Topik: transformasi digital

  • Siemens Tech Summit 2025 Dorong Transformasi Digital dan Keberlanjutan di Indonesia – Page 3

    Siemens Tech Summit 2025 Dorong Transformasi Digital dan Keberlanjutan di Indonesia – Page 3

    Siemens juga menandatangani sejumlah Nota Kesepahaman (MoU) dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk PLN Electricity Services dan PT Surya Energi Indotama, untuk mendorong inovasi di sektor energi dan infrastruktur.

    Kolaborasi ini mencakup pelatihan teknis, riset bersama, integrasi AI, dan pengembangan infrastruktur berkelanjutan.

    Siemens juga bermitra dengan universitas di Indonesia, seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas Diponegoro, untuk memperkuat pendidikan di bidang sistem tenaga listrik melalui hibah perangkat lunak simulasi PSS SINCAL.

    Melalui kemitraan dengan Direktorat Industri Kemurgi, Oleokimia, dan Pakan Kementerian Perindustrian serta Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRI), Siemens turut berkomitmen mempercepat transformasi digital di sektor kelapa sawit serta makanan dan minuman.

    Inisiatif ini meliputi pelatihan tenaga kerja, pengembangan modul pelatihan, dan adopsi teknologi digital.

  • Marketeers Tech for Business Ungkap Tren Digital Marketing 2025

    Marketeers Tech for Business Ungkap Tren Digital Marketing 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Marketeers kembali menggelar ajang tahunan Marketeers Tech for Business (TFB) 2025, yang kini memasuki tahun keempat penyelenggaraannya.

    Digelar di CGV Grand Indonesia, Jakarta, acara ini menjadi panggung utama untuk mengulas transformasi strategi digital marketing di era teknologi yang semakin pesat.

    Mengusung tema Digital Marketing Madness, Marketeers TFB 2025 menghadirkan berbagai insight dan tren terbaru yang menjadi panduan penting bagi para pelaku bisnis untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar digital.

    Tahun ini, Marketeers menyoroti bahwa digital marketing bukan lagi sekadar soal “posting konten”, melainkan tentang membangun strategi yang solid dan terintegrasi dengan teknologi.

    “Kami sebut Digital Marketing Madness karena banyak pemasar yang tidak paham soal digital marketing. Untuk mengawali cerita hari ini, saya ingin membagikan kisah dari dua perusahaan, mereka yang digital native dan perusahaan hang merupakan digital immigrant,” ujar Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers saat pembukaan Marketeers Tech For Business 2025 di Arena Starium CGV Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (3/6/2025).

    Iwan melanjutkan, perusahaan yang digital native umumnya sudah berjualan di platform digital bahkan sejak lahir sudah digital tanpa memiliki offline store.

    Bagi mereka yang sudah digital native, ada tiga resep untuk mencapai performa di dalam strategi digital marketing, yakni mengandalkan matrik Return on Ad Spend (ROAS) terus mengejar konsumen baru, dan masuk ke setiap tren yang terjadi.

    Sayangnya, tidak sedikit dari pemain ini yang justru mengalami kebuntuan saat mengejar ROAS lantaran produk yang dijajakannya mengalami kejenuhan sementara ekuitas mereknya belum kuat. Alhasil, mereka harus terus bertarung dengan biaya akuisisi karena tidak memiliki konsumen loyal yang melakukan repeat order.

    Di sini, mereka punya performa penjualan yang baik namun belum memiliki kekuatan dari brand mereka.

    Kekuatan brand dan performance dari perusahaan pun menjadi dua kunci dalam membangun performa bisnis yang berkelanjutan.

    Berangkat dari persoalan ini, Marketeers Tech for Business mengangkat 9 insight penting di era digital marketing yang semakin dinamis dan menggila.

    9 Insight dan tren Digital Marketing Madness:

    Omnichannel is the New Standard
    Konsumen kini menjelajah berbagai kanal sebelum membeli. Brand dituntut hadir secara konsisten di setiap titik kontak—dari media sosial hingga marketplace, channel penjualan online juga offline.
    AI is the New Marketing Booster
    Kecerdasan buatan menjadi alat bantu utama dalam memahami perilaku konsumen, mempersonalisasi kampanye, dan mempercepat pengambilan keputusan berbasis data.
    Gen Z is the New Youth
    Gen Z bukan hanya target pasar, tapi juga trendsetter. Strategi harus dibuat agile dan relevan untuk menarik perhatian mereka.
    Funnel is the New Roadmap
    Customer journey perlu dikelola secara sistematis dari awareness hingga advokasi, dengan pendekatan berbasis data dan konten yang sesuai di setiap tahap.
    Data is the New Customer Relationship
    Pengelolaan data yang tepat dapat membangun hubungan yang lebih intim dengan pelanggan, membuat mereka merasa dikenal dan dihargai.
    Content is the New Ad
    Konten yang informatif, emosional, dan menghibur kini lebih efektif daripada iklan yang isinya hanya profil produk. Audiens ingin cerita, bukan sekadar jualan.
    Digital Value is the New Selling
    Keberhasilan digital marketing bukan semata soal transaksi, tapi tentang membangun nilai dan hubungan jangka panjang.
    Immersive is the New CX
    Customer experience kini menuntut pengalaman yang menyeluruh dan saling terhubung—baik secara online maupun offline. Saluran ini dibangun dengan sentuhan storytelling yang kuat.
    Micro Influencer is the New Mega
    Influencer berskala micro dan nano kini dipercaya lebih efektif dalam membangun kepercayaan dan mendorong konversi karena kedekatan mereka dengan audiens.

