Topik: tekanan darah tinggi

  • Menguap Keseringan Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan, Bukan Cuma Sekadar Ngantuk

    Menguap Keseringan Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan, Bukan Cuma Sekadar Ngantuk

    Jakarta

    Menguap kerap dikaitkan dengan rasa kantuk. Ternyata, menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM), kebiasaan sering mengantuk dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang serius.

    “Mengantuk adalah masalah kesehatan serius dengan konsekuensi yang luas,” kata presiden AASM Dr Eric Olson, seorang spesialis pengobatan tidur di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.

    Para ahli mengatakan tidur malam yang tidak berkualitas, setidaknya 7-8 jam, dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Misalnya seperti memperburuk kondisi diabetes, depresi, penyakit jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, obesitas, dan stroke.

    Kebanyakan orang menganggap sering menguap hanya sebagai tanda-tanda kantuk. Tetapi, para ahli beranggapan bahwa tanda itu mungkin bisa menjadi gejala dari kondisi yang lebih berbahaya.

    “Kantuk yang berlebihan di siang hari dapat mengganggu kinerja dan menjadi indikator gangguan tidur yang mendasarinya atau masalah lainnya,” terang spesialis tidur Kristen Knutson, dikutip dari CNN.

    “Jika seseorang mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari terlalu sering, disarankan segera berkonsultasi ke dokter,” sambungnya.

    Bahaya Tersembunyi dari Sering Menguap

    Tubuh melakukan hal-hal aneh saat mengantuk terus-menerus. Menguap mengirim sinyal bahwa seseorang sebenarnya sedang mengatasi kekurangan tidur.

    Namun, seorang ahli tidur di Veterans Administration Medical Center di Penn Medicine, Philadelphia, Dr Indira Gurubhagavatula, mengatakan sinyal-sinyal tersebut sama sekali tidak benar.

    “Yang disayangkan adalah data menunjukkan bahwa saat mengalami kekurangan tidur yang kronis, kemampuan kita untuk memahami gangguan yang dialami tubuh sendiri menjadi tidak lagi akurat. Kita pikir baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak,” jelas Dr Gurubhagavatula.

    “Ketika kami melakukan tes untuk mengukur seberapa baik otak berfungsi, seperti kemampuan mengingat, tes memori, dan koordinasi, kami menemukan banyak orang sebenarnya melakukan kesalahan,” lanjut dia.

    Hal yang lebih berbahaya adalah otak dapat mengalami ‘microsleep’ atau tidur singkat selama 2-10 detik tanpa disadari. Tentu ini sangat berisiko jika tengah mengemudi atau melakukan aktivitas berbahaya.

    “Yang lebih mengkhawatirkan, dengan kurang tidur kronis, seseorang jadi tidak mampu menilai tingkat kelelahan dirinya sendiri secara akurat. Mereka akan merasa baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak,” kata Dr Gurubhagavatula.

    Untuk menilai seberapa parah kantuk yang dialami seseorang, para ahli menggunakan Epworth Sleepiness Scale. Tes ini dapat menilai kemungkinan seseorang tertidur saat melakukan aktivitas pasif, seperti menonton TV atau duduk sebagai penumpang di mobil selama satu jam.

    Jika skor yang didapatkan di atas 10, itu dianggap signifikan dan perlu ditindaklanjuti secara medis.

    “Jika Anda merasa kelopak mata berat, tubuh merosot, merasa pusing, tangan gemetar, atau menjadi impulsif dan tidak peduli dengan sekitar, itu bisa menjadi gejala bahaya akibat kekurangan tidur,” tambahnya.

    NEXT: Penyebab lain dari kantuk berlebihan

    Penyebab Lain dari Kantuk Berlebihan

    Selain kurang tidur, rasa kantuk yang berlebihan juga bisa dipicu oleh gangguan tidur seperti sleep apnea, insomnia, sindrom kaki lelah, hingga gangguan ritme sirkadian. Bisa juga dipicu oleh penyakit kronis, efek samping obat, hingga gaya hidup tertentu.

    Sebagian orang percaya dengan mengonsumsi alkohol dapat membantu tidur lebih cepat. Tetapi, itu malah akan menurunkan kualitas tidur secara keseluruhan.

    Alkohol mungkin membuat lebih cepat tidur, tetapi tubuh akan terbangun saat efeknya sudah habis.

    Maka dari itu, para ahli menekankan perlunya menjaga kebiasaan sehat sebelum tidur. Itu termasuk menghindari konsumsi kafein berlebihan, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan memiliki rutinitas tidur yang konsisten untuk menjaga kesehatan serta kewaspadaan sepanjang hari.

  • Mengenal Aneurisma Otak Penyakit Sunyi yang Mematikan, Dr. Joy: ‘Seperti Bom Waktu’ – Halaman all

    Mengenal Aneurisma Otak Penyakit Sunyi yang Mematikan, Dr. Joy: ‘Seperti Bom Waktu’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Aneurisma otak kerap dijuluki sebagai silent killer alias penyakit sunyi yang mematikan.

    Hal ini karena banyak penderitanya tidak menyadari keberadaan aneurisma hingga pembuluh darah pecah dan menyebabkan stroke pendarahan yang bisa berakibat fatal.

    Dr. dr. Mardjono Tjahjadi, Sp.BS(K), Subsp.N.Vas., PhD, FICS—dokter spesialis bedah saraf yang aktif mengedukasi masyarakat tentang penyakit ini—menekankan pentingnya deteksi dini untuk mencegah risiko besar yang mengintai.

    “Aneurisma otak itu seperti bom waktu. Kalau sudah pecah dan jadi stroke pendarahan, itu tidak baik. Lebih baik ditemukan sebelum pecah,” ujar dokter yang akrab disapa dr. Joy, usai menerima rekor MURI di Mandaya Royal Hospital Puri, Tangerang, Rabu (16/4/2025).

    Sebagai pelopor teknik Awake Brain Surgery di Indonesia—yakni operasi otak dengan pasien tetap sadar untuk memastikan fungsi otak tidak terganggu—dr. Joy menjelaskan bahwa terdapat sejumlah faktor risiko aneurisma otak.

