Topik: transformasi digital

  • BNI: Transformasi digital dan diversifikasi kredit pilar kinerja di H1

    BNI: Transformasi digital dan diversifikasi kredit pilar kinerja di H1

    Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), khususnya CASA mencerminkan keberhasilan strategi digitalisasi dan transformasi cabang BNI.

    Jakarta (ANTARA) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) mengungkapkan bahwa transformasi digital dan diversifikasi portofolio kredit menjadi pilar penting yang mendukung kinerja semester I tahun 2025.

    Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa, menjelaskan transformasi digital menjadi fondasi dalam memperkuat struktur pendanaan perseroan, tercermin dari pertumbuhan dana murah (CASA) yang solid.

    Dana pihak ketiga (DPK) BNI tumbuh sebesar 16,5 persen year on year (yoy) menjadi Rp900 triliun per akhir Juni 2025. Adapun CASA tumbuh pesat mencapai 18,7 persen yoy menjadi Rp647,6 triliun.

    “Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), khususnya CASA mencerminkan keberhasilan strategi digitalisasi dan transformasi cabang BNI,” kata Paolo.

    Rekening giro dan tabungan di BNI masing-masing tumbuh sebesar 25,1 persen yoy dan 10,5 persen yoy. Pertumbuhan ini mendorong peningkatan rasio CASA menjadi 72,0 persen atau naik dari 70,7 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Perseroan mencatat, transformasi digital BNI menunjukkan hasil yang signifikan. Aplikasi wondr by BNI yang diluncurkan pada Juli 2024 telah mencatatkan pertumbuhan pengguna hingga 8,6 juta per Juni 2025 dengan pertumbuhan volume transaksi yang mencapai 68 persen yoy.

    Sedangkan BNIdirect yang merupakan kanal digital untuk nasabah wholesale membukukan nilai transaksi Rp5.246 triliun hingga akhir semester I tahun 2025, atau naik 31,1 persen secara yoy.

    Menurut perseroan, peningkatan ini tidak lepas dari transformasi platform BNIdirect yang kini lebih simpel, cepat, dan personal, serta mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan fitur-fitur seperti real-time cash visibility, single authorization, hingga kemudahan dalam bertransaksi. Hasilnya, saldo giro transaksional meningkat signifikan 18 persen yoy.

    BNI juga membukukan kinerja positif dari sisi penyaluran kredit. Hingga akhir Juni 2025, kredit BNI tumbuh 7,1 persen yoy mencapai Rp778,7 triliun.

    Pencapaian ini, catat perseroan, didukung oleh diversifikasi portofolio yang terlihat dari kontribusi berbagai segmen, mulai dari korporasi, konsumer, komersial, hingga UMKM.

    Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan membangun aset portofolio yang lebih optimal, BNI memiliki strategi dalam kembali menumbuhkan segmen UMKM dengan tetap mengedepankan manajemen risiko yang prudent.

    “Implementasi sistem credit scoring pada segmen UMKM yang telah kami terapkan telah menunjukkan hasil positif dalam perbaikan kualitas aset,” kata Paolo.

    Hingga akhir Juni 2025, penyaluran kredit UMKM selain Kredit Usaha Rakyat (KUR) menunjukkan pertumbuhan yang sehat, yakni sebesar 9,2 persen menjadi Rp44,4 triliun.

    Ke depan, segmen UMKM dan komersial di BNI diharapkan dapat tumbuh secara berkelanjutan dan profitable, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

    Rasio non-performing loan (NPL) BNI tercatat turun menjadi 1,9 persen. Sementara loan at risk (LAR) membaik menjadi 11,0 persen, sehingga cost of credit (CoC) dapat ditekan di level 1 persen.

    Kombinasi dari transformasi digital dan diversifikasi portofolio kredit mengantarkan BNI membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp10,1 triliun pada semester I 2025.

    Rasio permodalan juga berada pada level sehat dengan CAR mencapai 21,1 persen. Sedangkan loan to deposit ratio (LDR) dijaga di level yang sehat untuk dapat mengoptimalkan pertumbuhan DPK dan kredit hingga sisa tahun 2025.

    “Dengan fundamental yang kuat dan fokus pada sektor produktif, kami optimistis dapat memperluas kapasitas ekspansi kredit di semester kedua 2025, sekaligus menjaga kualitas aset dan profitabilitas yang berkelanjutan,” kata Paolo pula.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menteri PANRB: ASN transportasi udara harus punya mindset perubahan

    Menteri PANRB: ASN transportasi udara harus punya mindset perubahan

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Rini Widyantini menegaskan aparatur sipil negara sektor transportasi udara harus memiliki mindset atau pola pikir perubahan, menguatkan kompetensi digital yang humanis, membangun budaya kerja modern, serta memperkuat integrasi data.