    Deretan insight dan tren digital marketing terkini dibawa oleh para pembicara yang sangat kompeten dengan study case dari para perusahaan lintas industri yang terbukti berhasil dalam menjalankan strategi digital marketing.

    Di sini, Marketeers TFB 2025 menghadirkan deretan pembicara. Bersama Iwan Setiawan, sederet pembicara juga dihadirkan, seperti: Asnawi Jufrie, VP dan General Manager (SEA) SleekFlow; Helmi, VP Shared Services Human Capital PT Pertamina (Persero); Krisna Arianto, EVP of Passenger Transport Marketing & Sales PT Kereta Api Indonesia (Persero); Benno Suryo Ariantoputro, Head of Brand Lion Parcel; dan pembicara lainnya dari perusahaan di berbagai industri.

    Di panggung ini pula, para peserta diajak berdiskusi langsung, menyerap ilmu praktikal, dan memantik ide-ide kreatif baru dalam menyusun kampanye digital yang lebih berdampak dalam mendukung performa perusahaan.

    Selain menghadirkan sesi diskusi, Marketeers Tech for Business 2025 juga menghadirkan ajang penghargaan Marketeers OMNI Brands of the Year. Memasuki tahun ketujuh, Marketeers OMNI Brands of the Year 2025 menyoroti performa dari para merek dan perusahaan yang selama setahun terakhir sukses dalam melakukan pendekatan omnichannel marketing dan transformasi digital.

  • PTPP tingkatkan konektivitas melalui pelebaran Tol Tangerang–Merak

    PTPP tingkatkan konektivitas melalui pelebaran Tol Tangerang–Merak

    Proyek pelebaran Jalan Tol Tangerang-Merak pada segmen Cilegon Timur hingga Cilegon Barat. ANTARA/HO-PTPP

    PTPP tingkatkan konektivitas melalui pelebaran Tol Tangerang–Merak
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Rabu, 11 Juni 2025 – 09:31 WIB

    Elshinta.com – PT PP (Persero) Tbk (PTPP) meningkatkan konektivitas infrastruktur melalui pelaksanaan proyek strategis pelebaran Jalan Tol Tangerang-Merak pada segmen Cilegon Timur hingga Cilegon Barat.

    “PTPP terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung percepatan pembangunan infrastruktur nasional,” kata Corporate Secretary PTPP Joko Raharjo dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

    Adapun proyek ini mencakup penambahan lajur ketiga arah Jakarta pada paket 2, dari Km 94+914 hingga Km 87+139.

    Dengan nilai kontrak sebesar Rp134,7 miliar (sebelum PPN) dan masa pelaksanaan 240 hari kalender sejak 17 Desember 2024, proyek ini merupakan bagian dari dukungan PTPP terhadap agenda besar pemerintah dalam memperkuat konektivitas antarwilayah, terutama di Provinsi Banten yang merupakan gerbang utama Pulau Jawa menuju Sumatera.

    Joko mengatakan proyek ini selaras dengan Astacita Presiden RI, khususnya dalam mewujudkan pembangunan dari wilayah suburban, mendorong produktivitas nasional, serta menggerakkan sektor strategis dalam negeri melalui pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan.

    Meski demikian, Joko tak menampik bahwa proyek ini memiliki tantangan tersendiri karena bersinggungan langsung dengan jalan tol aktif.

    “Hal ini mengharuskan penerapan manajemen lalu lintas yang sangat cermat dan responsif untuk menjamin keselamatan serta kelancaran lalu lintas selama proses konstruksi,” ujar Joko.

    Untuk menjawab tantangan tersebut, PTPP menerapkan pendekatan inovatif dan rekayasa teknik yang matang. Salah satu teknologi unggulan yang digunakan adalah Robo Flagman, sistem pengatur lalu lintas otomatis yang menggantikan peran petugas di lapangan.

    Inovasi ini merupakan bagian dari transformasi digital perusahaan dalam menghadapi era Konstruksi 4.0, serta mencerminkan komitmen terhadap peningkatan efisiensi, keselamatan kerja, dan pemanfaatan teknologi dalam sektor konstruksi nasional.

    “Proyek pelebaran Jalan Tol Tangerang-Merak ini merupakan kontribusi nyata PTPP dalam mendukung agenda pembangunan pemerintah, yang tidak hanya fokus pada percepatan konektivitas dan mobilitas nasional, tetapi juga dalam menciptakan lapangan kerja, memperkuat daya saing wilayah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Joko.

