Topik: tekanan darah tinggi

  • Fakta-fakta Tekanan Darah Tinggi Dialami Gustiwiw Sebelum Meninggal

    Fakta-fakta Tekanan Darah Tinggi Dialami Gustiwiw Sebelum Meninggal

    Jakarta

    Sosok Gusti Irwan Wibowo atau Gustiwiw menjadi sorotan setelah meninggal dunia di usia 25 tahun. Pihak keluarga mengatakan Gustiwiw sebelumnya memiliki masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Kondisi tersebut akhirnya memicu masalah pada jantungnya.

    “Sempat kata temannya pusing, terus setelah dokter diagnosis, tensinya tinggi terus jadi jantung,” cerita Sri Yulianti, ibu Gusti, dikutip dari detikpop, Senin (16/6/2025).

    Mengapa Tekanan Darah Tinggi Bisa Memicu Masalah Jantung?

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Vito Damay, SpJP(K), FIHA, FICA, mengatakan tekanan darah tinggi memang dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk jantung. Menurutnya, tekanan darah tinggi dapat mengganggu jantung dengan beberapa mekanisme, salah satunya pembesaran jantung.

    Kondisi tersebut, lanjutnya, dapat memicu gumpalan darah atau gangguan irama jantung yang berakibat fatal.

    “Ini bisa membuat orang mengalami kardiomegali (pembesaran jantung). Awalnya bisa tidak terasa signifikan, cepat lelah mungkin salah satu yang paling awal dialami,” ujar dr Vito ketika dihubungi detikcom, Senin (16/6/2025).

    Tak hanya itu, tekanan darah tinggi juga bisa merusak permukaan pembuluh darah koroner. Kondisi ini dapat membuat lapisan pembuluh darah yang rusak membentuk plak dan memicu kurangnya oksigen jantung (iskemia). Kondisi ini bisa juga disebut penyakit jantung koroner.

    Dalam jangka panjang, iskemia dapat melemahkan otot jantung sehingga kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang. Selain itu, gumpalan darah yang terbentuk di dalam ruang jantung bisa meningkatkan risiko terjadinya stroke.

    “Iskemia pada otot jantung ini juga dapat menyebabkan konslet kelistrikan jantung yang fatal dan mendadak,” katanya.

    “Plak dalam pembuluh dalam koroner ini bisa pecah, sehingga pembuluh darah yang seharusnya memberikan oksigen dan nutrisi ke jantung ini tersumbat dan menyebabkan serangan jantung, kerusakan otot jantung permanen, atau henti jantung mendadak,” tandasnya.

    Gejala Tekanan Darah Tinggi

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Berlian Idriansyah Idris, SpJP mengatakan, salah satu gejala hipertensi yang bisa dikenali adalah sakit kepala. Biasanya sakit kepala akibat hipertensi akan terasa sangat menyakitkan.

    Pasien juga bisa mengalami gejala lainnya, seperti mual, muntah, kejang, disorientasi, hingga penurunan kesadaran. Bahkan, bisa disertai gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda, kebutaan, hingga dapat terjadi kelumpuhan satu sisi atau bicara pelo.

    Sayangnya, sebagian besar kasus hipertensi tidak menunjukkan gejala apa pun. Menurut dr Berlian, keluhan biasanya baru dirasakan ketika tekanan darah sudah sangat tinggi.

    Karena itu, pemeriksaan tekanan darah secara rutin penting dilakukan untuk memastikan tetap dalam batas normal dan mencegah berbagai gangguan kesehatan kardiovaskular.

    “Bila tensi sangat tinggi, lebih dari 180/120 mmHg, pada keadaan hipertensi emergensi dapat terjadi ensefalopati, atau kerusakan otak, dengan keluhan sakit kepala hebat,” kata dr Berlian, saat dihubungi detikcom (16/5).

    “Mendiagnosis hipertensi sangatlah mudah, hanya perlu pemeriksaan tensi darah. Bila sudah didiagnosis hipertensi, pemeriksaan diperlukan untuk melihat dampaknya pada organ, terutama jantung dan ginjal,” tandasnya.

    NEXT: Penyebab Hipertensi di Usia Muda

    Penyebab Hipertensi di Usia Muda

    Menurut dr Berlian, hipertensi yang terjadi di usia muda biasanya berkaitan erat dengan gaya hidup serta tingkat stres yang tinggi.