    Ia menyebut diantaranya kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, konsumsi alkohol berlebihan, usia di atas 50 tahun berjenis kelamin perempuan,  riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

    Karena itu, ia menekankan pentingnya melakukan skrining, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.

    “Untuk screening cukup dengan MRI atau MRA. Tapi kalau mau hasil yang paling akurat, karena gold standard-nya adalah DSA, ya harus pakai DSA,” jelasnya.

    Penanganan Aneurisma Tak Selalu Harus Operasi

    Dr. Joy mengungkapkan bahwa tidak semua aneurisma otak harus langsung ditangani dengan operasi.

    Penanganan tergantung pada ukuran dan lokasi aneurisma, serta kondisi pasien.

    “Kalau aneurismanya kecil, di bawah 4 milimeter, biasanya kita observasi, wait and see, kecuali jika letaknya berbahaya,” ujarnya.

    Namun, jika aneurisma berukuran besar atau berada di lokasi yang rawan pecah, maka intervensi medis diperlukan, baik melalui operasi microsurgery maupun prosedur minimal invasif seperti coiling dengan DSA.

    “Kalau sudah pecah, ya mau tidak mau harus segera ditangani, bisa dengan operasi clipping atau coiling menggunakan DSA,” tambahnya.

    Dokter dengan Rekor MURI

    Di luar prestasi medisnya, dr. Joy juga menorehkan pencapaian membanggakan dengan tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai dokter dengan gelar Ph.D tercepat.

    Ia menyelesaikan program doktoral di University of Helsinki, Finlandia, hanya dalam 18 bulan 12 hari—pencapaian luar biasa di dunia kedokteran.

    “Saya sendiri tidak tahu awalnya. Teman yang kasih tahu ke MURI.

    Dia bilang, ‘Dok, ini dokter Joy ini yang tercepat loh Ph.D-nya.’ Saya juga kaget, surprise,” kenangnya sambil tertawa.

    Namun bagi Joy, pencapaiannya bukan hanya soal titel atau penghargaan.

    “Saya selalu punya satu prinsip: saya akan kembali ke Indonesia dengan membawa sesuatu yang berharga,” tegasnya.
    Yang dimaksud bukan semata gelar, tapi juga ilmu, inspirasi, dan kontribusi nyata bagi tanah air.

    Pesan untuk Generasi Muda

    Ketika ditanya soal pesan untuk anak muda Indonesia, dr. Joy dengan semangat menjawab:

    “Semangat, semangat, semangat! Awalnya pasti terasa berat, kayaknya nggak mungkin. Tapi kalau terus persisten, pelan-pelan akan kelihatan hasilnya. Semuanya akan indah pada waktunya.”

    Soal resep suksesnya menyelesaikan Ph.D dengan cepat, ia menjawab singkat tapi kuat:

    “Kerja keras, kerja pintar,” katanya.

    Pujian pun datang dari para senior dan guru besar kedokteran.

    Prof. DR. dr. Satyanegara, Sp.BS(K) menyebut Joy sebagai fenomena, sementara Prof. dr. Ahmad Faried, PhD., Sp.BS(K)., FICS menyebutnya simbol persistensi.

    “Ia keluar dari zona nyaman. Belajar dari dunia, kembali untuk Indonesia,” ujar Prof. Faried.
    “Dan yang paling penting, tetap jadi Joy!”

    Belajar dari Maestro Bedah Syaraf Dunia

    Dokter yang menguasai teknik bedah canggih seperti Microsurgical Clipping & Coiling, Endoscopic Endonasal Transphenoidal Surgery (EETS), hingga Digital Subtraction Angiography (DSA) ini pernah belajar langsung dari Prof. Juha Hernesniemi, maestro bedah saraf dunia dengan lebih dari 16.000 operasi otak.

    “Finlandia adalah pusatnya ilmu aneurisma. Saya harus belajar dari yang terbaik agar bisa memberikan yang terbaik untuk pasien saya di Indonesia,” ungkapnya.

    Dr. Joy juga aktif dalam penelitian dan clinical fellowship di bidang bedah mikro serta pembuluh darah otak.

    Ia menulis buku Memahami Aneurisma Otak  yang kini menjadi referensi bagi mahasiswa kedokteran dan dokter muda.

    Setelah dari Finlandia, ia melanjutkan pendidikannya ke Seoul University Hospital, Korea Selatan, untuk mendalami teknologi kateterisasi otak (DSA)—teknologi krusial dalam deteksi stroke dan aneurisma.

    Kini, ia memimpin Pusat Saraf Komprehensif di RS Mandaya Puri memiliki pusat neurologi atau saraf komprehensif dan bisa menangani penyakit saraf langka dan dilengkapi dengan teknologi mutakhir seperti Digital PET CT, MR Ingenia Ambition 10 dan Linac Elekta Versa HD.

    “Kita bisa. Kita mampu menghadirkan pengobatan otak kelas dunia di negeri sendiri,” tegasnya.

    Mandaya Royal Hospital bahkan telah meluncurkan paket pemeriksaan otak MRI & MRA seharga Rp3,8 juta, termasuk konsultasi langsung dengan dr. Joy—membuktikan bahwa layanan neurovaskular bisa dijangkau masyarakat luas.

  • Hati-hati, Kebiasaan Makan yang Jarang Disadari Tingkatkan Risiko Kena Stroke

    Hati-hati, Kebiasaan Makan yang Jarang Disadari Tingkatkan Risiko Kena Stroke

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam BMC Medicine menemukan pola makan yang mengandung banyak gula meningkatkan risiko penyakit terkait sistem kardiovaskular. Penyakit jantung dan stroke bisa meningkat sebesar 6 dan 10 persen lebih tinggi.

    Dikutip dari Times of India, studi tersebut menganalisis data dari 110.000 penduduk Inggris berusia 37 hingga 73 tahun selama 9 tahun. Data-data tersebut didapat dari UK Biobank, memeriksa berbagai penilaian pola makan untuk memperkirakan asupan karbohidrat, terutama yang berfokus pada gula.

    Penelitian ini menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi gula berlebih, termasuk yang ditambahkan ke makanan olahan, soda, jus buah, dan sirup, meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 6 persen lebih tinggi dan risiko stroke sebesar 10 persen.

