Topik: tekanan darah tinggi

  • 5 Kebiasaan Sederhana Cegah Gagal Ginjal di Usia Muda, Mudah Dilakukan

    5 Kebiasaan Sederhana Cegah Gagal Ginjal di Usia Muda, Mudah Dilakukan

    Jakarta

    Gagal ginjal merupakan sebuah kondisi saat ginjal sudah tidak dapat menjalankan fungsinya untuk menyaring limbah dan mengeluarkannya melalui urine. Seseorang yang mengidap kondisi gagal ginjal harus menjalani prosedur cuci darah seumur hidupnya, kecuali dirinya bisa mendapatkan transplantasi ginjal.

    Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kesehatan organ ginjal agar fungsinya tidak terganggu. Menjaga kesehatan ginjal dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai kebiasaan sehat. Dikutip dari Medical News Today, berikut adalah daftar kebiasaan simpel yang dapat dicoba:

    1. Menjaga Berat Badan

    Seseorang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas sebaiknya menurunkan berat badan. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit ginjal.

    Strategi untuk menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan sehat dan lebih aktif secara fisik. Langkah ini dapat mengurangi risiko penyakit ginjal dan penyakit kronis lainnya.

    Meskipun begitu, seseorang yang mengidap penyakit ginjal atau gagal ginjal harus menghindari penurunan berat badan terlalu cepat atau melakukan diet yang sangat ketat ketika mencoba untuk menurunkan berat badan.

    2. Aktif Bergerak

    Berolahraga dapat memberikan banyak manfaat kesehatan bagi tubuh, termasuk membantu melindungi kesehatan organ jantung, mendukung tubuh untuk mengelola glukosa darah, dan membantu untuk mempertahankan atau mencapai berat badan yang sehat dan ideal.

    Sederet manfaat kesehatan tersebut dapat memungkinkan seseorang untuk mengurangi risiko dari gagal ginjal.

    3. Berhenti Merokok

    Menghentikan kebiasaan merokok dapat meningkatkan kesehatan bagi siapa pun, dan tidak ada kata terlambat untuk memulai hidup yang sehat dan bebas dari tembakau. Bagi seseorang yang mengidap penyakit ginjal, mereka harus menghentikan kebiasaan merokok.

    Tak hanya itu saja, kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, yang dapat merusak organ ginjal.

    4. Kontrol Tekanan Darah

    Tekanan darah di atas 140/90 mmHg merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit ginjal yang signifikan, terutama pada pengidap diabetes. Seseorang harus memeriksa tekanan darah secara teratur, khususnya apabila memiliki riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi.

    Mengendalikan tekanan darah dapat dilakukan dengan cara menerapkan gaya hidup sehat. Apabila perubahan gaya hidup tidak dapat mengontrol tekanan darah, maka masyarakat mungkin membutuhkan obat tekanan darah untuk menurunkan risiko penyakit ginjal dan gagal ginjal.

    5. Konsumsi Makanan ‘Ramah Ginjal’

    Menerapkan diet rendah sodium dapat membantu mengurangi risiko penyakit ginjal, penyakit jantung, dan berbagai faktor risiko gagal ginjal. Diet rendah sodium juga mungkin termasuk mengurangi asupan kalium dan fosfor.

    Disarankan untuk mengonsumsi sayuran seperti bayam atau brokoli, menghindari makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan, memilih buah alami dibandingkan jus buah, dan meminimalisir makanan yang digoreng.

    (suc/suc)

  • Benarkah Terasi Bikin Darah Tinggi? Ini Faktanya

    Benarkah Terasi Bikin Darah Tinggi? Ini Faktanya

    Jakarta, Beritasatu.com – Terasi adalah bumbu masakan yang terbuat dari udang atau ikan yang difermentasi dengan garam. Namun, benarkah terasi bisa bikin darah tinggi?

    Terasi memang memiliki aroma yang kuat dan rasa yang khas, menjadikannya bahan utama dalam berbagai hidangan tradisional Indonesia, seperti sambal terasi, tumis sayuran, dan seafood.

    Meskipun memberikan cita rasa yang kaya pada masakan, ada beberapa kekhawatiran mengenai pengaruh terasi terhadap kesehatan, khususnya bagi penderita hipertensi atau darah tinggi.

    Apakah benar terasi dapat meningkatkan tekanan darah? Berikut ini penjelasannya.

    Kandungan Terasi dan Pengaruhnya terhadap Darah Tinggi
    Proses pengawetan terasi menggunakan garam, yang mengandung natrium. Menurut American Heart Association (AHA), jika dikonsumsi secara berlebihan, natrium dapat memengaruhi peningkatan tekanan darah, terutama pada penderita hipertensi.

