Topik: THR

  • Puluhan UMKM dan BUMD ramaikan bazar Semarak Ramadhan di Pemkot Jakbar

    Puluhan UMKM dan BUMD ramaikan bazar Semarak Ramadhan di Pemkot Jakbar

    Sebagai ruang promosi yang luas bagi UMKM lokal agar dapat terus berkembang dan bersaing di pasar

    Jakarta (ANTARA) – Sebanyak 40 peserta dari kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), badan usaha milik daerah (BUMD) bidang pangan, dan usaha ritel meramaikan kegiatan bazar “Semarak Ramadan 2025” di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kamis.

    Wali Kota Jakarta Barat Uus Kuswanto menyebut kegiatan yang berlangsung Kamis hingga Jumat (21/3/2025) itu menyediakan paket sembako dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

    “Tadi, saya melihat sudah banyak yang antre untuk membeli kebutuhan pangan jelang Idul Fitri,” kata Uus saat dikonfirmasi di Jakarta.

    Uus menyebut aneka produk sembako dijual dalam paket harga murah, mulai harga Rp50 ribu, Rp100 ribu, hingga Rp150 ribu.

    “Apalagi pada suasana pagi yang cerah, ditambah kantong tebal karena sudah mendapatkan THR, tentunya kegiatan ini akan bertambah semarak,” kata dia.

    Sementara itu, Kepala Suku Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Sudin PPKUKM) Jakarta Barat Iqbal Idham Ramid mengatakan Semarak Ramadan 2025 digelar untuk menjaga stabilitas harga menjelang Lebaran yang berlangsung selama dua hari pada 20-21 Maret 2025.

    “Kita ketahui, menjelang hari besar keagamaan, biasanya diikuti kenaikan harga kebutuhan pangan. Kegiatan ini digelar untuk menjaga harga-harga kebutuhan tidak naik signifikan. Kita memuat ketersediaan harga-harga bahan pokok ini tetap terjaga agar tidak ada kenaikan harga,” ujar Iqbal.

    Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan sejumlah BUMD bidang pangan yang turut serta seperti Perumda Pasar Jaya, Food Station Tjipinang Jaya, Dharma Jaya, Kadin Jakarta Barat, dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).

    Kegiatan itu juga melibatkan usaha ritel seperti Hypermart, Indomaret, Alfamart, The Foodhall, Farmers Market, dan Grand Lucky.

    “Semua yang terlibat baik BUMD pangan dan ritel menyiapkan paket sembako murah dengan harga mulai dari Rp50 ribu, Rp100 ribu hingga Rp150 ribu, dengan kuota per hari maksimal 200/paket,” ujarnya.

    Pihaknya berharap bazar ini tidak hanya menjadi wadah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

    “Tapi juga sebagai ruang promosi yang luas bagi UMKM lokal agar dapat terus berkembang dan bersaing di pasar,” sebut Iqbal.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • "Jagoan Cikiwul" Minta THR: Ancaman, Intimidasi, dan Drama di Depan Pabrik
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        20 Maret 2025

    "Jagoan Cikiwul" Minta THR: Ancaman, Intimidasi, dan Drama di Depan Pabrik Megapolitan 20 Maret 2025

    “Jagoan Cikiwul” Minta THR: Ancaman, Intimidasi, dan Drama di Depan Pabrik
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketenangan di sebuah pabrik di Kelurahan Cikiwul, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, mendadak riuh saat seorang pria datang.
    Video yang merekam kedatangan pria yang berujung perdebatan itu viral di media sosial. Salah satunya diunggah akun Instagram @infobekasi.
    Rekaman video berdurasi 2 menit 29 detik itu memperlihatkan bagaimana pria yang diduga preman itu berdebat sengit dengan seorang sekuriti.
    Niatnya jelas, pria itu ingin bertemu dengan pemilik perusahaan. Namun, sang sekuriti mencoba menengahi.
    “Gue enggak mau itu duit lu, gue mau pimpinan lu, sini!” kata preman itu kepada sekuriti dengan nada tinggi.
    “Jangan gitu Pak, hargai saya, saya kerja di sini,” ucapnya, berusaha menenangkan situasi.
    Namun, preman itu tak mau mendengar. Ia mengaku sebagai penguasa wilayah Cikiwul.
    Pria itu bersikeras bahwa dirinya adalah sosok yang mengendalikan pabrik-pabrik di daerah itu. Bahkan, ia tak segan-segan mengancam.
    “Lu makan b***k di sini, lu enggak menghargain gue! Kalau lu pengen tahu, gue jagoan yang megang Cikiwul. Massa gue banyak di sini. Kalau gue tutup jalan depan bisa bergerak?” katanya.
    Tak cukup dengan ancaman, preman itu mengeluarkan secarik kertas dari sebuah amplop putih.
    Ia mengklaim bahwa aksinya bukanlah sekadar meminta uang, melainkan perjuangan untuk membela negara.
    “Gue bukannya nyari keributan, gua ngasih gini baik-baik, lho. Gua bela negara di sini, gua mati-matian,” ucapnya.
    Sementara itu, Kapolsek Bantargebang, Kompol Sukadi, membenarkan insiden itu. Peristiwa itu terjadi pada Senin (17/3/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.
    Menurutnya, pria yang terekam dalam video itu bernama Suhada.
    Ia tak datang sendirian, melainkan bersama tiga rekannya.
    “Mereka preman berkedok ormas,” ujar Sukadi kepada Kompas.com.
    Sukadi mengatakan, Suhada dan kawan-kawannya mendatangi perusahaan tersebut untuk meminta THR.
    Namun, ketika sekuriti memberikan uang Rp 20.000, mereka menolaknya dan tetap bersikeras ingin bertemu dengan pemilik perusahaan.
    Setelah kejadian tersebut, Suhada diketahui melarikan diri ke Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
    Sementara itu, tiga rekannya masih dalam pencarian. Polisi menyatakan akan menindaklanjuti kasus ini jika ditemukan unsur pidana pemerasan.
    “Kita masih dalam tahap klarifikasi, mengumpulkan keterangan, apakah ada unsur pidana atau tidak. Jika terbukti, akan dilakukan penegakan hukum,” tegas Sukadi.
    Kejadian ini kembali menjadi pengingat bahwa praktik premanisme masih menghantui para pelaku usaha di sejumlah daerah.
    Intimidasi, ancaman, hingga mengklaim ‘menguasai wilayah’ masih menjadi taktik klasik yang digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu.
    (Reporter: Achmad Nasrudin Yahya | Editor: Faieq Hidayat)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PT Djarum berikan THR bagi 50.553 pekerja di 8 daerah

    PT Djarum berikan THR bagi 50.553 pekerja di 8 daerah

    Sumber foto: Sutini/elshinta.com.

