna merah ini muncul karena cahaya biru tersaring, sehingga hanya cahaya merah yang sampai ke permukaan Bulan,” ujar Wasit dalam keterangan resminya pada Minggu (7/9/2025).
    Selain keindahan visualnya, momen ini juga dianggap sebagai kesempatan untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap ilmu pengetahuan.
    Anak-anak dan pelajar dapat diajak untuk mengamati langit malam, mengenal fenomena astronomi, serta memahami dasar-dasar sains mengenai cahaya dan atmosfer.
    Menanggapi kekhawatiran sebagian masyarakat, BPBD menegaskan bahwa secara ilmiah, gerhana bulan tidak menimbulkan dampak geologis maupun bencana.
    “Tidak ada kaitan langsung antara fenomena ini dengan gempa bumi, tsunami, atau letusan gunung berapi,” tegas Wasit.
    Namun, BPBD mengingatkan bahwa ada kemungkinan kecil terjadinya kenaikan pasang air laut atau banjir rob, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa.
    Tarikan gravitasi Bulan saat gerhana dapat memperkuat kondisi pasang.
    “Untuk wilayah pantai Purworejo yang dekat dengan Samudera Hindia, kami tetap akan memantau perkembangan pasang. Namun sejauh ini, peningkatannya masih dalam batas aman dan terkendali,” tambah Wasit.
    Fenomena Bulan merah juga memiliki nilai sosial, budaya, dan keagamaan.
    Dalam tradisi Islam, gerhana bulan sering menjadi momen pelaksanaan shalat gerhana (khusuf), sekaligus waktu untuk refleksi spiritual.
    Selain itu, warna bulan saat gerhana dapat mencerminkan kualitas atmosfer bumi, di mana semakin merah penampakannya, semakin tinggi pula tingkat partikel debu dan asap yang tersebar di atmosfer.
    Wasit mengajak masyarakat Purworejo memanfaatkan fenomena langka ini sebagai sarana edukasi dan momen kebersamaan keluarga.
    “Fenomena alam seperti ini tidak hanya indah, tetapi juga penuh makna. Mari kita saksikan bersama, sambil tetap menjaga keselamatan dan kelestarian lingkungan,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jepang Sukses Tekan Korban Jiwa saat Tsunami, Ternyata Ini Rahasianya

    Jepang Sukses Tekan Korban Jiwa saat Tsunami, Ternyata Ini Rahasianya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang berhasil menekan jumlah korban jiwa saat tsunami. Kunci keberhasilan itu ternyata bukan semata pada kecanggihan teknologi peringatan dini, melainkan literasi masyarakat dalam melakukan evakuasi cepat.

    Makoto Takahashi dari Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Nagoya menegaskan, masalah utama bukan pada kurangnya informasi. Tapi, ketidakmauan masyarakat untuk segera bertindak saat peringatan diumumkan.

    “Japan Meteorological Agency (JMA) dapat mengeluarkan peringatan hanya tiga menit setelah gempa, tetapi banyak warga yang masih terlambat bereaksi. Pencegahan tsunami bukan melawan gelombang, melainkan kemampuan evakuasi cepat,” jelas Makoto dalam kuliah umum bertajuk “Menghubungkan Prediksi, Aksi Lokal, dan Literasi Bencana” yang digelar Pusat Riset Kependudukan (PRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universitas Nagoya di Kawasan Sains dan Teknologi Sarwono Prawirohardjo belum lama ini, dikutip laman resmi BRIS, Minggu (7/9/2025).

    Ia mencontohkan praktik Desa Nishiki di Jepang Tengah yang sukses membangun literasi bencana melalui tiga pilar utama, yaitu pembangunan jalur dan fasilitas evakuasi, pembentukan budaya sadar bencana lewat peringatan dan simulasi rutin, serta sistem peringatan berbasis komunitas. Strategi ini terbukti efektif menekan risiko korban jiwa.

    Selain itu, sejak 2003 pemerintah Nishiki sudah merelokasi penduduk ke wilayah lebih tinggi, khususnya karena jumlah lansia yang meningkat. Pendekatan kolaboratif pun ditempuh dengan melibatkan organisasi nelayan agar warga pesisir lebih siap menghadapi bencana.