    “Masa depan transportasi Indonesia bukan hanya membangun terminal dan armada, tetapi juga membangun ASN yang kompeten, berintegritas, adaptif, dan humanis. Dari merekalah lahir pelayanan transportasi yang aman, nyaman, dan berdaya saing global,” kata Rini dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

    Hal tersebut disampaikan Rini pada Rapat Koordinasi Teknis Kementerian Perhubungan tahun 2025 di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta.

    Rini berharap pola pikir perubahan bisa menghadirkan birokrasi yang lebih lincah, responsif, dan dipercaya sebagai motor penggerak pembangunan.

    Dia menjelaskan ada tiga tantangan besar dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) transportasi udara, yakni pertama, perkembangan teknologi seperti big data, artificial intelligence, internet of things, hingga blockchain yang mengubah wajah transportasi udara.

    Kedua, tuntutan masyarakat yang semakin tinggi akan layanan yang cepat, aman, terjangkau, dan inklusif. Dan ketiga, persaingan global yang menuntut peningkatan daya saing serta service excellence.

    “Untuk menjawab tantangan tersebut, ada beberapa strategi yang harus kita jalankan. Kita perlu melakukan reskilling dan upskilling, mulai dari pelatihan digital, bahasa asing, hingga peningkatan customer experience,” ungkapnya.

    Rini mengatakan perubahan besar sedang terjadi di dunia transportasi udara. Teknologi tidak lagi hanya menjadi pendukung, tetapi sudah menjadi penggerak utama transformasi.

    Menurut data International Air Transport Association (IATA), Indonesia diproyeksikan menjadi pasar penerbangan keempat terbesar di dunia pada tahun 2036, dengan jumlah penumpang mencapai lebih kurang 355 juta orang.

    Namun, pertumbuhan tersebut perlu didukung pemerintah melalui tata kelola dan regulasi yang baik, layanan publik yang optimal dan berkualitas, dan ASN penerbangan yang kompeten serta adaptif.

    “Kita membutuhkan transformasi layanan sekaligus transformasi SDM yang mampu menguasai teknologi baru. ASN transportasi harus siap, bukan hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi juga sebagai pengawal layanan publik yang adaptif, aman, dan berdaya saing,” tuturnya.

    Integrasi data dan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intellingence/AI) akan membuat layanan transportasi lebih prediktif, efisien, dan human-centric. Di sinilah peran Kementerian Perhubungan sebagai orkestrator ekosistem transportasi melalui strategi transformasi digital sangat penting, dengan ASN yang mampu membaca data dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan.

    ASN transportasi harus hadir sebagai problem solver, yang mampu menghubungkan titik-titik layanan dengan digitalisasi, sehingga benar-benar mewujudkan transportasi yang human-centric dan memberi nilai tambah bagi masyarakat,” ujarnya.

    Maka dari itu, Menteri Rini berharap transformasi tidak bisa dilakukan sendirian. Diperlukan kolaborasi lintas sektor, lintas kementerian, dan seluruh pemangku kepentingan.

    “Mari kita siapkan ASN transportasi yang berdaya saing agar transportasi udara Indonesia benar-benar menjadi motor penggerak pembangunan yang modern, inklusif, dan dipercaya rakyat,” jelasnya.

    Sementara itu, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengatakan dalam kerangka Astacita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, transportasi udara memiliki peran sentral untuk memperkuat konektivitas nasional yang adil dan merata hingga wilayah terdepan, terpencil, tertinggal, dan perbatasan (3TP), mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis produktivitas dan pariwisata serta menghadirkan layanan publik yang modern dan transparan melalui transformasi digital.

    “Oleh karena itu, transformasi digital dan manajerial merupakan keharusan guna menghadirkan layanan transportasi udara, yang modern, efisien, transparan, aman, dan berdaya saing global,” ujarnya.

    Dudy berharap rakornis ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen dalam membangun transportasi udara yang berdaya saing, inklusif, dan berorientasi pelayanan.

    Dudy juga berharap Kementerian PANRB dapat mendukung dalam mengakselerasi transformasi ASN dan digitalisasi layanan publik.

    “Semoga kerja keras kita menjadi kontribusi nyata bagi terwujudnya Indonesia maju yang semakin terkoneksi, produktif, dan sejahtera,” tuturnya.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • BRI Terus Perkuat Ekosistem Pembayaran Digital, Volume Transaksi Merchant Meningkat 27,2 Persen YoY Tembus Rp105,5 Triliun

    BRI Terus Perkuat Ekosistem Pembayaran Digital, Volume Transaksi Merchant Meningkat 27,2 Persen YoY Tembus Rp105,5 Triliun

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus memperkuat perannya dalam ekosistem pembayaran digital melalui pertumbuhan signifikan transaksi merchant dan QRIS, disertai dengan berbagai inovasi terbaru pada super apps BRImo.

    Langkah ini sejalan dengan komitmen BRI dalam mengakselerasi transformasi digital sekaligus mendukung inklusi keuangan nasional.

