Hoaks di Sektor Energi Iringi Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Setahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka membawa angin segar bagi pembangunan Indonesia.
Visi “Menuju Indonesia Emas 2045” yang diusung duet kepemimpinan ini menekankan kedaulatan pangan, penguatan pertahanan, pemerataan ekonomi, hingga akselerasi transformasi digital.
Berbagai kebijakan strategis telah digulirkan untuk mewujudkan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta masa depan bangsa yang lebih cerah.
Namun, di balik keseriusan upaya pemerintah, ruang digital justru diwarnai gelombang disinformasi yang menyasar berbagai sektor strategis. Salah satunya adalah hoaks dan penipuan digital yang mengatasnamakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi, yakni PT Pertamina (Persero).
Selama periode Oktober 2024 hingga Oktober 2025, Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) mencatat, total 1.593 kasus hoaks yang terverifikasi, sebanyak 773 hoaks atau 48,5 persen di antaranya bertemakan politik.
Kemudian, hoaks bertemakan lowongan kerja menempati posisi kedua dengan 171 kasus atau 10,7 persen. Disusul hoaks bantuan sebanyak 100 kasus atau 6,3 persen serta hadiah 97 kasus atau 6,1 persen.
BUMN, seperti Pertamina, paling sering dicatut dalam hoaks lowongan ataupun bantuan. Bahkan, ada contoh akun tiruan pejabat atau entitas seperti “Lowongan besar PT Pertamina (Persero)” atau klaim “Direktur Pertamina Simon menjual SPBU di Wonogiri”.
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho menjelaskan, ada dua kategori hoaks yang menyasar sektor energi.
Pertama
, hoaks terkait kebijakan energi.
Kedua
, penipuan digital yang meliputi lowongan kerja palsu, bantuan fiktif, dan modus bisnis.
“Entitas BUMN dan perusahaan swasta, seperti Pertamina dan PLN, sering disasar oleh hoaks energi ini,” ujar Septiaji kepada Kompas.com lewat jawaban tertulis kepada Kompas.com, Jumat (24/10/2025).
Khusus Pertamina, lanjut Septiaji, ada beberapa alasan BUMN energi ini menjadi sasaran utama hoaks dan penipuan digital. Pertamina adalah penyedia utama BBM dan
liquefied petroleum gas
(LPG) di Indonesia yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Isu sekecil apa pun terkait ketersediaan, harga, atau kualitas produk dapat langsung memengaruhi jutaan orang dan memicu reaksi publik yang kuat.
“Karena sifatnya yang strategis dan menyentuh hajat hidup orang banyak, informasi terkait Pertamina sangat mudah menjadi viral,” jelasnya.
Hoaks yang menyerang Pertamina, baik berupa penipuan digital maupun informasi bohong soal kebijakan, sama-sama memiliki daya rusak besar terhadap kepercayaan publik.
Hoaks kebijakan dapat menimbulkan sentimen negatif terhadap perusahaan dan pemerintah, sedangkan penipuan digital mengakibatkan kerugian finansial langsung kepada korban.
Septiaji mencontohkan salah satu kasus pada November 2024. Kala itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa pengemudi ojek
online
dipertimbangkan tidak akan dimasukkan ke dalam penerima bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Meskipun Kementerian ESDM telah meralat pernyataan tersebut pada Desember 2024, narasi keliru terus beredar di media sosial.
Konten-konten berisi informasi seolah sudah ada kebijakan yang melarang ojek
online
membeli Pertalite tersebar. Narasi ini menciptakan kebingungan dan keresahan di kalangan pengemudi ojek
online
yang mengandalkan BBM bersubsidi untuk menunjang pekerjaan mereka.
Hoaks lain yang sempat viral adalah klaim bahwa kendaraan yang menunggak pajak kendaraan bermotor dilarang mengisi BBM di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Narasi keliru ini dikemas dengan bahasa provokatif untuk memancing emosi publik.
Bahkan, beredar video yang menarasikan ada SPBU yang dibakar masyarakat karena marah dengan kebijakan motor mati pajak dilarang mengisi BBM. Faktanya, peristiwa di video tersebut merupakan kebakaran SPBU di Aceh akibat korsleting pada mobil pikap yang sedang mengisi BBM pada Kamis (10/10/2024).
“Beberapa hoaks berisi narasi provokatif untuk memancing kemarahan publik terhadap kebijakan yang sebenarnya tidak ada,” kata Septiaji.
Kebijakan pemerintah terkait izin impor BBM bagi SPBU asing turut menambah sentimen negatif terhadap Pertamina. Situasi ini kemudian berkorelasi dengan kemunculan hoaks penjarahan SPBU Pertamina.