    Sumber : Antara

  • Perusahan Jepang Resmi Akuisisi WCS Abysena – Page 3

    Perusahan Jepang Resmi Akuisisi WCS Abysena – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Transformasi digital yang semakin cepat dan kompleks di Indonesia menuntut perusahaan-perusahaan untuk mampu mengintegrasikan teknologi, data, dan proses bisnis secara menyeluruh.

    Menjawab tantangan ini, PT WCS Abyakta Nawasena (WCS Abysena), perusahaan teknologi lokal dengan spesialisasi dalam solusi ERP Microsoft Dynamics 365, resmi diakuisisi oleh NS Solutions Corporation (NSSOL), perusahaan teknologi terkemuka asal Jepang  dan PT NSSOL Systems Indonesia (NSIDN).

    WCS Abysena merupakan hasil spin-off dari PT Wahana Ciptasinatria (WCS), yang telah berkiprah di Indonesia sejak 1995 dan dikenal sebagai penyedia solusi teknologi berbasis Microsoft yang adaptif dan inovatif. WCS Abysena selama ini telah membantu berbagai sektor, mulai dari manufaktur, distribusi, hingga jasa, untuk merancang dan menerapkan sistem digital yang mendukung efisiensi dan pertumbuhan bisnis.

    Namun, percepatan transformasi digital di Indonesia menuntut solusi yang lebih terintegrasi dan berstandar global.

    “Kami menyadari bahwa untuk menjawab tantangan transformasi digital nasional, kami perlu memperkuat daya saing melalui sinergi global. Bergabungnya WCS Abysena dengan NSSOL bukan hanya soal pertumbuhan bisnis, tapi tentang kesiapan kami untuk membawa standar baru dalam solusi digital yang lebih terintegrasi, aman, dan adaptif,” ujar Gigih Prakoso, Direktur PT WCS Abyakta Nawasena.

    Gigih pun menyebutkan, data IDC Indonesia 2024 menunjukkan bahwa hanya 32% perusahaan di Indonesia yang siap menghadapi transformasi digital secara menyeluruh, walaupun 87% perusahaan menyadari pentingnya digitalisasi.

    Tantangan terbesar adalah kurangnya integrasi sistem dan kesiapan keamanan data. Dalam konteks tersebut, kolaborasi dengan mitra global menjadi solusi strategis untuk mempercepat adopsi teknologi yang tepat.

  • Perusahaan Edutech Korsel Arasoft Ungkap Potensi Sektor Teknologi Edukasi RI

    Perusahaan Edutech Korsel Arasoft Ungkap Potensi Sektor Teknologi Edukasi RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Sektor teknologi edukasi atau edutech di Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk berkembang. 

    CEO perusahaan teknologi edukasi asal Korea Selatan Arasoft Kang Juong-hyon menuturkan potensi sektor edutech di Indonesia salah satunya didukung dari sisi demografis. 

    Kang menjelaskan karakter demografi Indonesia yang didominasi oleh generasi muda memberikan peluang besar untuk pengembangan ekosistem teknologi pendidikan ke depan.  

    “Indonesia juga semangat belajar yang dinilai tinggi, terutama di kalangan generasi muda, sehingga ke depannya ada potensi tinggi untuk membangun,” ujarnya dalam 2025 Asean-Korea Digital Business Partnership Forum di Jakarta pada Selasa (10/6/2025).

    Selain itu itu, Kang menyebut Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan transformasi digital tercepat di Asia. Hal ini membuat Arasoft optimistis dapat terus mengembangkan pasarnya di Indonesia. 

    Kang menuturkan, Arasoft telah menggelontorkan dana investasi sebesar US$1 juta dolar AS atau setara Rp16,27 miliar (asumsi kurs US$1=Rp16.277) ke Indonesia sejak 2019.

    “Kami optimistis Arasoft dapat terus memperluas kemitraannya di Indonesia baik melalui pengembangan konten maupun platform edukatif,” tambahnya. 

    Sementara itu, Presiden Badan Pengembangan Industri Teknologi Informasi Korea Selatan (NIPA) Park Yunkyu menyebut pihaknya akan terus berupaya memperkuat kerja sama pada sektor digital dengan Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. 

    Park menyatakan negaranya telah menjadikan sektor digital sebagai industri inti nasional sejak awal 2000-an. Dia menuturkan, Korea Selatan terus berupaya untuk menjadi negara digital terdepan di dunia.

    Dia menuturkan, negara-negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan sektor ini. Dia optimistis kemitraan antara Korea Selatan dan Indonesia serta Asean akan semakin erat ke depannya pada bidang digital. “Melalui kemitraan ini, kita dapat merintis serta mengembangkan pasar digital global ke depannya,” jelas Park. 

  • iCIO Awards Genap 10 Tahun, Tegaskan Peran Dalam Transformasi Digital

    iCIO Awards Genap 10 Tahun, Tegaskan Peran Dalam Transformasi Digital

    Bisnis.com, JAKARTA – iCIO Community akan kembali menggelar iCIO Awards, sebuah penghargaan tahunan bergengsi yang telah menjadi simbol apresiasi bagi para pemimpin teknologi informasi (TI) di Indonesia. Tahun ini menjadi lebih istimewa karena iCIO Awards akan memasuki penyelenggaraan ke-10 dan akan berlangsung kembali bersamaan dengan agenda tahunan lainnya, Executive Leadership Forum (ELF) 2025.