    “Masalah jantung kini banyak dialami anak muda karena gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang gerak, diet tinggi garam, lemak, dan gula,” katanya.

    “Sangat mungkin anak muda sering begadang, kurang tidur, yang diketahui berhubungan dengan masalah jantung,” sambungnya.

    Karenanya, ia mengingatkan pemeriksaan tensi secara rutin perlu dilakukan. Hal ini untuk menjaga tekanan darah di angka yang stabil dan mencegah hipertensi memicu kondisi berbahaya lainnya.

    “Bila sudah didiagnosis hipertensi, pemeriksaan diperlukan untuk melihat dampaknya pada organ, terutama jantung dan ginjal,” ujarnya.

  • Video: 8,6 Juta Orang Ikut Cek Kesehatan Gratis, Paling Banyak Perempuan

    Video: 8,6 Juta Orang Ikut Cek Kesehatan Gratis, Paling Banyak Perempuan

    Jakarta – Sejak diluncurkan pada 10 Februari 2025 lalu, program cek kesehatan gratis (CKG) sudah diikuti oleh 8,6 juta orang di 38 provinsi di Indonesia. Perempuan jadi peserta terbanyak yang mengikuti program ini yakni sebesar 5,3 juta jiwa (62,24%).

    Dari hasil pemeriksaan itu ditemukan, 1 dari 2 perempuan mengalami obesitas sentral, dan 1 dari 4 pada laki-laki. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), orang dengan obesitas sentral kemungkinan menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit gula (diabetes) sebesar 1.5-2 kali lipat.

    detikers, jangan lupa klik di sini untuk melihat video-video 20Detik lainnya ya!

    (/)

    kemenkes cek kesehatan gratis skrining kesehatan gratis diabetes hipertensi

  • Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Tensi Naik, Efeknya Bisa ke Jantung dan Otak

    Ini yang Terjadi pada Tubuh saat Tensi Naik, Efeknya Bisa ke Jantung dan Otak

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi atau disebut hipertensi, dapat merusak tubuh secara diam-diam selama bertahun-tahun sebelum gejalanya muncul. Tanpa pengobatan, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kecatatan, kualitas hidup yang buruk, atau bahkan serangan jantung dan stroke.

    Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mm Hg). Secara umum, hipertensi adalah tekanan darah 130/80 mm Hg atau lebih tinggi.

    Perawatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikan tekanan darah tinggi untuk menurunkan risiko kondisi kesehatan yang mengancam jiwa. Dikutip dari MayoClinic, berikut dampak hipertensi yang perlu diwaspadai.

    1. Merusak Arteri

    Arteri yang sehat bersifat fleksibel, kuat, dan elastis. Lapisan dalamnya halus, sehingga darah mengalir dengan lancar, memasok nutrisi dan oksigen ke organ, serta jaringan vital. Seiring berjalannya waktu, tekanan darah tinggi meningkatkan tekanan darah yang mengalir melalui arteri. Hal ini dapat menyebabkan:

    Arteri yang rusak dan menyempit. Tekanan darah tinggi dapat merusak sel-sel lapisan dalam arteri. Ketika lemak dari makanan memasuki aliran darah, lemak tersebut dapat terkumpul di arteri yang rusak. Seiring berjalannya waktu, dinding arteri menjadi kurang elastis. Hal ini membatasi aliran darah ke seluruh tubuh.

    Aneurisma. Seiring berjalannya waktu, tekanan darah yang terus-menerus mengalir melalui arteri yang melemah dapat menyebabkan sebagian dinding arteri menonjol. Ini disebut aneurisma. Aneurisma dapat pecah dan menyebabkan pendarahan yang mengancam jiwa di dalam tubuh. Aneurisma dapat terbentuk di arteri mana pun. Namun, aneurisma paling umum terjadi di arteri terbesar di tubuh, yang disebut aorta.

    2. Kerusakan Pada Jantung

    Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak kondisi jantung, termasuk:

    Penyakit arteri koroner. Tekanan darah tinggi dapat menyempit dan merusak arteri yang memasok darah ke jantung. Kerusakan ini dikenal sebagai penyakit arteri koroner. Aliran darah yang terlalu sedikit ke jantung dapat menyebabkan nyeri dada, yang disebut angina. Hal ini dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur, yang disebut aritmia. Atau dapat menyebabkan serangan jantung.