Faktanya, konteks asli dari video yang beredar adalah momen unjuk rasa di depan kantor PT Pertamina Patra Niaga TBBM Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (23/9/2025). Para demonstran memprotes pengalihan bantuan susu, bukan melakukan penjarahan sebagaimana yang dinarasikan dalam konten hoaks.
Adapun puncak hoaks, berdasarkan data Mafindo, terjadi pada Juli 2025 dengan 180 kasus atau 11,3 persen. Periode pertengahan tahun ini identik dengan fase evaluasi publik ketika isu energi atau BBM marak dipelintir.
Selain hoaks kebijakan, Pertamina juga menjadi sasaran empuk penipuan digital berkedok lowongan kerja. Septiaji menjelaskan, minat tinggi pencarian pekerjaan di Indonesia membuat pelaku penipuan memanfaatkan nama besar BUMN energi.
Perusahaan, seperti Pertamina, diasosiasikan dengan tempat kerja bergaji tinggi dan fasilitas menarik. Persepsi ini dimanfaatkan penipu untuk membuat konten lowongan kerja palsu yang terlihat meyakinkan.
“Tercatat ada 30 hoaks lowongan kerja yang mengatasnamakan BUMN, termasuk Pertamina, PLN, dan lain-lain selama 2025,” ungkap Septiaji.
Menurutnya, hoaks lowongan kerja dan bantuan dengan mengatasnamakan perusahaan energi, seperti Pertamina semakin canggih. Kontennya dibuat semakin rapi dan profesional sehingga berpotensi menjerat banyak korban, khususnya masyarakat dengan tingkat literasi keamanan digital yang belum memadai.
Para penipu sering menggunakan taktik urgensi, iming-iming gaji fantastis, dan klaim eksklusif. Mereka mendesak calon korban untuk bertindak cepat dan membayar sejumlah uang sebagai biaya administrasi, pendaftaran, atau pelatihan.
Temuan Mafindo menunjukkan, entitas yang paling banyak dicatut sebagai sumber atau pemberi kerja palsu adalah pemerintah, korporasi domestik, dan BUMN, seperti Pertamina.
Pola serupa juga ditemukan pada hoaks bertema bantuan. Sebanyak 74 hoaks mencatut atau mengatasnamakan pemerintah dan BUMN.
Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau
artificial intelligence
(AI) dalam produksi hoaks menunjukkan peningkatan signifikan.
Mafindo mencatat, dari total 1.593 hoaks yang terverifikasi, sebanyak 202 hoaks atau 12,7 persen menggunakan teknologi AI dalam pembuatannya.
Deepfake
menjadi salah satu bentuk hoaks yang memanfaatkan teknologi AI.
Teknologi
deepfake
dapat mengubah wajah, bibir, dan suara tokoh publik agar tampak mengucapkan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan. Sementara itu, AI generatif mampu menghasilkan teks, narasi, atau konten yang tampak meyakinkan.
Meskipun belum ada kasus
deepfake
besar yang secara spesifik menargetkan pejabat Pertamina, potensi ancaman tersebut tetap harus diwaspadai. Contoh kasus
deepfake
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Agustus 2025 membuktikan betapa berbahaya teknologi ini.
Video
deepfake
yang menampilkan Sri Mulyani seolah mengatakan “guru itu beban negara” mampu memantik kemarahan luas dan bahkan menormalisasi wacana perusakan. Padahal, pernyataan tersebut tidak pernah diucapkan oleh Sri Mulyani.
Pada kesempatan berbeda, Septiaji juga menyoroti soal
scam
.
”
Scam
merupakan salah satu jenis hoaks yang jarang dibahas tuntas di media, padahal korbannya sangat masif dan bisa menimpa orang terdekat kita,” ucapnya dalam Diskusi Media bertajuk “Potret Hoaks Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran” di Jakarta, Selasa (22/10/2025).
Ia menambahkan,
scam
semakin canggih karena sudah mulai memanfaatkan AI dan menggunakan big data dari hasil kebocoran data pribadi. Hal ini membuat
scam
menjadi ancaman serius bagi siapa pun.
Agar tidak menjadi korban hoaks yang mengatasnamakan Pertamina, Septiaji memberikan beberapa saran kepada masyarakat. Salah satunya, masyarakat perlu berhati-hati dengan informasi yang beredar di media sosial.
Selalu cek sumber dan verifikasi informasi dengan membandingkan dari media kredibel. Situs periksa fakta, seperti
turnbackhoax.id
dan
cekfakta.com
, dapat menjadi rujukan untuk memastikan kebenaran informasi.
“Selalu mencari informasi dari situs resmi lembaga, seperti
website
resmi Pertamina, PLN, Antam, dan sebagainya,” imbau Septiaji.
Ia juga mendorong lembaga yang menjadi target hoaks untuk merespons hoaks secara cepat dan terukur. Pertamina dan BUMN lain perlu melakukan klarifikasi segera agar masyarakat tidak terlanjur menjadi korban, khususnya penipuan yang mengatasnamakan lembaga tersebut.