    Selama satu dekade, penghargaan ini tidak hanya mengapresiasi hasil akhir, tetapi juga menilai ketepatan dalam mengambil risiko strategis, inovasi berkelanjutan, serta kepemimpinan dalam menghadapi tantangan industri. iCIO Awards tidak hanya menjadi selebrasi pencapaian individu, tetapi juga refleksi dari perjalanan panjang komunitas dalam membentuk ekosistem digital nasional yang lebih kuat, kolaboratif, dan adaptif.

    Saat ini, proses nominasi untuk iCIO Awards 2025 telah dibuka. Seluruh anggota komunitas maupun pelaku ekosistem teknologi di Indonesia dapat mengajukan kandidat yang dinilai memiliki rekam jejak kepemimpinan visioner, pemikiran inovatif, dan dampak signifikan terhadap organisasi serta industri secara luas. Untuk menjamin proses seleksi yang objektif dan transparan, iCIO Community tahun ini menggandeng Bisnis Indonesia sebagai mitra strategis sekaligus surveyor independen dalam mendukung proses penjurian.

    Seperti tahun sebelumnya, iCIO Awards akan kembali diselenggarakan beriringan dengan iCIO Executive Leadership Forum (ELF). Forum tahunan ini akan menghadirkan para pembicara ahli di bidangnya, serta menyajikan diskusi panel dan sesi inspiratif yang membahas berbagai topik strategis dan relevan di tengah dinamika industri teknologi. Lebih dari sekadar forum, ELF menjadi wadah penting untuk membangun jejaring strategis, mendorong kolaborasi lintas sektor, dan memperkuat kontribusi komunitas iCIO dalam membentuk ekosistem digital nasional yang lebih adaptif dan berkelanjutan.

    Peran iCIO Community dalam Membangun Ekosistem Digital yang Kuat

    iCIO Awards dan ELF adalah bagian dari visi besar yang diusung oleh iCIO Community, sebuah komunitas independen para Chief Information Officer (CIO) dan pemimpin TI di Indonesia. Didirikan dengan semangat kolaboratif, komunitas ini memiliki misi untuk menjadi katalis transformasi digital di tingkat organisasi maupun nasional.

    Sebagai wadah strategis, iCIO Community tidak hanya menjadi tempat berbagi pengalaman, melainkan juga ruang untuk menciptakan solusi bersama dalam menghadapi tantangan teknologi dan bisnis yang terus berkembang. Selama perjalanannya, iCIO Community telah meluncurkan berbagai program yang tidak hanya mendukung anggotanya, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi pengembangan talenta digital di Indonesia. Salah satu inisiatif terbaru yang telah dilakukan beberapa kali adalah iCIO Mentorship (Navigate), sebuah program mentorship lintas generasi yang dirancang untuk mencetak calon-calon pemimpin TI masa depan.

    Dalam program ini, para mentee profesional muda dari berbagai sektor dibimbing langsung oleh CIO senior yang berpengalaman, melalui pendekatan mentoring yang personal. Navigate hadir untuk menjawab kebutuhan industri akan regenerasi pemimpin digital yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga mampu berpikir strategis, memimpin perubahan, dan menjembatani inovasi dengan kebutuhan bisnis.

    Selain Navigate, iCIO Community juga aktif menyelenggarakan Focus Group Discussions (FGD), forum diskusi terkurasi yang membahas isu-isu krusial di ranah TI, mulai dari keamanan siber, kecerdasan buatan, hingga regulasi teknologi. Komunitas ini juga rutin merilis riset tahunan melalui iCIO Insight, yang menggali tren, tantangan, dan prioritas strategis dari para pemimpin TI di Indonesia.

    Tak hanya itu, iCIO Community juga turut mendorong inklusivitas dalam kepemimpinan teknologi melalui program Women Leadership Forum, yang bertujuan untuk mengangkat peran perempuan dalam dunia TI dan memastikan keberagaman dalam pengambilan keputusan strategis. Agenda informal seperti Halal Bi Halal dan gathering tahunan juga secara konsisten digelar untuk menjaga kekuatan jejaring dan semangat kolaborasi antar anggota.

    Dalam perjalanannya, iCIO Community terus menunjukkan bahwa membangun ekosistem digital tidak bisa dilakukan sendiri. Dibutuhkan jejaring yang kuat, kepemimpinan yang visioner, dan semangat kolaborasi yang tulus. Dengan menyambut satu dekade iCIO Awards dan rangkaian kegiatan strategis lainnya, iCIO menegaskan kembali komitmennya untuk terus mendorong transformasi digital Indonesia yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.

