Topik: tekanan darah tinggi

  • Profesor Farmasi Ingatkan Kebiasaan Minum Obat Seperti Ini Bisa Merusak Ginjal

    Profesor Farmasi Ingatkan Kebiasaan Minum Obat Seperti Ini Bisa Merusak Ginjal

    Jakarta

    Beberapa jenis obat memang dapat dikonsumsi tanpa resep dokter. Salah satu jenis obat yang paling sering dikonsumsi secara mandiri adalah obat pereda nyeri. Meski relatif aman dan mampu meredakan rasa sakit dengan cepat, konsumsi yang tidak terkontrol dalam jangka panjang bisa membahayakan, terutama bagi kesehatan ginjal.

    Obat pereda nyeri sering dijadikan solusi instan ketika keluhan seperti sakit kepala, nyeri otot, atau pegal-pegal muncul. Sayangnya, banyak orang terus mengulangi kebiasaan ini hingga berminggu-minggu, dan kembali mengonsumsi obat saat nyeri datang lagi, tanpa berkonsultasi ke fasilitas kesehatan.

    Waspadai Risiko Jangka Panjang

    Guru Besar Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati, mengingatkan penggunaan obat pereda nyeri tanpa pemantauan medis tetap memiliki risiko, meskipun dikonsumsi sesuai dosis.

    “Tanpa pengawasan medis, konsumsi analgesik jangka panjang tetap dapat menimbulkan efek samping,” tegas Prof Zullies saat dihubungi detikcom Rabu (2/7/2025).

    Jenis obat pereda nyeri yang paling umum digunakan adalah paracetamol dan obat dari golongan NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen, diclofenac, dan naproxen. Meskipun paracetamol relatif lebih aman, keduanya tetap berpotensi menimbulkan gangguan pada ginjal.

    Kok Bisa Rusak Ginjal?

    Obat NSAID bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin, yaitu zat yang berperan dalam menimbulkan rasa sakit dan peradangan. Namun, prostaglandin juga penting dalam menjaga fungsi lambung dan ginjal.

    Ketika sintesis prostaglandin terganggu, hal ini bisa berdampak pada penurunan aliran darah ke ginjal, sehingga fungsi penyaringan ginjal menurun. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal kronis, nefritis interstisial, hingga gagal ginjal akut, terutama pada lansia atau orang dengan gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, dan dehidrasi.

    Demi menghindari risiko ini, Prof Zullies menyarankan obat pereda nyeri digunakan hanya saat benar-benar diperlukan, serta sesuai dosis yang dianjurkan. Selalu membaca label obat dan konsultasikan ke dokter jika rasa nyeri tidak juga membaik.

    “Gunakan dosis efektif paling rendah untuk durasi sesingkat mungkin,” tegasnya.

    (naf/kna)

  • Kepala Sering Terasa Berat saat Pagi? Waspada Kolesterol Tinggi

    Kepala Sering Terasa Berat saat Pagi? Waspada Kolesterol Tinggi

    JAKARTA – Keluhan kepala terasa berat saat bangun tidur di pagi hari seringkali dianggap sebagai akibat kurang tidur atau stres. Namun, tahukah Anda kondisi ini bisa menjadi sinyal awal adanya gangguan kesehatan yang lebih serius, salah satunya kadar kolesterol yang tinggi?

    Meski gejala ini tidak bisa dijadikan acuan, sejumlah penelitian menyebutkan adanya keterkaitan antara sakit kepala dan peningkatan kolesterol dalam tubuh.

    Kolesterol tinggi sering dijuluki sebagai ‘silent killer’, karena tidak menunjukkan gejala yang mencolok. Artinya, seseorang bisa saja memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi tanpa pernah merasakan keluhan berarti, hingga akhirnya mengalami komplikasi serius seperti serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengetahui kadar kolesterol secara akurat adalah melalui pemeriksaan laboratorium.

    Meski begitu, beberapa orang mengaku merasakan perubahan fisik tertentu seperti rasa berat di kepala, terutama saat pagi hari. Hal ini menimbulkan pertanyaan, adakah hubungan langsung antara kolesterol tinggi dan sakit kepala?

    Meskipun belum ada bukti ilmiah yang secara tegas menyatakan bahwa kolesterol tinggi secara langsung menyebabkan sakit kepala, sejumlah studi menunjukkan korelasi yang menarik antara keduanya.

    Salah satu penelitian yang cukup terkenal dilakukan pada tahun 2015 dengan judul Correlation between Migraine Severity and Cholesterol Levels. Studi ini menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat keparahan migrain dengan kadar kolesterol total maupun LDL (kolesterol jahat).