    Gagal jantung. Tekanan darah tinggi membebani jantung. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan otot jantung melemah atau menjadi kaku dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jantung yang kewalahan perlahan mulai gagal.

    Pembesaran jantung kiri. Tekanan darah tinggi memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan ruang jantung kiri bawah, yang disebut ventrikel kiri, menebal dan membesar. Ventrikel kiri yang menebal dan membesar meningkatkan risiko serangan jantung dan gagal jantung. Hal ini juga meningkatkan risiko kematian ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak, yang disebut kematian jantung mendadak.

    Sindrom metabolik. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko sindrom metabolik. Sindrom ini merupakan sekumpulan kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Kondisi kesehatan yang membentuk sindrom metabolik adalah tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kadar lemak darah tinggi yang disebut trigliserida, kadar kolesterol HDL rendah, yang merupakan kolesterol “baik”, dan terlalu banyak lemak tubuh di sekitar pinggang.

    NEXT: Kerusakan pada otak hingga ginjal

    3. Kerusakan Pada Otak

    Otak bergantung pada suplai darah yang baik agar dapat berfungsi dengan baik. Tekanan darah tinggi dapat memengaruhi otak dengan cara berikut:

    Transient ischemic attack (TIA) atau kadang-kadang disebut stroke ringan. TIA terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak terhambat untuk sementara waktu. Arteri yang mengeras atau gumpalan darah yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dapat menyebabkan TIA. TIA sering kali merupakan tanda peringatan stroke berat.

    Stroke. Kondisi ini terjadi ketika bagian otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi, atau dapat terjadi ketika terjadi pendarahan di dalam atau di sekitar otak. Masalah ini menyebabkan sel-sel otak mati. Pembuluh darah yang rusak akibat tekanan darah tinggi dapat menyempit, pecah, atau bocor. Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di arteri yang menuju ke otak. Gumpalan tersebut dapat menyumbat aliran darah, sehingga meningkatkan risiko stroke.

    Demensia. Arteri yang menyempit atau tersumbat dapat membatasi aliran darah ke otak. Hal ini dapat menyebabkan jenis demensia tertentu, yang disebut demensia vaskular. Satu atau beberapa stroke kecil yang mengganggu aliran darah ke otak juga dapat menyebabkan demensia vaskular.

    Gangguan kognitif ringan. Kondisi ini melibatkan masalah yang sedikit lebih banyak dengan ingatan, bahasa, atau pemikiran. Namun, perubahannya tidak cukup besar untuk memengaruhi kehidupan sehari-hari, seperti pada demensia. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gangguan kognitif ringan.

    4. Kerusakan pada Ginjal

    Ginjal menyaring cairan dan limbah ekstra dari darah, suatu proses yang memerlukan pembuluh darah yang sehat. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di dalam dan menuju ginjal. Mengidap diabetes bersamaan dengan tekanan darah tinggi dapat memperburuk kerusakan.

    Pembuluh darah yang rusak mencegah ginjal menyaring limbah dari darah secara efektif. Hal ini menyebabkan terkumpulnya cairan dan limbah dalam jumlah yang berbahaya. Bila ginjal tidak bekerja dengan baik, kondisi ini disebut gagal ginjal. Penanganannya dapat meliputi dialisis atau transplantasi ginjal. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab paling umum gagal ginjal.

    5. Kerusakan Pada Mata

    Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil dan halus yang memasok darah ke mata. Hal ini dapat memicu dampak seperti:

    Kerusakan pada pembuluh darah di retina, juga disebut retinopati. Retina adalah lapisan sel penginderaan cahaya di bagian belakang mata. Kerusakan pada pembuluh darah di retina dapat menyebabkan pendarahan pada mata, penglihatan kabur, dan kehilangan penglihatan total. Mengidap diabetes disertai tekanan darah tinggi meningkatkan risiko retinopati.

    Penumpukan cairan di bawah retina, juga disebut koroidopati. Kondisi ini dapat mengakibatkan penglihatan terganggu atau terkadang jaringan parut yang memperburuk penglihatan.

    Kerusakan saraf, juga disebut neuropati optik. Aliran darah yang tersumbat dapat merusak saraf yang mengirimkan sinyal cahaya ke otak, yang disebut saraf optik. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan pendarahan di dalam mata atau kehilangan penglihatan.