    “iCIO Community lahir dari semangat untuk menyatukan para pemimpin teknologi, khususnya CIO dari berbagai disiplin industri, dalam satu ekosistem yang saling mendukung dan tumbuh bersama. Sejak awal, tujuan kami bukan hanya berbagi pengetahuan, tapi juga menciptakan kolaborasi yang membawa perubahan nyata bagi transformasi digital di Indonesia melalui program-program seperti iCIO Awards, Executive Leadership Forum, Navigate, iCIO Contribute, dan Focus Group Discussion,” ujar Harry Surjanto, Founder iCIO Community.

  • Bondowoso Luncurkan Satu Kecamatan Satu Klinik Pertanian, Jadi Inisiator Nasional

    Bondowoso Luncurkan Satu Kecamatan Satu Klinik Pertanian, Jadi Inisiator Nasional

    Bondowoso (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Bondowoso resmi meluncurkan program “Satu Kecamatan Satu Klinik Pertanian” yang dimulai dari Kecamatan Maesan, Selasa (10/6/2025). Inisiatif ini digadang-gadang menjadi yang pertama di Indonesia sebagai model integrasi layanan pertanian dari hulu ke hilir.

    Ketua Komisi II DPRD Bondowoso, H. Tohari, menyebut klinik pertanian sebagai inovasi strategis yang membangkitkan sektor pertanian dan mengatasi stagnasi regenerasi petani. “Banyak sarjana pertanian yang tidak mau bertani. Dengan adanya klinik ini, kami ingin pertanian kembali bergairah dan mendorong geliat ekonomi dari bawah,” ujarnya.

    Tohari menjelaskan bahwa klinik pertanian akan terhubung langsung dengan kios pupuk bersubsidi yang menjadi titik temu utama antara petani dan penyuluh pertanian lapangan (PPL). “Tidak ada petani di Bondowoso yang tidak datang ke kios. Maka, kita rancang interaksi langsung di sana—antara petani dan PPL. Masalah RDKK bisa langsung dikoreksi, dan jika ada kendala teknis yang tidak bisa ditangani PPL, akan dibantu oleh para formulator,” terangnya.

    Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid, menegaskan bahwa klinik pertanian adalah bentuk komitmen nyata pemerintah daerah dalam memperkuat ekosistem pertanian secara menyeluruh. Menurutnya, klinik ini akan berfungsi sebagai pusat edukasi, konsultasi, hingga solusi lapangan bagi para petani.

    “Kita ingin bukan hanya swasembada, tapi juga kesejahteraan dan daya saing petani meningkat,” ujar Bupati Hamid.

    Bupati juga menyoroti kompleksitas tantangan pertanian seperti anomali iklim, serangan hama, dan kompetisi harga, yang mendorong perlunya pendekatan heksahelix—melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, media, dan sektor keuangan.

    Melalui program ini, Pemkab juga akan memperkenalkan transformasi digital di sektor pertanian, memperluas akses terhadap asuransi tani, dan menjalin kemitraan strategis dengan BUMN di sektor pangan dan distribusi.

    “Pola ini bukan sekadar regulasi, tapi jadi karakter pertanian Bondowoso ke depan. Ini mungkin pertama di Tapal Kuda, Jawa Timur, bahkan nasional,” tegasnya.

    Program “Satu Kecamatan Satu Klinik Pertanian” akan diperluas secara bertahap ke seluruh wilayah Bondowoso. Pemerintah akan menggandeng Dinas Pertanian, DPRD, serta mitra dan formulator pertanian untuk memastikan program berjalan optimal hingga ke tingkat desa. [awi/beq]

  • Reformasi birokrasi: Pangkas lemak, bukan produktivitas

    Reformasi birokrasi: Pangkas lemak, bukan produktivitas

    Jakarta (ANTARA) – Dalam debat kebijakan publik, efisiensi anggaran sering kali dianggap sebagai pemangkasan belanja secara membabi buta. Padahal, pelajaran dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa efisiensi yang dirancang dengan baik justru bisa meningkatkan produktivitas, tanpa mengorbankan pelayanan publik atau pertumbuhan ekonomi.

    Indonesia, dengan birokrasi pemerintahan yang masih gemuk dan boros, dapat belajar banyak dari pengalaman ini, asalkan pendekatannya adaptif, bertahap, dan berbasis data.

    Amerika Serikat pada era 1950-an hingga 1980-an berhasil mengembangkan birokrasi yang lincah dalam mendukung inovasi dan pelayanan publik. Lembaga seperti Centers for Disease Control (CDC) dan NASA menjadi contoh efisiensi kelembagaan dengan jumlah pegawai yang ramping namun hasil kerja luar biasa.

    Salah satu prinsip utamanya adalah pembatasan jumlah manajer dan pejabat administratif, serta penekanan pada akuntabilitas kinerja, penggunaan teknologi, dan keberanian untuk bereksperimen. Pemerintah AS juga menerapkan alat evaluasi kinerja seperti Program Assessment Rating Tool (PART), yang mirip SAKIP di Indonesia, namun lebih konsisten dalam implementasi.

    Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Saat ini, birokrasi kita masih dihantui oleh masalah klasik yaitu struktur kelembagaan yang berlapis-lapis, alokasi anggaran yang tidak berbasis output, serta resistensi terhadap perubahan digital.