    Foto: Gelombang besar terlihat mencapai garis pantai Hokkaido di Jepang pada hari Rabu (30 Juli) setelah gempa berkekuatan 8,8 melanda Semenanjung Kamchatka di Timur Jauh Rusia. (Tangkapan Layar Video Reuters/NNN/JAPAN)
    Gelombang besar terlihat mencapai garis pantai Hokkaido di Jepang pada hari Rabu (30 Juli) setelah gempa berkekuatan 8,8 melanda Semenanjung Kamchatka di Timur Jauh Rusia. (Tangkapan Layar Video Reuters/NNN/JAPAN)

    Sementara itu, Kenji Muroi dari Universitas Nagoya menyoroti pelajaran dari gempa dan tsunami Jepang Timur 2011. Pemerintah Jepang kemudian menaikkan asumsi risiko gempa Nankai Trough ke kategori “kelas maksimum”.

    Meski probabilitasnya rendah, kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat strategi pengurangan risiko. Namun Muroi mengingatkan, komunikasi risiko harus disampaikan secara bijak.

    “Prediksi ilmiah yang disampaikan tanpa hati-hati bisa memicu kekhawatiran, bahkan merugikan ekonomi seperti turunnya nilai properti. Karena itu, komunikasi pengetahuan harus sederhana, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan ketakutan berlebih,” ujarnya.

    Sementara itu, Plt Kepala PRK BRIN, Ali Yansyah Abdurrahim, mengatakan kegiatan ini menjadi upaya memperkuat literasi kebencanaan di Indonesia sekaligus membuka peluang kerja sama lebih luas dengan Jepang.

    “Harapannya, wawasan ini tidak hanya memperkaya pemahaman akademik, tetapi juga membangun kolaborasi internasional yang lebih konkret,” kata Ali.

    Dari pengalaman Jepang yang terbukti efektif menekan korban jiwa saat tsunami, Indonesia diharapkan bisa mengadopsi praktik literasi bencana, simulasi, hingga sistem evakuasi yang lebih adaptif terhadap kondisi lokal.

    (wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Video AI Gambarkan Situasi Mengerikan Jika Gunung Fuji Meletus

    Video AI Gambarkan Situasi Mengerikan Jika Gunung Fuji Meletus

    Jakarta

    Sebuah video viral yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI) menunjukkan dampak dahsyat letusan gunung berapi di Gunung Fuji terhadap Tokyo, Jepang, dan 37 juta penduduknya.

    Untungnya, video yang dibuat untuk tujuan edukasi ini tidak bertepatan dengan peningkatan risiko letusan. Video ini hanyalah pengumuman layanan masyarakat yang berkaitan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik Jepang 2025.

    Dikutip dari Live Science, video tersebut dirilis pada 22 Agustus oleh Pemerintah Kota Tokyo, memperingatkan kecepatan abu vulkanik yang dapat bergerak dari gunung berapi tersebut ke ibu kota Jepang sebelum menghujani jalan, gedung, rel kereta api, dan infrastruktur lainnya.

    “Awan puing dari Gunung Fuji dapat mencapai Tokyo hanya dalam satu hingga dua jam, melumpuhkan jaringan transportasi kota, memutus pasokan listrik, dan memengaruhi kesehatan pernapasan jutaan orang,” demikian narasiyang ditampilkan ada subtitle di Bawah video.

    “Momen itu mungkin tiba tanpa peringatan. Jika Gunung Fuji meletus, abu vulkanik dapat jatuh di Tokyo dan berdampak pada kita dalam berbagai cara.”

    Dalam video tersebut, seorang perempuan menerima peringatan di ponselnya tentang letusan Gunung Fuji, yang terletak 100 kilometer di barat daya pusat kota Tokyo. Tayangan kemudian membawa penonton dalam tur tentang potensi dampak abu vulkanik terhadap jaringan transportasi, saluran listrik, pasokan air, bangunan tempat tinggal, dan penduduk Tokyo.

    “Hanya dibutuhkan sedikit akumulasi abu di landasan pacu dan rel untuk membuat pesawat dan kereta api tidak dapat digunakan,” demikian informasi pada video.

    “Sedikit abu di jalan dapat memengaruhi pengoperasian kendaraan 2WD (penggerak dua roda), karena jatuhnya abu membatasi jarak pandang dan meningkatkan risiko tergelincir, sehingga menciptakan kondisi berkendara yang berbahaya.”

    Abu dalam jumlah besar dapat menyumbat saluran pembuangan Tokyo, mencemari pasokan air bersih, menghancurkan saluran listrik, dan merobohkan atap kayu, menurut video tersebut.

    Kota juga bisa gelap gulita karena partikel abu menghalangi sinar Matahari, dan akses ke makanan serta kebutuhan pokok lainnya mungkin terhenti sementara. Selain itu, orang-orang mungkin mengalami dampak kesehatan yang merugikan akibat menghirup partikel tersebut, dengan kondisi pernapasan yang memburuk akibat paparan.

