Topik: Tsunami

  • Evakuasi Korban Runtuhan Ponpes di Sidoarjo Berkejaran dengan Golden Time

    Evakuasi Korban Runtuhan Ponpes di Sidoarjo Berkejaran dengan Golden Time

    Sidoarjo

    Basarnas mengungkap 7 korban dari 15 titik korban reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny, di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, masih merespons. Tim Basarnas kini berkejaran dengan waktu.

    “Sesuai teori memang 72 jam (3 hari), namun pada saat kami sudah bisa menyentuh korban: kami sudah bisa mensuplai minuman, vitamin, infonya sudah bisa kami berikan, ini memungkinkan yang bersangkutan bisa bertahan lebih lama,” ujar Kepala Basarnas Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, dilansir detikJatim, Rabu (1/10/2025).

    Berdasarkan sejumlah sumber yang dihimpun detikJatim, golden time adalah istilah yang menjadi prosedur wajib untuk penyelamatan korban bencana alam apakah gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, dan tsunami.

    Istilah ini mewakili kondisi orang atau korban bencana yang hanya memiliki waktu bertahan selama 3 hari tanpa makan dan minum di tengah situasi seperti terjepit reruntuhan.

    Tim SAR terus mengoptimalkan evakuasi demi mengejar golden time 72 jam atau 3 hari sejak kejadian agar korban yang masih hidup bisa diselamatkan. Peristiwa ini terjadi Senin (29/9) sore sekitar pukul 15.00 WIB, maka golden time yang tersisa tinggal sehari hingga Kamis (2/10) sore pukul 15.00 WIB.

    Baca selengkapnya di sini

    (idh/imk)

  • DPRD Bali ajak pemprov bahas solusi pasca-banjir 18 korban meninggal

    DPRD Bali ajak pemprov bahas solusi pasca-banjir 18 korban meninggal

    kami juga akan kembali mengajak pihak-pihak terkait berdiskusi membahas implementasi mitigasi seperti membahas keterlibatan APBD Bali dalam penganggaran, apakah APBD Bali perlu memberi sentuhan itu selanjutnya dilakukan

    Denpasar (ANTARA) – DPRD Bali mengajak Pemprov Bali membahas langkah solusi pasca-banjir besar pada 10 September 2025 yang menyebabkan 18 korban meninggal dunia, empat korban hilang, dan korban materi yang tidak sedikit.

    “Pertama permohonan maaf, mungkin aksi kami terlambat, tapi pemerintah sudah bergerak dan kami menyimpulkan masyarakat sudah tenang tertangani tapi hari ini kita bahas dengan pihak terkait soal apa langkah selanjutnya,” kata Ketua DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya di Denpasar, Rabu.

    Salah satu poin yang dibahas adalah belum adanya early warning system atau sistem peringatan dini bencana banjir sebab kejadian yang memakan 18 korban jiwa meninggal dunia dan empat hilang ini merupakan kali pertama terjadi di Bali.

    Sebagai contoh dari BPBD Bali, tidak adanya alarm penanda banjir itu menyebabkan saat banjir besar itu para pedagang Pasar Kumbasari yang berdampingan dengan aliran Tukad Badung terbawa arus dan meninggal dunia.

    Saat kejadian waktu menunjukkan kondisi dini hari yang gelap, kebanyakan pedagang tidak melihat air yang sudah tinggi melewati tembok pembatas yang juga akhirnya jebol dan menyeret pedagang.

    DPRD Bali dan eksekutif sepakat bahwa perlu adanya sistem peringatan dini bencana banjir jika melihat curah hujan tinggi diprediksi akan datang lagi pada akhir tahun.

    Dari diskusi mereka diperkirakan alarm tersebut harganya mencapai puluhan juta, namun kebutuhannya penting sehingga sepakat akan dipasang.

    “Sudah disepakati aksi yang kita ambil pasca-banjir pertama memasang sistem pendeteksi dini alarm untuk mengetahui tingkat ketinggian air sungai sehingga bisa diperingatkan ke masyarakat, jadi sirine itu seperti tsunami,” ujar Ketua DPRD Bali.