    Studi tersebut mengecualikan gula alami yang bisa ditemukan pada gula dan sayuran utuh.

    “Bentuk gula yang paling umum dikonsumsi peserta studi adalah camilan dan manisan buah,” kata penulis studi, Cody Watling.

    Kelompok dengan risiko tertinggi mengonsumsi sekitar 95 gram gula setiap hari, yang mewakili 18 persen dari asupan energi harian mereka,” lanjutnya.

    Gula yang berlebihan memang dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Ini karena gula dapat membebani kerja hati. Organ ini berperan mengubah karbohidrat makanan menjadi lemak dan memetabolisme gula.

    Gula berlebih dalam tubuh, pada akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan penyimpanan lemak, yang dapat berakibat pada penyakit perlemakan hati dan berisiko pada diabetes dan penyakit jantung.

    Gula tersebut jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan peradangan kronis dan tekanan darah tinggi, dua jalur yang mengarah ke penyakit jantung. Peningkatan tekanan darah, peradangan, penambahan berat badan, diabetes, dan penyakit hati merupakan konsekuensi dari konsumsi gula berlebih.

    (dpy/suc)

  • Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah sebelum Meninggal, Kenali Penyebabnya

    Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah sebelum Meninggal, Kenali Penyebabnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar Hotma Sitompul meninggal membawa duka mendalam bagi dunia hukum Indonesia. Pengacara senior yang dikenal luas karena kiprahnya dalam berbagai kasus besar ini meninggal dunia hari ini, setelah menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSCM Kencana, Jakarta.

    Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh Pendeta Gilbert Lumoindong melalui unggahan singkat di Instagram Stories yang berbunyi, “Selamat jalan Abang Hotma Sitompul”.

    Sebelum meninggal, kondisi kesehatan Hotma dilaporkan menurun drastis hingga harus menjalani cuci darah secara rutin. Kondisi kesehatan yang mengharuskan seseorang menjalani cuci darah umumnya berkaitan dengan gangguan pada fungsi ginjal.

    Prosedur ini biasanya dilakukan ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara optimal. Berikut ini beberapa penyakit yang sering kali memerlukan cuci darah, yang dikutip dari Cleveland Clinic, Rabu (16/4/2025).

    Penyakit Apa Saja yang Memerlukan Cuci Darah?

    Meski belum diketahui pasti penyebab Hotma Sitompul meninggal, mengetahui cuci darah sebagai salah satu prosedur medis sangat penting bagi pasien dengan gangguan ginjal berat.

    Umumnya, prosedur ini dilakukan ketika fungsi ginjal menurun drastis dan tidak lagi mampu menyaring zat sisa metabolisme tubuh. Kondisi ini biasa dikenal sebagai gagal ginjal stadium akhir atau end-stage kidney disease (ESKD).

    Pada tahap ini, tubuh tidak dapat membuang racun dan kelebihan cairan secara alami, sehingga mesin dialisis diperlukan untuk menggantikan fungsi ginjal. Kerusakan ginjal yang memicu kondisi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, lupus, maupun faktor penyebab yang tidak diketahui.

    Selain itu, gagal ginjal bisa berkembang secara perlahan sebagai kondisi kronis, atau muncul secara tiba-tiba (akut) akibat sakit berat atau cedera serius. Pada kasus akut, fungsi ginjal masih mungkin pulih dengan penanganan yang tepat.

    Penyakit ginjal dibagi menjadi lima tahap, dan pada tahap kelima, kemampuan ginjal tinggal kurang dari 15% dari kapasitas normalnya. Hal ini menjadi indikasi ginjal sudah mengalami kegagalan total dan membutuhkan terapi pengganti seperti cuci darah.

    Bagaimana Proses Cuci Darah Berlangsung?

    1. Pemeriksaan kondisi tubuh sebelum dialisis

    Sebelum memulai sesi cuci darah, tenaga medis akan memeriksa kondisi pasien, termasuk tekanan darah, suhu tubuh, dan berat badan. Dua jarum kemudian akan dipasang di lengan pasien, satu untuk mengalirkan darah ke mesin, dan satu lagi untuk mengembalikan darah bersih ke dalam tubuh. Mesin hemodialisis akan menyaring darah selama 4 jam–5 jam dalam satu sesi, biasanya dilakukan 2 hingga 3 kali seminggu sesuai kondisi pasien.

    2. Pembuatan akses pembuluh darah

    Untuk mempermudah proses cuci darah secara rutin, dokter akan membuat akses khusus ke pembuluh darah yang disebut fistula atau shunt, dengan menghubungkan pembuluh arteri dan vena. Akses ini penting agar proses dialisis lebih lancar dan mencegah kerusakan pembuluh darah akibat tusukan berulang.

    3. Pembatasan asupan cairan

    Pasien yang menjalani cuci darah juga harus membatasi asupan cairan secara ketat. Hal ini penting untuk mencegah penumpukan cairan dalam tubuh, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sesak napas akibat cairan berlebih di paru-paru.

    4. Biaya dan komitmen waktu

    Cuci darah membutuhkan komitmen tinggi, baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam seminggu, pasien bisa menjalani 2–3 sesi, yang berarti harus rutin datang ke rumah sakit atau klinik. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk merencanakan pengeluaran atau menggunakan asuransi kesehatan untuk meringankan beban finansial.

    5. Alternatif cuci darah di rumah

    Selain hemodialisis di rumah sakit, terdapat metode continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah. Metode ini menggunakan rongga perut sebagai media penyaringan darah dan menawarkan fleksibilitas lebih bagi pasien yang ingin menjalani terapi dengan lebih praktis.

    Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal serta risiko yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit kronis, masyarakat diharapkan lebih waspada dan proaktif dalam menjaga gaya hidup sehat. Hotma Sitompul meninggal tidak hanya menjadi duka, tetapi juga pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan tubuh, khususnya fungsi vital ginjal.

  • Malunya Menkes, Masalah Gigi Terbanyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Malunya Menkes, Masalah Gigi Terbanyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut hampir dua juta orang sudah memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diinisiasi oleh pemerintah. Adapun masalah kesehatan gigi menjadi keluhan terbanyak yang ditemukan saat CKG. Di sisi lain, masih banyak puskesmas di Indonesia tak memiliki layanan dokter gigi.