    Sebagai contoh, dalam satu sendok makan terasi, terkandung sekitar 1.500 miligram garam, yang setara dengan sepertiga dari batas konsumsi garam harian yang disarankan.

    Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki sensitivitas terhadap garam atau memiliki tekanan darah tinggi, konsumsi terasi perlu dibatasi. Meski terasi mengandung garam yang dapat berisiko bagi penderita hipertensi, terasi juga memiliki sejumlah manfaat kesehatan.

    1. Kaya akan protein
    Terasi mengandung protein yang penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel tubuh.

    2. Mengandung vitamin dan mineral
    Terasi mengandung vitamin D, B12, serta mineral seperti fosfor dan selenium yang bermanfaat untuk kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh.

    3. Rendah kalori
    Terasi memiliki kandungan kalori yang rendah, menjadikannya tambahan yang baik dalam diet seimbang, asalkan dikonsumsi dalam jumlah moderat.

    Sayangnya, manfaat ini bisa berkurang jika terasi dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, terutama karena kandungan garamnya yang tinggi.

    Tips Aman Mengonsumsi Terasi bagi Penderita Hipertensi
    – Gunakan terasi sebagai bumbu, bukan bahan utama
    Terasi sebaiknya digunakan dalam jumlah kecil untuk memberi rasa, bukan sebagai bahan utama dalam masakan.

    – Pilih terasi dengan warna alami
    Terasi yang berwarna mencolok mungkin mengandung zat pengawet berbahaya, seperti Rhodamin-B, yang sebaiknya dihindari.

    – Perhatikan total asupan garam
    Pastikan total asupan garam dari semua sumber dalam satu hari tidak melebihi 5.000 miligram, sesuai dengan batas yang disarankan untuk menjaga tekanan darah tetap stabil.

    Terasi memang dapat memengaruhi tekanan darah karena kandungan natriumnya. Namun, dengan mengelola konsumsi terasi secara bijak dan memperhatikan asupan garam keseluruhan, penderita hipertensi masih bisa menikmati terasi sebagai bagian dari diet mereka.

    Selalu perhatikan jumlah terasi yang dikonsumsi dan pastikan untuk menjaga keseimbangan dalam pola makan sehari-hari.

  • Cuaca Dingin Meningkatkan Risiko Serangan Jantung, Mitos atau Fakta?

    Cuaca Dingin Meningkatkan Risiko Serangan Jantung, Mitos atau Fakta?

    Jakarta

    Cuaca dingin tak hanya membuat seseorang rentan mengalami flu dan pilek. Berada di suhu dingin ternyata bisa berdampak pada jantung.

    Dikutip dari Medical News Today, pembuluh darah bereaksi terhadap suhu rendah dengan menyempit, yang meningkatkan tekanan darah dan mengurangi sirkulasi, sehingga membebani jantung. Cuaca dingin meningkatkan tekanan pada jantung, karena memengaruhi fungsi jantung dan peredaran darah.

    Saat suhu udara menjadi lebih dingin, tekanan darah meningkat. Hal ini akan memaksa jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah. Belum lagi, ketika cuaca dingin jantung harus bekerja lebih berat untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat. Inilah yang kemudian berkontribusi meningkatkan risiko serangan jantung.

    Studi yang dilakukan di Swedia pada 2017 juga menemukan fakta yang serupa. Penelitian tersebut menemukan serangan jantung lebih umum terjadi pada hari-hari yang dingin. Cuaca dingin dapat memengaruhi kinerja jantung dan menyebabkan:

    Denyut jantung yang lebih tinggiPeningkatan tekanan darahKebutuhan oksigen yang lebih tinggiDarah menjadi lebih kental, sehingga dapat menyebabkan pembekuan darah

    Orang dengan penyakit kardiovaskular mungkin mengalami lebih banyak efek buruk akibat cuaca dingin, termasuk tekanan darah tinggi dan kekakuan arteri. Semua faktor ini dapat memberikan tekanan lebih pada jantung, meningkatkan risiko serangan jantung.

    Selain itu, infeksi saluran pernapasan dapat menyebar lebih mudah selama musim dingin. Hal ini juga dapat memicu terjadinya serangan jantung.

    Dikutip dari British Heart Foundation, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan untuk menjaga kesehatan jantung selama musim hujan atau cuaca dingin:

    Kenakan kaus kaki, baju hangat, dan selimut berlapis untuk menjaga tubuh tetap hangatKenakan pakaian berlapis, topi, dan sarung tangan untuk membantu tubuh tetap hangat saat beraktivitas di luar ruanganTetap bergerak saat berada di dalam ruangan untuk menjaga tubuh tetap hangat dan meningkatkan sistem imunKonsumsi makanan atau minuman hangat yang menyehatkan, seperti sup sayuran atau teh hijau

    (ath/kna)

  • Ngeri! Banyak Anak Muda Kini Kena Penyakit Ginjal Sampai Harus Cuci Darah

    Ngeri! Banyak Anak Muda Kini Kena Penyakit Ginjal Sampai Harus Cuci Darah

    Jakarta

    Tren penyakit ginjal kronis di kalangan dewasa muda meningkat. Hal ini memicu kekhawatiran tentang kurangnya pemeriksaan dini untuk mencegah terjadinya masalah ginjal.