    Penelitian lain pada tahun 2011 juga menyoroti keterkaitan antara profil lipid darah dengan kejadian migrain. Dengan melibatkan 925 responden, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan kadar kolesterol total yang lebih tinggi cenderung lebih sering mengalami migrain dibanding mereka yang kadar kolesterolnya normal.

    Dr. Like Laffin, seorang ahli jantung dari Cleveland Clinic, menanggapi temuan-temuan ini dengan hati-hati.

    “Kesimpulan umumnya memang ada kaitan jika bicara soal sakit kepala migrain,” kata Like Laffin, MD, dikutip dari laman Cleveland Clinic.

    Namun, Dr. Laffin juga menegaskan bahwa keterkaitan tersebut belum bisa dijadikan bukti bahwa kolesterol adalah penyebab utama munculnya sakit kepala. Menurutnya, belum ada dasar ilmiah yang kuat yang dapat menyatakan hubungan kausal langsung antara keduanya.

    “Otak mempunyai kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan tekanan darah dalam waktu singkat. Namun jika meningkat, maka sakit kepala bisa muncul,” jelasnya.

    Hal yang perlu dipahami, kolesterol tinggi kerap kali berjalan seiring dengan tekanan darah tinggi, dan keduanya merupakan faktor risiko utama untuk atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak.

    Ketika plak kolesterol menumpuk di dinding arteri, tekanan darah bisa naik karena aliran darah menjadi tidak lancar. Kondisi inilah yang kemudian dapat memicu munculnya sakit kepala, terutama jika terjadi di pembuluh darah otak.

    Lebih lanjut, kombinasi kolesterol tinggi dan hipertensi juga meningkatkan risiko terjadinya stroke, sebuah kondisi gawat darurat yang sering diawali dengan keluhan seperti sakit kepala hebat dan mendadak.

    Meski belum terbukti menjadi penyebab langsung, adanya keluhan seperti kepala berat di pagi hari tetap patut diwaspadai, apalagi jika disertai dengan gejala lain seperti mudah lelah, nyeri dada, atau gangguan penglihatan.

    Pemeriksaan kadar kolesterol secara berkala sangat penting, terutama bagi individu dengan faktor risiko seperti obesitas, riwayat keluarga, merokok, atau pola makan tidak sehat.

    Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, menghindari makanan tinggi lemak jenuh, rutin berolahraga, serta memeriksakan diri ke dokter bisa menjadi langkah awal untuk mencegah komplikasi akibat kolesterol tinggi.

  • Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa, membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Pria yang kini berusia 46 tahun itu mengaku terkena serangan stroke akibat tekanan darah atau hipertensi tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Saat itu, Alfa menolak mengonsumsi obat yang direkomendasikan dokter karena merasa sudah menjalani pola hidup sehat. Ia rutin berolahraga dan menjaga asupan makanannya dengan menghindari makanan yang bisa memicu kolesterol maupun gula darah tinggi.

    Meski begitu, ia mengaku masih sering mengonsumsi makanan asin, yang sebenarnya dapat memicu tekanan darah tinggi.

    “Sudah mengurangi risiko kolesterol, gula darah tinggi, itu sejak umur 30 itu sudah mengurangi jeroan dan daging. Tetapi yang tidak lakukan adalah diet garam, suka makan asin. Bahkan kalau makan soto, atau bakso, suka menambahkan garam lagi, padahal itu salah besar,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Dokter kemudian menyarankan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi.

    Alfa kemudian disarankan untuk mengonsumsi obat hipertensi secara rutin untuk mengontrol tekanan darahnya. Akan tetapi, Alfa justru mengabaikannya. Ia juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu tensinya naik.

    “Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Adapun serangan stroke terjadi saat Alfa sedang melakukan aktivitas. Pada saat pandemi, ia berlari sekitar tiga hingga lima kilometer di sekitar rumah. Tanpa jeda, ia langsung melanjutkan dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya melonjak hingga 160 bpm.

    Tak lama setelah itu, Alfa mendadak mengalami pusing hebat seperti vertigo. Ia juga menyadari sisi kiri tubuhnya tidak dapat digerakkan. Tangan dan kaki kirinya lumpuh, disertai gangguan bicara dan mulut yang perot.

    Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya untuk menjalani MRI. Hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter.

    Awalnya, dokter menyarankan Alfa untuk menjalani operasi. Namun, karena ia masih mampu merespons pemeriksaan memori dan kesadaran dengan baik, dokter memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi. Alfa menjalani proses pemulihan dengan dirawat di ICU selama tiga minggu.

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari keluarga dan sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    Terkait kejadian yang dialami Alfa, terlalu banyak mengonsumsi makanan asin bisa memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Ketika tekanan darah tinggi tidak terkontrol, komplikasinya bisa memunculkan penyakit lain mulai dari stroke sampai gagal ginjal.