    Gunung Fuji adalah puncak tertinggi di Jepang, dengan ketinggian 3.776 meter. Terakhir kali gunung berapi ini meletus adalah pada 1707, dan hujan abu berikutnya berlangsung selama dua minggu. Gunung Fuji dulunya meletus sekitar setiap 30 tahun, tetapi sekarang telah tidak aktif selama 318 tahun. Namun beberapa ahli berpendapat bahwa gunung itu bisa meletus kapan saja.

    “Namun, Waktu di video tersebut tidak terkait dengan tanda-tanda letusan, dan tidak ada indikasi bahwa Gunung Fuji akan segera meletus,” kata Pemerintah Kota Tokyo dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNN.

    “Simulasi ini dirancang untuk membekali penduduk dengan pengetahuan yang akurat dan langkah-langkah kesiapsiagaan yang dapat mereka ambil jika terjadi keadaan darurat,” kata pejabat pemerintah dalam pernyataan tersebut.

    Langkah-langkah kesiapsiagaan meliputi persediaan makanan dan pertolongan pertama. Dalam video itu, diperlihatkan orang tua menunjukkan kepada anak mereka sebuah dapur yang penuh dengan makanan kaleng, air, dan obat-obatan yang siap sedia jika terjadi keadaan darurat.

    Video tersebut dirilis untuk Hari Kesiapsiagaan Bencana Vulkanik 2025, tetapi ini bukan pertama kalinya pemerintah Tokyo memperingatkan risiko dari Gunung Fuji. Pada Maret lalu, para pejabat menerbitkan pedoman yang merekomendasikan agar masyarakat selalu menyimpan persediaan penting untuk dua minggu di rumah mereka.

    “Pemerintah Jepang telah memodelkan skenario gempa dan letusan gunung berapi selama bertahun-tahun, namun investigasi ini tidak sesuai dengan risiko spesifik dari Gunung Fuji atau fitur geologis lainnya,” ujar Naoya Sekiya, seorang profesor dan pakar komunikasi risiko di Universitas Tokyo.

    “Tidak ada signifikansi khusus pada waktunya,” tegas Sekiya.

    Jepang adalah rumah bagi 111 gunung berapi aktif, sekitar sepersepuluh dari total gunung berapi di dunia,karena posisinya di Cincin Api Pasifik, sabuk gunung berapi berbentuk tapal kuda di sekitar Samudra Pasifik.

    Negara ini terletak di perbatasan empat lempeng tektonik yang saling bergesekan dan sering bertabrakan, memicu serangkaian gempa bumi dan letusan gunung berapi.

    Bencana alam paling terkenal yang melanda Jepang adalah gempa bumi dan tsunami Tohoku pada 2011. Gempa berkekuatan magnitudo 9 tersebut merupakan yang terkuat dalam sejarah Jepang yang tercatat, dengan peringatan yang diberikan kepada penduduk Tokyo hanya satu menit sebelum gempa dimulai.

    (rns/rns)

  • Megathrust Mengintai Indonesia, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

    Megathrust Mengintai Indonesia, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

    Jakarta

    Indonesia berada di wilayah megathrust yang merupakan zona tumbukan antara lempeng tektonik di bawah laut yang bisa memicu gempa bumi besar. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun mengungkapkan fakta-fakta fenomena alam tersebut dan cara mitigasinya yang bisa dilakukan masyarakat.

    Di Indonesia, gempa megathrust bukanlah hal yang baru. Berdasarkan data yang dikompilasi oleh BMKG, terdapat banyak gempa megathrust yang terjadi di berbagai wilayah.

    Peneliti Ahli Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa mengatakan beberapa waktu lalu, bahwa sebagian besar gempa megathrust dan tsunami terjadi di sepanjang Sumatera, beberapa di Jawa, dan cukup banyak di Indonesia Timur.

    Terdapat beberapa lokasi terlihat kosong yang sebenarnya bukan berarti tidak ada potensi tsunami, melainkan disebut sebagai ‘seismic gap’. Artinya, sebuah area yang memungkinkan akan terjadinya gempa besar kapan saja.

    “Hasil riset yang telah banyak dilakukan dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan risiko gempa. Megathrust beserta potensi gempanya adalah nyata, namun hal ini sebagai bagian dari fenomena alam yang harus dihadapi dengan adaptasi dan mitigasi,” tutur Rahma dikutip dari laman BRIN, Kamis (4/9/2024).