    Pada paruh pertama tahun 2025, BRI mencatatkan kinerja positif di segmen merchant. Nilai penjualan (sales volume) merchant mencapai Rp105,5 triliun, tumbuh 27,2% year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini juga tercermin pada rata-rata penjualan per merchant yang naik 62,5% YoY.

    Direktur Network & Retail Funding BRI, Aquarius Rudianto mengungkapkan bahwa pertumbuhan transaksi merchant BRI menunjukkan semakin kuatnya kepercayaan pelaku usaha terhadap layanan digital BRI.

    “Hal ini sejalan dengan misi BRI untuk memberdayakan UMKM melalui akses keuangan yang lebih mudah, aman, dan efisien,” ujarnya.

    Selain itu, transaksi melalui QRIS BRI tercatat tumbuh signifikan dengan nilai transaksi meningkat 142,9% YoY pada semester I 2025. Rata-rata nilai transaksi per toko naik 141,5% YoY, sementara dari sisi frekuensi, jumlah transaksi QRIS juga melesat 162,5% YoY.

    Untuk semakin mempermudah pengalaman nasabah, BRI menghadirkan inovasi utama QRIS di BRImo yaitu QRIS Crossborder yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi lintas negara di Singapura (Nets QR), Malaysia (DuitNow), dan Jepang (JPQR) hanya dengan memindai QR lokal.

  • Komisi XII harap uji kelayakan hasilkan Komite BPH Migas visioner

    Komisi XII harap uji kelayakan hasilkan Komite BPH Migas visioner

    Jakarta (ANTARA) – Komisi XII DPR RI berharap uji kelayakan dan kepatutan Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dapat menghasilkan calon anggota yang visioner, progresif, dan memiliki komitmen kuat dalam bidang ketahanan energi nasional.

    “Kita ingin Komite BPH Migas yang terpilih punya visi besar, berani melakukan terobosan, dan mendukung agenda ketahanan energi nasional sekaligus transisi menuju energi bersih,” kata Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya dalam keterangan di Jakarta, Senin.

    Indonesia menghadapi tantangan besar di sektor energi. Ketergantungan terhadap energi fosil masih tinggi, sementara pemerintah tengah mendorong transisi energi baru terbarukan. Di sisi lain, fluktuasi harga minyak dunia memengaruhi stabilitas pasokan energi.

    Menurut dia, kondisi tersebut menuntut BPH Migas untuk benar-benar menjalankan fungsi pengawasan distribusi bahan bakar minyak (BBM), terutama yang bersubsidi agar penyalurannya tepat sasaran dan mendukung ketahanan energi nasional.

    Ke depan, kata Bambang, BPH Migas tidak bisa bekerja dengan pola lama. Dalam hal ini, ia mengingatkan perlunya transformasi digital yang menyeluruh.

    “Aplikasi XStar, integrasi big data, penggunaan IoT, dan sistem pengawasan real-time (waktu nyata) harus menjadi prioritas utama agar distribusi BBM bersubsidi lebih tepat sasaran, efisien, dan bebas dari penyalahgunaan,” ucapnya.

    Bambang juga menekankan pentingnya keterbukaan data distribusi BBM bersubsidi. Integrasi data antara BPH Migas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pertamina, pemerintah, dan aparat penegak hukum perlu diwujudkan dalam bentuk digital yang memungkinkan masyarakat ikut mengawasi.

    “Kalau data penyaluran BBM bisa dipantau masyarakat secara real-time, penyimpangan akan semakin sulit terjadi. Ini langkah konkret untuk menciptakan tata kelola energi yang bersih dan berkeadilan,” ucapnya.

    Di samping itu, dia mendorong anggota Komite BPH Migas yang akan terpilih untuk memperkuat sinergi lintas sektor.

    Kolaborasi erat antara BPH Migas, Kementerian ESDM, pemerintah daerah, dan aparat penegak hukum dinilai penting untuk memastikan tidak ada celah penyalahgunaan serta menjamin energi bersubsidi sampai ke masyarakat yang berhak.

    Diketahui Komisi XII DPR RI menggelar uji kelayakan dan kepatutan calon ketua dan anggota Komite BPH Migas tahun 2025–2029 pada Senin ini.

    Pewarta: Fath Putra Mulya
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Video: Danantara Perkuat Transformasi Digital Aset Negara Lewat AI

    Video: Danantara Perkuat Transformasi Digital Aset Negara Lewat AI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak yang menilai kehadiran Danantara erat kaitannya dengan agenda digitalisasi aset negara. Menanggapi hal tersebut, Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara Pandu Sjahrir menegaskan bahwa kunci transformasi terletak pada perubahan budaya kerja, termasuk pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

    Sebagai langkah awal, Danantara meluncurkan program Danantara University bekerja sama dengan sembilan institusi ternama dunia, salah satunya Tsinghua University di Tiongkok yang dikenal sebagai pusat riset AI global. Pandu menekankan bahwa seluruh pegawai, termasuk dirinya, harus mulai belajar AI meski tidak perlu menjadi programmer.