    “Kalau garam hubungannya itu ke hipertensi. Dengan garam yang banyak tinggi, kandungan garam di dalam pembuluh darah akan menarik air. Cairan akan lebih banyak di pembuluh darah, tekanan darah menjadi meningkat,” ujar spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dr dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenapa Banyak Kasus Stroke Terjadi Saat di Kamar Mandi? Ini Penyebabnya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • Minum Obat Darah Tinggi Bikin Ginjal Rusak? Begini Faktanya Menurut Dokter

    Minum Obat Darah Tinggi Bikin Ginjal Rusak? Begini Faktanya Menurut Dokter

    Jakarta

    Orang dengan penyakit tekanan darah tinggi akan dianjurkan mengonsumsi obat hipertensi setiap hari. Hanya saja banyak pasien hipertensi ragu untuk minum obat secara teratur karena takut efek samping jangka panjang, terutama pada ginjal.

    Menurut dr Djoko Wibisono, SpPD KGH, seorang spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi, anggapan bahwa obat hipertensi merusak ginjal adalah mitos. Faktanya, minum obat darah tinggi secara teratur bisa melindungi ginjal dari kerusakan.

    “Yang merusak ginjal itu bukan obatnya tapi tekaan darah tingi yg tidak terkendali. hipertensi itu kan penyakit PTM, obatnya long life. Minum obat seterusnya, agar hidupnya sehat,” kata dr Djoko saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Alasan obat tensi bisa cegah ginjal rusak

    Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis yang membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. Seiring waktu, tekanan yang konstan dan tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di seluruh tubuh, termasuk yang ada di ginjal.

    Obat darah tinggi, kata dr Djoko, justru dirancang untuk mengontrol kondisi tersebut agar tetap stabil. Dengan tekanan darah yang terkontrol, beban kerja ginjal menjadi lebih ringan dan mencegah kerusakan.

    “Kenapa harus minum obat? Karena bisa naik lagi, mungkin bukan besok tapi bulan depan ketika pasien sudah nggak aware,” tandasnya.

    (kna/kna)

  • Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Pantang Menyerah Lawan Stroke, Sempat Lumpuh Kini Bisa Finish Half Marathon

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa (46), membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Meski sempat lumpuh akibat kondisi tersebut, Alfa pantang menyerah untuk bisa bangkit kembali dan pulih. Bahkan kini dirinya berhasil menyelesaikan half marathon yang diadakan oleh BTN Jakarta International Marathon (JAKIM) 2025 pada Minggu (29/6).

    Kepada detikcom, Alfa menceritakan kronologi terkena serangan stroke akibat tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Awalnya, Alfa menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check up. Hasil menunjukkan dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Namun, pada saat itu, Alfa menolak untuk mengonsumsi obat lantaran dirinya merasa menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga hingga menjaga makan.

    “Kan saya orangnya aktif, saya olahragawan gitu. Maksudnya bukan orang yang mager gitu kan. Kemudian ya udah dijaga makanan ya,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Pada saat itu, dokter menganjurkan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi. Akhirnya, dokter menyarankan agar ia mengonsumsi obat. Sayangnya, Alfa tidak meminumnya secara rutin.

    “Pada akhirnya tekanan darah saya memang tidak teratur gitu kan. Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Tak hanya itu, Alfa juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu peningkatan tekanan darah.

    Beberapa waktu kemudian, saat mencoba menjaga kebugaran dengan berolahraga pada masa pandemi, Alfa mengaku berlari sekitar 3 hingga 5 kilometer di sekitar rumahnya.

    Usai berlari tanpa jeda, ia langsung melanjutkan aktivitas fisik dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya saat itu meningkat tajam hingga menyentuh angka 160 bpm.

    Tak lama kemudian, Alfa merasakan pusing hebat seperti vertigo. Tubuhnya tak stabil dan ia segera menyender ke tembok balkon sebelum akhirnya duduk perlahan di lantai. Saat hendak berpindah ke dalam rumah, ia menyadari tubuh bagian kirinya tidak lagi dapat digerakkan. Tangan dan kaki kiri lumpuh, sementara kemampuan bicaranya juga terganggu, mulut menjadi perot dan suara hanya keluar lirih.

    Dengan sisa tenaga, Alfa menyeret tubuh menggunakan kaki kanan untuk masuk ke dalam rumah dan tergeletak di ruang tamu. Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    “Saya melewati hampir 12 jam terkapar di dalam rumah. Waktu itu di dekat ruang tamu gitu kan. Dan saya dari pagi sampai siang itu, sampai malam itu hanya yang bisa saya lakukan adalah doa dan doa,” lanjutnya lagi.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya. Pada saat itu, posisi Alfa tengah berada di kota Surabaya. Alfa langsung menjalani MRI dan hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter. Dokter menyarankan tindakan operasi segera, namun sang istri sempat meminta opsi lain.