Adapun saluran penyebaran utama hoaks adalah Facebook (45,6 persen) dan TikTok (23,0 persen). Keduanya didominasi video pendek provokatif yang cepat viral untuk isu-isu SPBU ataupun BBM.
Dari sisi platform digital, Septiaji menyarankan pembuatan regulasi seputar penandaan otomatis untuk konten yang dibuat dengan AI. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak kebingungan membedakan konten sintetik dan autentik.
Kolaborasi antara pemerintah, BUMN, platform digital, organisasi masyarakat sipil, dan media massa juga menjadi kunci dalam memerangi disinformasi. Peningkatan literasi digital masyarakat, terutama terkait keamanan digital dan kemampuan memverifikasi informasi, menjadi langkah strategis untuk membangun ekosistem informasi yang sehat.
Presidium Mafindo Pengampu Komite Litbang Loina Lalolo Krina Perangin-angin menyoroti signifikansi penguatan ketahanan masyarakat terhadap hoaks. Upaya ini memerlukan sinergi lintas sektor untuk memperkuat literasi digital dan kemampuan kritis masyarakat.
“Kami menemukan peningkatan signifikan konten hoaks berbasis AI, terutama deepfake yang sulit dideteksi oleh publik awam,” ujar Loina dalam diskusi yang sama.
Tahun pertama pemerintahan baru memang diwarnai berbagai dinamika, termasuk disinformasi. Dengan kesadaran kolektif dan upaya bersama dalam memverifikasi informasi, ekosistem digital Indonesia dapat menjadi lebih sehat dan tepercaya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: transformasi digital
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3418169/original/076718800_1617352811-WhatsApp_Image_2021-04-01_at_16.30.06__1_.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
17 Tahun Mitratel: Kelola 39.000 BTS dan 65.000 Km Fiber Optik hingga ke Daerah 3T – Page 3
Liputan6.com, Jakarta – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) baru saja merayakan hari jadi ke-17 tahun, menandai tonggak penting dalam perjalanannya sebagai perusahaan penyedia menara telekomunikasi.
Sejak berdiri pada 2008, anak usaha Telkom Group ini telah menorehkan berbagai capaian signifikan, bertransformasi menjadi penggerak utama dalam mendukung perluasan akses konektivitas dan penyediaan infrastruktur digital nasional.
Saat ini, Mitratel mengelola lebih dari 39 ribu menara telekomunikasi (Base Transceiver Station/BTS) dan 65 ribu km serat optik (fiber to the tower) yang tersebar di seluruh nusantara.
Angka itu menjadikan Mitratel sebagai tulang punggung jaringan digital Indonesia, sekaligus simbol semangat kolaborasi dan pemerataan pembangunan.
Perusahaan memastikan kehadirannya dari kota-kota besar hingga daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) untuk mewujudkan kesempatan yang sama bagi setiap wilayah agar terkoneksi dan berkembang di era digital.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, mengatakan perjalanan 17 tahun ini merupakan refleksi dari kerja keras, inovasi, dan kolaborasi tanpa henti seluruh insan perusahaan.
“Kami percaya bahwa konektivitas menghubungkan setiap potensi yang tersebar di seluruh negeri, dari Sabang hingga Merauke,” ujar Theodorus dalam keterangan resminya, Jumat (24/10/2025).
Menurutnya, keberhasilan Mitratel tercermin dari strategi ekspansi yang berkelanjutan serta dedikasi tinggi dalam memperkuat peran sebagai enabler transformasi digital nasional.
-

Video: Babak Baru Digital RI Dimulai, Infrastruktur Jadi Tantangan
Jakarta, CNBC Indonesia – Lelang frekuensi 1,4 GHz akhirnya rampung. Pemerintah resmi menetapkan dua pemenang, yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama, anak usaha Surge (WIFI) dan Eka Mas Republik, pemilik MyRepublic.
Redaksi CNBC Indonesia menyoroti kehadiran dua pemain baru ini diyakini akan menambah dinamika industri telekomunikasi nasional yang selama ini didominasi oleh pemain lama. Dengan pasar yang semakin ramai, kompetisi diharapkan mampu menghadirkan layanan internet yang lebih cepat, stabil, dan terjangkau bagi masyarakat. Meski begitu, pemerintah diingatkan agar transformasi digital tidak sekadar menjadi ajang perebutan pasar oleh pelaku usaha, melainkan benar-benar diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang merata. Frekuensi baru ini diharapkan dapat membuka peluang pemerataan akses internet hingga ke pelosok Tanah Air, dengan dukungan komitmen perluasan jaringan dan ekosistem digital yang solid.