    6. Memengaruhi Kondisi Seksual

    Kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi disebut disfungsi ereksi. Kondisi ini semakin umum terjadi setelah usia 50 tahun. Namun, orang dengan tekanan darah tinggi lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi. Hal ini karena aliran darah terbatas yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dapat menghalangi aliran darah ke penis.

    Tekanan darah tinggi juga dapat mengurangi aliran darah ke vagina. Berkurangnya aliran darah ke vagina dapat menyebabkan berkurangnya hasrat atau gairah seksual, kekeringan vagina, atau kesulitan mencapai orgasme.

  • Hipertensi di Usia Muda dan Kematian Mendadak pada Orang yang Terlihat Sehat

    Hipertensi di Usia Muda dan Kematian Mendadak pada Orang yang Terlihat Sehat

    Jakarta

    Sosok Gusti Irwan Wibowo atau Gustiwiw menjadi sorotan setelah meninggal dunia di usia yang masih sangat muda, yaitu 25 tahun. Kabar ini begitu mengejutkan, khususnya bagi orang-orang yang menyukai aksinya di dunia hiburan.

    Pihak keluarga menceritakan Gusti sebelumnya memiliki masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Kondisi tersebut akhirnya memicu masalah pada jantungnya.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Berlian Idriansyah Idris, SpJP menjelaskan secara umum hipertensi dan masalah kardiovaskular memang semakin banyak mengintai anak muda. Menurutnya, ini berkaitan erat dengan perubahan gaya hidup serta tingkat stres yang begitu tinggi di kalangan anak muda.

    “Masalah jantung kini banyak dialami anak muda karena gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang gerak, diet tinggi garam, lemak, dan gula,” kata dr Berlian ketika dihubungi detikcom, Senin (16/6/2025).

    “Sangat mungkin anak muda sering begadang, kurang tidur, yang diketahui berhubungan dengan masalah jantung,” sambungnya.

    dr Berlian mengingatkan bahwa pemeriksaan tensi secara rutin perlu dilakukan. Hal ini untuk menjaga tekanan darah di angka yang stabil dan mencegah hipertensi memicu kondisi berbahaya lainnya.

    “Bila sudah didiagnosis hipertensi, pemeriksaan diperlukan untuk melihat dampaknya pada organ, terutama jantung dan ginjal,” ujarnya.

    NEXT: Bagaimana Hipertensi Mempengaruhi Jantung?

    Terpisah, spesialis jantung dan pembuluh darah dr Vito Damay, SpJP menjelaskan tekanan darah tinggi memang dapat memicu berbagai masalah jantung. Salah satu mekanismenya, tekanan darah tinggi dapat memicu pembesaran jantung atau kardiomegali.

    dr Vito menuturkan kondisi tersebut biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala yang signifikan. Salah satu tanda paling awal adalah mudah lelah.

    “Jantung membesar dapat memicu gumpalan darah atau gangguan irama jantung yang fatal,” kata dr Vito.

    Tekanan darah tinggi juga dapat merusak permukaan pembuluh darah koroner. Hal ini membuat pembuluh darah yang rusak bisa membentuk plak dan menyebabkan kurangnya oksigen ke jantung, atau iskemia.

    Dalam jangka waktu lama, iskemia dapat membuat otot jantung melemah dan akhirnya kemampuan pompa jantung berkurang. Gumpalan darah yang mengendap di ruang jantung juga dapat memicu penyakit stroke.

    “Iskemia pada otot jantung ini juga dapat menyebabkan konslet kelistrikan jantung yang fatal dan mendadak,” jelas dr Vito.

    “Plak dalam pembuluh dalam koroner ini bisa pecah, sehingga pembuluh darah yang seharusnya memberikan oksigen dan nutrisi ke jantung ini tersumbat dan menyebabkan serangan jantung, kerusakan otot jantung permanen atau henti jantung mendadak,” tandasnya.

  • Gustiwiw Sempat Ngeluh Pusing, Begini Gejala Sakit Kepala karena Tensi Tinggi

    Gustiwiw Sempat Ngeluh Pusing, Begini Gejala Sakit Kepala karena Tensi Tinggi

    Jakarta

    Musisi dan komedian Gusti Irwan Wibowo atau Gustiwiw meninggal dunia di usia 25 tahun, pada Minggu (16/6/2025). Pihak keluarga menuturkan Gusti mengalami tekanan darah tinggi yang memicu masalah pada jantungnya.

    Sebelum meninggal dunia, Gusti sempat mengeluhkan pusing pada temannya.