    Menurutnya, secara harfiah megathrust berarti patahan naik yang sangat besar. Indonesia, yang berada di atas Ring of Fire, memiliki wilayah yang luas dan rentan terhadap megathrust.

    “Gempa megathrust pertama kali menjadi perhatian utama pada 2011, dengan semakin banyak riset yang dilakukan dan penerapan hasil riset yang berkembang. Upaya untuk menjembatani antara riset dan kebijakan sangat penting untuk membangun mitigasi terhadap megathrust,” ujar Koordinator Kelompok Riset Geohazard Risk & Resilience tersebut.

    Rahma menambahkan, berdasarkan peta gempa 2017 yang sedang diperbarui dan diproyeksikan selesai pada akhir 2024, lokasi megathrust di Indonesia umumnya terletak di sisi barat Sumatera hingga selatan Jawa.

    “Bidang megathrust ini seukuran Pulau Jawa. Bayangkan jika bergerak 20 meter secara serentak, goncangannya akan sangat besar,” jelasnya.

    Di selatan Jawa, megathrust terbentang sepanjang 1.000 km dengan bidang kontak selebar 200 km, yang menghujam hingga kedalaman sekitar 60 km, dan terus mengakumulasi energi yang siap dilepas kapan saja.

    “Di bawah Pulau Jawa, terdapat lempeng samudra Indo-Australia yang menghujam ke bawah selatan Jawa, sedangkan di atasnya ada lempeng kontinental. Pertemuan antara lempeng samudra dan lempeng kontinental inilah yang disebut bidang megathrust,” ungkap Rahma, peneliti lulusan S3 Nagoya University pada 2014 ini.

    Lebih lanjut Rahma menjelaskan, dalam konsep bencana terdapat hal yang bisa dan tidak bisa dikontrol, seperti pergerakan bumi, dan pertumbuhan penduduk. Risiko bencana adalah fungsi dari bahaya dan kerentanan, yang dibagi dengan kapasitas atau kemampuan beradaptasi. Agar selamat, orang Indonesia yang tinggal di atas megathrust harus memahami cara mitigasi dan adaptasi bencana.

    “Kerentanan ini berhubungan dengan eksposur atau pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko bencana dari potensi megathrust, kapasitas adaptasi penduduk harus ditingkatkan. Jika hal ini tidak ditingkatkan, sementara kita sudah tahu akan adanya bencana tetapi tidak mengambil tindakan apa-apa, maka kapasitas kita rendah, dan ini akan meningkatkan risiko bencana,” ujarnya.

    Rahma menekankan pentingnya pemahaman yang baik tentang megathrust untuk meningkatkan kapasitas adaptasi.

    “Ancaman dari megathrust terbagi menjadi ancaman primer seperti goncangan gempa permukaan dan surface rupture. Kemudian ada ancaman sekunder seperti tsunami, longsor, likuifaksi, dan kebakaran,” ujarnya.

    “Kita bisa hidup berdampingan dengan fenomena megathrust, dan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti. Kita memang harus hidup bersama dengan megathrust, apalagi kita berada di negara kepulauan,” pungkasnya.

    (agt/agt)

  • Gempa M 5 Terjadi di Sarmi Papua, Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa M 5 Terjadi di Sarmi Papua, Tak Berpotensi Tsunami

    Jakarta

    Gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,0 terjadi di Papua. Kedalaman gempa 10 km.

    Melalui akun X-nya, BMKG melaporkan gempa terjadi pada Rabu (3/9/2025) pukul 23.41 WIB. Gempa berada pada 42 km timur laut Sarmi, Papua.

    “Gempa Mag:5,0,” tulis BMKG.

    BMKG menyampaikan gempa tak berpotensi tsunami.

    “Tidak berpotensi tsunami,” imbuhnya.

    (dek/rfs)

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Palu, Disebut Tak Berpotensi Tsunami

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Palu, Disebut Tak Berpotensi Tsunami

    Antisipasi Gempa Bumi

    Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.

    Sebelum Gempa:

    – Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempabumi.

    – Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.

    – Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.

    – Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.

    – Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.

    – Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi

    – Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.

    – Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.

    – Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.

     

  • Megathrust ‘Meledak’, Lampung-Banten Digulung Tsunami Hitungan Menit

    Megathrust ‘Meledak’, Lampung-Banten Digulung Tsunami Hitungan Menit

    Jakarta, CNBC Indonesia – Letak geografis Indonesia yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire, membuat rentan terkena gempa. Sejak tahun lalu, ancaman gempa dari 13 segmen megathrust bahkan semakin intens mencuat pembahasannya di tanah air.