Saksikan dialog Andi Shalini bersama managing Editor CNBC Indonesia Demis Rizky Gosta dan Editor CNBC Indonesia Muhammad Khadafi dalam Editor’s View di Program Closing Bell CNBC Indonesia, Kamis (23/10/2025).
-

Cegah Maraknya Judi Online, Pemkot Kediri dan OJK Gelar Sosialisasi Digital Sehat untuk
Kediri (beritajatim.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri terus memperkuat upaya pencegahan judi online dengan menggelar Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Maraknya Judi Online bertema Digital Sehat Tanpa Judi Online, Kamis (23/10/2025).
Kegiatan yang diselenggarakan secara daring oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kota Kediri ini menyasar seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat umum. Acara menghadirkan narasumber dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri dan Dinas Sosial Kota Kediri.
Menteri Komunikasi dan Digitalisasi (Komdigi) RI Meutya Hafid dalam arahannya menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur atas inisiatif melaksanakan sosialisasi pencegahan judi online secara serentak. Ia menilai langkah ini mencerminkan kepedulian dan komitmen nyata pemerintah dalam melindungi masyarakat, terutama generasi muda, dari ancaman judi online di ruang digital.
Kepala Dinas Kominfo Kota Kediri Rony Yusianto yang membuka kegiatan tersebut menegaskan bahwa maraknya judi online kini menjadi ancaman serius bagi keamanan data pribadi masyarakat. Ia mengungkapkan, fenomena ini bahkan berdampak langsung pada program bantuan sosial di Kota Kediri.
“Ironisnya, banyak Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang dicoret bukanlah pemain judi aktif, melainkan korban eksploitasi data. Identitas mereka, seperti KTP dan KK, dengan mudah diberikan kepada pihak lain hanya demi iming-iming yang kemudian digunakan untuk transaksi judi,” jelasnya. Berdasarkan data PPATK, di Kota Kediri tercatat 467 penerima bantuan yang terindikasi terlibat judi online.
Menurut data Kementerian Komdigi RI, selama enam bulan terakhir pemerintah telah memblokir 1,3 juta konten judi online, 1,19 juta situs judi online, serta 127 ribu promosi judi online di media sosial.
Dari sisi ekonomi, laporan PPATK kuartal I 2025 mencatat total deposit transaksi judi online mencapai Rp 2,7 triliun, dengan pelaku terbanyak berada pada rentang usia 31–40 tahun. Sebanyak 71,6 persen di antaranya merupakan masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan dan sebagian besar terjerat pinjaman online (pinjol).
Sebagai langkah konkret, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judi Online pada 14 Juni 2024 yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Satgas ini berperan mengoptimalkan pencegahan dan penegakan hukum, memperkuat koordinasi antar lembaga, menjalin kerja sama internasional, serta menyelaraskan kebijakan strategis terkait pemberantasan judi online.
Rony Yusianto berharap kegiatan ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melindungi diri, keluarga, dan aset dari bahaya judi online. Ia juga menegaskan pentingnya membangun budaya digital sehat yang berlandaskan literasi dan tanggung jawab bersama di era transformasi digital. [nm/aje]
-

New Media vs Media Lama: Siapa yang Lebih Didengar Publik?
Jakarta (beritajatim.com) – Kehadiran new media dan influencer dinilai telah mengubah cara publik mengonsumsi informasi serta membentuk opini di ruang publik. Dalam salah satu diskusi di sela gelaran Indonesia Digital Conference (IDC) 2025, sejumlah tokoh media membahas bagaimana relasi antara media konvensional, media baru, dan influencer kian kabur seiring berkembangnya ekosistem digital.
Perubahan besar kini terjadi pada cara publik mengonsumsi informasi. “Opini publik mulai bergeser. Sekarang influencer bisa mempengaruhi media dan publik secara bersamaan,“ ujar Helena Rea, Head of Project BBC Media Action Indonesia dalam panel diskusi pada rangkaian IDC 2025 diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang bertema Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Ketika audiens bergeser ke influencer dan media baru (new media), muncul pertanyaan baru: siapa sebenarnya jurnalisnya? Sementara, kata Helena, media tradisional masih menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan format baru. Padahal, media harus bisa fokus pada kebutuhan audiensnya.
Diskusi di sela Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI).
Anggota Dewan Pers Rosarita Niken Widiastuti menyebut bahwa istilah new media hingga kini belum memiliki definisi yang baku. Namun dalam praktiknya, new media diisi oleh para influencer yang aktif menyiapkan, mengolah, dan menyajikan informasi kepada publik.