    Solusi kedua yang dibahas yaitu pengerukan sedimen di sungai yang menurut catatan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Nusa Penida ketebalannya sudah mencapai ratusan ribu kubik.

    “Yang kedua pengerukan di sungai-sungai dangkal yang ada sedimen, penumpukan lumpur pasir yang tentu membuat sungai menjadi dangkal, itu kami sepakati,” kata dia.

    Dari diskusi ini juga ditemukan solusi ketiga yakni pembuangan pasir dan lumpur hasil normalisasi, yaitu di TPA Suwung yang akan digunakan untuk proses sanitary landfill mereka.

    “Sebagai proses berikutnya, kami juga akan kembali mengajak pihak-pihak terkait berdiskusi membahas implementasi mitigasi seperti membahas keterlibatan APBD Bali dalam penganggaran, apakah APBD Bali perlu memberi sentuhan itu selanjutnya dilakukan,” ucap Dewa Mahayadnya.

    Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sejarah Gempa Besar di Sumenep, Pernah Tewaskan 3 Orang – Page 3

    Sejarah Gempa Besar di Sumenep, Pernah Tewaskan 3 Orang – Page 3

    Menurut dia, sejarah mencatat setidaknya tujuh kali gempa merusak pernah terjadi di Sumenep. Antara lain gempa tahun 1863, gempa Sumenep-Sapudi tahun 1891, serta gempa tahun 1904. Dalam catatan modern, gempa 6,4 magnitudo pada 11 Oktober 2018 menewaskan tiga orang, melukai 34 lainnya, dan merusak 210 rumah.

    Selain itu, gempa magnitudo 4,9 pada 13 Juni 2018 merusak sejumlah rumah, gempa 5,0 magnitudo pada 2 Maret 2019 mengakibatkan enam rumah rusak dan satu orang luka-luka, serta gempa 4,9 magnitudo pada 2 April 2019 menyebabkan kerusakan 26 rumah di Pulau Raas.

    Sumenep juga memiliki tiga catatan sejarah tsunami. Pertama, tsunami Pulau Genteng Madura 7 Februari 1843. Kedua, tsunami Sumenep Madura 23 November 1889. Terakhir, tsunami Madura 29 Desember 1820.

    “Catatan ini menunjukkan bahwa wilayah Sumenep dan sekitarnya memang rawan gempa, sehingga masyarakat perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan memastikan bangunan tempat tinggal memenuhi standar tahan gempa,” ujarnya, dilansir dari Antara.

    Daryono mengimbau masyarakat di Jawa Timur dan sekitarnya tetap waspada terhadap potensi gempa susulan, namun tidak perlu panik, serta hanya mengikuti informasi resmi dari BMKG, BNPB, dan BPBD setempat.

     

  • Gempa Sumenep 6,5 SR Picu Kepanikan di Posko Pengungsian Korban Ambruknya Mushola Ponpes Al Khoziny

    Gempa Sumenep 6,5 SR Picu Kepanikan di Posko Pengungsian Korban Ambruknya Mushola Ponpes Al Khoziny

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Suasana panik sempat mewarnai posko pengungsian korban sekaligus dapur umum ambruknya gedung baru bertingkat di Lembaga Pesantren Al Khoziny, Buduran, Selasa (30/9/2025) malam. Ratusan orang di dalam dan luar gedung berlarian keluar setelah merasakan guncangan gempa yang berpusat di wilayah Sumenep sekitar pukul 23.49 WIB.

    Sejumlah pengungsi, mulai anak-anak hingga orang dewasa, berteriak histeris lantaran khawatir bangunan darurat maupun fasilitas sekitar posko roboh akibat getaran gempa.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa bumi yang dirasakan di Sidoarjo berpusat di laut 50 km Tenggara Sumenep, Jawa Timur. Gempa terjadi pada pukul 23.49 WIB dengan kekuatan magnitudo 6,5 Skala Richter (SR), berkategori sedang, dan tidak berpotensi tsunami.