    “Aku malu gigi (banyak terdeteksi). Saya baru sadar kalau di puskesmas ternyata 50 persen nggak ada dokter gigi. Makanya banyak masyarakat punya problem di gigi,” ucapnya, dikutip dari detikJateng.

    Menkes menyebut pihaknya tengah berdiskusi dengan sejumlah fakultas kedokteran gigi. Ia menyoroti mahalnya biaya dan sulitnya pendidikan dokter gigi sebagai salah satu penyebab utama minimnya jumlah praktisi di bidang tersebut.

    Selain penyakit gigi, cek kesehatan gratis juga menemukan dua penyakit lain yang cukup mengkhawatirkan, yakni tekanan darah tinggi dan diabetes. Dua penyakit ini dikenal sebagai “silent killers” yang bisa memicu komplikasi serius jika tidak ditangani sejak dini.

    “Nomor dua darah tinggi, tiga gula. Kalau 5-6 tahun tidak tertangani bisa jadi stroke dan jantung. Itu sebabnya kematian banyak di stroke dan jantung,” tuturnya.

    Senada, Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono juga menyebut masalah gigi, hipertensi, hingga diabetes menjadi penyakit yang paling banyak ditemukan saat CKG.

    Karenanya, ia berharap program ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas untuk mengetahui kondisi kesehatan dirinya atau keluarganya.

    Menurutnya, jika seseorang teridentifikasi penyakit lebih dini, maka pengobatan bisa segera dilakukan, sehingga peluang untuk sembuh menjadi lebih besar.

    “Temuannya cek kesehatan gratis banyak ya, ada yang hipertensi banyak, yang diabetes, kelainan gigi, kelainan telinga juga banyak,” kata Dante di Puskesmas Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (10/4).

    “Pemeriksaan lab yang berhubungan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah juga banyak,” lanjut dia.

    (suc/up)

  • Mengenal Kumis Kucing dan Manfaatnya Menurut Ahli

    Mengenal Kumis Kucing dan Manfaatnya Menurut Ahli

    Jakarta

    Tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dikenal sebagai salah satu obat tradisional yang dipercaya memiliki segudang manfaat. Salah satu manfaat yang konon dimiliki oleh tanaman ini adalah mengurangi gejala penyakit diabetes.

    Banyak beredar produk obat herbal dengan kandungan tanaman kumis kucing yang mengantongi izin BPOM RI. Obat tersebut diyakini mampu menjadi alternatif pengobatan sejumlah penyakit termasuk diabetes.

    Meski begitu, masyarakat tetap dianjurkan untuk berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter. BPOM RI juga mewanti-wanti, jangan sampai obat atau suplemen herbal yang dikonsumsi justru menghambat proses perawatan diabetes atau kondisi kesehatan lainnya. Pengobatan konvensional dalam banyak kasus masih diperlukan oleh pasien diabetes.

    Mengenal Tumbuhan Kumis Kucing

    Kumis kucing adalah salah satu tanaman yang dapat ditemukan di Indonesia. Disebut kumis kucing karena tanaman ini memiliki bentuk yang mirip dengan kumis hewan tersebut.

    Dalam buku Fitoterapi: Pendekatan Empiris dan Bukti Ilmiah oleh Muhammad Ikhwan Rizki dan Nashrul Wathan, kumis kucing dijelaskan memiliki akar tunggang dan bisa tumbuh hingga 2 meter. Batangnya berbentuk segi empat, beralur, berambut halus, dan berwarna cokelat.

    Daunnya tunggal, lonjong, dengan tepi bergerigi dan permukaan berbulu. Bunganya berwarna putih atau ungu dan memiliki benang sari yang mencolok.

    Kumis kucing punya penyebutan yang berbeda, tergantung dengan wilayahnya. H Arief Hariana menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2, kumis kucing dalam bahasa Inggris disebut cats whiskers, di Jawa Tengah disebut remujung, di Sunda disebut kumis ucing, dan di Madura disebut soengot koceng.

    Kumis kucing merupakan salah satu tanaman obat yang sudah lama dikenal dan digunakan. Tanaman kumis kucing sering digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional.

    Tanaman ini dapat dimanfaatkan mulai dari bagian daun, bunga, hingga akarnya. Selain untuk diabetes, masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat untuk menyembuhkan batuk, encok, dan sembelit.

    Kumis kucing merupakan tanaman herbal yang memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari meredakan pegal linu, rematik, asam urat, hingga membantu menjaga kesehatan kulit. Konon, khasiatnya bisa meningkat jika dikombinasikan dengan bahan herbal lainnya.

    12 Manfaat Kumis Kucing yang Dikenal Masyarakat

    Disadur dari buku The Miracle of Herbs karya dr Prapti Utami dan Desty Ervira Puspaningtyas S.Gz, senyawa aktif dalam kumis kucing yang dipercaya memberikan manfaat kesehatan adalah minyak asiri yang terdiri dari sesquiterpene dan senyawa fenolik. Selain itu, daun kumis kucing juga mengandung flavonoid dengan kandungan utama sinentesin, eupatorin, scutellarein, tetramethyl eter, salvigenin, rhamnazin, dan glikosida flavonoid.

    Senyawa lain yang mendatangkan manfaat dari tanaman ini adalah orthosiphon glikosida, alkaloid, zat samak, minyak lemak, saponin, dan myoinositol. Salah satu yang membuat kumis kucing populer, yakni merupakan tanaman obat yang masih banyak dijumpai di sekitar kita.

    Tumbuhan ini kerap ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Berikut beberapa khasiat kumis kucing bagi tubuh, yang dikenal oleh masyarakat dikutip dari berbagai literatur:

    1. Obat Peluruh Buang Air Kecil

    Dokter Prapti dan Desty menuliskan bahwa kumis kucing dipercaya berkhasiat mengobati infeksi ginjal, infeksi kandung kemih, kencing batu, encok, hingga peluruh air seni. Berbagai uji farmakologi dan uji klinik menyatakan bahwa daun kumis kucing mengarah pada efek diuretik. Efek peluruh kencing pada daun kumis kucing yang muda lebih kuat dibandingkan dengan daun kumis kucing yang tua.