“Influencer kini bisa mempengaruhi persepsi publik. Mereka punya kedekatan emosional dengan audiens yang kadang tidak dimiliki media arus utama,” ujar Niken dalam kesempatan yang sama.Sementara itu, Wahyu Aji, CEO Good News From Indonesia (GNFI), menilai new media kini berpusat di platform media sosial. Namun, ia memperkirakan bahwa influencer yang selama ini beroperasi tanpa “rumah media” (homeless media) suatu saat akan bermigrasi ke situs web dan berkembang menjadi media arus utama.
Dia pun menjawab pertanyaan kenapa new media saat ini bisa dekat dengan Masyarakat dan mampu mempengaruhi opini publik. “Kami belajar dari kebutuhan audiens. Mereka tidak hanya ingin berita, tapi juga konten berbasis hobi, kuliner, hingga hal-hal lokal. New media bisa menyajikan informasi dengan cara yang lebih santai dan sesuai selera publik,” ujarnya.
Diskusi di sela Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI).
Ia menambahkan, keunggulan new media adalah kemampuan melihat langsung respons audiens dari performa konten yang dipublikasikan, sehingga dapat terus beradaptasi dengan cepat.
COO KapanLagi Youniverse (KLY) Wenseslaus Manggut menyoroti bahwa jurnalis dan influencer kini memiliki peran yang saling beririsan. Bahkan kemampuan dan pengalaman jurnalis seharusnya mampu menjadi influencer dalam medianya atau di new media.“Wartawan yang berpengalaman di satu bidang sebenarnya bisa jadi influencer, tapi banyak yang kurang percaya diri untuk tampil. Padahal, ketika orang yang paham bicara langsung ke publik, pengaruhnya bisa jauh lebih kuat,” katanya.
Di balik peluang media baru yang mampu membentuk opini publik ini, tantangan besar juga muncul. Menurut Wahyu, verifikasi informasi menjadi tantangan utama bagi new media karena arus informasi bergerak sangat cepat.
“Respons terhadap informasi begitu cepat sehingga kami terpacu memproduksi konten lagi dengan cepat. Di situ kadang muncul masalah, seperti kurang bijak dalam memframing berita dari media mainstream,” ujarnya.
Artinya, peran jurnalis dan media dalam menyampaikan informasi masih tetap dibutuhkan. Apalagi new media pun tetap membutuhkan media untuk mencari dan mengolah informasi yang akan disampaikannya.
Para narasumber sepakat bahwa kolaborasi antara media arus utama, new media, dan influencer perlu terus dibangun. Bukan hanya agar informasi yang beredar lebih kredibel, tetapi juga untuk memastikan narasi publik terbentuk secara sehat dan bertanggung jawab di tengah derasnya arus digitalisasi informasi.
Agenda Tahunan
AMSI kembali menyelenggarakan ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22–23 Oktober 2025. Tahun ini, IDC mengangkat tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”, yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi gelombang transformasi digital berbasis kecerdasan buatan (AI). [but]
-

Setahun Prabowo, Ada PR 60 Juta Masyarakat Belum Terkoneksi Internet
Jakarta –
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengungkapkan bahwa ada sebanyak 60 juta warga Indonesia yang belum terkoneksi internet. Hal itu yang menjadi pekerjaan rumah pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka untuk mempercepat pemerataan konektivitas di Tanah Air.
Persoalan itu diatasi dengan kolaborasi nota kesepahaman antara Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) sebagai langkah percepatan pembangunan akses internet sampai ke pelosok daerah.
Sinergi yang dilakukan Komdigi dan Kemendes PDT terbaru ini diklaim memungkinkan pemerintah memetakan kebutuhan infrastruktur digital secara lebih akurat dan tepat sasaran.
“Dengan MoU ini, Kemkomdigi dan Kemendes PDT akan mencocokkan data desa yang belum terkoneksi untuk menentukan mana yang akan kita prioritaskan untuk dibangun koneksinya di tahun 2026,” ujar Meutya dalam Audiensi dengan Kemendes PDT di Kantor Kementerian Komdigi dikutip Kamis (23/10/2025).
Meutya mengatakan kerja sama ini adalah upaya untuk memberikan akses informasi yang merata kepada seluruh masyarakat Indonesia.
“Sekitar 60 juta jiwa belum terkoneksi dengan internet sehingga kita perlu melakukan percepatan karena akses terhadap informasi merupakan hak asasi manusia sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945,” ungkapnya.
Dalam satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto-Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Komdigi menyebutkan telah melakukan langkah-langkah konkret dalam memperluas konektivitas, antara lain membangun BTS dan titik akses di Papua, menyelenggarakan lelang frekuensi, serta menjalin kerja sama dengan operator seluler untuk pemerataan akses di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, Meutya mengatakan sinergi antara Kemkomdigi dan Kemendes PDT ini akan mempercepat pembangunan infrastruktur konektivitas sehingga masyarakat di pedesaan dapat turut merasakan transformasi digital selayaknya di perkotaan.