    Kendati demikian, guncangan cukup kuat dirasakan hingga ke lokasi posko pengungsian. Jajaran kepala organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Sekda Provinsi Jatim Adhi Karyono, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, Kepala Basarnas Surabaya Nanang Sigit, serta Bupati Sidoarjo dan sejumlah pejabat kabupaten lainnya yang sedang menggelar pertemuan di lantai dua gedung juga ikut keluar untuk mencari tempat aman.

    Gubernur, Kapolda, Basarnas, BPBD, dan relawan segera menenangkan massa agar situasi tidak semakin kacau. “Keluar semua, keluar semua,” ujar salah satu petugas BPBD.

    Kapolda Jatim Nanang Avianto bersama Gubernur Khofifah juga mencoba menenangkan para wali santri yang panik berlarian. “Sudah keluar semua saja, nggak usah panik,” ucap Kapolda Nanang sambil berjalan.

    Petugas SAR di lokasi pun sempat panik dan terpaksa berpindah tempat. Sejumlah orang terjatuh akibat desakan saat berusaha keluar gedung. “Jangan lari, jangan lari,” kata seorang petugas SAR mengingatkan massa. [isa/beq]

  • Analisis BMKG soal Penyebab Gempa M 6,5 di Sumenep

    Analisis BMKG soal Penyebab Gempa M 6,5 di Sumenep

    Jakarta

    BMKG mengatakan gempa magnitudo (M) 6,5 yang terjadi di wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi berpusat di laut. Gempa ini disebabkan adanya aktivitas sesar aktif bawah laut.

    “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif bawah laut,” ujar Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr Daryono kepada wartawan, Rabu (1/10/2025).

    Daryono mengatakan gempa memiliki mekanisme pergerakan naik. Dia mengatakan gempa ini berjenis dangkal.

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” jelasnya.

    Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,0. Episenter gempa terletak pada koordinat 7,35° LS ; 114,22° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 58 Km arah Tenggara Sumenep, Jawa Timur, pada kedalaman 12 km.

    Sedangkan di daerah Tuban, Denpasar dan Gianyar dengan skala intensitas III MMI yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan akan truk berlalu. Lalu, di daerah Tabanan, Buleleng, Kuta dan Banyuwangi dengan skala intensitas II-III MMI yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu.

    “Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” katanya.

    Daryono juga mengatakan hingga pukul 00.29 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 4 aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M 4.4. Dia pun mengimbau masyarakat tetap tenang dan menghindari bangunan rusak akibat gempa.

    (zap/ygs)

  • Tercatat 4 Gempa Susulan di Sumenep, Terkuat Magnitudo 4,4 
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        1 Oktober 2025

    Tercatat 4 Gempa Susulan di Sumenep, Terkuat Magnitudo 4,4 Surabaya 1 Oktober 2025

    Tercatat 4 Gempa Susulan di Sumenep, Terkuat Magnitudo 4,4
    Tim Redaksi
    SUMENEP, KOMPAS.com
    – Setelah gempa utama mengguncang Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025) malam, BMKG mencatat empat kali gempa susulan hingga pukul 00.29 WIB dengan magnitudo terbesar 4,4.
    BMKG juga memperbarui kekuatan gempa utama yang semula dilaporkan bermagnitudo 6,5 menjadi magnitudo 6,0 setelah dilakukan analisis lebih lanjut.
    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya pada informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
    “Masyarakat sebaiknya menjauhi bangunan yang retak atau rusak akibat gempa dan memastikan kondisi rumah aman sebelum kembali masuk,” kata Daryono.
    Daryono juga mengungkapkan, gempa di Kabupaten Sumenep termasuk jenis gempa dangkal yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif bawah laut.
    Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan pergerakan naik atau
    thrust fault
    , yang menjadi penyebab utama terjadinya guncangan.
    “Karakteristik lokasi dan kedalamannya menunjukkan bahwa gempa dipicu oleh sesar aktif bawah laut dengan mekanisme pergerakan naik,” kata Daryono melalui rilis tertulisnya, Rabu (1/10/2025).
    Dari penelusuran
    Kompas.com
    , sejumlah kerusakan terjadi di tiga desa di Kecamatan Gayam.
    Namun, hingga kini belum ada jumlah pasti bangunan yang rusak dan berapa kerugiannya.
    Tim Kecamatan Gayam masih terus melakukan pendataan akibat gempa tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Ungkap Penyebab Gempa di Sumenep 
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        1 Oktober 2025