    2. Obat Asam Urat

    Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan asam urat dalam tubuh. Semakin tinggi kandungan enzim xantin oksidase, maka semakin tinggi pula kadar asam urat yang akan dihasilkan tubuh.

    “Pada tahun 2008, Dwieka Agustin Muflihat dari Fakultas MIPA, IPB melakukan penelitian mengenai efek penghambatan kumis kucing terhadap aktivitas enzim xantin oksidase. Diketahui bahwa kumis kucing memiliki efek penghambatan terhadap aktivitas enzim xantin oksidase lebih dari 50% sehingga dapat membantu penurunan kadar asam urat yang berlebih dalam tubuh,” tulis dr Prapti.

    3. Meredakan Pegal Linu

    Menurut buku Studi Etnomedisin pada Masyarakat di Kecamatan Secang Kabupaten Magelang karya Alfian Syarifuddin, tanaman ini dapat meredakan pegal linu akibat aktivitas fisik berlebih atau kurang berolahraga.

    4. Mengurangi Nyeri Rematik

    Daunnya sering digunakan untuk meredakan nyeri akibat rematik. Di India, kumis kucing juga dijadikan pengobatan herbal untuk kondisi serupa.

    5. Sumber Antioksidan Alami

    Dalam buku Tumbuh-Tumbuhan Obat di Sekitar Kita oleh Dwisari Dillasamola dkk., disebutkan bahwa flavonoid dalam daun kumis kucing memiliki sifat antioksidan tinggi, yang membantu mencegah kerusakan akibat radikal bebas.

    Dalam uji hipoglikemik, campuran kumis kucing dan sambiloto terbukti mampu menurunkan kadar gula darah, bahkan sebanding dengan obat glibenklamid untuk penderita diabetes.

    7. Mengobati Hipertensi

    Daun kumis kucing kerap digunakan sebagai bahan campuran jamu di Jawa untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Penelitian preklinis oleh Ohashi dan rekan (2000) yang dimuat dalam Yakugaku Zasshi, dikutip dalam buku The Miracle of Herbs, bahwa ekstrak daun kumis kucing dapat menghambat kontraksi otot polos pada pembuluh darah.

    Sehingga daun ini dipercaya membantu menurunkan tekanan darah. Senyawa metilripariokromen yang terkandung di dalamnya juga berperan dalam menurunkan tekanan darah sistolik. Penelitian lain oleh Lestari Handayani dan Didik Budijanto pada 1997 terhadap 43 penderita hipertensi yang dipublikasikan di Cermin Dunia Kedokteran menunjukkan, bahwa kombinasi daun kumis kucing dan buah mengkudu efektif menurunkan tekanan darah.

    Kombinasi kumis kucing dengan buah mengkudu atau dalam bahasa Jawa disebut buah pace, dinilai efektif untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah penyakit jantung maupun stroke.

    8. Mengatasi Masalah Ginjal

    Farmakope dari berbagai negara seperti Indonesia, Perancis, Belanda, dan Swiss telah mencantumkan tanaman ini sebagai obat herbal untuk menangani gangguan ginjal seperti nefritis dan uretritis. Di Eropa, ekstraknya digunakan untuk membantu mengatasi batu ginjal.

    9. Meredakan Batuk

    Tanaman ini mengandung senyawa antiradang, antibakteri, dan antioksidan yang membantu mengurangi gejala batuk.

    Menurut Tanaman Obat Keluarga oleh Fauziah M, akar kumis kucing memiliki efek antipiretik karena kandungan antibakteri dan antiinflamasinya.

    11. Membantu Detoksifikasi Tubuh

    Tanaman ini dipercaya dapat membantu tubuh membuang racun yang berpotensi membahayakan kesehatan.

    12. Meningkatkan Kesehatan Kulit

    Menurut laman Examine, sebuah studi menunjukkan bahwa penggunaan krim yang mengandung 2% ekstrak kumis kucing mampu memperbaiki kondisi kulit berminyak lebih baik dibandingkan zinc glukonat 1%.

    Bagian kumis kucing yang paling sering dikonsumsi adalah daunnya. Namun, akar dan bunga juga bermanfaat, masing-masing untuk meredakan demam dan batuk.

    Pengolahannya bisa dengan cara merendam bunga atau akar selama 1-3 jam lalu meminum airnya. Daun segar sekitar 4-5 lembar bisa direbus dalam segelas air hingga mendidih, lalu air rebusannya diminum.

    Kumis kucing kerap digunakan dalam pengobatan tradisional. Namun, apakah herbal ini efektif untuk mengobati beragam penyakit?

    Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania, MSi menyatakan bahwa kumis kucing dapat membantu dalam penanganan diabetes, namun tidak dapat menyembuhkannya secara menyeluruh.

    Dalam arsip catatan detikcom, dr Inggrid mengatakan bahwa diagnosa diabetes tidak mungkin sembuh 100 persen. Namun, diabetes dapat dikontrol sehingga gula darahnya bisa dijaga supaya tetap rendah dan tidak cepat komplikasi.

    Menurut dr Inggrid, tanaman ini cocok digunakan oleh penderita diabetes ringan atau prediabetes, sementara penderita dengan kadar gula darah tinggi tetap membutuhkan pengobatan konvensional. Ia menegaskan kembali bahwa tanaman tersebut lebih sesuai untuk kondisi awal diabetes. Sebab nyatanya, banyak orang baru menyadari menderita diabetes saat kondisinya sudah parah.

    “Seringkali orang itu tahunya sakit diabetes biasanya sudah agak terlambat, dia biasanya ketahuannya ketika diabetesnya sudah cukup parah, atau misalnya gula darahnya udah tinggi banget. Itu nggak bisa ya dengan kumis kucing aja, biasanya tetap perlu obat konvensional yang utama,” jelasnya.

    dr Inggrid juga menekankan bahwa penggunaan kumis kucing sebagai suplemen untuk penderita diabetes berat harus dilakukan dengan pengawasan ketat karena kombinasi dengan obat antidiabetes tertentu bisa menyebabkan hipoglikemia berat hingga koma.