    Kepala Departemen Nefrologi-Dialisis di Rumah Sakit Thống Nhất, Vietnam, Prof Nguyen Bach, melihat adanya peningkatan jumlah pasien muda berusia 20-40 tahun yang mengalami penyakit ginjal kronis.

    “Banyak pasien muda didiagnosis mengidap penyakit ginjal dan diobati dengan dialisis ketika mereka merasa tidak sehat dan datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan pertama mereka,” kata Prof Bach, dikutip dari Vietnam News.

    “Biasanya tidak ada gejala penyakit ginjal pada tahap awal, sehingga banyak pasien tidak terdiagnosis hingga kondisinya lanjut. Penting untuk melakukan tes rutin memeriksa penyakit ginjal kronis guna mendeteksinya sejak dini,” lanjutnya.

    Prof Bach mengatakan tidak ada obat untuk penyakit ginjal kronis. Tetapi, pengobatan dapat mengendalikan kondisi tersebut dan memperlambat penurunan fungsi ginjal.

    Penyakit ginjal kronis dapat berkembang menjadi gagal ginjal stadium akhir. Hal ini bisa berakibat fatal tanpa dialisis atau transplantasi ginjal.

    Banyak anak muda yang memiliki pola hidup tidak sehat yang mempercepat penurunan fungsi ginjal seperti lebih banyak mengonsumsi protein hewani, kurang asupan air putih, serta sering mengonsumsi obat pereda nyeri, suplemen yang dijual bebas, dan obat-obatan tradisional.

    Anak muda biasanya mengabaikan pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau kondisi kesehatan dan mendeteksi penyakit ginjal sejak dini. Adapun faktor risiko dari penyakit ginjal kronis, meliputi diabetes, hipertensi, penyakit jantung, obesitas, dan usia lanjut.

    Lantas, apa saja gejala yang mungkin muncul akibat penyakit ginjal kronis?

    Gejala Penyakit Ginjal Kronis

    Dikutip dari Health Direct, ada beberapa gejala yang mungkin terlihat atau dirasakan pasien meliputi:

    Hipertensi (tekanan darah tinggi)Buang air kecil di malam hariPerubahan pada tampilan urine (seperti berbusa atau berbusa)Hematuria (darah dalam urine)Edema atau bengkak (di kaki, pergelangan kaki atau di sekitar mata)Kelelahan atau lemasMual (merasa mual) atau muntahGatal-gatalKaki gelisahSesak napas

    Gejala Gagal Ginjal

    Sementara itu, tanda atau gejala gagal ginjal yang bisa dialami, yakni:

    Jumlah urine berkurangEdema atau bengkak (di kaki, pergelangan kaki atau di sekitar mata)KebingunganMualMerasa sesak napas

    (sao/suc)

  • 7 Kebiasaan Sehari-hari Bisa Merusak Ginjal, Hati-hati yang Sering Makan Manis

    7 Kebiasaan Sehari-hari Bisa Merusak Ginjal, Hati-hati yang Sering Makan Manis

    Jakarta

    Ginjal merupakan organ vital yang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, membuang limbah dan racun, mengatur keseimbangan elektrolit, dan membantu mengontrol tekanan darah.

    Ketika ginjal rusak, mereka tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan limbah dan racun dalam darah, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

    Karenanya, menjaga performa ginjal tetap baik agar terhindar dari penyakit membutuhkan pola hidup yang baik pula. Ini beberapa kebiasaan yang sebenarnya bisa merusak kesehatan ginjal seperti dikutip dari National Kidney Foundation dan India Times.

    1. Sering Menggunakan Obat Pereda Nyeri

    Obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) dan Analgesik, dapat meredakan nyeri dan rasa sakit. Meskipun begitu, obat-obatan tersebut juga dapat membahayakan ginjal, terutama jika sudah memiliki penyakit ginjal.

    Kurangi penggunaan NSAID secara teratur dan jangan pernah melebihi dosis yang dianjurkan.

    2. Konsumsi Makanan Tinggi Garam dan Gula

    Mengonsumsi terlalu banyak garam dapat berdampak negatif pada kesehatan seseorang, terutama jika ginjalnya tidak berfungsi dengan baik. Garam mengandung yodium, yang meningkatkan tekanan darah dan merusak pembuluh darah di ginjal, sehingga ginjal sulit berfungsi dan mengeluarkan racun. Hal ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, ketidaknyamanan selama dialisis, dan penumpukan cairan di sekitar jantung dan paru-paru.