    PT Djarum berikan THR bagi 50.553 pekerja di 8 daerah
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 20 Maret 2025 – 14:14 WIB

    Elshinta.com – Sebanyak 50.552 pekerja PT Djarum mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang dibagikan hari ini Rabu (19/3) secara transfer ke rekening masing-masing untuk pekerja harian sedangkan Kamis (20/3) untuk pekerja borongan. Dimana puluhan ribu pekerja tersebut berasal dari berbagai daerah yakni Kudus, Pati, Rembang, Jepara, Temanggung, Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo dengan total THR mencapai Rp. 130, 5 miliar.

    Purwono Nugroho Senior Manager Public Affairs PT Djarum mengatakan pembagian THR tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini THR dibayarkan dengan cara langsung ditransfer 10096 ke rekening bank masing-masing pekerja. Dengan cara ini diharapkan menjadi lebih aman dan tertib.

    “Kami berharap dengan telah diterimanya THR ini dapat membantu para pekerja untuk mempersiapkan kebutuhan Hari Raya dan dapat merayakan hari raya Idul Fitri 1446 H dengan penuh kebahagiaan bersama keluarga”, ujarnya di Kantor Pusat PT Djarum seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Sutini, Kamis (20/3).

    Dijelaskan, terkait pembagian THR melalui cara transfer akan dievaluasi apakah ada kendala antrean di ATM yang ada di Kabupaten Kudus atau kendala lainnya. Sehingga kemungkinan tahun depan bisa saja dilakukan kembali seperti dahulu yakni sebagian di transfer dan sebagian diberikan secara tunai. 

    Senada, Senior Manager HRD PT Djarum Subronto menyampaikan  jika pekerja harian PT Djarum ada sebanyak 7.718 karyawan sedangkan sisanya berupa karyawan borong. Untuk besaran THR disesuaikan dengan Upah minimum Kabupaten masing-masing. “Bahkan ada yang lebih tinggi dari UMK”, ujarnya. 

    Salah satu pekerja, Jatni dari Brak Perwakilan Jetak Kaliwungu Kudus mengaku hari ini sudah mendapatkan transferan THR dari perusahaan tempat ia bekerja bahkan sudah ke ATM untuk mengambil uang tersebut untuk keperluan hari raya.

    “Senang THR sudah cair bisa untuk berbelanja keperluan lebaran. Kalau belanja mendekati lebaran takutnya harga-harga sudah naik”, ungkapnya.

    Sebanyak 50.552 pekerja PT Djarum mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang dibagikan hari ini Rabu (19/3) secara transfer ke rekening masing-masing untuk pekerja harian sedangkan Kamis (20/3) untuk pekerja borongan. Dimana puluhan ribu pekerja tersebut berasal dari berbagai daerah yakni Kudus, Pati, Rembang, Jepara, Temanggung, Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo dengan total THR mencapai Rp. 130, 5 miliar.

    Purwono Nugroho Senior Manager Public Affairs PT Djarum mengatakan pembagian THR tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini THR dibayarkan dengan cara langsung ditransfer 10096 ke rekening bank masing-masing pekerja. Dengan cara ini diharapkan menjadi lebih aman dan tertib.

    “Kami berharap dengan telah diterimanya THR ini dapat membantu para pekerja untuk mempersiapkan kebutuhan Hari Raya dan dapat merayakan hari raya Idul Fitri 1446 H dengan penuh kebahagiaan bersama keluarga”, ujarnya di Kantor Pusat PT Djarum.

    Dijelaskan, terkait pembagian THR melalui cara transfer akan dievaluasi apakah ada kendala antrean di ATM yang ada di Kabupaten Kudus atau kendala lainnya. Sehingga kemungkinan tahun depan bisa saja dilakukan kembali seperti dahulu yakni sebagian di transfer dan sebagian diberikan secara tunai. 

    Senada, Senior Manager HRD PT Djarum Subronto menyampaikan  jika pekerja harian PT Djarum ada sebanyak 7.718 karyawan sedangkan sisanya berupa karyawan borong. Untuk besaran THR disesuaikan dengan Upah minimum Kabupaten masing-masing. “Bahkan ada yang lebih tinggi dari UMK”, ujarnya. 

    Salah satu pekerja, Jatni dari Brak Perwakilan Jetak Kaliwungu Kudus mengaku hari ini sudah mendapatkan transferan THR dari perusahaan tempat ia bekerja bahkan sudah ke ATM untuk mengambil uang tersebut untuk keperluan hari raya.

    “Senang THR sudah cair bisa untuk berbelanja keperluan lebaran. Kalau belanja mendekati lebaran takutnya harga-harga sudah naik”, ungkapnya.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Jagoan Cikiwul Bekasi Maksa Minta THR ke Perusahaan: Ngaku Bela Negara Mati-matian, Kini Kabur – Halaman all

    Jagoan Cikiwul Bekasi Maksa Minta THR ke Perusahaan: Ngaku Bela Negara Mati-matian, Kini Kabur – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Preman bernama Suhada mengaku akan menutup jalan karena permintaan Tunjangan Hari Raya (THR) ditolak perusahaan plastik di Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

    Suhada mengaku sebagai jagoan wilayah Cikiwul. Massanya banyak.