    Menurut Laporan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2023, potensi penghematan belanja negara bisa mencapai Rp121,9 triliun per tahun jika birokrasi dikelola dengan efisien. Bahkan, dalam laporan Kemenkeu terbaru, efisiensi belanja di tahun 2024 sudah mencapai Rp128,5 triliun.

    Namun penghematan ini baru permukaan. Masih banyak ruang untuk memperkuat fondasi kebijakan fiskal Indonesia melalui reformasi birokrasi yang lebih dalam dan terstruktur.

    Salah satu strategi yang perlu dipertimbangkan adalah delayering alias pengurangan lapisan manajerial yang tidak produktif. Banyak kementerian dan lembaga memiliki struktur hirarkis yang terlalu kompleks, yang tidak sejalan dengan prinsip kerja efektif. Di AS, jumlah manajer dalam satu lembaga dibatasi agar tidak lebih dari 20 persen dari total pegawai.

    Indonesia belum memiliki rasio resmi, tetapi data BKN menunjukkan bahwa sebagian besar kementerian memiliki rasio struktural yang tidak proporsional, sehingga memperlambat proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program.

    Namun efisiensi yang tidak didasarkan pada kajian dampak bisa menjadi bumerang. Salah satu contohnya adalah kebijakan Kementerian Dalam Negeri beberapa tahun lalu yang melarang seluruh instansi pemerintah, termasuk pemda, mengadakan rapat di hotel. Tujuannya adalah penghematan anggaran negara dan mendorong penggunaan fasilitas internal. Namun, dampaknya sangat besar terhadap sektor perhotelan, khususnya di kota-kota kedua seperti Padang, Manado, Balikpapan, dan Yogyakarta yang sangat mengandalkan kegiatan MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibition).

    Menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), setelah larangan itu diterapkan, tingkat hunian hotel di beberapa daerah turun drastis hingga 40–60 persen dalam satu kuartal. Di Sumatera Barat misalnya, asosiasi hotel melaporkan bahwa lebih dari 700 karyawan hotel dirumahkan hanya dalam waktu tiga bulan pertama kebijakan berjalan. Rapat kementerian dan pelatihan aparatur sipil negara yang biasanya menghidupkan sektor jasa lokal tiba-tiba lenyap. Di Bali, yang biasanya mengandalkan tamu pemerintah di luar musim liburan, okupansi hotel sempat anjlok ke angka 20 persen.

    Kebijakan tersebut memang akhirnya direvisi beberapa tahun kemudian, namun pelajaran pentingnya tetap relevan yaitu efisiensi yang tidak memperhitungkan efek turunan ke sektor riil bisa memukul perekonomian lokal dan menyebabkan pengangguran. Ini bukan efisiensi, tetapi pemindahan beban dari negara ke masyarakat. Dalam konteks ini, kebijakan semestinya mempertimbangkan multiplier effect, bukan sekadar penghematan nominal.

    Langkah berikutnya dalam membenahi birokrasi adalah digitalisasi proses layanan dan administrasi yang benar-benar berdampak. Indonesia sudah memulai melalui GovTech INA Digital, tetapi penerapannya belum merata.

    Laporan Kominfo menunjukkan bahwa hanya sekitar 35 persen lembaga pemerintah yang memiliki SDM TI yang memadai. Padahal, transformasi digital tidak hanya soal teknologi, melainkan juga soal cara kerja, kultur organisasi, dan kemauan untuk mengubah paradigma birokrasi.

    Kementerian/lembaga perlu difokuskan pada proyek strategis berdampak tinggi, seperti digitalisasi rumah sakit, pelayanan sosial daring, dan proyek padat karya. Untuk itu, pemerintah bisa membentuk program “Ministry Strategic Projects” (ModSP), meniru model “Operation Warp Speed” di AS saat pandemi. Proyek-proyek ini harus memiliki timeline, indikator kinerja, dan audit independen agar tidak menjadi sekadar jargon.

    Efisiensi juga tidak boleh dilakukan secara serampangan. Pengurangan anggaran kementerian sebesar Rp306,7 triliun dalam RAPBN 2025, seperti dilansir berbagai media, harus dikaji dengan seksama agar tidak memukul kementerian yang sedang menjalankan reformasi penting.

    Jika efisiensi tidak disertai dengan prioritas dan data dampak, maka justru bisa menurunkan PDB. Dalam proyeksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Pemangkasan anggaran secara membabi buta bisa menghambat pemulihan ekonomi, terutama jika menyasar sektor produktif

    Yang juga penting adalah mengukur ulang efisiensi birokrasi bukan hanya dari jumlah pengeluaran, tetapi dari kualitas layanan dan dampaknya terhadap masyarakat.

    Pemerintah Australia mengevaluasi ribuan program setiap tahun dan hanya menyetujui sekitar 80–90 program yang benar-benar berdampak. Indonesia dapat mencontoh ini dengan memperkuat evaluasi lintas kementerian yang melibatkan Bappenas, Kemenkeu, dan Kantor Staf Presiden.