    Selain garam, seseorang terlalu berlebihan mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan obesitas dan diabetes, yang merupakan faktor risiko utama penyakit ginjal. National Kidney Foundation mencatat bahwa meskipun gula tidak merusak ginjal, terlalu banyak asupan gula pada pengidap diabetes dapat menyebabkan gula darah tinggi yang dapat merusak ginjal.

    3. Mengonsumsi Makanan Olahan

    Sebuah studi tahun 2022 menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi banyak makanan olahan memiliki risiko penyakit ginjal 24 persen lebih tinggi.

    Makanan ini banyak diolah dan mengandung banyak bahan tambahan buatan, gula tambahan, karbohidrat olahan, lemak tidak sehat, dan natrium, tetapi rendah serat, protein, dan nutrisi penting.

    4. Tidak Minum Cukup Air

    Tanpa air yang cukup, seseorang berisiko mengalami kerusakan ginjal, terutama jika seseorang bekerja keras atau dalam cuaca panas. Air membantu ginjal membuang limbah. Air juga membantu mencegah batu ginjal dan membuat obat ISK (infeksi saluran kemih) bekerja lebih baik. Mereka yang mengidap penyakit ginjal stadium lanjut mungkin perlu membatasi cairan.

    5. Kurang Tidur

    Tidur malam yang cukup sangat penting bagi kesehatan seseorang secara keseluruhan, termasuk pada organ ginjal. Fungsi ginjal diatur oleh siklus tidur-bangun yang membantu mengoordinasikan beban kerja ginjal selama 24 jam.

    6. Konsumsi Terlalu Banyak Daging

    Protein merupakan bagian penting dari pola makan manusia. Protein membantu orang membangun otot, menyembuhkan, melawan infeksi, dan tetap sehat. Jumlah protein yang kita butuhkan bergantung pada usia, jenis kelamin, dan kesehatan.

    Protein hewani, seperti daging, susu, dan telur, mengandung semua bahan penyusun penting, tetapi beberapa di antaranya mengandung banyak lemak tidak sehat.

    Ikan, unggas, dan susu rendah lemak mengandung lebih sedikit lemak ini, sehingga lebih baik untuk kesehatan jantung. Namun, jika Anda memiliki penyakit ginjal, tubuh mungkin kesulitan membuang semua sisa protein.

    7. Mager-an

    Olahraga teratur menawarkan banyak manfaat kesehatan, terutama bagi pengidap penyakit ginjal. Olahraga membantu orang menjaga berat badan, tekanan darah, dan kadar kolesterol yang sehat.

    Satu penelitian menunjukkan bahwa orang dengan penyakit ginjal lanjut yang berolahraga secara teratur memiliki risiko kematian sekitar 50 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga.

    (suc/suc)

  • Benarkah Soda Diet Lebih Baik Daripada Soda Biasa? Begini Penjelasannya  – Halaman all

    Benarkah Soda Diet Lebih Baik Daripada Soda Biasa? Begini Penjelasannya  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Soda diet sering dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat daripada soda biasa karena bebas gula. 

    Biasanya, soda diet menggunakan pengganti gula seperti aspartam, sehingga minuman ini bebas kalori dan gula tambahan.

    Namun, ternyata soda diet bukan tanpa risiko kesehatan. 

    Dilansir dari Health, penelitian menunjukkan bahwa minum soda diet secara teratur dapat meningkatkan risiko terkena diabetes dan kondisi kesehatan lainnya.

    Soda diet memiliki bahan-bahan yang mirip dengan soda biasa, tetapi gulanya diganti dengan pengganti gula. 

    Hasilnya, soda diet tidak mengandung kalori atau gula tambahan.\

    Pengganti gula yang paling umum dalam soda diet adalah aspartam , tetapi soda diet juga dapat mengandung kalium asesulfam, sukralosa, dan sakarin.

    Ini semua adalah pemanis yang disetujui FDA dan telah dipelajari secara ekstensif.

    Selain pemanis, bahan-bahan dalam soda biasa dan soda diet biasanya sama. 

    “Keduanya mengandung perisa dan aditif buatan yang sama. Soda diet bebas kalori karena gula merupakan sumber kalori utama dalam soda biasa,” tulis Health dilansir dari website, Jumat (6/12/2024). 

    Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa mengganti soda biasa dengan soda diet tetap dapat menimbulkan risiko yang sama terhadap timbulnya masalah kesehatan ini.

    Risiko Minuman Soda Diet

    Meskipun soda diet dapat membantu mengurangi tambahan gula dan asupan kalori, minuman ini tetap memiliki risiko kesehatan, beberapa di antaranya serupa dengan risiko soda biasa.