    Menurutnya, kemampuan mengaplikasikan AI di bisnis akan menciptakan nilai tambah signifikan. Dengan strategi ini, Danantara diharapkan dapat menjadi pionir digitalisasi aset negara sekaligus motor penggerak transformasi teknologi di sektor usaha. Saksikan dialog Shania Alatas bersama CIO BPI Danantara Pandu Sjahrir di Closing Bell CNBC Indonesia, Kamis (04/09/2025).

  • Anggaran Komdigi Berpotensi Naik jadi Rp12 Triliun Tahun Ini

    Anggaran Komdigi Berpotensi Naik jadi Rp12 Triliun Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Anggaran Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berpotensi naik dari Rp7,9 triliun menjadi Rp12 triliun pada 2025.

    Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Laksono mengatakan pihaknya baru saja mendengarkan paparan dari masing-masing unit kerja Komdigi terkait kebutuhan anggaran, alokasi penggunaan, serta capaian kinerja.

    Dave menyebut anggaran Komdigi akan dinaikkan pada tahun ini.

    “Tahun ini saja anggarannya dari Rp7,9 [triliun] sudah naik jadi sekitar Rp10 [triliun,] dan kemungkinan bisa sampai Rp12 [triliun],” ujarnya, Senin (8/9/2025).

    Dave menilai, tingginya kebutuhan anggaran antara lain disebabkan oleh maraknya penyebaran berita bohong (hoaks) yang harus diantisipasi dengan cepat oleh Komdigi, tanpa mengorbankan prinsip demokrasi.

    “Kami sudah terima usulan [tambahan anggaran Rp12,6 triliun], nanti tinggal menunggu keputusan Banggar dan pemerintah,” imbuhnya.

    Ketika ditanya rinci mengenai alokasi anggaran, Dave hanya menegaskan anggaran tersebut diperuntukkan untuk berbagai program prioritas, meski tidak merinci satu per satu.

    Sebelumnya, Komdigi memang telah mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp12,6 triliun dalam Rapat Kerja bersama Komisi I DPR RI. Tambahan ini diajukan untuk mempercepat pembangunan akses internet di Papua, menjamin keberlanjutan Pusat Data Nasional (PDN), serta mengakselerasi pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) sebagai bagian dari transformasi digital nasional.

    Usulan tersebut menambah pagu indikatif tahun anggaran 2026 sebesar Rp7,75 triliun, sehingga total kebutuhan anggaran Komdigi mencapai Rp20,36 triliun.

    Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan ketiga prioritas itu merupakan bagian dari strategi pemerintah membangun Indonesia yang inklusif secara digital sekaligus siap bersaing dalam kompetisi global. 

    “Untuk mendukung pelaksanaan program-program prioritas, kami membutuhkan tambahan anggaran dari pagu indikatif Kemkomdigi Tahun Anggaran 2026,” kata Meutya dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR RI di Jakarta, Senin (7/7/2025).

    Menurut dia, anggaran tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur digital, penguatan ekosistem, keamanan ruang digital, komunikasi publik dan media, serta dukungan manajemen.

    Program-program tersebut ditujukan untuk menciptakan konektivitas digital yang inklusif, ekosistem digital yang memberdayakan, serta ruang digital yang aman dan berdaulat. 

    Hal ini sejalan dengan visi Komdigi, yakni “Transformasi digital bermakna menuju kedaulatan dan kemandirian digital Indonesia dalam rangka mewujudkan Asta Cita.”

  • KRIS dan Janji Ekuitas Layanan Kesehatan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        6 September 2025

    KRIS dan Janji Ekuitas Layanan Kesehatan Nasional 6 September 2025

    KRIS dan Janji Ekuitas Layanan Kesehatan
    Profesor di Unika Atmajaya, Full Member Sigma Xi, The Scientific Research Honor Society, Magister Hukum di IBLAM School of Law dan Doktor Hukum di Universitas Pelita Harapan
    TINGKAT
    kepuasan publik terhadap Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kini berada pada posisi relatif tinggi.
    Survei terbaru menunjukkan tujuh dari sepuluh peserta menyatakan puas terhadap layanan yang mereka terima.
    Bahkan, hanya segelintir yang belum pernah memanfaatkan fasilitas kesehatan melalui kartu BPJS Kesehatan.
    Angka ini menegaskan bahwa legitimasi sosial program JKN cukup kuat. Bagi masyarakat luas, JKN bukan sekadar program pemerintah, melainkan pelindung konkret, jaring pengaman ketika risiko kesehatan mengancam rumah tangga.
    Kartu ini menjelma simbol solidaritas nasional: buruh, petani, pedagang, hingga pegawai, semua berada dalam satu sistem gotong royong yang sama.
    Namun, di tengah apresiasi itu, publik dihadapkan pada wacana penerapan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) yang memicu diskusi sengit.
    Tujuan KRIS sejatinya mulia: menstandarkan kualitas minimum ruang rawat inap sehingga setiap pasien, tanpa memandang kelas kepesertaan, tidak dirawat di bawah ambang mutu.
     