“Transformasi digital harus bisa dirasakan di tingkat terkecil hingga ke desa-desa,” ucapnya.
Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto mengatakan ketersediaan konektivitas menjadi faktor penting dalam kemajuan desa. Disampaikannya bahwa salah satu yang sangat menentukan maju atau tidaknya suatu desa itu adalah masalah internet dan sinyal.
Yandri menambahkan banyak potensi desa yang dapat dimaksimalkan dengan ketersediaan konektivitas internet.
Ia mencontohkan beberapa desa telah mampu memasarkan produk unggulan desanya ke luar negeri, seperti para pembudidaya Ikan Mas Koki di Desa Kertasana, Kabupaten Pandeglang yang telah berhasil mengekspor produknya ke berbagai negara.
“Kami akan menyusun prioritas desa mana yang harus diintervensi lebih dulu, lebih cepat, lebih tepat,” pungkasnya.
(agt/agt)
-

Otomatisasi Agen AI dalam Layanan Pelanggan Online: Manfaat, Tantangan, dan Implementasinya
YOGYAKARTA – Pada era transformasi digital saat ini, semua orang tentunya mengharapkan layanan yang cepat, akurat, dan tersedia dengan efektif. Untuk menjawab kebutuhan ini, kebanyakan perusahaan telah mengadopsi otomatisasi agen AI dalam layanan pelanggan online, yaitu penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menangani dan membantu interaksi pelanggan secara otomatis maupun semi‑otomatis. Teknologi ini mempunyai potensi besar untuk meningkatkan efisiensi operasional, menambah kepuasan pelanggan, dan menurunkan biaya layanan.
Otomatisasi Agen AI dalam Layanan Pelanggan Online
Otomatisasi agen AI mengacu pada penggunaan sistem, misalnya chatbot, virtual assistant, voice bot, maupun sistem asistensi agen dengan basis AI untuk menangani permintaan pelanggan secara online, entah itu melalui live‑chat, e‑mail, aplikasi, hingga media sosial.
Sistem tersebut memanfaatkan teknologi seperti pemrosesan bahasa alami (NLP), machine learning, dan analisis sentimen untuk mengetahui pertanyaan pelanggan dan memberikan respons yang sesuai atau meneruskan ke agen manusia jika diperlukan.
Apa Saja Manfaat Otomatisasi Agen AI dalam Layanan Pelanggan Online?
Beberapa manfaat signifikan telah diidentifikasi oleh beberapa studi dan praktik di lapangan:
Efisiensi dan produktivitas: AI memungkinkan organisasi menangani volume permintaan yang besar tanpa mengurangi kualitas. Menurut Gartner, Inc., dilansir dari laman Nice.com, ada tiga area manfaat utama yang dapat dirasakan:
Menciptakan pengalaman pengguna yang optimalMendapatkan wawasan (insights),Perbaikan proses.
Waktu tunggu yang lebih cepat: AI dapat memberikan layanan setiap saat tanpa batas waktu, membantu mengurangi frustrasi pelanggan karena waktu tunggu.
Menghemat biaya: Implementasi otomatisasi dapat menghemat biaya operasional layanan pelanggan secara signifikan. Dikutip dari laman businessolution, Sebagai contoh, menurut salah satu laporan, otomatisasi dapat menghemat hingga 20‑40% dari biaya layanan.
Personalisasi dan analisis data: Sistem AI dapat menganalisis data pelanggan dan memberikan pengalaman yang lebih personal, serta menghasilkan insight dari interaksi pelanggan untuk memperbaiki layanan.
Skalabilitas: AI dapat menangani lonjakan trafik, contohnya saat promosi besar atau musim ramai, tanpa harus menambah banyak agen manusia secara instan.
Tantangan Implementasi Otomatisasi Agen AI
Meskipun mengundang banyak keuntungan, penerapan otomatisasi agen AI dalam layanan pelanggan online juga menghadapi beberapa tantangan:
Preferensi pelanggan untuk interaksi manusia: dalam beberapa situasi, misalnya keluhan emosional atau kompleks, masih lebih cocok ditangani oleh manusia.Kebutuhan data yang akurat dan relevan: Seperti yang dijelaskan oleh Gartner, banyak organisasi yang terlalu cepat menerapkan otomatisasi tanpa dilengkapi data yang memadai untuk mendukung fungsi‑fungsi insight dan routing yang tepat.Risiko respons yang kurang tepat atau tidak manusiawi: Sebagai contoh, AI bisa saja salah memahami konteks bahasa informal atau emosi pelanggan. Oleh sebab itu, pemantauan dan pemeliharaan harus terus‑menerus dilakukan.Integrasi teknologi dan perubahan budaya organisasi: Otomatisasi tidak hanya sekadar menambahkan sebuah chatbot; melainkan integrasi sistem CRM, pelatihan agen, dan perubahan proses layanan.