    1. Dapat Menyebabkan Kerusakan Gigi

    Mengganti soda biasa dengan soda diet dapat menurunkan asupan gula penyebab gigi berlubang. Taapi belum tentu melindungi kesehatan gigi secara keseluruhan.

    Soda diet masih bersifat asam, dan meminumnya secara teratur dapat menyebabkan erosi gigi seiring waktu. 

    Penelitian menunjukkan bahwa orang yang minum soda diet cenderung memiliki tingkat erosi gigi yang lebih tinggi daripada mereka yang lebih banyak minum air putih.

    Ilustrasi Es Soda Sirup (Sajian Sedap)

    2. Dapat Meningkatkan Risiko Diabetes

    Mengonsumsi terlalu banyak gula tambahan dikaitkan dengan risiko diabetes yang lebih tinggi.

    Itulah sebabnya sebagian orang memilih minuman bebas gula seperti soda diet daripada soda biasa. 

    Namun, penelitian menunjukkan soda diet juga dapat meningkatkan risiko diabetes.

    Sebuah penelitian menemukan bahwa peserta yang minum setidaknya satu porsi soda diet per minggu memiliki risiko diabetes sekitar 70 persen lebih besar daripada orang yang tidak minum soda diet.

    Studi lain menemukan bahwa orang yang minum soda biasa atau soda diet setiap hari memiliki risiko yang sama terkena diabetes.

    Penelitian menunjukkan pemanis buatan dapat memengaruhi risiko diabetes. 

    Aspartam dapat meningkatkan resistensi insulin dengan memengaruhi reseptor otak yang terkait dengan sensitivitas insulin. 

    Pemanis buatan juga dapat meningkatkan kortisol (hormon stres), mengganggu bakteri usus, dan menyebabkan stres oksidatif, yang semuanya dapat mempersulit pengelolaan diabetes.

    Pemanis buatan juga dapat mempersulit otak  untuk memahami hubungan antara tingkat kemanisan dan asupan kalori, yang dapat memengaruhi kualitas diet Anda secara keseluruhan.

    3. Dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Ginjal

    Soda diet juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ginjal. 

    Sebuah penelitian menemukan bahwa semakin banyak soda diet yang Anda minum, semakin tinggi risiko terkena penyakit ginjal.

    Penelitian menunjukkan hal ini mungkin terkait dengan kandungan fosfor dalam soda diet (dan soda biasa). 

    Fosfor digunakan untuk menambah warna dan rasa pada soda. 

    Meskipun fosfor merupakan mineral penting yang membantu membangun tulang dan gigi yang kuat, mengonsumsi terlalu banyak fosfor dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal. 

    Penelitian lain belum menemukan hubungan ini, jadi diperlukan penelitian lebih lanjut.

    Orang dengan gangguan fungsi ginjal, seperti penderita penyakit ginjal kronis , perlu berhati-hati mengenai jumlah fosfor yang mereka konsumsi.

    4. Dapat Meningkatkan Tekanan Darah

    Beberapa penelitian telah mengaitkan asupan soda diet dengan tekanan darah tinggi (hipertensi), meskipun alasannya tidak jelas.

    Sebuah penelitian menemukan bahwa risiko hipertensi pada peserta meningkat sebesar 9 persen untuk setiap porsi soda diet yang mereka minum setiap hari.

    Dalam penelitian lain, risiko hipertensi sedikit lebih tinggi pada peminum soda diet dibandingkan dengan peminum soda biasa.

    Para peneliti belum memastikan bahwa soda diet secara langsung menyebabkan tekanan darah tinggi.

    Orang yang minum soda diet mungkin memilih untuk melakukannya karena masalah kesehatan yang ada terkait dengan tekanan darah tinggi, seperti penyakit jantung atau obesitas.

  • Daftar Obat-obatan yang Berpotensi Merusak Ginjal

    Daftar Obat-obatan yang Berpotensi Merusak Ginjal

    Jakarta

    Ada jenis obat-obatan tertentu yang berpotensi merusak ginjal jika dikonsumsi secara bebas, berlebihan dan tanpa resep dokter. Beberapa orang berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan ginjal akibat obat-obatan rumah tangga termasuk mereka yang berusia di atas 60 tahun atau yang hidup dengan kondisi kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

    Dikutip dari laman National Kidney Foundation, Setiap obat yang dikonsumsi akan melewati ginjal. Jika obat tidak diminum sesuai petunjuk dokter, atau jika obat tersebut merupakan zat ilegal, obat tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal.

    Berikut jenis obat yang berpotensi merusak ginjal jika dikonsumsi dengan bebas dan tanpa anjuran dokter.