    Negara ingin memastikan tidak ada lagi warga yang harus berbaring di ruangan sempit tanpa privasi atau tanpa akses oksigen memadai.
    Namun, gagasan ini justru menimbulkan tafsir beragam. Sebagian pejabat menyebut KRIS berarti penghapusan kelas menjadi satu standar tunggal.
    Sebagian lain menegaskan kelas tetap ada, hanya saja setiap kelas wajib memenuhi dua belas kriteria dasar, seperti jarak antarbed, ketersediaan kamar mandi, hingga suhu ruangan yang stabil.
    Ambiguitas inilah yang menimbulkan kebingungan publik. Peserta kelas tiga cenderung mendukung karena berharap mutu meningkat, sementara peserta kelas satu khawatir kehilangan kenyamanan yang selama ini dianggap haknya.
    Masalah mendasar terletak pada makna “standar”. Dalam teori keadilan sosial, standar minimum adalah pagar bawah yang wajib dijaga negara, bukan seragam yang memaksa semua orang sama.
    Standar minimum memastikan keselamatan, privasi, dan martabat dasar, tetapi tidak meniadakan ruang bagi pilihan tambahan.
    Sayangnya, komunikasi publik gagal menjelaskan hal ini dengan gamblang. Alhasil, muncul persepsi bahwa KRIS akan menghapus diferensiasi, bukan memperbaiki mutu.
    Padahal, di banyak negara, standardisasi pelayanan dasar justru menjadi kunci keberhasilan sistem jaminan kesehatan.
    Inggris dengan National Health Service (NHS) menetapkan standar minimum perawatan, tetapi tetap memberi ruang pilihan layanan tambahan bagi mereka yang membayar lebih.
    Thailand dengan Universal Coverage Scheme juga menjaga standar dasar, sehingga tidak ada warga miskin yang tertinggal.
    Indonesia seharusnya belajar bahwa standar bukan ancaman, melainkan instrumen pemerataan.
    Kesiapan infrastruktur menjadi tantangan lain. Tidak semua rumah sakit berada pada titik yang sama.
    Rumah sakit rujukan nasional di kota besar mungkin sudah memenuhi hampir seluruh kriteria, tetapi banyak rumah sakit daerah masih tertinggal.
     