    “Juga yang harus berhati-hati orang yang diabetesnya sudah ada penyakit ginjal, komplikasi ke ginjal, misalnya udah jadi penyakit ginjal kronis. Itu juga harus berhati-hati karena belum tentu kumis kucing bisa dia terima,” tuturnya.

    “Jadi tidak semua orang dengan penyakit ginjal bisa terima kumis kucing, ada yang dia tidak mungkin konsumsi kumis kucing karena bisa mengakibatkan gagal ginjalnya lebih parah, apalagi yang sudah cuci darah harus berhati-hati banget,” sambung dr Inggrid.

    Nah, itulah tadi penjelasan tentang manfaat tanaman kumis kucing. Perlu diketahui, bahwa dokter menyarankan agar penderita diabetes dengan komplikasi ginjal perlu lebih waspada dalam mengkonsumsinya. Baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui aman tidaknya konsumsi tanaman kumis kucing.

    (aau/fds)

  • 7 Khasiat Rutin Minum Air Rebusan Jahe dan Kunyit, Ada Efek Sampingnya?

    7 Khasiat Rutin Minum Air Rebusan Jahe dan Kunyit, Ada Efek Sampingnya?

    Jakarta

    Jahe dan kunyit termasuk rimpang yang banyak dipakai di Tanah Air. Selain digunakan sebagai bumbu masakan, keduanya kerap dijadikan obat herbal yang diyakini bisa mengatasi migrain, batuk, pilek, hingga kelelahan.

    Air rebusan jahe-kunyit menjadi olahan populer dari kedua rimpang. Kunyit dan jahe direbus selama beberapa waktu, sisa airnya kemudian diminum rutin atau beberapa hari sekali.

    Namun, benarkah air rebusan keduanya bermanfaat? Apa saja khasiatnya? Apakah konsumsi air rebusan jahe dan kunyit mempunyai efek samping jika diminum rutin?

    Khasiat Air Rebusan Jahe dan Kunyit

    Air rebusan kunyit-jahe memiliki banyak manfaat, mulai dari mengurangi peradangan hingga berpotensi mencegah kanker. Dilansir Health, berikut penjelasannya:

    1. Bersifat Antioksidan

    Antioksidan dapat mencegah stres oksidatif akibat radikal bebas. Seiring berjalannya waktu, stres oksidatif bisa menyebabkan diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.

    Jahe dan kunyit mengandung senyawa bersifat antioksidan kuat seperti gingerol, shogaol, dan kurkumin. Penelitian menunjukkan rempah-rempah ini dapat menawarkan potensi antioksidan lebih besar jika dikombinasikan.

    2. Mengurangi Peradangan

    Peradangan jangka panjang (peradangan kronis) dikaitkan dengan berkembangnya kondisi kesehatan, seperti depresi, diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, serta asma. Gejala rheumatoid arthritis dan penyakit radang usus juga bisa memburuk akibat inflamasi kronis.

    Antioksidan dalam jahe dan kunyit memiliki sifat anti peradangan kuat yang dapat mencegah peradangan jangka panjang ini. Shogaol pada jahe dan kurkumin kunyit menjadi senyawa utama yang bantu mengurangi peradangan, menurut sebuah studi.

    3. Meningkatkan Imun Tubuh

    Efek anti peradangan serta antioksidan dari jahe dan kunyit dapat menjaga sistem kekebalan tubuh. Jahe dan kurkumin juga memiliki sifat antimikroba kuat yang bantu membunuh dan mencegah pertumbuhan bakteri.

    Beberapa penelitian menunjukkan jahe, khususnya, berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh. Kurkumin juga dapat mempengaruhi sel darah putih sehingga memperkuat pertahanan alami tubuh.

    4. Meredakan Nyeri Kronis

    Baik jahe dan kunyit bantu mengurangi rasa sakit akibat peradangan, terutama radang sendi.

    Penelitian terhadap 60 pengidap osteoartritis lutut membandingkan efek ekstrak kunyit, lada hitam, dan jahe dengan Aleve (naproxen). Ditemukan bahwa kombinasi ketiga herbal sama efektifnya dengan Aleve dalam mengurangi rasa sakit dan peradangan jika dikonsumsi 2 kali sehari selama 4 minggu.

    5. Mengatasi Mual dan Gangguan Pencernaan

    Jahe sudah digunakan sejak lama untuk mengatasi mual akibat kemoterapi, morning sickness, operasi, hingga mabuk perjalanan. Kandungan gingerol dan shogaolnya diduga membantu perut lebih cepat kosong dan melancarkan pencernaan.

    Di sisi lain, kunyit bantu mengatasi refluks asam. Penelitian 2023 menemukan kurkumin sama efektifnya dengan Prilosec (omeprazole) dalam menghambat pompa proton (PPI) yang digunakan untuk mengobati kondisi tersebut.

    6. Menjaga Kesehatan Jantung

    Kunyit dan jahe bantu meningkatkan kesehatan jantung dengan menurunkan peradangan yang menjadi penyebab penyakit jantung.

    Menurut studi 2016, konsumsi 2-4 gram jahe segar setiap hari bantu menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit jantung. Tekanan darah tinggi diketahui termasuk salah satu faktor utama penyakit jantung.

    Penelitian lainnya menunjukkan risiko kematian akibat penyakit jantung lebih rendah pada orang yang rutin mengkonsumsi kunyit. Kunyit bekerja dengan mencegah atau memperlambat penumpukan plak di arteri. Saat plak menumpuk maka arteri menyempit sehingga mengurangi aliran darah dan bisa menyebabkan nyeri dada atau serangan jantung.

    7. Berpotensi Mencegah Kanker

    Mengutip Canadian Digestive Health Foundation, kurkumin bantu menurunkan risiko terkena kanker kolorektal pada orang dengan risiko tinggi. Senyawa yang ditemukan pada kunyit ini juga bisa meningkatkan kesehatan umum pengidap kanker usus besar.

    Untuk jahe, penelitian 2011 menemukan bahwa konsumsi 2 gram jahe setiap hari dapat menurunkan eikosanoid, penanda inflamasi yang berkaitan dengan kanker, di usus besar.