    Dari sisi pembiayaan, pemerintah dapat menata ulang struktur anggaran pegawai. Saat ini, belanja pegawai mencapai 14,62 persen dari APBN (data 2022), padahal produktivitasnya belum sebanding. Dengan mengurangi posisi manajerial tidak produktif dan menggantinya dengan SDM digital dan profesional, efisiensi bisa tercapai tanpa PHK besar-besaran.

    Rekomendasi kebijakan

    Agar efisiensi birokrasi Indonesia tidak menurunkan produktivitas dan pendapatan domestik bruto, maka setidaknya ada lima rekomendasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, evaluasi dampak kebijakan secara holistik. Seperti kasus larangan rapat di hotel, setiap kebijakan efisiensi harus dievaluasi dengan mempertimbangkan dampak ke sektor riil dan lapangan kerja.

    Kedua, penyederhanaan struktur birokrasi. Tetapkan rasio struktural maksimum dan lakukan delayering bertahap berbasis kinerja.

    Ketiga, digitalisasi yang terpadu dan terukur. Bangun SDM digital di seluruh K/L dan percepat sistem layanan satu pintu daring.

    Keempat, prioritaskan proyek strategis nasional. Terapkan model impact-based budgeting, bukan across-the-board cuts. Impact-based budgeting adalah metode penganggaran yang memprioritaskan pendanaan berdasarkan kontribusi nyata suatu program atau proyek terhadap tujuan pembangunan nasional, seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, atau pencapaian target SDGs. Pendekatan ini menilai secara empiris dan kuantitatif apakah suatu proyek menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial yang tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

    Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai program prioritas untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah-panjang. Hingga 2023, tercatat 200 PSN dengan nilai investasi mencapai Rp5.746 triliun, yang mencakup sektor infrastruktur, energi, teknologi, hingga ketahanan pangan.

    Proyek-proyek ini dirancang untuk memperluas konektivitas wilayah (jalan tol, pelabuhan, bandara), meningkatkan akses listrik dan energi bersih, meningkatkan produksi pangan dan ketahanan air, dan mendorong transformasi digital dan industri 4.0.

    Namun, jika pemotongan anggaran dilakukan tanpa melihat dampak proyek, maka proyek-proyek yang seharusnya menjadi mesin pertumbuhan justru bisa terhambat, dan akhirnya akan berdampak pada menurunnya PDB, meningkatnya pengangguran, serta hilangnya efek multiplier ke sektor swasta.

    Kelima, perkuat evaluasi program dan transparansi. Libatkan pihak ketiga dan audit independen untuk mengevaluasi efektivitas anggaran secara berkala.

    Indonesia perlu mengadopsi semangat reformasi ala Amerika Serikat bukan hanya dari sisi pemangkasan anggaran, tetapi dari cara berpikir yang mendasarinya yaitu hasil lebih penting dari prosedur, inovasi lebih penting dari formalitas.

    Efisiensi anggaran bukan sekadar menghemat, tapi tentang mengarahkan belanja ke hal yang benar, untuk hasil yang benar. Efisiensi anggaran bukan sekadar mengurangi pengeluaran, tetapi menata ulang pengeluaran agar menghasilkan dampak terbesar bagi rakyat dan perekonomian.

    Pendekatan impact-based budgeting, jika diterapkan dengan baik, bisa menjadi jawaban untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan lapangan kerja dan kesejahteraan sosial.

    Pemerintah Indonesia harus belajar dari kelemahan kebijakan pemotongan seragam dan mulai mengarahkan belanja negara ke program-program yang benar-benar strategis dan berdampak langsung Ini adalah momen langka untuk membenahi birokrasi dari akarnya dengan memangkas lemak, tapi menjaga otot ekonomi tetap kuat dan tumbuh.

    Jangan sampai niat baik efisiensi justru menekan sektor produktif dan memperbesar pengangguran, seperti yang sudah pernah terjadi. Mari kita belajar, bukan mengulang.

    *) Dr. Aswin Rivai, SE., MM adalah Pemerhati Ekonomi dan Dosen FEB-UPN Veteran, Jakarta

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Potensi Bisnis Satelit Indonesia Capai Rp6 Triliun per Tahun

    Potensi Bisnis Satelit Indonesia Capai Rp6 Triliun per Tahun

    Bisnis.com, JAKARTA — Industri satelit di Indonesia menunjukkan prospek bisnis yang sangat menjanjikan. Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Anggoro Widiawan, memperkirakan potensi pendapatan dari sektor konektivitas satelit di Indonesia telah menembus angka Rp6 triliun per tahun. 

    Angka ini hanya mencerminkan pendapatan dari sisi konektivitas, belum termasuk dampak ekonomi lanjutan yang dihasilkan oleh pemanfaatan teknologi satelit di berbagai sektor mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, hingga perekonomian.

    “Itu baru dari sisi connectivity satelit saja,” ungkap Anggoro dalam sebuah diskusi industri dikutip Minggu (8/6/2025).

    Anggoro menekankan bahwa peran satelit tidak hanya sebatas menyediakan layanan internet atau komunikasi. Teknologi satelit mampu menjadi enabler bagi sektor-sektor lain, seperti logistik, pendidikan, hingga kesehatan. 