    Dalam video yang diunggah akun Instagram @peristiwa_bekasi, bang Jago berbadan gempal terlihat mendatangi pabrik dan berdebat dengan petugas keamanan setempat. 

    Di awal video petugas satpam pabrik berinisiatif memberikan uang ke Bang Jago tersebut, tetapi karena nilainya tak seberapa langsung ditolak mentah-mentah. 

    “Gua enggak mau itu duit lu, gua mau pimpinan lu sini,” kata Bang Jago diduga anggota organisasi masyarakat (ormas) dalam rekaman video. 

    Satpam pabrik berusaha bersikap tenang, dia tetap meladeni preman yang mengaku Jagoan Cikiwul itu meski diancam akan membawa massa. 

    Dalam percakapan video, pelaku berusaha mengajukan surat diduga berisi proposal permintaan uang. 

    “Lu makan ber** di sini enggak ngehargain gua, lu kalau pengen tahu gua jagoan yang megang Cikiwul, massa gua banyak, kalau gua tutup jalan di depan pada kaga bisa gerak,” jelas dia. 

     Menanggapi hal itu, Kapolsek Bantargebang Kompol Sukadi mengatakan, peristiwa dalam video terjadi pada Senin (17/3/2025) sekira pukul 11.00 WIB. 

    “Iya, dia minta (uang), dikasih Rp20.000 tapi enggak mau, tapi malah pengen ketemu pimpinannya (perusahaan),” kata Sukadi. 

    Pelaku premanisme datang berempat, mereka sudah hampir setiap tahun melakukan aksi minta THR ke perusahaan. 

    “THR untuk lebaran, setiap tahun sebetulnya, tahun kemarin terus sekarang datang lagi,” jelas dia. 

    Sukadi memastikan, pihaknya sudah bergerak mengecek tempat kejadian perkara (TKP) dan mencari keberadaan pelaku. 

    “Kami sudah lakukan pengecekan, sudah mintain keterangan tapi yang bersangkutan yang badannya besar namanya Suhada itu kabur ke Gunung Putri,” terangnya.

    Mati-matian bela negara

    Kepada sekuriti, Suhada mengaku meminta THR karena sedang mati-matian membela negara.

    “Gue bukannya nyari keributan, gua ngasih gini, baik-baik lho, gua bela negara di sini, gua mati-matian,” ujar Suhada kepada sekuriti dalam video, dikutip Kamis (20/3/2025).

    Suhada yang mengenakan rompi hitam dan kaus berwarna marun itu terlihat geram setelah sekuriti pabrik hanya memberikan uang THR Rp 20.000.

    Dia tak puas dengan nominal pemberian sekuriti tersebut dan memaksa ingin bertemu pemilik perusahaan.

    “Gue enggak mau itu duit lu, gue mau pimpinan lu, sini,” kata Suhada.

    “Jangan gitu, Pak, hargai saya, saya kerja di sini, Pak,” ujar sekuriti.

    “Kalau lu kerja di sini, sampaikan, ini amanah lho,” kata Suhada.

    “Sudah saya sampaikan, amanah, Pak,” jawab sekuriti.

    Tak puas dengan jawaban tersebut, Suhada kemudian mencoba mengintimidasi sekuriti dengan mengaku sebagai jagoan di Cikiwul.

    Bahkan, ia megancam akan menutup akses jalan depan perusahaan apabila tak bisa bertemu dengan pemilik pabrik.

    Kabur ke Bogor

    Suhada kabur setelah video dirinya meminta THR ke perusahaan viral di media sosial.

    Kami sudah lakukan pengecekan, sudah mintain keterangan tapi yang bersangkutan yang badannya besar namanya Suhada itu kabur ke Gunung Putri,” ujar Kapolsek Bantargebang Kompol Sukadi kepada Kompas.com, Kamis (20/3/2025).

    Sukadi dan anak buahnya telah mendatangi perusahaan yang dimintai THR oleh Suhada dan meminta keterangan sekuriti perusahaan tersebut.  Berdasarkan keterangan sekuriti, Suhada datang bersama tiga rekannya untuk meminta THR Lebaran.

    Sukadi mengungkapkan, keempatnya merupakan preman berkedok organisasi masyarakat (ormas).

    Mereka berasal dari wilayah Bantargebang. Saat ini, polisi tengah melacak tiga rekan Suhada.

    “Mereka preman berkedok ormas,” ungkap Sukadi.

    Sukadi memastikan, pihaknya akan menindak tegas para pelaku apabila keempatnya terbukti memenuhi unsur pelanggaran pidana pemerasan.

    “Sekarang klarifikasi dulu minta keterangan, ada unsur pidana atau tidak. Kalau ada kita tindaklanjuti penegakkan hukum,” imbuh dia.

    Sebelumnya diberitakan, preman bernama Suhada mengancam akan menutup akses jalan salah satu pabrik plastik di Jalan Tali Kolot, Cikiwul, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

    Ancaman itu dilontarkan Suhada setelah dirinya diberi Rp 20.000 ketika meminta THR Lebaran ketika mendatangi perusahaan plastik pada Senin (17/3/2025), sekitar pukul 11.00 WIB. (TribunJakarta/Kompas.com)

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Viral Pria Sok Jago Minta THR ke Pabrik di Cikiwul, Ogah Dikasih Rp20.000 Malah Ancam Tutup Jalan

  • Polisi tindak ormas minta THR ke pengusaha di Pelabuhan Tanjung Priok

    Polisi tindak ormas minta THR ke pengusaha di Pelabuhan Tanjung Priok

    Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Martuasah H Tobing didampingi Kasat Reskrim AKP I Gede Puti Ngurah Krisha Narayana. ANTARA/Mario Sofia Nasution

    Polisi tindak ormas minta THR ke pengusaha di Pelabuhan Tanjung Priok
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Kamis, 20 Maret 2025 – 16:19 WIB

    Elshinta.com – Polres Pelabuhan Tanjung Priok bakal menindak tegas para oknum dari organisasi kemasyarakatan (ormas) yang meminta tunjangan hari raya (THR) ke pengusaha di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

    “Aksi pemaksaan tersebut merupakan tindak pidana dan bisa diproses secara hukum,” kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Martuasah H Tobing di Jakarta, Kamis.