    Efek Samping Air Rebusan Jahe dan Kunyit

    Meskipun secara umum aman dikonsumsi, air rebusan jahe dan kunyit yang diminum berlebihan dapat menimbulkan efek samping atau risiko. Efek yang bisa terjadi meliputi maag, diare, sakit kepala, ruam kulit, rasa tidak nyaman di perut, serta iritasi mulut dan tenggorokan. Efek samping yang dialami setiap orangnya bisa berbeda.

    Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), konsumsi lebih dari 4 gram jahe saja setiap hari dapat menyebabkan aritmia (detak jantung tidak teratur), reaksi alergi, masalah pencernaan, depresi sistem saraf pusat, dan pendarahan berkepanjangan.

    Jahe juga dapat mengurangi proses pembekuan darah dan mengganggu pengencer darah jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Jika mengalami efek samping ini sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

    (azn/row)

  • Waspadai Kolesterol Tinggi, si Pembunuh Senyap yang Picu Serangan Jantung dan Stroke

    Waspadai Kolesterol Tinggi, si Pembunuh Senyap yang Picu Serangan Jantung dan Stroke

    JAKARTA – Kondisi tubuh harus sangat diperhatikan karena terdapat berbagai masalah kesehatan terjadi tanpa disadari. Salah satunya adalah hiperlipidemia atau kolesterol tinggi, kondisi di mana kadar lipid atau lemak dalam darah melebihi batas normal.

    Pada banyak kasus, hiperlipidemia tidak menimbulkan gejala sehingga tidak disadari. Namun, hiperlipidemia harus diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan bisa berujung kematian.

    Mengenal Hiperlipidemia

    Hiperlipidemia sebenarnya adalah istilah medis akan kondisi kolesterol tinggi atau trigliserida. Kolesterol terbagi menjadi dua jenis, yakni kolesterol baik (high density lipoprotein atau HDL) dan kolesterol jahat (low density lipoprotein atau LDL).

    Hiperlipidemia disebabkan karena terlalu banyaknya kolesterol jahat dalam darah dan tidak memiliki cukup kolesterol baik untuk membersihkannya. Kondisi ini akhirnya menyebabkan sumbatan atau plak dada di dinding pembuluh darah, yang dapat meluas dan menyumbat arteri hingga menyebabkan penyakit jantung dan stroke.

    Gejala Hiperlipidemia

    Hiperlipidemia sebenarnya hampir tidak menunjukkan tanda dan gejala. Timbulnya gejala juga sering tidak disadari dan dianggap sepele, seperti kram kaki terutama di betis dan nyeri pada jari kaki.

    Namun, pada hiperlipidemia turunan dapat muncul gejala seperti pertumbuhan lemak kekuningan di sekitar mata dan persendian. Untuk komplikasi hiperlipidemia gejala yang muncul nyeri dada, kesulitan bernapas, tekanan darah tinggi, pusing, hingga mati rasa atau kesemutan di berbagai anggota tubuh.

    Faktor Risiko Terjadinya Hiperlipidemia

    Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya hiperlipidemia, salah satunya adalah gaya hidup tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi makanan berlemak, kebiasaan merokok, minum alkohol berlebihan, hingga malas berolahraga yang membuat kolesterol jahat meningkat pesat.

    Faktor risiko lainnya yang menyebabkan hiperlipidemia adalah konsumsi obat-obatan tertentu, seperti antidepresan. Kemudian faktor kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes, hingga faktor genetik atau keturanan.

    Penanganan Hiperlipidemia

    Kolesterol tinggi sebenarnya dapat diatasi dengan sederhana, yakni mengubah dan menerapkan gaya hidup sehat. Namun, pada beberapa kasus hiperlipidemia yang sudah parah harus ditangani oleh medis dan biasanya mengharuskan pasien untuk mengonsumsi obat dengan rutin.

  • Dialami Titiek Puspa, Pendarahan Otak Paling Sering Disebabkan oleh Hal Ini – Halaman all

    Dialami Titiek Puspa, Pendarahan Otak Paling Sering Disebabkan oleh Hal Ini – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Titiek Puspa meninggal dunia, Kamis (10/4/2025).

    Artis legendaris ini menghembuskan napas terakhir pada usia 87 tahun.

    Ia mengalami pecah pembuluh darah di otak bagian kiri atau pendarahan otak, dan dilarikan ke RS Medistra Jakarta.

    Dokter spesialis saraf Haznim Fadhli menuturkan, pendarahan otak paling sering disebabkan oleh hipertensi.

    Ia mengatakan, hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat melemahkan dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak.

    Saat tekanan darah tidak terkendali maka berisiko terkena stroke pendarahan atau stroke hemoragik.

    “Pendarahan otak  bisa disebabkan banyak hal, paling sering hipertensi. Lainnya bisa karena kelainan pembuluh darah,  cedera kepala, gangguan fungsi pembekuan  darah, penyakit amiloid angiopati,  penggunaan obat-obatan pengencer darah,” tutur dia saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (11/4/2025).

    Mantan ketua IDI cabang Jakarta Pusat ini menuturkan, jika seseorang sudah terdiagnosis hipertensi maka harus menjalani pengobatan seumur hidup. Begitu juga kontrol dan pemeriksaan kesehatan rutin.

    Hal ini bertujuan agar hipertensi terkontrol atau tidak berkembang menjadi komplikasi yang parah.

    Gejala umum saat seseorang mengalami pendarahan otak adalah sakit kepala parah yang tiba-tiba muncul, muntah, kebingungan hingga pingsan.

    Gejala lain yang mungkin terjadi adalah kejang tiba-tiba, gangguan koordinasi dan keseimbangan, serta kesulitan menelan.

    “Pendarahan otak adalah kondisi yang harus ditangani segera ke rumah sakit terdekat. Penanganannya dapat berupa operasi dan rehabilitasi ,” tutur dia.

    Kronologi Meninggalnya Titiek Puspa

    Mengutip Tribunnews.com, Petty Tunjungsari Murdago mengungkapkan kronologi meninggalnya Titiek Puspa.

    Awalnya Titiek Puspa sempat menjalani syuting di salah satu program televisi, usai menyelesaikan pekerjaannya pelantun Kupu-Kupu Malam itu justru tidak sadarkan diri pada 26 Maret 2025.