    “Sempat kata temannya pusing, terus setelah dokter diagnosis tensinya tinggi terus jadi jantung,” ungkap Yulianti dikutip dari detikpop, Senin (16/6/2025).

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Berlian Idriansyah Idris, SpJP menuturkan salah satu gejala hipertensi yang bisa dikenali adalah sakit kepala.

    Sakit kepala akibat hipertensi akan terasa sangat menyakitkan. Selain itu keluhan lain yang bisa muncul yakni mual, muntah, kejang, disorientasi, hingga penurunan kesadaran.

    “Selain itu, bisa disertai gangguan penglihatan seperti pandangan ganda, atau kebutaan, dan dapat terjadi kelumpuhan satu sisi atau bicara pelo,” kata dr Berlian ketika dihubungi detikcom.

    Sayangnya, kebanyakan kasus hipertensi tidak menimbulkan gejala. dr Berlian menyebut keluhan biasanya baru muncul ketika kondisi hipertensi sudah sangat berat.

    Oleh karena itu, pemeriksaan tensi secara rutin sebenarnya perlu dilakukan. Ini untuk menjaga tekanan darah di angka normal dan mencegah berbagai masalah kesehatan kardiovaskular.

    “Bila tensi sangat tinggi, lebih dari 180/120 mmHg, pada keadaan hipertensi emergensi dapat terjadi ensefalopati, atau kerusakan otak, dengan keluhan sakit kepala hebat,” kata dr Berlian.

    “Mendiagnosis hipertensi sangatlah mudah, hanya perlu pemeriksaan tensi darah. Bila sudah didiagnosis hipertensi, pemeriksaan diperlukan untuk melihat dampaknya pada organ, terutama jantung dan ginjal,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Hipertensi Intai Anak Muda RI, Penyebab Usia 20-an Kena Stroke-Serangan Jantung

    Hipertensi Intai Anak Muda RI, Penyebab Usia 20-an Kena Stroke-Serangan Jantung

    Jakarta

    Hipertensi tidak hanya menyerang usia lanjut, survei kesehatan indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi kasus hipertensi pada usia rentang 18 hingga 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran tensimeter mencapai 10,7 persen. Sementara pada kelompok usia 25 hingga 34 tahun relatif lebih tinggi yakni 17,4 persen.

    Prevalensi hipertensi tinggi di generasi muda Indonesia menjadi kekhawatiran baru lantaran kondisi ini kerap tidak menunjukkan gejala awal yang jelas. Hal ini didukung dengan data temuan ‘gap’ atau perbedaan jauh hipertensi pada diagnosis dokter.

    Berdasarkan diagnosis dokter, kelompok umur 18 hingga 24 mencatat prevalensi hipertensi sebesar 0,4 persen dan kelompok umur 25 sampai 34 sebesar 1,8 persen.

    Sebagai catatan, menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, generasi muda sebagai individu dikelompokkan berusia 16 hingga 30 tahun. Kementerian Kesehatan RI mengelompokkan anak muda mencakup kelompok usia remaja hingga dewasa muda, dalam rentang usia 15 hingga 24 tahun.

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi menjadi faktor utama penyebab stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, sampai kerusakan ginjal.

    Pada SKI 2023, penentuan status hipertensi berdasarkan pengakuan responden pernah didiagnosis hipertensi oleh dokter, serta berdasarkan hasil pengukuran rata-rata tekanan darah dengan hasil tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.

    Bila ditarik ke usia lebih muda, prevalensi hipertensi pada penduduk umur lebih dari 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter 8 persen dan berdasarkan pengukuran tekanan darah 29,2 persen. Sementara prevalensi hipertensi pada penduduk umur lebih dari 18 tahun berdasarkan diagnosis dokter 8,6 persen dan berdasarkan pengukuran tekanan darah 30,8 persen.

    “Terdapat celah pengetahuan status hipertensi di masyarakat, terjadi perbedaan lebih dari 20 persen antara prevalensi berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pengukuran tekanan darah baik pada penduduk umur lebih dari 15 tahun maupun lebih dari 18 tahun,” tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi Senin (16/6/2025).

    SKI 2023 juga menunjukkan tiga provinsi di Indonesia dengan prevalensi hipertensi penduduk umur lebih dari 15 tahun. Tertinggi di wilayah berikut:

    Kalimantan Tengah (38,7 persen)Kalimantan Selatan (34,1 persen)Jawa Timur (32,8 persen).