    1. Obat pereda nyeri

    Obat pereda nyeri atau non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen bisa merusak ginjal jika dikonsumsi secara berlebihan dan tanpa resep dokter.

    NSAID dapat meningkatkan retensi cairan dan dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini karena NSAID menghalangi prostaglandin, yang merupakan zat kimia alami yang melebarkan pembuluh darah dan memungkinkan oksigen mencapai ginjal agar ginjal tetap hidup dan sehat.

    “Obat-obatan ini tidak boleh diminum setiap hari atau terlalu sering tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan penyedia layanan kesehatan,” kata Emily Beckman, APRN, perawat di Norton Community Medical Associates, kepada Healthline.

    2. Antibiotik

    Penggunaan antibiotik secara bebas memengaruhi ginjal dengan berbagai cara. Antibiotik bisa membentuk kristal yang tidak hancur dan dapat menghalangi aliran urine.

    Beberapa orang juga memiliki reaksi alergi terhadap antibiotik yang dapat memengaruhi ginjal mereka. Semua hal ini bisa terjadi jika mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama atau dosisnya sangat tinggi.

    3. Obat asam lambung

    Obat golongan proton pump inhibitor (PPI) membantu mengurangi asam lambung dan termasuk obat yang paling sering diresepkan. Namun penggunaan obat ini dalam jangka panjang juga berpotensi merusak ginjal.

    “Meskipun obat-obatan ini memiliki risiko rendah terhadap cedera ginjal, penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi yang berkelanjutan terbukti meningkatkan risiko penyakit ginjal,” ujar pakar farmasi Havy Ngo-Hamilton.

    4. Suplemen herbal

    Suplemen herbal juga dapat memengaruhi fungsi ginjal. Meskipun tidak semua suplemen tak sehat, Hamilton menyarankan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan panduan tentang cara terbaik mengonsumsi suplemen sebagai bagian dari rencana kesehatan secara keseluruhan.

    Kekhawatiran terbesar dengan suplemen herbal adalah interaksinya dengan produk resep dan OTC, dan kemampuannya menyebabkan cedera ginjal.

    “Obat Cina umum yang mengandung asam aristolochic telah dikaitkan dengan cedera ginjal kronis. Suplemen herbal ini digunakan untuk meringankan gejala radang sendi, nyeri haid, dan penurunan berat badan,” katanya.

    (kna/kna)

  • Penggunaan Digital Subtraction Angiography untuk Deteksi Kelainan pada Otak – Halaman all

    Penggunaan Digital Subtraction Angiography untuk Deteksi Kelainan pada Otak – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Otak adalah pusat kendali tubuh manusia yang mengatur semua fungsi kehidupan, mulai dari pikiran, emosi, hingga gerakan tubuh. 

    Kelainan pada otak, seperti stroke, aneurisma, tumor, dan kelainan pembuluh darah otak, dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan.

    Beberapa kelainan umum yang sering dijumpai meliputi stroke, aneurisma, tumor otak, hingga malformasi pembuluh darah.

    Menurut dr. Febian Sandra, Sp.Rad, Subsp.RI(K), Dokter Subspesialis Radiologi Intervensi Bethsaida Hospital Gading Serpong mengatakan, kelainan pada otak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, cedera atau trauma kepala, penyakit metabolik seperti diabetes dan tekanan darah tinggi, infeksi, serta gaya hidup tidak sehat yang meliputi kurang olahraga dan pola makan yang buruk. 

    “Pasien dengan kelainan otak seringkali mengeluhkan gejala seperti sakit kepala berat yang berlangsung terus-menerus, gangguan penglihatan, mual dan muntah, kehilangan keseimbangan, kelemahan atau mati rasa pada salah satu sisi tubuh, serta kejang-kejang,” kata Febian dalam keterangannya, Kamis

    Untuk penanganan masalah kelainan otak ini, penggunaan Digital Subtraction Angiography menjad teknik pencitraan medis yang digunakan untuk menilai struktur dan kelainan pada pembuluh darah secara rinci pembuluh darah secara rinci. 

    Teknologi ini bekerja menggunakan sinar-X dengan cara menghilangkan struktur lain pada latar belakang (terutama tulang), sehingga yang terlihat hanya struktur pembuluh darah.

    DSA sering digunakan untuk mendiagnosis dan mengevaluasi kelainan pembuluh darah, terutama di otak. 

    “DSA memberikan keunggulan dalam melihat pembuluh darah otak secara rinci, memungkinkan kami untuk segera menilai dan merancang penanganan terbaik,” katanya. 

    Dengan teknologi ini, kata dia pasien bisa terdiagnosis dengan lebih cepat dan tepat. DSA juga dapat digunakan sebagai panduan dalam melakukan tatalaksana kelainan pada pembuluh darah, seperti thrombectomy pada kasus stroke, coiling pada kasus aneurisma dan embolisasi pada kasus malformasi pembuluh darah maupun tumor.