Langkah‑Langkah Implementasi yang Efektif
Agar manfaat otomatisasi agen AI dapat dimaksimalkan, perusahaan dapat melakukan langkah‑langkah berikut:
Analisis kebutuhan dan pertanyaan yang sering kali muncul: Identifikasi jenis pertanyaan pelanggan yang berulang kali dan cocok diotomatisasi (FAQ, pelacakan pesanan, pembatalan, dll).Tentukan platform AI yang sesuai dengan konteks lokal: Jika Anda beroperasi di wilayah Indonesia, pastikan sistem Anda memahami Bahasa Indonesia, dialek lokal, dan integrasi kanal layanan yang dimanfaatkan pelanggan Anda.Integrasi dengan sistem backend: Hubungkan AI dengan CRM, database pelanggan, ticketing system untuk mendapatkan respons yang lebih personal dan efisien.Pelatihan, monitoring, dan evaluasi: Sistem AI tidak menjadi solusi ‘pasang lalu lupa’. Pantau kemudian tambahkan skenario baru, terapkan analisis sentiment, dan terus optimalkan performa.Hybrid model: Terapkan model hibrida, AI sebagai lapis pertama, selanjutnya eskalasi ke agen manusia jika dibutuhkan. Hal ini dapat menjaga fleksibilitas dan menjaga pengalaman pelanggan tetap baik.
Demikianlah ulasan mengenai otomatisasi agen AI dalam layanan pelanggan online. Semoga bermanfaat! Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.
-

Menkum Supratman Umumkan Protokol Jakarta di IDC 2025, Tegaskan Perlindungan Hak Cipta atas Berita di Era AI
Jakarta (beritajatim.com) – Menteri Hukum Supratman Andi Agtas resmi mengumumkan inisiatif penyusunan regulasi perlindungan royalti bagi pelaku industri kreatif, termasuk media dan jurnalis, melalui Protokol Jakarta. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat kedaulatan intelektual dan kemandirian industri media nasional di tengah disrupsi digital akibat kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Bagi Menteri Hukum, tugas utama kami dalam ekosistem royalti adalah menciptakan perlindungan,” ujar Supratman dalam pidato kunci Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bertema Sovereign AI Menuju Kemandirian Digital di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Menurut Supratman, setiap kreasi yang dihasilkan masyarakat harus mendapatkan perlindungan hukum agar memberikan manfaat ekonomi bagi penciptanya. “Perlindungan hak cipta tidak hanya berhenti pada pengakuan formal, tetapi juga harus memberi nilai ekonomi yang adil bagi para pencipta dan penerbit,” katanya. Ia menegaskan, pengakuan tanpa nilai ekonomi tidak cukup untuk menjamin kesejahteraan kreator.
Kementerian Hukum telah mengembangkan sistem digital yang memungkinkan pendaftaran hak cipta dilakukan secara mudah dan cepat. Hanya dalam dua menit melalui laman resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, sertifikat hak cipta bisa diterbitkan sebagai bentuk pengakuan negara atas karya intelektual warga.
Menkum juga menyoroti pentingnya publisher right sebagai bentuk perlindungan bagi jurnalis dan pekerja media di tengah derasnya disrupsi digital. Menurutnya, media merupakan pilar utama demokrasi yang harus dijaga kemandiriannya. “Dari kesadaran itulah, lahir inisiatif Protokol Jakarta,” ujarnya.
Supratman menjelaskan, gagasan Protokol Jakarta muncul dari pengalamannya dalam berbagai forum internasional, termasuk World Intellectual Property Organization (WIPO), lembaga PBB yang menangani kekayaan intelektual. Dalam forum tersebut, ia menyoroti pentingnya keadilan dalam pembagian royalti antara platform digital, industri penerbitan, dan para pencipta karya.
“Saya tidak bicara soal tarif, tapi soal keadilan. Mengapa platform digital mendapat porsi 30 persen, industri lokal 50 persen, sementara pencipta hanya 15 persen? Ini yang harus diperjuangkan,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh pemangku kepentingan di ekosistem media untuk mendukung dan menyempurnakan usulan Protokol Jakarta, yang telah dijadwalkan akan dibahas dalam sidang WIPO di Jenewa, Swiss, awal Desember 2025 mendatang.
Selain pembagian royalti, Kemenkum juga menyiapkan regulasi yang memungkinkan sertifikat kekayaan intelektual dijadikan collateral atau jaminan pinjaman. Indonesia kini menjadi negara ke-15 di dunia yang mengakui kekayaan intelektual sebagai aset tak berwujud bernilai ekonomi.
Supratman menutup pidatonya dengan menegaskan bahwa perlindungan terhadap pekerja media dan jurnalis adalah fondasi bagi keberlanjutan industri media nasional. “Kita harus melindungi dari bawah, agar perusahaan medianya juga terlindung,” ujar dia.