    Dampak terhadap sektor tersebut berkali-kali lipat karena satelit menghadirkan solusi dan inovasi baru bagi industri-industri tersebut. 

    Menurut Anggoro, multiplier effect dari pemanfaatan satelit dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, asosiasi satelit berencana melakukan survei dan analisis lebih lanjut terkait dampak ekonomi satelit di Indonesia. 

    Anggoro juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas negara dan pengembangan ekosistem inovatif yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Indonesia. “Kita tidak bisa membangun ini sendirian. Kuncinya adalah kolaboratif dan inklusif, termasuk dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Kita bisa saling mengisi dan berkolaborasi,” ujarnya.

    Dia menegaskan bahwa pembangunan industri satelit harus dilakukan secara bertahap dan proporsional, menyesuaikan dengan kapasitas dan kebutuhan nasional. “Kuncinya adalah menciptakan ekosistem inovasi yang match dengan capability dan need kita,” kata Anggoro optimis.

    Dengan potensi pendapatan yang besar dan efek domino yang luas, industri satelit nasional diharapkan dapat menjadi motor penggerak transformasi digital dan ekonomi Indonesia. Asosiasi berkomitmen untuk terus mendorong kolaborasi dan inovasi, serta memperkuat peran satelit sebagai infrastruktur strategis bangsa.

  • Pesaing Starlink, OneWeb Siap Komersial di Indonesia Bulan Depan

    Pesaing Starlink, OneWeb Siap Komersial di Indonesia Bulan Depan

    Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan layanan internet satelit di Indonesia akan semakin ketat. PT Dwi Tunggal Putra (DTP) mengumumkan rencana komersialisasi layanan OneWeb di Indonesia mulai bulan depan, menandai kehadiran pesaing serius bagi Starlink milik Elon Musk.

    DTP sendiri merupakan mitra resmi OneWeb di Indonesia. DTP memasarkan layanan OneWeb ke sejumlah perusahaan. Pada 2023, DTP dan OneWeb meluncurkan produk bernama BuanterOne, layanan konektivitas berbasis satelit LEO OneWeb. 

    Saat itu DTP mengklaim dari 634 satelit OneWeb yang mengitari Bumi, sebanyak 18 satelit berada di Indonesia. 

    Chief Commercial Officer PT Dwi Tunggal Putra, Edi Sugianto, menjelaskan bahwa layanan OneWeb yang akan dirilis di Indonesia bukan ditujukan untuk pasar konsumen ritel seperti Starlink, melainkan menyasar segmen enterprise dan pemerintahan. 

    “Target kita memang enterprise, government sector, bukan broadband retail. Kita tidak jualan konektivitas up to, tapi layanan dengan Committed Information Rate (CIR) yang dedicated,” ujar Edi kepada Bisnis, dikutip Minggu (8/6/2025). 

    Berbeda dengan layanan broadband pada umumnya yang menawarkan kecepatan “up to”  — misal hingga 30 Mbps namun kecepatan aktual bisa jauh di bawahnya –, OneWeb menawarkan layanan dengan CIR atau Committed Information Rate. Artinya, kecepatan yang diterima pelanggan adalah kecepatan yang dijamin, bukan sekadar maksimal.

    “Misalnya kita jual CIR 6 Mbps, berarti kapan pun dites, kecepatan yang didapat ya 6 Mbps. Kalau link lagi kosong bisa burst sampai 20 Mbps, tapi minimal tetap dapat 6 Mbps,” jelas Edi. Layanan ini bahkan bisa di-upgrade hingga 200 Mbps sesuai kebutuhan pelanggan.

    Edi menegaskan, layanan OneWeb di Indonesia memang dirancang untuk kebutuhan korporasi dan instansi yang membutuhkan koneksi internet yang stabil, aman, dan memiliki Service Level Agreement (SLA) yang jelas. 

    Soal harga, Edi menyebutkan pihaknya akan mengumumkan secara resmi pada Juli mendatang. Namun dia memastikan, harga layanan OneWeb akan berada di atas Starlink karena menyasar segmen enterprise dengan jaminan layanan yang lebih tinggi.

    Untuk cakupan layanan, DTP belum menetapkan target pasti berapa persen wilayah Indonesia yang akan terjangkau pada tahun pertama. 

    “Target sebesar-besarnya, tapi kami realistis melihat perkembangan pasar dan persaingan yang ketat. Yang pasti, kami siap masuk dan berkompetisi di pasar,” ujar Edi.

    Kehadiran OneWeb menambah panas persaingan layanan internet satelit di Indonesia. Jika Starlink lebih dulu hadir dengan layanan broadband untuk konsumen umum, OneWeb memilih jalur berbeda dengan fokus pada pelanggan korporasi dan pemerintah yang membutuhkan koneksi stabil dan terjamin.

    Dengan kehadiran dua pemain besar ini, masyarakat dan pelaku usaha di daerah terpencil diharapkan semakin mudah mendapatkan akses internet berkualitas tinggi, sekaligus mendorong percepatan transformasi digital di Indonesia.