    Perpanjangan masa transisi hingga Desember 2025, adalah langkah realistis, tetapi waktu tanpa peta jalan jelas hanya berarti penundaan.
    Penerapan KRIS harus dibagi dalam tahapan yang transparan. Kriteria yang menyangkut keselamatan pasien—seperti akses oksigen, privasi, dan sanitasi—harus dipenuhi lebih dulu, sedangkan kriteria tambahan dapat menyusul.
    Tanpa pembagian prioritas, standardisasi hanya akan menjadi beban yang membingungkan.
    Persoalan biaya tidak kalah penting. Renovasi ruang, penyediaan peralatan, dan pelatihan tenaga memerlukan investasi besar.
    Rumah sakit swasta dan daerah sering kali kesulitan menanggung beban tersebut. Jika tidak ada dukungan pembiayaan proporsional, maka risiko penurunan kapasitas layanan akan muncul.
    Rumah sakit bisa mengurangi jumlah tempat tidur atau memperketat penerimaan pasien. Lebih buruk lagi, muncul praktik defensif: pasien dipulangkan lebih cepat, penanganan ditunda, atau layanan dipersulit.
    Beberapa kasus pasien yang dikembalikan ke rumah meski kondisi klinisnya belum stabil adalah peringatan bahwa garis merah pelayanan harus dijaga. Nyawa tidak boleh tunduk pada prosedur klaim.
    Transformasi digital yang selama ini dipromosikan sebagai solusi birokrasi pun belum menjawab masalah mendasar.
    Antrean daring masih tidak memotong waktu tunggu. Rujukan elektronik kerap gagal menjamin kepastian slot rumah sakit lanjutan.
    Aplikasi digital justru membebani pasien yang tidak terbiasa dengan teknologi atau tinggal di daerah dengan jaringan internet terbatas.
    Digitalisasi seharusnya diukur dari manfaat yang dirasakan pasien: lebih cepat, lebih jelas, lebih mudah.
    Jika aplikasi hanya memindahkan antrean dari loket ke layar tanpa mengurangi kerumitan, maka digitalisasi tidak lebih dari ilusi modernisasi.
    Implikasi dari persoalan ini tidak ringan. Ambiguitas definisi KRIS akan melahirkan ketidakpastian implementasi di lapangan.
    Rumah sakit akan menafsirkan aturan sesuai kapasitas masing-masing, sehingga tercipta ketidakmerataan baru, bukan hilangnya ketidakadilan lama.
    Ketidakjelasan pembiayaan akan menekan rumah sakit hingga mengorbankan akses pasien. Digitalisasi yang tidak efektif akan meningkatkan frustrasi warga, terutama generasi muda yang terbiasa dengan layanan cepat.
    Semua ini bermuara pada satu risiko paling serius: hilangnya kepercayaan publik. Padahal, kepercayaan adalah fondasi jaminan sosial.
    Tanpa kepercayaan, iuran dipandang sebagai beban, bukan gotong royong. Tanpa kepercayaan, klaim dipandang sebagai sengketa, bukan kontrak. Tanpa kepercayaan, pelayanan dipandang sebagai formalitas, bukan penyelamatan.
    Karena itu, ada beberapa langkah yang harus segera ditempuh. Pertama, pemerintah perlu menyampaikan narasi tunggal tentang KRIS, dengan ilustrasi nyata bagaimana ruang rawat akan berubah. Visualisasi sederhana lebih meyakinkan daripada jargon abstrak.
    Kedua, implementasi harus berbasis prioritas. Kriteria yang menyangkut keselamatan harus segera terpenuhi, sementara aspek lain dapat menyusul.
    Ketiga, pembiayaan transisi harus adil. Rumah sakit yang berhasil memenuhi standar layak diberi insentif, sementara yang tertinggal perlu mendapat pendampingan, bukan sanksi yang menutup layanan.
    Keempat, prosedur “zero denial” harus ditegaskan: tidak ada pasien ditolak pada kondisi darurat, tidak ada pasien dipulangkan sebelum stabil.
    Kelima, digitalisasi harus berorientasi hasil: mempercepat waktu, memperjelas rujukan, dan meningkatkan transparansi antrean. Jika aplikasi tidak memenuhi tujuan itu, lebih baik disederhanakan.
    Selain itu, penting untuk melihat KRIS bukan hanya sebagai kebijakan teknis, melainkan sebagai cermin politik kesehatan.
    Sebagai negara dengan penduduk hampir 280 juta jiwa, Indonesia sedang membangun narasi bahwa kesehatannya dijamin oleh solidaritas nasional.
    Bila kebijakan ini gagal dikomunikasikan dan dilaksanakan, yang rusak bukan hanya layanan rumah sakit, melainkan legitimasi negara di mata rakyat.
    Publik menilai negara bukan dari teks undang-undang, melainkan dari pengalaman di meja registrasi, dari sikap perawat di ruang tunggu, dari ketersediaan oksigen di ruang rawat.
    Keadilan sosial tidak diuji di ruang sidang, tetapi di ruang gawat darurat.
    Kita juga perlu belajar dari sejarah. Sejak JKN diluncurkan pada 2014, banyak kritik diarahkan pada defisit keuangan, birokrasi klaim, dan keterlambatan pembayaran rumah sakit.
    Namun, seiring waktu, sistem ini berkembang menjadi instrumen penting pemerataan kesehatan.
    Tantangan kini bukan sekadar menjaga kelangsungan finansial, melainkan memperkuat kualitas.
    KRIS adalah kesempatan untuk mengubah wajah JKN dari sekadar jaminan biaya menjadi jaminan mutu. Namun, kesempatan ini bisa berubah menjadi bumerang jika salah ditangani.
    Pada akhirnya, KRIS bukan sekadar soal kelas rawat inap, melainkan soal martabat. Standar minimum yang ditegakkan dengan konsisten adalah janji negara bahwa tidak ada warga yang dirawat di bawah garis kemanusiaan.
    Standar yang baik tidak menurunkan yang sudah baik, tetapi mengangkat yang tertinggal. Ia bukan seragam yang menghapus perbedaan, melainkan fondasi yang memastikan semua orang diperlakukan layak.
    Bila dijalankan dengan arah yang jelas, pembiayaan adil, komunikasi jujur, dan etika pelayanan yang memprioritaskan keselamatan, KRIS akan dikenang sebagai tonggak pemerataan, bukan ancaman kenyamanan.
    Standar, pada akhirnya, adalah janji. Janji bahwa di ruang rawat yang terang, dengan partisi yang menjaga privasi, oksigen yang selalu tersedia, panggilan perawat yang segera dijawab, dan kamar mandi yang memadai, negara hadir bukan sekadar sebagai pengawas, tetapi sebagai penopang.
    Dan ketika pasien pulang dengan tubuh yang pulih dan hati yang lega, kebijakan itu menemukan arti sejatinya: bukan di lembar peraturan, tetapi di kehidupan yang kembali utuh.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Terbatas, Indibiz Telkom Tawarkan Paket Internet Cepat Rp 300 ribuan Bagi UKM

    Terbatas, Indibiz Telkom Tawarkan Paket Internet Cepat Rp 300 ribuan Bagi UKM

    Jakarta

    Telkom melalui Indibiz menghadirkan promo eksklusif bagi pelanggan, khususnya pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di seluruh Indonesia.