    BMKG Ungkap Penyebab Gempa di Sumenep Surabaya 1 Oktober 2025

    BMKG Ungkap Penyebab Gempa di Sumenep
    Tim Redaksi
    SUMENEP, KOMPAS.com
    – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang wilayah Sumenep dan Pulau Sapudi, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025) pukul 23.49 WIB.
    Episenter gempa berada di laut, sekitar 58 kilometer tenggara Sumenep pada kedalaman 12 kilometer.
    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut, gempa di Sumenep termasuk jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas sesar aktif bawah laut.
    Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan pergerakan naik atau
    thrust fault,
    yang menjadi penyebab utama terjadinya guncangan.
    “Karakteristik lokasi dan kedalamannya menunjukkan bahwa gempa dipicu oleh sesar aktif bawah laut dengan mekanisme pergerakan naik,” kata Daryono melalui rilis tertulisnya, Rabu (1/10/2025).
    Guncangan gempa, kata Daryono, dirasakan kuat di Pulau Sapudi dengan intensitas V–VI MMI hingga menyebabkan kerusakan ringan.
    “Semua orang merasakan getaran dan terjadi kerusakan ringan,” ucap dia.
    Sementara itu, wilayah Sumenep, Pamekasan, dan Surabaya merasakan getaran pada skala III–IV MMI.
    “Di wilayah itu, getaran dirasakan nyata dalam rumah,” kata dia. 
    Adapun di daerah lain, seperti Denpasar, Banyuwangi, hingga Lombok merasakan getaran lebih lemah.
    Dalam rilisnya, BMKG memastikan gempa ini tidak berpotensi tsunami.
    Sebelumnya, gempa bumi bermagnitudo 6,5 mengguncang wilayah Sumenep, Jawa Timur, Selasa (30/9/2025) malam, pukul 23.49 WIB.
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat pusat gempa berada di koordinat 7,25 Lintang Selatan dan 114,22 Bujur Timur, dengan kedalaman 11 kilometer.
    Namun, dari hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 6,0 skala Richter.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Getaran Terasa di Blitar, Bali hingga Lombok

    Getaran Terasa di Blitar, Bali hingga Lombok

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi sejumlah gempa susulan usai gempa magnitudo (M) 6,5 yang mengguncang Sumenep, Madura, Jawa Timur. Getaran gempa M 6,5 terasa hingga ke wilayah Bali dan Lombok.

    “Gempa susulan sebanyak empat kali ini, terjadi hingga pukul 00.29 WIB, Rabu pagi, dari kejadian awal pada pukul 23.49 WIB pada Selasa (30/9) malam, dengan magnitudo terbesar 4,4,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dilansir Antara, Rabu (1/10/2025).

    Pusat gempa yang terjadi di kabupaten paling timur Pulau Madura tersebut berada pada koordinat 7,25 LS, 114,22 BT, dengan episenter gempa berada di laut 50 Km tenggara Sumenep dan Pulau Sapudi, Sumenep, di kedalaman 11 Km.

    Menurut Daryono, jenis gempa bumi yang terjadi di Sumenep itu adalah gempa tektonik, yakni gempa dangkal yang disebabkan adanya aktivitas sesar aktif bawah laut.

    “Gempa bumi ini berdampak dan dirasakan di daerah Pulau Sapudi V-VI MMI (Semua orang merasakan getaran dan terjadi kerusakan ringan), daerah Sumenep, Pamekasan dan Surabaya dengan skala intensitas III-IV MMI, Getaran dirasakan nyata dalam rumah,” katanya.

    Getaran gempa juga dirasakan di daerah Tuban, Denpasar, dan Gianyar dengan skala intensitas III MMI, daerah Tabanan, Buleleng, Kuta dan Banyuwangi dengan skala intensitas II-III MMI.