    Pemanfaatan DSA bisa dilakukan untuk mendeteksi aneurisma serebral atau pelebaran atau penonjolan abnormal pada dinding pembuluh darah. DSA sangat efektif untuk mendeteksi ukuran, lokasi, dan bentuk aneurisma, sehingga membantu dalam perencanaan intervensi, seperti coiling atau operasi.

    Juga Malformasi Arteriovenosa (MAV) yakni  kelainan pada hubungan antara arteri dan vena yang dapat menyebabkan gangguan aliran darah. DSA memungkinkan visualisasi jalur pembuluh darah yang abnormal dan aliran darah yang tidak wajar, membantu dokter menentukan strategi pengobatan yang tepat.

    “DSA dapat mendeteksi penyempitan (stenosis) atau sumbatan (oklusi) pada pembuluh darah otak yang bisa menyebabkan penyakit stroke iskemik (sumbatan),” katanya.

    Gambar yang dihasilkan membantu dalam menentukan tingkat keparahan dan lokasi penyempitan, serta sebagai panduan dalam melakukan penatalaksanaan yang tepat seperti thrombectomy, pemasangan stent pembuluh darah,dll.

    Tumor otak dengan suplai darah abnormal dapat divisualisasikan menggunakan DSA. Teknik ini dapat menunjukkan pola vaskularisasi tumor dan menyumbat suplai pembuluh darah yang memperdarahi tumor tersebut, sehingga dapat membantu ahli bedah dan ahli onkolog untuk melakukan penanganan dengan risiko yang lebih minimal.

    DSA juga digunakan untuk mendeteksi sumber perdarahan pada kondisi seperti ruptur aneurisma atau MAV.

    Adapun keunggulan Metode DSA di Bethsaida Hospital adalah Minimal Invasif: Prosedur tidak memerlukan sayatan besar, sehingga risiko lebih rendah, 
    Akurasi Tinggi karena mampu mendeteksi kelainan dengan sangat detail.

    Juga pemulihan cepat, resolusi tinggi, real-Time Imaging yang memungkinkan visualisasi aliran darah secara langsung dan panduan intervensi yakni dapat digunakan sebagai panduan untuk prosedur endovaskular, seperti pemasangan stent atau koil embolisasi.

    Bethsaida Hospital Gading Serpong menyediakan layanan lengkap untuk diagnosis dan penanganan kelainan pada otak, seperti teknologi DSA, Cath-Lab, Laboratorium, Radiologi canggih, CT Scan 512 Slice, MRI 1.5 Tesla, serta tim dokter spesialis dan subspesialis yang berpengalaman. 

    “Sebagai pusat sistem saraf, otak memainkan peran penting dalam mengatur emosi, pengambilan keputusan, koordinasi gerakan, dan komunikasi antar organ,” kata dr. Pitono, Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong.

    Oleh karena itu, kata dia menjaga kesehatan otak sangatlah penting untuk mendukung kualitas hidup, mencegah penyakit seperti stroke, Alzheimer, atau gangguan saraf lainnya, serta memastikan tubuh dapat berfungsi dengan optimal setiap hari.

  • Apa Itu Amlodipine? Ini Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya

    Apa Itu Amlodipine? Ini Manfaat, Dosis, dan Efek Sampingnya

    Jakarta

    Amlodipine adalah obat bagi pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi. Sebagai calcium channel blocker, amlodipine bekerja dengan menghalangi saluran kalsium dalam pembuluh darah.

    Manfaat dan Cara Kerja Amlodipine

    Amlodipine adalah obat untuk menurunkan tekanan darah, seperti dijelaskan dalam laman Drugs.com, . Cara kerjanya adalah dengan merelaksasi pembuluh darah sehingga jantung tidak perlu memompa terlalu keras.

    Obat ini jika diminum teratur juga bisa mengontrol nyeri dada dengan cara meningkatkan suplai darah ke jantung. Namun obat ini tidak bisa seketika menghentikan nyeri dada saat gejalanya muncul.