    Ia mengatakan penindakan ini sesuai dengan perintah Presiden Prabowo Subianto dan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo terkait dengan ormas-ormas ini yang meminta uang THR dengan cara pemerasan

    “Ini tentunya ini melanggar pidana dan kami akan langsung proses hukum,” kata dia.

    Martuasah meminta agar para pengusaha tidak memberikan THR kepada ormas yang memaksa. Ia meminta agar para pengusaha bisa melaporkan ke polisi apabila mendapat pemerasan dari oknum ormas.

    “Pengaduan itu bisa dilakukan melalui telepon ke nomor 110 atau langsung ke Polres Pelabuhan Tanjung Priok,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Jagoan Cikiwul Bekasi Maksa Minta THR ke Perusahaan: Ngaku Bela Negara Mati-matian, Kini Kabur – Halaman all

    Apindo Tak Masalah Ormas Minta THR, Asal Tidak Memaksa dan Jadi Aksi Premanisme – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam mengaku tak masalah dengan organisasi masyarakat (ormas) yang meminta Tunjangan Hari Raya (THR).

    Asalkan, kata Bob, mereka tidak memaksa dan jangan sampai malah menunjukkan aksi premanisme seperti memblokade akses ke perusahaan.

    “Ya minta boleh saja, tetapi jangan memaksa. Jangan sampai itu menjadi aksi premanisme yang berujung pada pemblokiran. Itu jangan lah,” kata Bob kepada wartawan di Jakarta, dikutip Kamis (20/3/2025).

    Meski demikian, Bob mengatakan keputusan memberi THR ini kembali ke perusahaan masing-masing.

    Terlebih, menurut dia, sejatinya perusahaan sudah memiliki dana Corporate Social Responsibility (CSR) masing-masing untuk urusan membina masyarakat di sekitar lokasi mereka beroperasi.

    “Dikembalikan lagi pada kerelaan pengusaha masing-masing. Ya kan ada dana CSR sebenarnya. Perusahaan juga sering membina masyarakat sekeliling dan sebagainya,” ujar Bob.

    Belakangan ini, menjalang perayaan Lebaran, banyak sejumlah ormas yang seharusnya berfokus pada kegiatan sosial atau keagamaan, justru terlibat dalam praktik meminta THR dari perusahaan, toko, atau individu dengan modus yang cenderung merugikan banyak pihak.

    Salah satu surat permintaan THR yang baru-baru ini beredar adalah surat yang berasal dari Ormas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Bitung Jaya, Tangerang.

    “Untuk itu kami meminta kepada perusahaan dan pengusaha yang berada di lingkungan kami untuk sudikiranya memberikan dana THR, besar kecilnya pemberian akan kami terima dengan senang hati,” tulis surat yang diteken Ketua Ormas Desa LPM Bitung Jaya, Jayadi.

    Tak cuma ormas, bahkan pengurus RW pun ikut-ikutan mengeluarkan surat edaran minta THR ke perusahaan.

    Kejadian ini terjadi di RW 02 Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat.

    Pihak pengurus RW membenarkan kabar tersebut dan menyebutnya hal yang wajar.

    Surat edaran itu diduga dikeluarkan oleh pengurus salah satu RW di Kelurahan Jembatan Lima, Jakarta Barat, dan viral di media sosial.

    Surat tersebut berisi permintaan uang THR. Dalam unggahan @jakbarviral, permintaan THR itu ditujukan untuk para pengusaha yang menggunakan lahan parkir.

    “Dana tersebut akan kami alokasikan untuk anggota Linmas juga kepengurusan RW di wilayah kami,” demikian bunyi surat itu sebagaimana dilihat Kompas.com dalam unggahan Instagram @jakbarviral, Selasa (11/3/2025).

    Surat itu ditandatangani pengurus RW, lengkap dengan kop dan cap pengurus RW.

    Sekretaris RW 02, Jembatan Lima, Jakarta Barat, Febri mengakui pihaknya mengedarkan surat permohonan THR ke 30 sampai 40 perusahaan.

    Permintaan THR itu dikirimkan ke perusahaan yang setiap hari datang ke wilayah Jalan Laksa RW 02, Jembatan Lima, untuk melakukan bongkar muat barang.

    “Benar memang dari pihak pengurus RW yang mengeluarkan (surat edaran). Tapi perlu digarisbawahi itu kita bukan untuk ke warga, tapi ke pengguna jasa parkir dari pemilik perusahaan-perusahaan yang ngirim barang ke sini,” kata Febri, melansir dari Kompas.com.

  • AJI Kota Semarang Buka Posko Aduan THR Bagi Jurnalis dan Pekerja Media di Jateng

    AJI Kota Semarang Buka Posko Aduan THR Bagi Jurnalis dan Pekerja Media di Jateng

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang bekerja sama dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang dan Serikat Pekerja Lintas Media (SPLM) Jawa Tengah membuka posko Aduan ketenagakerjaan bagi jurnalis dan pekerja media di Jateng.

    Posko  aduan ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi pekerja media yang memiliki persoalan tentang ketenagakerjaan. 

    Selain itu juga sebagai pengejawantahan Tri Panji AJI, yakni profesionalisme, kebebasan pers dan kesejahteraan.

    Setiap pekerja media layak mendapatkan hak, di antaranya memperoleh upah layak, Tunjangan Hari Raya (THR), jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.

    “Setiap pekerja atau buruh berhak mendapatkan upah yang layak dan kesejahteraan sesuai dengan UU Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2023,” kata Divisi Ketenagakerjaan AJI Semarang, Praditya Wibisono, Kamis, (20/3/2025).

    Menurutnya, setiap perusahaan media harus tunduk pada undang-undang ketenagakerjaan. Data yang masuk ke Posko aduan ini nantinya akan ditindaklanjuti ke Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng.