    Sedangkan urutan tiga provinsi di Indonesia dengan prevalensi hipertensi penduduk umur di atas 18 tahun. Terbanyak di wilayah berikut:

    Kalimantan Tengah (40,7 persen)Kalimantan Selatan (35,8 persen)Jawa Barat (34,4 persen).

    (naf/kna)

  • Gustiwiw Meninggal di Umur 25 Tahun, Hipertensi Juga Bisa Serang Usia Muda

    Gustiwiw Meninggal di Umur 25 Tahun, Hipertensi Juga Bisa Serang Usia Muda

    Jakarta

    Musisi dan komedian Gustiwiw meninggal dunia di usia 25 tahun. Ia disebut mengalami masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi yang memicu gangguan jantung.

    Sebelum meninggal, pria bernama asli Gusti Irawan Wibowo sempat mengeluh pusing pada temannya. Gusti juga sempat jatuh di kamar mandi dan tidak ditemukan denyut nadi lagi.

    Pemicu Tekanan Darah Tinggi di Usia Muda

    Dikutip dari Healthline, tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi ketika aliran darah melalui arteri tetap tinggi secara terus-menerus. Kondisi ini sering disebabkan oleh penyempitan arteri yang menghambat aliran darah.

    Seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat, sehingga usia lanjut menjadi salah satu faktor risiko utama hipertensi. Namun, orang dewasa yang lebih muda juga bisa mengalami tekanan darah tinggi akibat sejumlah faktor.

    Jika tidak dikendalikan melalui perubahan gaya hidup atau pengobatan, tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah, jantung, otak, dan organ tubuh lainnya. Kondisi ini juga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

    Selain itu, beberapa faktor lain yang memengaruhi hipertensi di usia muda sebagai berikut.

    Obesitas: Indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 25 atau rasio pinggang-pinggul lebih besar dari 0,85 mungkin merupakan faktor risiko.Konsumsi alkohol: Hasil penelitian kecil terhadap 80 orang dewasa muda di Kenya menunjukkan, menghindari alkohol mengurangi risiko hipertensi hingga 70 persen.Merokok: Studi tahun 2020 yang melibatkan 322 orang dewasa muda di Bangladesh menunjukkan, merokok tembakau merupakan faktor risiko utama yang dapat diubah untuk tekanan darah tinggi.Obat-obatan tertentu: Pil KB yang mengandung estrogen, beberapa antidepresan, dan obat antiinflamasi nonsteroid tertentu termasuk di antara obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah.Asupan garam tinggi: Mengonsumsi lebih dari 10 gram garam setiap hari dapat meningkatkan tekanan darah.Kurangnya aktivitas fisik: Untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi, American Heart Association (AHA) menyarankan untuk melakukan aktivitas aerobik sedang selama 150 menit setiap minggu dan melakukan latihan kekuatan setidaknya 2 hari per minggu.Beberapa kondisi kesehatan: Penyakit ginjal, hipotiroidisme, dan sleep apnea termasuk di antara kondisi yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.Mengonsumsi daging merah: Hasil penelitian yang disebutkan sebelumnya di Kenya juga menunjukkan, orang dewasa muda yang mengonsumsi daging merah sekali atau dua kali seminggu, 77 persen lebih mungkin mengidap tekanan darah tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah mengonsumsi daging merah.Genetik: Menurut Centers for Disease Control and Prevention AS(CDC), seseorang juga berisiko terkena hipertensi jika ada anggota keluarga dekat mengidap kondisi tersebut sebelum usia 60 tahun.

    (suc/kna)

  • Jangan Disepelekan, Begini Ciri-ciri Sakit Kepala karena Tensi Tinggi

    Jangan Disepelekan, Begini Ciri-ciri Sakit Kepala karena Tensi Tinggi

    Jakarta

    Hipertensi adalah penyakit kronis yang bisa memicu kondisi serius seperti stroke dan serangan jantung. Sebagian besar pasien tidak mengeluhkan gejala hipertensi hingga kondisinya sudah parah.

    Gejala tekanan darah tinggi sering kali dikaitkan dengan pusing atau sakit kepala berkelanjutan. Sayangnya, sakit kepala merupakan masalah kesehatan yang sangat umum, bisa disebabkan dari penyakit kronis maupun sebatas hidrasi yang tidak tercukupi.