Sebagai bentuk dukungan, pengurus nasional AMSI menyerahkan kanvas putih bertanda tangan seluruh ketua wilayah AMSI dari 28 provinsi kepada Menteri Supratman. “Jika perlindungan hak cipta atas konten berita bisa masuk dalam regulasi nasional dan global, maka inilah kontribusi bersejarah Indonesia untuk kemandirian digital ekosistem informasi kita,” kata Ketua Umum AMSI Wahyu Dhyatmika.
AMSI kembali menyelenggarakan ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22–23 Oktober 2025. Tahun ini, IDC mengangkat tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital” yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi transformasi digital berbasis AI.
National Sales Department Head Sinar Mas Land, Johan Triono, turut memberikan selamat atas terselenggaranya IDC 2025 dan menyampaikan dukungan agar media digital Indonesia terus bertahan di tengah tantangan industri saat ini.
Selain Sinar Mas Land, event IDC dan AMSI Awards 2025 juga didukung oleh PT Astra International Tbk, Djarum Foundation, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Harita Nickel, PT Alam Tri Resources Indonesia Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Indofood Sukses Makmur, Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Merdeka Copper Gold Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. [ian]
-

Investor Masih Melirik Industri Media di Era AI, GDP dan East Ventures Beberkan Alasannya di IDC AMSI 2025
Jakarta (beritajatim.com) – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa perubahan besar bagi industri media. Namun, di tengah disrupsi tersebut, para investor tetap melihat sektor media sebagai ruang yang menjanjikan untuk pertumbuhan dan inovasi.
Hal ini terungkap dalam Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital.” Salah satu sesi diskusi dalam ajang tersebut membahas arah investasi media di era AI. Hasilnya, media digital masih dianggap menarik selama mampu beradaptasi terhadap teknologi baru tanpa kehilangan nilai edukatifnya.
Co-Founder & Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca, menegaskan bahwa media tetap menjadi sektor penting yang potensial untuk investasi, terutama karena perannya dalam meningkatkan literasi publik. “Tujuan kami investasi di media itu salah satunya karena ada sektor edukasinya. Media juga memiliki niche-nya masing-masing,” ujar Willson, Rabu (22/10/2025).
Willson menjelaskan, tren industri media kini mulai bergerak dari sekadar SEO (Search Engine Optimization) menuju AI Optimization, seiring dengan berkembangnya kecerdasan buatan dalam proses kurasi, distribusi, dan personalisasi konten. “Media itu harus terus berinovasi, nanti juga terlihat arahnya seperti apa. Harus mencoba teknologi baru. Yang penting harus ada keunikan dari media tersebut yang belum dimiliki media-media yang ada,” katanya.
Selain inovasi, Willson juga menyoroti pentingnya visi dan integritas pendiri media dalam menarik kepercayaan investor. “Foundernya harus visioner, tidak hanya mengejar uang. Karena pada akhirnya, nilai dan visi yang kuat itulah yang membuat media bertahan,” ujarnya.
CEO GDP Venture, Martin Hartono, juga menegaskan bahwa pihaknya masih berkomitmen mendukung pertumbuhan industri media di Indonesia. “Investor juga tidak memilih akan berinvestasi di media lokal atau nasional. Yang penting segmentasi dan inovasi media tersebut menarik. Kami masih berkomitmen investasi di media,” kata Martin.
Menurut Martin, kriteria media yang menarik bagi investor bukan hanya soal potensi keuntungan, tetapi juga kemampuan organisasi dalam mewujudkan visi dan memberikan dampak sosial. “Kuncinya adalah kemampuan untuk bisa membawa visi dan misinya serta membangun tim yang baik. Kemudian konten yang mendidik untuk membangun kesejahteraan negara. Karena kalau negara sejahtera, bisnis juga membaik,” ujarnya.
Pernyataan dua tokoh investor tersebut menegaskan bahwa sektor media masih memiliki nilai strategis dan sosial yang tinggi. Di tengah percepatan adopsi AI, media yang mampu memadukan inovasi teknologi dengan misi edukatif dan keunikan konten diyakini akan tetap relevan serta diminati pasar.
Ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 diselenggarakan AMSI di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan, pada 22–23 Oktober 2025. Tahun ini, IDC mengangkat tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital,” yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi gelombang transformasi digital berbasis kecerdasan buatan.
Selain Sinar Mas Land, event IDC dan AMSI Awards 2025 juga mendapat dukungan dari PT Astra International Tbk, Djarum Foundation, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Harita Nickel, PT Alam Tri Resources Indonesia Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Indofood Sukses Makmur, Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Merdeka Copper Gold Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Indosat Tbk, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. [ian]
/data/photo/2025/10/24/68fb8101e0bb4.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