    “Harapannya ya perusahaan media tidak ada yang melanggar,” ucapnya.

    Kepala Bidang Buruh LBH Semarang, Safali menambahkan, dengan dibentuknya posko aduan bagi jurnalis ini, diharapkan bisa melaporkan permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi di perusahaannya.

    “Kawan-kawan bisa memberitahukan ke kami permasalahan yang sedang dialami di tempat kerja mulai dari hak normatif yang dilanggar perusahaan hingga upaya perusahaan untuk menghindari kewajiban pembayaran THR keagamaan tahun 2025,” katanya.

    Perlu diketahui, lanjut Safali, pemberian THR wajib diberikan perusahaan kepada pekerja, maksimal 7 hari sebelum lebaran dan perusahaan dilarang untuk mencicil.

    Hal itu berdasarkan SE terbaru Kementerian Ketenagakerjaan Nomor M/2/HK.04.00/III/2025 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan Tahun 2025.

    “Selain itu ada denda dan sanksi administrasi yang akan ditanggung perusahaan jika tidak memenuhi kewajiban pemberian THR pekerja berdasarkan Permenaker 6 tahun 2016 tentang THR keagamaan bagi pekerja atau buruh,” jelasnya.

    Proses aduan nantinya akan akan diupayakan melalui pendampingan serta advokasi ke pihak Disnakertrans Jateng yang berwenang di bidang Ketenagakerjaan. (Rad)

  • SOSOK Preman Sok Jago Ogah Dikasih Rp20 Ribu, Satpam Dibentak, Kabur Tinggalkan Wilayah Kekuasaan

    SOSOK Preman Sok Jago Ogah Dikasih Rp20 Ribu, Satpam Dibentak, Kabur Tinggalkan Wilayah Kekuasaan

    TRIBUNJAKARTA.COM – Awalnya sok jago berani minta tunjangan hari raya (THR) lebaran ke perusahaan, kini pria yang ngakunya jagoan dari Cikiwul, Bekasi, melarikan diri tinggalkan wilayah kekuasaan.

    Sosok preman yang mengaku jagoand ari Cikiwul itu diketahui bernama Suhada.

    Videonya memaksa meminta THR ke sebuah perusahaan dan dilayani satpam beredar viral di media sosial.

    Dalam video yang beredar viral, preman tersebut memakai baju berwarna merah dan memaksa satpam untuk mempertemukannya dengan pimpinan perusahaan.

    Bahkan, preman itu juga mengancam akan menutup akses jalan menuju pabrik jika keinginannya tidak terpenuhi.

    Kini sosok preman sok jago itu diketahui merupakan warga Bantargebang yang selama ini menjadi preman berkedok sebagai bagian dari organisasi masyarakat (ormas).

    Identitas Suhada sudah diketahui dan kini sang preman sudah melarikan diri dari wilayah kekuasaannya pergi ke daerah Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

    “Kami sudah lakukan pengecekan, sudah mintai keterangan tapi yang bersangkutan yang badannya besar namanya Suhada itu kabur ke Gunung Putri,” kata Kapolsek Bantargebang Kompol Sukadi dikutip dari Kompas.com, Kamis (20/3/2025).

    KLIK SELENGKAPNYA: Sosok Iwan Sulistya Setyawan, Kades Wunut yang Bagikan THR Rp 457 juta untuk 2.289 Warganya. Badut Jalanan Sampai Menangis Haru.

    Sukadi menerangkan, ia telah mendatangi perusahaan yang dimintai THR oleh Suhada dan meminta keterangan dari petugas sekuriti.

    Ketika peristiwa terjadi, kata Sukadi, Suhada datang bersama dengan tiga rekannya untuk meminta THR Lebaran.

    Kendati demikian, sekuriti yang terekam dalam video viral itu pada akhirnya memberi Rp20.000 kepada Suhada dan teman-temannya.

    “Iya, dia minta (THR), dikasih Rp 20.000. Tapi dia enggak mau, pengin ketemu pimpinannya,” ungkap Sukadi.

    Saat ini, polisi tengah melacak tiga rekan Suhada.

    “Mereka preman berkedok ormas,” ungkap Sukadi. 

    Sukadi memastikan, pihaknya akan menindak tegas para pelaku apabila keempatnya terbukti memenuhi unsur pelanggaran pidana pemerasan.

    “Sekarang klarifikasi dulu minta keterangan, ada unsur pidana atau tidak. Kalau ada kami tindaklanjuti penegakkan hukum,” imbuh dia.

    Jagoan dari Cikiwul ciut

    MEMINTA THR – Sosok Suhada, preman yang viral mengaku sebagai “jagoan Cikiwul” saat memaksa meminta THR ke pabrik plastik di Kota Bekasi. (Instagram @infobekasi)

    Setelah aksi pemerasannya viral di mana-mana dan tengah dicari polisi, Suhada, yang mengaku jagoan dari Cikiwul itu akhirnya minta maaf. 

    Video permintaan maafnya pun tersebar di media sosial. 

    “Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.”

    “Saya nama Suhada alias Mang Ada asli Cikiwul pribumi Cikiwul, tumpah darah di Cikiwul, putra daerah Cikiwul, dengan kejadian yang viral di TikTok tempo hari yang telah membuat warga Cikiwul merasa terganggu, dengan ucapan saya, saya minta maaf yg sebesar-besarnya.”

    “Saya mengakui salah, karena saya mengaku saya seorang jagoan di Cikiwul saya salah, saya minta maaf dan untuk sekuriti yang tempo hari saya maki-maki juga saya minta maaf juga sama sekuriti tersebut yang istilahnya takut dengan saya, takut hal-hal yang tidak diingikan terjadi, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Mohon dimaafkan,” tulisnya seperti dikutip dari Instagram @infobekasi_raya.

    Suhada kemudian mencoba menjelaskan kronologi kejadian versinya. 

    Ia mengaku mengajukan proposal itu berisi permohonan bantuan dana untuk kegiatan membagikan takjil. 