    Ciri-ciri sakit kepala hipertensi

    Dikutip dari Healthline, menurut hasil jurnal Iranian Journal of Neurology, sakit kepala akibat tekanan darah tinggi biasanya terjadi di kedua sisi. Sakit kepala cenderung berdenyut dan memburuk ketika menjalankan aktivitas fisik.

    Pada kasus yang sangat parah, hipertensi mengakibatkan tekanan bertubi-tubi pada otak yang meningkatkan potensi darah ‘bocor’ dari pembuluh darah di organ ini.

    Kebocoran ini menyebabkan edema (pembengkakan) yang fatal karena otak tidak memiliki ruang untuk mengembang. Bahkan, hal ini berpotensi tinggi memicu stroke.

    Pembengkakan memberikan efek buruk pada otak dan memicu gejala sistemik, seperti mual, kejang-kejang, dan penglihatan kabur. Jika seseorang menerima perawatan dengan cepat, gejalanya mungkin akan mereda dalam satu jam.

    Jika seseorang memiliki tekanan darah tinggi yang berbahaya tetapi tidak ada gejala lain, kondisinya disebut urgensi hipertensi. Jika mereka mengalami gejala tambahan, itu adalah keadaan darurat hipertensi.

    Gejala lainnya dapat meliputi:

    Sakit punggungKesulitan berbicaraMuka memerahMimisanMati rasa atau kelemahanKecemasan yang parahSesak napasPerubahan penglihatan

    (kna/kna)

  • Fakta-fakta Tekanan Darah Tinggi Dialami Gustiwiw Sebelum Meninggal

    Dialami Gustiwiw sebelum Meninggal, Kenapa Tensi Tinggi Picu Masalah Jantung?

    Jakarta

    Ibunda musisi dan komedian Gustiwiw (25), Sri Yulianti mengungkapkan putranya didiagnosis mengidap masalah tekanan darah tinggi yang memicu gangguan jantung ketika meninggal dunia. Sebelum meninggal, pria bernama asli Gusti Irwan Wibowo sempat mengeluh pusing pada temannya.

    Gusti juga sempat jatuh di kamar mandi dan tidak ditemukan denyut nadi lagi. Yuliati mengaku sangat terkejut dan tak percaya awalnya. Bahkan ketika ditelepon oleh dokter, ia masih belum percaya sepenuhnya.

    “Sempat kata temannya pusing, terus setelah dokter diagnosis tensinya tinggi terus jadi jantung,” ungkap Yulianti dikutip dari detikpop, Senin (16/6/2025).

    “Walaupun dibilangin di kamar mandi itu sudah nggak ada nadinya, tapi saya tetap positif thinking, boleh dong sebagai manusia berharap, namanya seorang ibu ya. Saya berharap ada keajaiban Allah,” sambungnya.

    Berkaitan dengan kondisi tersebut, spesialis jantung dan pembuluh darah dr Vito Damay, SpJP(K), FIHA, FICA menyebut tekanan darah tinggi memang dapat memicu berbagai masalah jantung.

    Ia menjelaskan darah tinggi dapat mengganggu jantung dengan beberapa mekanisme, salah satunya pembesaran jantung. Pembesaran jantung dapat memicu gumpalan darah atau gangguan irama jantung yang berakibat fatal.

    “Ini bisa membuat orang mengalami kardiomegali (pembesaran jantung). Awalnya bisa tidak terasa signifikan, cepat lelah mungkin salah satu yang paling awal dialami,” ujar dr Vito ketika dihubungi detikcom, Senin (16/6/2025).

    Tekanan darah tinggi juga dapat merusak permukaan pembuluh darah koroner. Ini membuat lapisan pembuluh yang rusak bisa membentuk plak dan memicu kurangnya oksigen jantung (iskemia). Kondisi ini disebut penyakit jantung koroner.

    Dalam jangka waktu lama, iskemia membuat otot jantung lemah dan akhirnya pompa jantung semakin berkurang. Gumpalan darah yang mengendap di ruang jantung juga dapat memicu stroke.

    “Iskemia pada otot jantung ini juga dapat menyebabkan konslet kelistrikan jantung yang fatal dan mendadak,” katanya.

    “Plak dalam pembuluh dalam koroner ini bisa pecah, sehingga pembuluh darah yang seharusnya memberikan oksigen dan nutrisi ke jantung ini tersumbat dan menyebabkan serangan jantung, kerusakan otot jantung permanen, atau henti jantung mendadak,” tandasnya.