    Daerah lain yang terpantau juga merasakan getaran gempa di Sumenep dan Pulau Sapudi itu adalah Lombok Utara, Kota Mataram, Lombok Tengah, Malang dan Blitar dengan skala intensitas II MMI.

    “Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” katanya, menjelaskan.

    Pihak BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Warga terdampak juga diminta untuk menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

    “Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Penjelasan BMKG soal Gempa Bumi di Sumenep yang terasa hingga Denpasar

    Penjelasan BMKG soal Gempa Bumi di Sumenep yang terasa hingga Denpasar

    Bisnis.com, JAKARTA— Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan soal gempa bumi di Sumenep, Jawa Timur yang terasa hingga Lumajang.

    Melalui akun X resminya, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan soal gempa bumi di Sumenep. Dia menyebut bahwa gempa bumi di Sumenep memiliki magnitudo 6 dan dirasakan hingga ke beberapa wilayah dengan kekuatan gempa berbeda. 

    Dari data yang disampaikan, gempa dengan kategori lemah terasa di Bali, yakni Tabanan, Buleleng, Kuta, Denpasar, dan Gianyar Lalu, gempa lemah juga terasa di Banyuwangi, Bangkalan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Sidoarjo, dan Tuban. 

    Gempa lemah hingga sedang dirasakan di Situbondo, Sampang, Pamekasan dan Surabaya. Sementara itu, gempa dengan kekuatan sedang dan kuat terasa di Sumenep dan Pulau Sapudi.

    Dia menyebut bahwa gempa bumi yang terjadi adalah jenis gempa tektonik, dangkal akibat aktivitas sesar aktif di bawah laut. Gempa ini terjadi pada Selasa (30/9/2025) pukul 23.49 WIB dengan kedalaman 12 km yang berlokasi di laut pada jarak 58 km Sumenep. 

    “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” ujarnya. 

    Gempa ini bukanlah satu-satunya yang terjadi. Daryono mencatat ada empat gempa susulan yang terjadi pada rentang waktu yang berdekatan.

    “Hingga (Rabu, 1 Oktober 2025) pukul 00.29 WIB, hasil monitoring BMKG terhadap Gempa Madura-Pulau Sapudi M6 menunjukkan adanya empat aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar M4,4,” katanya.

  • Getaran Terasa di Blitar, Bali hingga Lombok

    Sejumlah Gempa Susulan Terjadi di Sumenep Madura

    Jakarta

    Gempa mangnitudo (M) 6,5 mengguncang wilayah Sumenep, Madura. Sejumlah gempa susulan terjadi di Sumenep.

    Berdasarkan data BMKG di akun media sosial X, Rabu (1/10/2025), gempa M 6,5 terjadi pada Selasa (30/9) pukul 23.49 WIB dengan titik koordinat 7,25 LS, 114,22 BT, kedalaman gempa 11 Km.

    “Tidak berpotensi tsunami,” tulis BMKG.

    Kemudian terjadi sejumlah gempa susulan yang tercatat pada Rabu (1/10) dini hari, sebagai berikut:

    Gempa M 3,2, pukul 00.08 WIB, kedalaman 10 Km
    Gempa M 2,9, pukul 00.11 WIB, kedalaman 12 Km
    Gempa M 4,3, pukul 00:15 WIB, kedalaman 15 Km
    Gempa M 2,7, pukul 00:27 WIB, kedalaman 10 Km
    Gempa M 2,9, pukul 00:29 WIB, kedalaman 26 Km
    Gempa M 3,4, pukul 00:41 WIB, kedalaman 13 Km
    Gempa M 3,6, pukul 00:46 WIB, kedalaman 13 Km
    Gempa M 2,5, pukul 00:49 WIB, kedalaman 19 Km
    Gempa M 3,0, pukul 00:56 WIB, kedalaman 16 Km
    Gempa M 2,7, pukul 01:04 WIB, kedalaman 15 Km

    (rfs/rfs)