    ‘Ya, memang ada kejadian di tanggal 26 Maret 2025, jam 8 malam, ketika Ibu Titiek Puspa sedang menyelesaikan recording di Lapor Pak Trans7, terjadi pingsan. Jam 8.30 dan alhamdulillah sudah menyelesaikan tiga episode,” kata Petty dalam jumpa persnya di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2025).

    Titiek Puspa kemudian langsung dilarikan ke rumah sakit Medistra Jakarta untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

    Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit, kondisi pendarahan otak yang dialami Titiek Puspa cukup serius mengingat usia Titiek Puspa tidak muda lagi.

    Keluarga sendiri mengatakan jika kondisi Titiek Puspa sebelumnya baik-baik ketika melakukan aktivitas hingga dikejutkan dengan kejadian tersebut.

    “Kami sendiri tidak tahu, saya mengharapkan beliau tidak lupa minum obat hipertensi. Saat syuting saya tidak ikut mengantar, karena sudah ada dua asisten yang menemani ibu,” ungkap Petty.

  • Cerita Wanita Kena Stroke di Usia 23 Tahun, Ternyata Dipicu Penyakit Ini

    Cerita Wanita Kena Stroke di Usia 23 Tahun, Ternyata Dipicu Penyakit Ini

    Jakarta

    Seorang wanita bernama Emma Rand mengalami stroke di usia yang masih muda, yakni 23 tahun. Awalnya, diketahui tekanan darah Emma selalu tinggi di beberapa kali pemeriksaan kesehatannya.

    Dokter mengatakan tekanan darahnya cukup tinggi dan dipantau oleh dokter.

    Sekitar sebulan kemudian, Emma mengikuti kelas spinning yakni semacam bersepeda dalam ruangan dengan iringan musik dan bimbingan instruktur di tempat gym, New York, Amerika Serikat.

    Di lagu kedua dimulai, Emma merasa pusing yang dianggapnya kurang asupan air. Saat meraih botol airnya, dia jatuh dari sepeda.

    “Saya tidak bisa merasakan lengan kanan saya,” kata Emma pada orang-orang yang berkumpul menolongnya, dan langsung menelepon 911.

    Ketika petugas medis darurat tiba, mereka berusaha menurunkan tekanan darah tinggi Emma. Seorang petugas mengatakan bahwa perkiraan mereka wanita itu mengalami saraf terjepit.

    “Tetapi saya tidak bisa merasakan lengan saya,” ujar Emma, dikutip dari laman American Heart Association.

    Karyawan di tempat gym itu membantu Emma berdiri. Saat itu, rasa di lengannya mulai membaik, tetapi terasa aneh. Ia seperti tidak bisa mengendalikannya dengan baik.

    Di rumah, Emma menelepon orang tuanya di Guilford, Connecticut. Ibunya, Carole Rand, langsung datang dengan membawa monitor tekanan darah yang baru dibeli.

    Ketika dicek, tekanan darah Emma masih tinggi, jadi mereka menelepon dokter untuk menjelaskan hal yang dialaminya itu.

    “Saya rasa Anda baik-baik saja, tetapi sebaiknya pergi ke unit gawat darurat jantung pagi nanti,” tutur dokter tersebut.

    Keesokan harinya, Emma pergi ke unit gawat darurat. Ia masih kesulitan menggunakan lengan kanannya untuk mengisi formulir pendaftaran, sehingga sang ibu menggantikannya. Dokter spesialis jantung melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium dan mendaftarkan Emma untuk melakukan MRI minggu berikutnya.

    Setelah pemeriksaan, Emma merasa cukup sehat untuk berbelanja dan makan malam bersama orang tuanya.

    Di minggu berikutnya, Emma menemui dokter yang merawatnya. Sang dokter melihat tidak ada yang salah.

    Sampai MRI dilakukan keesokan harinya, Emma ditemani oleh ibunya. Setelah gambar diambil, teknisi meminta Emma tetap berada di dalam ruangan petugas medis untuk meninjau hasilnya.

    Sampai akhirnya seorang perawat jantung berkata bahwa Emma terkena stroke dan harus segera dibawa ke rumah sakit.

    Orang yang mengalami stroke dapat menerima obat pengencer darah, asalkan mereka mendapatkannya dalam waktu 4,5 jam sejak munculnya gejala. Sementara stroke yang dialami Emma kemungkinan terjadi sejak beberapa hari sebelumnya.

    Emma menghabiskan tiga hari di rumah sakit untuk menjalani serangkaian tes. Kesimpulannya, seorang ahli jantung masih belum mengetahui penyebab stroke yang Emma alami di usia 23 tahun ini.

    NEXT: Penyebab stroke terkuak

    Penyebab Stroke Terkuak

    Sejak diagnosis, Emma mulai menjalani terapi okupasi untuk memperkuat lengan dan tangan kanannya. Bahkan, ia tidak bisa membedakan panas dan dingin, atau benda apa saja yang ia sentuh.

    Dua minggu setelah meninggalkan rumah sakit, ia kembali bekerja. Sampai seorang ahli jantung baru di Connecticut menemukan bahwa Emma memiliki kelainan jantung bawaan yang umum, yaitu lubang di ruang atas jantungnya.

    Kondisi itu dikenal sebagai foramen ovale paten, lubang yang ada pada setiap orang sebelum lahir. Tetapi, biasanya lubang itu akan menutup secara alami setelah lahir.

    Lubang tersebut mungkin telah menyebabkan gumpalan darah yang masuk ke otaknya. Dia kemudian menjalani prosedur untuk menutup lubang tersebut.

    Setelah masalah teratasi, pikiran Emma menjadi lebih tenang. Tetapi, dia harus tetap berusaha keras agar lengan dan tangan kanannya dapat berfungsi dengan baik.

    Namun, Emma merasakan kekecewaan yang besar akibat stroke tersebut. Ia mengalami perubahan kognitif, yang membuatnya tidak lagi bisa mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.

    Sebaliknya, ia belajar menulis catatan untuk dirinya sendiri agar tetap bisa mengendalikan keadaan.

    “Bagian terbaiknya adalah saya tidak lagi merasa seperti bom waktu yang terus berdetak,” pungkasnya.