    Pelanggan bisa mendapatkan Indibiz Paket Basic dengan harga mulai Rp300 ribuan untuk kecepatan internet 50 Mbps. Promo ini berlaku sepanjang bulan September 2025 dan tersedia dalam berbagai pilihan paket yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan usaha maupun lembaga pendidikan.

    Tak hanya harga spesial, pelanggan baru yang berlangganan selama periode promo juga berkesempatan mendapatkan potongan hingga 70% untuk biaya pasang baru.

    Potongan harga Indibiz khusus dihadirkan oleh Telkom dalam rangka Hari Pelanggan Nasional yang jatuh setiap 4 September.

    “Promo eksklusif berlangganan Indibiz Paket Basic dan solusi digital dari Indibiz ini merupakan bentuk kontribusi nyata Telkom Indonesia untuk membantu transformasi digital pelaku usaha di Indonesia, khususnya pelaku SME,” tulis keterangan resmi Indibiz, Jumat (5/9/2025).

    Selain internet cepat, Indibiz juga menawarkan berbagai solusi digital yang bisa langsung dimanfaatkan pelanggan untuk meningkatkan produktivitas, antara lain:

    Pijar → platform digitalisasi proses belajar mengajar untuk sekolah dan universitasMoka → kasir digital untuk transaksi bisnisNetmonk → tools untuk monitoring jaringan internetOmni Communication Assistant (OCA) → solusi komunikasi digital dengan pelanggan

    Kombinasi konektivitas andal dan stabil dari Indibiz dengan solusi digital tersebut menjadikan paket ini sebagai ekosistem lengkap untuk mendukung bisnis agar lebih maju dan berkembang. Terutama mengandalkan jaringan Telkom yang terluas hingga ke daerah terpencil, pelanggan di seluruh Tanah Air.

    “Bagi Indibiz, pelaku usaha adalah backbone utama dalam menggeliatkan perekonomian bangsa. Karena itu, dukungan akses internet cepat serta solusi digital yang mudah diakses oleh pelanggan adalah hal yang utama bagi Telkom,” tambah Indibiz.

    Telkom melalui Indibiz menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi demi memenuhi kebutuhan pelanggan dan mewujudkan transformasi digital Indonesia.

    (agt/agt)

  • EdgeNext Bikin Layanan Edge Cloud di Indonesia

    EdgeNext Bikin Layanan Edge Cloud di Indonesia

    Jakarta

    EdgeNext, penyedia layanan Edge cloud yang berbasis di Singapura, mengumumkan kolaborasi strategis dengan Edge DC, operator pusat data dan anak perusahaan dari Indonet.

    Kerja sama ini menandai ekspansi EdgeNext ke Indonesia lewat peluncuran layanan Edge cloud-nya di Edge2, fasilitas carrier-neutral milik Edge DC yang berlokasi di Jakarta.

    Ketersediaan EdgeNext di fasilitas Edge2 memungkinkan perusahaan ini untuk menghadirkan layanan solusi Edge cloud lengkap, termasuk CDN, streaming yang lebih lancar, layanan keamanan, dan komputasi Edge, kepada para pelaku usaha dan penyedia layanan di Indonesia.

    Kolaborasi tersebut mendukung strategi ekspansi EdgeNext di kawasan Asia Pasifik sekaligus memperkuat posisi Edge DC sebagai pusat bagi platform-platform cloud dan konten global.

    Kemitraan ini menggabungkan infrastruktur Edge global milik EdgeNext yang tersebar lebih dari 1.700 node di 300+ kota-kota di dunia, dengan lingkungan pusat data Edge DC yang memiliki performa tinggi dengan latensi rendah.

    Edge DC menyediakan layanan colocation dan akses ke Edge Peering Internet Exchange (EPIX), yang memungkinkan EdgeNext terhubung dengan berbagai jaringan dan penyedia layanan. Selain itu, Indonet, perusahaan induk Edge DC juga turut mendukung konektivitas serat optik, guna memastikan akses yang cepat dan stabil di seluruh wilayah.

    “Kemampuan Edge global dari EdgeNext melengkapi misi kami dalam menghadirkan infrastruktur digital kelas dunia dan membantu berbagai perusahaan berkembang dengan pesat di Indonesia. Kolaborasi ini memperkuat ekosistem kami dengan mengintegrasikan layanan cloud Edge EdgeNext, yang didukung oleh layanan colocation dan Edge Peering Internet Exchange (EPIX). Bersama-sama, kami menghadirkan konektivitas dengan performa tinggi dan latensi rendah untuk aplikasi-aplikasi generasi selanjutnya,” kata Stephanus Oscar, CEO Edge DC, dalam keterangan yang diterima detikINET.