    Salah satu segmen megathrust yang paling mengancam Indonesia adalah segmen Selatan Jawa. Para peneliti menyebut segmen itu bisa memiliki dampak memanjang hingga Selat Sunda, sebagaimana segmen Sumatera dampaknya juga bisa memanjang ke Selat Sunda. Segmen itu juga disebut Segmen Enggano.

    Khusus Segmen di Selatan Jawa yang memanjang hingga ke Selat Sunda, efeknya bisa besar apabila melepaskan energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa. Energi di zona itu menurut kalangan peneliti terus bertambah dari waktu ke waktu.

    Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Nuraini Rahma Hanifa mengungkapkan semakin lama energi yang terkumpul ini akan mencapai titik pelepasan energinya. Pelepasan itu melalui pergerakan mendadak yang memicu getaran atau guncangan yang sangat kuat atau gempa bumi. Jika dilepaskan sekaligus bisa menyebabkan gempa hingga M 8,7.

    Guncangan besar ini akan mengakibatkan perpindahan kolom air laut dan menyebabkan gelombang air laut menjadi sangat besar yang menjalar semua arah hingga mencapai daratan atau tsunami.

    Tsunami yang ditimbulkan cukup tinggi yaitu bisa mencapai 20 meter yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya seperti Banten dan Lampung, bahkan hingga ke Jakarta.

    “Semua pesisir Banten itu akan berdampak tapi dengan tinggi (tsunami) yang berbeda-beda,” ungkap dia kepada CNBC Indonesia, Minggu (16/2/2025).

    Rahma menghitung apabila Megathrust di segmen Selatan Jawa yaitu wilayah Pangandaran pecah, maka akan terjadi tsunami sekitar 20 meter. Gelombang tsunami kemudian akan menyebar hingga masuk wilayah Selat Sunda yang bersinggungan langsung dengan kawasan pesisir Banten dan Lampung.

    “Kawasan pesisir Banten kira-kira tsunami 4 sampai 6 atau 8 meter,” sebutnya.

    “Lampung yang menghadap Selat Sunda akan kena semua,” imbuhnya.

    Sedangkan untuk Jakarta, tsunami diprediksi akan menerjang wilayah pesisir utara dengan ketinggian 1 sampai 1,8 meter. Menurut perhitungannya, tsunami tersebut akan tiba di Jakarta 2,5 jam. Dia mengatakan hanya daerah pesisir utara Jakarta saja yang akan terkena tsunami 1,8 meter.

    “2,5 jam tsunami tiba. Kalau Jawa bagian selatan 40 menit sudah sampai, Lebak itu 18 menit. Oke, yang kena imbas itu pertama kali adalah wilayah Jakarta Utara ya,” sebutnya.

    BRIN pun mengajak masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap risiko Megathrust. Dampak gempa Megathrust sangat besar hingga memberikan dampak lanjutan seperti kematian, cedera, kerusakan infrastruktur, kerusakan lingkungan, dampak sosial ekonomi hingga gangguan layanan dasar.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Lampung Utara, Berpusat di Darat

    Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Lampung Utara, Berpusat di Darat

     

    Liputan6.com, Jakarta – Gempa Magnitudo 5,0 mengguncang Lampung Utara, Rabu (28/8/2025), pukul 09.15.43 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, lokasi gempa Lampung Utara ini berada pada koordinat 4.76 LS,104.68 BT, dengan episenter gempa berada di darat 22 km barat laut Lampung Utara.

    “Kedalaman gempa 184 km,” tulis BMKG.

    BMKG juga menyebutkan, gempa tidak berpotensu tsunami.

    Belum ada laporan kerusakan akibat gempa, namun warga diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

  • Lampung Diguncang Gempa Magnitudo 5,0, Tidak Berpotensi Tsunami

    Lampung Diguncang Gempa Magnitudo 5,0, Tidak Berpotensi Tsunami

    Bisnis.com, JAKARTA – Gempa magnitudo 5,0, mengguncang kawasan Lampung hari ini Kamis 28-Agustus 2025 pukul 09:15:43 WIB.

    Menurut data BMKG pusat gempa berlokasi di titik Lok:4.76 LS,104.68 BT (22 km BaratLaut LAMPUNGUTARA).

    Gempa itu diproyeksikan berkedalaman 184 Km.

    BMKG memastikan gempa tersebut tidak berpotensi tsunami