    (avk/kna)

  • Tak Banyak yang Tahu, Sering Makan Pepaya Bisa Cegah 6 Penyakit Ini

    Tak Banyak yang Tahu, Sering Makan Pepaya Bisa Cegah 6 Penyakit Ini

    Jakarta – Pepaya menjadi salah satu buah yang menjadi favorit banyak orang. Ini karena pepaya memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan, sehingga mampu mencegah tubuh terserang penyakit-penyakit tertentu.

    Dalam satu buah pepaya berukuran kecil (152 gram) mengandung sekitar:

    59 kalori15 gram karbohidrat3 gram serat1 gram proteinVitamin C 157 persen dari RDI (Recommended Dietary Intakes)Vitamin A 33 persen dari RDIFolat (vitamin B9) 14 persen dari RDIKalium 11 persen dari RDISejumlah kecil kalsium, magnesium, dan vitamin B1, B3, B5, E, dan K.

    Di sisi lain, pepaya memiliki vitamin B, alfa dan beta-karoten, lutein dan zeaxanthin, vitamin E, kalsium, kalium, vitamin K, dan likopen, antioksidan kuat paling umum dikaitkan dengan tomat.

    Berikut adalah sederet penyakit yang bisa dicegah saat rutin mengonsumsi pepaya.

    1. Masalah Mata

    Beberapa senyawa organik yang ada dalam pepaya dapat membantu mencegah peradangan dan stres oksidatif penyakit mata yang berkaitan dengan usia, seperti degenerasi makula.

    Senyawa bernama likopen dapat membantu melindungi epitel pigmen retina, yakni bagian retina yang penting untuk penglihatan sehat dari peradangan dan stres oksidatif.

    Pepaya juga mengandung karoten, senyawa yang memberi warna oranye khas pada pepaya. Karoten memiliki kaitan dengan peningkatan penglihatan dan pencegahan rabun senja.

    Zeaxanthin, antioksidan dalam pepaya, menyaring sinar biru yang berbahaya. Zat ini dianggap berperan dalam melindungi kesehatan mata dan dapat menangkal degenerasi makula.

    2. Asma

    Pepaya juga bisa menjadi makanan yang dapat membantu menurunkan risiko asma, dan mencegah kondisi tersebut kian memburuk. Ini karena pepaya mengandung antioksidan, serat, dan vitamin D.

    Nutrisi ini juga membantu fungsi sistem kekebalan tubuh yang biasanya bekerja berlebihan pada pengidap asma.

    Sebuah studi pada 2022 juga mengaitkan asupan karoten, likopen, dan zeaxanthin yang lebih tinggi dengan risiko yang lebih rendah terkena asma pada orang dewasa. Sementara, pepaya mengandung ketiga senyawa organik ini.

    3. Kanker

    Senyawa-senyawa yang ada di dalam pepaya seperti likopen, zeaxanthin, dan lutein, memiliki efek antikanker.

    Sebuah tinjauan pada 2022 menjelaskan beberapa penelitian menunjukkan likopen memiliki sifat antikanker, terutama terhadap kanker prostat, zeaxanthin memiliki efek menguntungkan pada sel kanker lambung. Sementara lutein secara selektif memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara.

    4. Diabetes

    Penelitian menunjukkan pengidap diabetes tipe 1 yang mengonsumsi makanan berserat tinggi memiliki kadar glukosa darah lebih rendah. Selain itu, pengidap diabetes tipe 2 yang mengikuti diet tinggi serat mungkin mengalami peningkatan kadar gula darah, lipid, dan insulin.

    Sebagai informasi, satu buah pepaya kecil (152 gram) mengandung 3 gram serat, dengan hanya 15 gram karbohidrat.

    5. Masalah Pencernaan

    Kandungan serat dan air yang cukup banyak dalam pepaya dapat membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Ini dapat membantu mencegah sembelit dan meningkatkan keteraturan, serta kesehatan saluran pencernaan.

    6. Penyakit Jantung

    Antioksidan dalam pepaya, seperti likopen, dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Pepaya juga mengandung serat, yang juga dapat membantu menurunkan kolesterol.

    Kalium dalam pepaya juga bermanfaat bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.

    Peningkatan asupan kalium bersamaan dengan penurunan asupan natrium adalah perubahan pola makan terpenting yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

    (dpy/naf)