    “Saya akan jelaskan kronologi kejadian, apa saja yang ada di dalam proposal yang saya ajukan ke perusahaan tersebut. Yang saya ajukan ke perusahaan tersebut adalah memohon bantuan untuk bagi-bagi takjil di jalan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan saya,” katanya. 

    Ia pun membantah bahwa dirinya meminta THR kepada perusahaan.

    “Jadi, tidak ada bahasa saya minta THR enggak ada, silakan dicek aja semua proposal ada di perusahaan itu, silakan dicek dan dibaca dan dilihat isinya itu meminta bantuan untuk bagi-bagi takjil pada tanggal berapa nanti yang akan kita bagiin, kalau kita dapat. Ternyata kejadiannya seperti ini, enggak dapat gitu.”

    “Saya akui emang saya arogan, tapi arogan saya itu kan permasalahan saya ada sebabnya gitu loh. Sebabnya di situ ada 4 proposal, dari 4 itu yang 3 dinaikkan sama satpamnya, yang punya saya yang proposal isinya memohon bantuan untuk bagi-bagi takjil di lingkungan itu tidak dinaikkan sama sekuritinya,” tutupnya.

    (TribunJakarta)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

    Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Pemdes Berjo Karanganyar Bagikan THR Rp 500 Ribu Kepada 1.426 KK

    Pemdes Berjo Karanganyar Bagikan THR Rp 500 Ribu Kepada 1.426 KK

    TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR – Pemerintah Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar membagikan Tunjangan Hari Raya (THR) Rp 500 ribu kepada warganya.

    Pembagian THR tersebut dilakukan secara simbolis oleh Bupati Karanganyar, Rober Christanto kepada perwakilan warga bertepatan dengan acara Semua Bisa Sejahtera, Sejahtera Wargane Gawe Tresno Desone di Balai Desa Berjo, Kamis (20/3/2025).

    Tercatat ada 1.426 KK yang mendapatkan THR sebesar masing-masing Rp 500 ribu tersebut.  

    Total uang THR sebesar Rp 713 juta tersebut diambilkan dari pendapatan asli desa. 

    Pembagian ini merupakan bagian dari program desa yang dikenal dengan sebutan SBS (Semua Bisa Sejahtera). Warga dari enam dusun di Desa Berjo dijadwalkan mengambil THR secara tunai dalam dua hari mulai hari ini hingga besok, Jumat (21/3/2025).

    Kepala Desa Berjo, Dwi Haryanto menyampaikan, kesejahteraan masyarakat menjadi perhatian pemerintah desa. Pengelolaan potensi desa oleh BUMDes seperti Air Terjun Jumog dan Telaga Madirda menjadi penyumbang cukup banyak bagi pendapatan asli desa.

    Oleh karena itu pemdes berupaya untuk meringankan kebutuhan masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H dengan membagikan THR dari hasil pendapatan desa.

    “Diputuskan saat musyawarah desa. Dananya diambil dari pendapatan asli desa,” katanya.

    Selain itu Pemdes Berjo memiliki program Semua Bisa Sehat, Semua Bisa Sarjana. Dalam program tersebut fokus terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan warga desa.

    Bupati Karanganyar, Rober Christanto mengapresiasi perangkat desa dan BUMDes Berjo yang berupaya memberikan kesejahteraan kepada warganya.

    “Ini baru pertama kali terjadi di Karanganyar, di mana desa mampu dan berani membagikan THR kepada warganya. Semoga bisa berlanjut di tahun-tahun berikutnya dengan nominal yang lebih besar,” terangnya.

    Selain pembagian THR, Desa Berjo juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan dan kesehatan warganya.

    Pemerintah desa mengalokasikan Rp 654,5 juta untuk beasiswa bagi 640 siswa SMP, SMA, dan mahasiswa.

    Di bidang kesehatan, desa menganggarkan Rp442 juta untuk jaminan kesehatan warganya di luar program pemerintah.

    Tak hanya itu, bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 110 juta juga diberikan kepada lansia, warga rentan miskin, dan anak yatim.

    Menurutnya, Desa Berjo telah memberikan contoh bagaimana pengelolaan desa yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    “Keberhasilan ini bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Karanganyar. Jika dikelola dengan baik, BUMDes bisa menjadi motor penggerak ekonomi desa dan memberikan manfaat langsung bagi warganya,” ungkap Rober. (Ais)

  • SOSOK Preman Sok Jago Ogah Dikasih Rp20 Ribu, Satpam Dibentak, Kabur Tinggalkan Wilayah Kekuasaan

    4 Fakta Jagoan Cikiwul Minta THR, Kini Minta Maaf: Awalnya Emosi Proposalnya Tak Dinaikkan Sekuriti

    TRIBUNJAKARTA.COM – Hari raya lebaran layaknya ‘musim panen’ bagi para preman.

    Mereka memeras dengan modus menebar proposal kegiatan sosial ke pebisnis tingkat rendah sampai kakap.

    Namun, pemerasan yang mereka lakukan tak melulu berjalan mulus. Ada yang apes karena aksinya diviralkan. 

    Salah satunya menimpa preman bernama Suhada yang meminta tunjangan hari raya (THR) Lebaran ke salah satu perusahaan plastik di Bantargebang, Kota Bekasi. 

    Suhada yang mengaku Jagoan dari Cikiwul itu melarikan diri setelah aksi pemerasan yang dilakukannya viral di media sosial. 

    Ia pun kini menjadi buruan polisi. 

    Lantas bagaimana kasus pemerasan yang dilakukan Suhada bermula? Simak 4 fakta ini.

    1. Maki-maki sekuriti

    Suhada mengancam akan menutup akses jalan salah satu pabrik plastik di Jalan Tali Kolot, Cikiwul, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

    Ancaman itu dilontarkan Suhada setelah dirinya diberi Rp 20.000 ketika meminta THR Lebaran ketika mendatangi perusahaan plastik pada Senin (17/3/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.

    Aksi Suhada itu terekam dalam sebuah video berdurasi 2 menit 59 detik yang diunggah pengguna Instagram, @infobekasi.

