Pihak berwenang mengatakan sebagian besar penduduk pesisir telah dievakuasi sebelum topan mendarat, namun masih terdapat laporan rumah-rumah rusak parah akibat terjangan gelombang besar. Fung-wong merupakan badai ke-21 yang melanda Filipina tahun ini, datang hanya beberapa bulan setelah Topan Kalmaegi yang menewaskan lebih dari 220 orang di negara tersebut. (Tangkapan Layar Video Reuters/Dyves Meno Turado)
Topik: Tsunami
-

Tiga Zona Megathrust Paling Berbahaya di Indonesia, Potensi Gempa Magnitudo 8,9 hingga Tsunami
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ancaman gempa besar dengan potensi tsunami menjadi perhatian khusus Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Pasalnya, gempa dahsyat berpotensi terjadi setiap saat.
Karena ancaman gempa dan potensi tsunami yang cukup besar itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani mengeluarkan peringatan serius kepada masyarakat Indonesia.
Ia mengingatkan potensi gempa besar dan tsunami akibat aktivitas tiga zona Megathrust yang disebut-sebut berpotensi “pecah” sewaktu-waktu.
Teuku menjelaskan, secara geografis, Indonesia memang berada di kawasan rawan bencana karena menjadi pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yakni Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
“Negara kita berada sangat rawan terhadap bencana. Serta geotektonik yang berada di antara 3 lempeng aktif utama dunia sehingga mengimplikasikan ada tumpukan lempeng ini,” ungkapnya saat rapat kerja dengan DPR, dikutip Senin (9/11).
Kondisi ini menyebabkan berbagai wilayah di Indonesia menjadi langganan gempa, terutama di daerah yang memiliki potensi Megathrust aktif.
3 Zona Megathrust Paling Berbahaya di Indonesia
Dari total 13 zona Megathrust yang dimiliki Indonesia, BMKG mencatat ada tiga zona yang paling berisiko tinggi dan bisa melepaskan energi besar dalam waktu tak terduga.
Tiga zona berbahaya tersebut adalah:
Mentawai-Siberut, dengan potensi gempa mencapai magnitudo M8,9
Selat Sunda, dengan ancaman gempa hingga M8,7
Sumba, dengan potensi gempa M8,5
“Adalah zona sumber gempa aktif yang belum terjadi gempa besar dalam rentan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Diduga kuat saat ini sedang terjadi proses akumulasi energi tektonik yang dapat merilis gempa besar sewaktu-waktu tanpa dapat diprediksi,” bebernya.
-

Tsunami Kecil Terjadi Usai Gempa M 6,7 Guncang Jepang
Tokyo –
Jepang mengatakan gelombang tsunami kecil telah menghantam pantai Pasifik utaranya. Tsunami itu terjadi setelah gempa dengan magnitudo (M) 6,7 mengguncang wilayah tersebut.
Dilansir AFP, Minggu (9/11/2025), tsunami pertama terjadi di Miyako, Iwate, pukul 17.37 waktu setempat. Tetapi, tsunami itu disebut sangat kecil sehingga Japan Meteorological Agency (JMA) atau Badan Meteorologi Jepang mengatakan tidak dapat mengukur besarnya.
JMA mengatakan gelombang setinggi 10 cm mencapai Ofunato sekitar 2 menit kemudian. Gempa tersebut terjadi sekitar pukul 17.03 waktu setempat di perairan lepas pantai Iwate.
JMA kemudian mengeluarkan peringatan kemungkinan tsunami setinggi 1 meter. Survei Geologi AS sendiri mengukur gempa tersebut bermagnitudo 6,8.
‘Peringatan tsunami telah dikeluarkan’ untuk pantai Iwate. Gempa pertama itu diikuti oleh gempa susulan berkekuatan antara M 5,3 dan M 6,3.
Wilayah yang sama pada Minggu pagi telah mengalami enam gempa lepas pantai dengan kekuatan antara M 4,8 dan M 5,8 yang hampir tidak terasa di darat dan tidak memicu peringatan tsunami. Wilayah ini dihantui oleh kenangan gempa bawah laut berkekuatan M 9,0 pada tahun 2011.
Gempat besar saat itu memicu tsunami yang menewaskan atau menghilangkan sekitar 18.500 orang. Tsunami juga menyebabkan tiga reaktor di PLTN Fukushima meleleh dan menyebabkan bencana pascaperang terburuk di Jepang dan kecelakaan nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.
(haf/imk)
-