    Beberapa kondisi atau penyakit yang menggunakan obat amlodipine:

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi.Beberapa jenis angina (nyeri dada).Stroke.Serangan jantung.Kondisi lain yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner (penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke jantung).Dosis dan Cara Penggunaan Amlodipine

    Amlodipine harus dikonsumsi sesuai resep dokter supaya memberi dampak lebih baik bagi pasien. Beberapa model resep yang biasa digunakan dikutip dari situs rumah sakit swasta adalah:

    Anak usia 6-17 tahun: dosis awal 2,5 mg 1x sehari, kemudian dapatkan ditingkatkan menjadi 5 mg 1x setelah 4 mingguDewasa: dosis awal 5 mg 1x sehari yang dapat ditingkatkan 10 mg 1x sehari

    Sebelum mengkonsumsi amlodipine, perhatikan beberapa hal berikut ini:

    Amlodipine bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Tapi untuk orang dengan lambung sensitif, lebih baik sesudah makan.Hindari mengunyah atau menghancurkan obat ini. Obat harus diminum secara utuh.Jika terlewat jadwal minum amlodipine, maka segera minum jika jadwalnya masih dekat. Tapi jika sudah terlalu jauh, abaikan saja dosis tersebutEfek Samping Amlodipine

    Seperti obat lainnya, amlodipine juga memiliki efek samping yang mungkin terjadi pada orang yang meminumnya. Dikutip dari MedlinePlus, berikut beberapa efek samping amlodipine:

    Mual.Sakit perut.Mengantuk.Pusing.Pembengkakan pada tangan, kaki, pergelangan kaki, atau tungkai bawah.Kelelahan yang berlebihan.Otot kaku atau tremor

    Efek samping amlodipine lain yang bersifat serius adalah:

    Detak jantung cepat, berdebar-debar, atau tidak teraturNyeri dada yang lebih sering atau lebih parahPingsan

    Amlodipine termasuk obat generik yang mudah diperoleh dengan harga murah. Namun, obat ini tetap harus dikonsumsi sesuai resep dan anjuran dokter. Jika hipertensi berlanjut atau tidak ada perbaikan, jangan ragu konsultasi lagi ke dokter.

    (bai/row)

  • Tanda-tanda Sudah Mulai Kena Hipertensi, Termasuk Sakit Kepala

    Tanda-tanda Sudah Mulai Kena Hipertensi, Termasuk Sakit Kepala

    Jakarta

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi saat tekanan darah dalam tubuh melebihi batas normal yakni di angka 130/80 mmHg atau lebih.

    Tekanan darah tinggi merupakan salah satu kondisi yang diidap oleh banyak orang. Meskipun begitu, nyatanya hipertensi merupakan sebuah kondisi serius yang dapat memicu masalah kesehatan pada organ jantung, otak, dan ginjal.

    Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala pada tubuh, oleh sebab itu kebanyakan orang mengabaikan beberapa tanda fisik yang dapat mengindikasikan seseorang mengidap komplikasi hipertensi. Dikutip dari Healthgrades, berikut merupakan daftar gejala hipertensi yang kerap diabaikan:

    1. Sakit Kepala

    Sakit kepala dapat mengindikasikan bahwa tubuh mengidap hipertensi. Waspadai terhadap sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba, sangat menyakitkan, dan disertai berbagai gejala lainnya seperti penglihatan yang kabur, kebingungan, atau kelumpuhan pada satu sisi wajah, lengan, atau kaki.

    2. Nyeri Dada

    Tekanan darah tinggi terjadi saat darah mengalir terlalu kuat melalui arteri. Kekuatan yang berlebihan tersebut dapat merusak arteri jantung dan menimbulkan serangan jantung. Kondisi nyeri akut di dada atau punggung bagian tengah perlu diwaspadai, terlebih apabila disertai dengan kondisi sebagai berikut:

    Sesak napasBerkeringatMual atau muntahPenurunan kesadaran

    3. Kaki-Perut Bengkak

    Apabila hipertensi merusak otot jantung, maka tubuh dapat mengalami beberapa tanda gagal jantung. Selalu waspadai kondisi kaki atau tungkai yang bengkak, walaupun bengkaknya berkurang saat mengangkatnya. Tak hanya itu saja, pembengkakan atau kembung dapat terjadi di sekitar bagian tengah tubuh, khususnya saat perut terasa kencang saat disentuh.

    4. Sering Bingung

    Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan hilangnya ingatan sebab berbagai alasan. Hipertensi dapat mengganggu kemampuan organ jantung untuk mengoksidasi jaringan di seluruh tubuh, termasuk organ otak. Kadar oksigen yang rendah di organ otak dapat menyebabkan hilangnya ingatan dan menimbulkan gejala lainnya, seperti kebingungan.

    Hipertensi jangka panjang yang tidak segera diobati dapat menyebabkan hilangnya plak kolseterol menyumbat arteri kecil (dan aliran darah) di dalam otak. Salah satu kondisi tersebut dapat menyebabkan hilangnya ingatan.

    5. Perubahan Buang Air Kecil

    Nyatanya, hipertensi merupakan kondisi yang dapat memberikan dampak buruk pada organ ginjal. Apabila seseorang mengidap hipertensi, waspadai apabila tubuh menghasilkan lebih banyak atau lebih sedikit urin daripada biasanya.

    (kna/kna)