    Awalnya, Suhada yang mengenakan rompi hitam dan kaus berwarna merah marun geram setelah sang sekuriti pabrik memberikannya uang THR Rp 20.000.

    Suhada yang tak puas dengan nominal pemberian sekuriti akhirnya memaksa ingin bertemu pemilik perusahaan.

    “Gue enggak mau itu duit lu, gue mau pimpinan lu, sini,” kata Suhada kepada sang sekuriti, dikutip dari Instagram @Infobekasi, Kamis (20/3/2025).

    “Jangan gitu Pak, hargai saya, saya kerja di sini, Pak,” ujar sekuriti.

    “Kalau lu kerja di sini, sampaikan, ini amanah lho,” kata Suhada.

    “Sudah saya sampaikan, amanah, Pak,” jawab sekuriti.

    Tak puas dengan jawaban tersebut, Suhada kemudian mencoba mengintimidasi sekuriti dengan mengaku sebagai jagoan di Cikiwul.

    2. Ancam tutup jalan

    Suhada megancam akan menutup akses jalan depan perusahaan apabila tak bisa bertemu dengan pemilik pabrik.

    “Lu makan, b***k di sini, lu enggak menghargain gue, lu. Kalau lu pengen tahu, gue jagoan yang megang Cikiwul. Massa gue banyak di sini. Kalau gue tutup jalan depan, bisa bergerak?” ujar Suhada.

    Kepada sang sekuriti, Suhada mengaku terpaksa “turun gunung” setelah anak buahnya berungkali gagal menemui pemilik perusahaan.

    Namun, ketika turun langsung, dirinya merasakan nasib yang sama dengan anak buahnya, yakni sama-sama tidak dihargai oleh perusahaan.

    “Gua selama ini enggak pernah turun, yang turun selama ini anak buah gua, sekarang gua turun pengin tahu bukti ternyata begini, enggak menghargai lingkungan. Di sini gue yang megang pabrik-pabrik semua,” tegas Suhada.

    Tak lama, Suhada memperlihatkan sebuah amplop putih yang berisi secarik kertas kepada sang sekuriti.

    Selanjutnya, ia menunjukkan tulisan dalam isi kertas tersebut sembari mengklaim dirinya “turun gunung” dalam rangka mati-matian membela negara.

    “Gue bukannya nyari keributan, gua ngasih gini, baik-baik lho, gua bela negara di sini, gua mati-matian,” tambah dia.

    3. Kabur ke Gunung Putri

    Suhada yang meminta tunjangan hari raya (THR) Lebaran ke salah satu perusahaan plastik di Bantargebang, Kota Bekasi, kabur ke Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

    Suhada kabur setelah video dirinya meminta THR ke perusahaan viral di media sosial.

    “Kami sudah lakukan pengecekan, sudah mintain keterangan tapi yang bersangkutan yang badannya besar namanya Suhada itu kabur ke Gunung Putri,” ujar Kapolsek Bantargebang Kompol Sukadi kepada Kompas.com, Kamis (20/3/2025).

    Sukadi dan anak buahnya telah mendatangi perusahaan yang dimintai THR oleh Suhada dan meminta keterangan sekuriti perusahaan tersebut.  

    Berdasarkan keterangan sekuriti, Suhada datang bersama tiga rekannya untuk meminta THR Lebaran. Namun, oleh sekuriti, mereka hanya diberi Rp 20.000.

    “Iya, dia minta (THR), dikasih Rp 20.000. Tapi dia enggak mau, pengin ketemu pimpinannya,” ungkap Sukadi.

    Mereka berasal dari wilayah Bantargebang. Saat ini, polisi tengah melacak tiga rekan Suhada.

    “Mereka preman berkedok ormas,” ungkap Sukadi.

    Sukadi memastikan, pihaknya akan menindak tegas para pelaku apabila keempatnya terbukti memenuhi unsur pelanggaran pidana pemerasan.

    “Sekarang klarifikasi dulu minta keterangan, ada unsur pidana atau tidak. Kalau ada kita tindaklanjuti penegakkan hukum,” imbuh dia.

    4. Jagoan dari Cikiwul ciut

    Setelah aksi pemerasannya viral di mana-mana dan tengah dicari polisi, Suhada, yang mengaku jagoan dari Cikiwul itu akhirnya minta maaf. 

    Video permintaan maafnya pun tersebar di media sosial. 

    “Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.”

    “Saya nama Suhada alias Mang Ada asli Cikiwul pribumi Cikiwul, tumpah darah di Cikiwul, putra daerah Cikiwul, dengan kejadian yang viral di TikTok tempo hari yang telah membuat warga Cikiwul merasa terganggu, dengan ucapan saya, saya minta maaf yg sebesar-besarnya.”

    “Saya mengakui salah, karena saya mengaku saya seorang jagoan di Cikiwul saya salah, saya minta maaf dan untuk sekuriti yang tempo hari saya maki-maki juga saya minta maaf juga sama sekuriti tersebut yang istilahnya takut dengan saya, takut hal-hal yang tidak diingikan terjadi, saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Mohon dimaafkan,” tulisnya seperti dikutip dari Instagram @infobekasi_raya.

    Suhada kemudian mencoba menjelaskan kronologi kejadian versinya. 

    Ia mengaku mengajukan proposal itu berisi permohonan bantuan dana untuk kegiatan membagikan takjil. 

    “Saya akan jelaskan kronologi kejadian, apa saja yang ada di dalam proposal yang saya ajukan ke perusahaan tersebut. Yang saya ajukan ke perusahaan tersebut adalah memohon bantuan untuk bagi-bagi takjil di jalan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan saya,” katanya. 

    Ia pun membantah bahwa dirinya meminta THR kepada perusahaan.

    “Jadi, tidak ada bahasa saya minta THR enggak ada, silakan dicek aja semua proposal ada di perusahaan itu, silakan dicek dan dibaca dan dilihat isinya itu meminta bantuan untuk bagi-bagi takjil pada tanggal berapa nanti yang akan kita bagiin, kalau kita dapat. Ternyata kejadiannya seperti ini, enggak dapat gitu.”