Gempa M 6,7 Terjadi di Jepang, Picu Peringatan Tsunami
Tokyo –
Gempa dengan magnitudo (M) 6,7 terjadi di Jepang. Otoritas Jepang pun mengeluarkan peringatan tsunami.
Dilansir AFP, Minggu (9/11/2025), gempa tersebut terjadi sekitar pukul 17.03 waktu setempat di perairan lepas pantai Iwate. Badan Meteorologi Jepang mengatakan gempa diperkirakan dapat memicu kemungkinan tsunami setinggi 1 meter.
Survei Geologi AS mengukur gempa tersebut berkekuatan 6,8 skala Richter.
‘Peringatan tsunami telah dikeluarkan’ untuk pantai Iwate. Gelombang dapat mendekat kapan saja.
Siaran nasional NHK mengatakan gelombang tsunami lepas pantai telah diamati dan mengimbau penduduk setempat untuk tidak mendekati wilayah pesisir. Siaran langsung televisi Jepang menunjukkan laut yang tenang.
Wilayah ini dihantui oleh kenangan gempa bumi bawah laut berkekuatan 9,0 skala Richter pada tahun 2011 yang memicu tsunami yang menewaskan atau menghilangkan sekitar 18.500 orang. Tsunami juga mengakibatkan tiga reaktor di PLTN Fukushima meleleh hingga menyebabkan bencana pascaperang terburuk di Jepang dan kecelakaan nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl.
Sebagian besar gempa bersifat ringan. Kerusakan akibat gempa yang ditimbulkannya bervariasi tergantung lokasi dan kedalamannya di bawah permukaan bumi.
Lihat juga Video ‘BMKG Gelar Latihan Tsunami, Uji Skenario Gempa M 9,2 di Utara Sumatra’:
(haf/imk)
-

Awas Gempa & Tsunami! 3 Megathrust di RI Tinggal Tunggu Waktu ‘Pecah’
Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Teuku Faisal Fathani tiba-tiba memberikan peringatan kepada masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap gempa dahsyat dan tsunami. Sebab, ada 3 zona Megathrust di Indonesia yang bisa ‘pecah’ sewaktu-waktu tanpa diprediksi.
Teuku awalnya menjelaskan bahwa kondisi geografis Indonesia memang rawan bencana sebab berada di 3 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik.
“Negara kita berada sangat rawan terhadap bencana. Serta geotektonik yang berada di antara 3 lempeng aktif utama dunia sehingga mengimplikasikan ada tumpukan lempeng ini,” ungkap dia saat rapat kerja dengan DPR dikutip Minggu ((9/11/2025).
Dari paparannya, dia menjelaskan Indonesia memiliki 13 zona Megathrust. Dari 13 zona tersebut, ada 3 yang rawan pecah yaitu Mentawai-Siberut dengan ancaman gempa M8,9, Selat Sunda dengan ancaman gempa M8,7 dan daerah Sumba dengan ancaman gempa M8,5.
“Adalah zona sumber gempa aktif yang belum terjadi gempa besar dalam rentan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Diduga kuat saat ini sedang terjadi proses akumulasi energi tektnokik yang dapat merilis gempa besar sewaktu-waktu tanpa dapat diprediksi,” bebernya.
Selanjutnya berdasarkan data selama 2025 ini, telah terjadi secara signifikan 850 kali gempa yang dapat dirasakan. Data tersebut menunjukan bahwa ancaman gempa bumi di Indonesia adalah nyata dan selalu akan terjadi.
Berikut Rinciannya :
Januari-Oktober telah terjadi 35.832 gempa di Indonesia dengan rincian:
Gempa kurang dari M5 35.645 kalii gempa
Gempa lebih dari M5 187 kali gempa
Gempa dirasakan dari total kejadian gempa sebanyak 850 kali gempa
Gempa merusak sebanyak 21 kali gempa(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]