    “Kemitraan ini menjadi tonggak sejarah yang penting dalam strategi regional kami, karena memungkinkan kami menawarkan layanan Edge yang skalabel, aman, dan berkecepatan tinggi kepada ISP dan perusahaan lokal. Dengan kemampuan interkoneksi Edge DC dan backbone serat optik Indonet, kami siap mendukung transformasi digital Indonesia dan menghadirkan pengalaman Edge cloud yang lancar,” kata Terence Wang, CEO EdgeNext.

    Kolaborasi strategis antara EdgeNext dan Edge DC ini menjadi langkah penting dalam menghadirkan layanan Edge cloud generasi berikutnya ke Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.

    (asj/asj)

  • XLSMART Kenalkan Platform Digital ESTA-Teken Kerja Sama di BATIC 2025

    XLSMART Kenalkan Platform Digital ESTA-Teken Kerja Sama di BATIC 2025

    Jakarta

    PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (XLSMART) melalui lini usaha XLSMART for Business mengikuti Bali Annual Telkom International Conference (BATIC) 2025 Edisi ke-10 di Bali International Convention Center, The Westin Resort, Bali pada 26-29 Agustus 2025.

    BATIC 2025 menjadi acara telekomunikasi dan ekosistem digital terbesar di Asia-Pasifik, yang mempertemukan para pemimpin industri, perusahaan teknologi, startup, dan pelaku bisnis global. Melalui tema ‘Igniting Tomorrow’s Digital Evolution’, BATIC 2025 mendorong penguatan konektivitas digital, inovasi, dan kolaborasi lintas ekosistem.

    “Keikutsertaan kami pada BATIC 2025 menegaskan komitmen XLSMART untuk memperluas kolaborasi lintas sektor, bertukar insight strategis, dan mendorong adopsi teknologi seperti AI, IoT, cloud, serta cybersecurity. Melalui forum ini, kami juga membawa agenda keberlanjutan yang sejalan dengan SDGs guna mempercepat transformasi digital Indonesia,” ujar Direktur & Chief Enterprise Strategic Relation Officer XLSMART, Andrijanto Muljono dalam keterangannya, Kamis (4/9/2025).

    Pada forum BATIC 2025 ini, XLSMART tidak hanya berpartisipasi sebagai mitra penyelenggara saja, namun juga hadir dalam sesi keynotes presentasi. Pada sesi sini, Andrijanto menyampaikan paparan diskusi mengenai Harnessing AI to Drive Innovation and Value in Indonesia’s Digital. Ia juga menegaskan kunci transformasi digital berada pada ekosistem, yaitu pemerintah, industri, akademia, dan komunitas.

    Foto: XLSMART

    XLSMART for Business Perkenalkan ESTA di BATIC 2025

    Di forum BATIC 2025, XLSMART for Business turut memperkenalkan Enterprise Smart Technology & Automation (ESTA). Platform digital terpadu dari XLSMART ini memungkinkan berbagai sektor industri menjalankan operasional mereka secara efisien, aman, dan terukur.

    ESTA hadir sebagai bentuk komitmen XLSMART dalam menyediakan solusi digital yang adaptif dan modular, menjawab kebutuhan transformasi di berbagai sektor. Hal ini meliputi, sektor keuangan dan ritel, sumber daya alam, manufaktur, transportasi dan logistik, serta layanan publik dan kesehatan dengan solusi unggulan yang tidak dimiliki kompetitor lain.

    XLSMART juga melakukan penandatanganan kesepakatan bisnis dengan beberapa perusahaan yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Indonesia International, Indosat Ooredoo Hutchison, iBasis S.A.S, MILK Technology Limited, China Mobile International (CMI), PT Multitech Infomedia, PT. Digital Teknologi Terbaik.

    Bagi XLSMART for Business, gelaran BATIC 2025 menjadi kesempatan untuk menjalin hubungan, membangun kemitraan strategis, dan berkolaborasi dengan pemain kunci lainnya di industri. Hal Ini sejalan dengan konsep ‘partnership beyond seller and buyer’, dimana XLSMART menjalankan bisnis lebih kolaboratif antar-partner untuk memberikan impact lebih besar bagi pelanggan.

    Sebagai informasi tambahan, selama empat hari penyelenggaraan, BATIC menghadirkan lebih dari 1.500 peserta dari 500 perusahaan dan 40 negara, mulai dari Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika.

    Para peserta mengeksplorasi perubahan digital dan perkembangan industri telekomunikasi melalui diskusi tentang tren, dinamika pasar, dan inovasi. Diskusi ini bertujuan menyelaraskan kemajuan teknologi dengan pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

    (anl/ega)