    “Saya akui emang saya arogan, tapi arogan saya itu kan permasalahan saya ada sebabnya gitu loh. Sebabnya di situ ada 4 proposal, dari 4 itu yang 3 dinaikkan sama satpamnya, yang punya saya yang proposal isinya memohon bantuan untuk bagi-bagi takjil di lingkungan itu tidak dinaikkan sama sekuritinya,” tutupnya.

    Pakai baju tahanan

    Kabar terbaru pada Jumat (21/3/2025), Polres Metro Bekasi Kota berhasil meringkus Suhada, pria yang mengaku sebagai Jagoan Cikiwul yang viral minta THR ke perusahaan di Kecamatan Bantargebang. 

    Suhada ditampilkan dalam kegiatan konferensi pers di Markas Polres Metro Bekasi Kota di Jalan Pangaran Jayakarta, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi.

    Pria berbadan gempal itu terlihat sudah menggunakan pakaian tahanan, kedua tangannya diborgol saat digiring anggota Satreskrim Polres Metro Bekasi Kota. 

    Tak terlihat wajah garangnya seperti saat berhadapan dengan satpam perusahaan, suara lantangnya pun sama sekali tak terdengar saat menjawab pertanyaan awak media. 

    “Sehat Bang Jago”, tanya wartawan. 

    JAGOAN CIKIWUL DITANGKAP – Kang Dedi Mulyadi turut merespons terkait aksi premanisme yang dilakukan Suhada yang mengaku jagoan dari Cikiwul. Ia pun kini telah ditangkap jajaran Polres Metro Kota Bekasi. (Tiktok KangDediMulyadi dan TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar). ((Tiktok KangDediMulyadi dan TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar).)

    “Sehat,” jawab Suhada dengan nada pelan sambil digiring menuju tempat konferensi pers. 

    Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Bekasi Kota Kompol Binsar Sianturi mengatakan, Suhada diringkus di daerah Sukabumi, Jawa Barat. 

    “Sudah kita amankan semalam pukul 18.30 di daerah Sukabumi sementara sedang proses penyidikan,” kata Binsar, Jumat (21/3/2025). 

    Binsar menegaskan, pihaknya tidak mentolerir aksi premanisme yang mengatasnamakan organisasi masyarakat (ormas) atau lembaga swadaya ( LSM) apapun. 

    Untuk itu, masyarakat diimbau untuk melaporkan segera ke Polisi jika menjadi korban premanisme dari oknum tersebut. 

    “Kita tidak mentolerir adanya aksi premanisme, silahkan masyarakat jika menemui aksi premanisme bisa menghubungi kantor kepolisian,” tegasnya.

    Respons Dedi Mulyadi

    Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut menanggapi terkait kasus pemerasan yang dilakukan jagoan dari Cikiwul terhadap sebuah perusahaan di kawasan Bantargebang, Bekasi. 

    Ia berterima kasih terhadap jajaran kepolisian bahwa preman bernama Suhada tersebut telah dimasukkan ke kerangkeng. 

    “Terimakasih kepada Jajaran Polda Metro Jaya, Pak Kapolda, Pak Dirreskrimum dan kemudian Jajaran Kapolres Metro Kota Bekasi, Pak Kapolres dan Kasat Sersenya, jagoan Cikiwul sudah ditangkap,” ujar Dedi Mulyadi seperti dikutip dari akun TikToknya pada Jumat (21/3/2025). 

    Ditangkapnya Suhada, kata Dedi, menjadi pembelajaran bagi semua pihak di wilayah Jawa Barat untuk tidak coba-coba bergaya preman yang melakukan pemerasan terhadap korbannya. 

    “Ini pembelajaran bagi semuanya di wilayah Provinsi Jawa Barat jangan coba-coba bergaya jadi jagoan, kalau ujung-ujungnya ditangkap nangis, semangat untuk seluruh Rakyat Jawa Barat.”

    “Jangan pernah takut terhadap aksi preman, kibarkan semangat kita, kepakkan sayap, preman itu kalau ditangkap pasti nangis,” pungkasnya. 

     

     

     

     

    Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, 

    saya nama Suhada alias Mang Ada asli Cikiwul pribumi Cikiwul, tumpah darah di Cikiwul, putra daerah Cikiwul. 

    dengan kejadian yg viral di tiktok tempo hari yg telah membuat warga cikiwul merasa terganggu, dengan ucapan saya, saya minta maaf yg sebesar-besarnya. saya mengakui salah, karena saya mengaku saya seorang jagoan di Cikiwul saya salah, saya minta maaf. 

    dan utk sekuriti yg tempo hari saya maki-maki juga saya minta maaf juga sama sekuriti tersebut yang istilahnya takut dengan saya, takut hal-hal yang tidak diingikan terjadi, saya minta maaf yg sebesar-besarnya. mohon dimaafkan. 

    saya akan jelaskan kronologi kejadian yg apa saja yg ada di dalam proposal yg saya ajukan ke perusahaan tersebut. 

    yg saya ajukan ke perusahaan tersebut adalah memohon bantuan utk bagi2 takjil di jalan yg sudah dilakukan oleh rekan2 saya. 

    jadi, tidak ada bahasa saya minta thr enggak ada, silakan dicek aja semua proposal ada di perusahaan itu, silakan dicek dan dibaca dan dilihat isinya itu meminta bantuan utk bagi2 takjil pada tanggal berapa nanti yg akan kita bagiin, klo kita dapat. 

    ternyata kejadiannya seperti ini, enggak dapat gitu. 

    saya akui emang saya arogan, tapi arogan saya itu kan permasalahan saya ada sebabnya gitu loh. 

    sebabnya di situ ada 4 proposal, propsal 4 itu yg 3 dinaikkan sama satpamnay, yg punya saya yg proposal isinya memohon bantuan utk bagi2 takjil di lingkungan itu tidak dinaikkan sama sekuritinya.