    Untuk menilai kelayakan operasi, dokter melakukan pemeriksaan memori dan kesadaran terhadap Alfa. Pria yang kini berusia 46 tahun itu masih bisa menyebut nama sang istri dan menjawab berbagai pertanyaan terkait memori jangka pendek maupun panjang dengan tepat.

    Setelah melihat hasil pemeriksaan tersebut, dokter akhirnya memutuskan Alfa untuk tidak dioperasi, tetapi tetap harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU.

    Selama dirawat di ICU selama tiga minggu, kondisi Alfa terus menunjukkan perbaikan. Volume pendarahan yang semula 60 mililiter berkurang menjadi sekitar 40 mililiter pada hari ketujuh, 30 mililiter pada hari ke-14, dan mendekati 15 mililiter di hari ke-21. Setelah dinyatakan stabil dan pendarahan berkurang signifikan, ia pun dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

    “Dan dokter langsung bilang, ini kondisinya membaik dan perdarahannya sudah berkurang, sehingga bapak besok pindah ke ruangan biasa,” ucapnya.

    Alfa kemudian dipindahkan ke ruang perawatan biasa untuk pemantauan lanjutan. Selama tujuh hari dirawat, kondisinya dinyatakan cukup stabil sehingga diperbolehkan pulang. Pada saat itu, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya belum bisa berjalan dan hanya bisa berpindah menggunakan kursi roda.

    NEXT: Masa-masa awal pasca stroke

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    “Kamu bukannya nggak bisa jalan, tapi kamu belum bisa jalan,” begitu kata-kata afirmatif yang terus diulang oleh istrinya.

    Dengan semangat yang dipupuk lewat kata-kata positif itu, Alfa memulai proses rehabilitasi medis secara intensif. Karena situasi pandemi, ia menjalani fisioterapi di rumah dengan bantuan tenaga kesehatan yang datang langsung (home care). Perlahan tapi pasti, perkembangan positif mulai terlihat.

    Dalam waktu tiga bulan sejak serangan stroke, Alfa akhirnya berhasil berdiri dan berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat. Semangatnya semakin terpacu ketika sang istri, yang akan berulang tahun, hanya meminta satu hadiah yakni Alfa bisa berjalan tepat di hari ulang tahunnya.

    Permintaan itu menjadi motivasi besar. Dengan tekad dan latihan keras, satu minggu sebelum hari ulang tahun istrinya, Alfa berhasil berjalan tanpa alat bantu. Ia bahkan merekam momen tersebut sebagai hadiah video, yang kemudian ia kirimkan sebagai ‘early gift’. Momen itu pun menjadi titik emosional yang menguatkan semangat keduanya.

    Tak berhenti di situ, Alfa terus melanjutkan proses pemulihannya. Ia tidak hanya kembali berjalan, tetapi juga berlari. Tahun 2022, ia kembali mengikuti ajang lari 5K dalam Mangkunegaran Run. Setahun kemudian, ia menaklukkan jarak 10K di Borobudur Marathon 2023. Dan pada 2025, ia berhasil mencapai garis finis di kategori Half Marathon pada BTN Jakarta International Marathon.

    Perjalanan panjang dari terkapar di ruang tamu hingga kembali berlari sampai ke garis finish menjadi bukti bahwa tekad, dukungan, dan semangat tak pernah sia-sia. Bagi Alfa, setiap langkah hari ini adalah kemenangan dari perjuangan yang dulu nyaris membuatnya menyerah.

  • Kepala Terasa Berat Pagi Hari? Bisa Jadi Kolesterol Tinggi

    Kepala Terasa Berat Pagi Hari? Bisa Jadi Kolesterol Tinggi

    Jakarta

    Kepala terasa berat di pagi hari bisa jadi menandakan kadar kolesterol tinggi. Tapi penting dicatat, selalu butuh pemeriksaan untuk memastikan karena pada dasarnya peningkatan kadar kolesterol tidak memiliki gejala spesifik.

    “Kita harus pemeriksaan kolesterol lengkap. Harus memang pemeriksaan darah,” kata praktisi kesehatan dr Muthmainnah, SpPD-KAI, dalam wawancara dengan detikcom, Rabu (28/5/2025).

    “Intinya sakit kepala itu bukan satu-satunya gejala yang disebabkan oleh kolesterol atau hipertensi,” tegasnya.

    Kadar Kolesterol Normal

    Dikutip dari WebMD, berikut kadar kolesterol normal yang diharapkan:

    Kolesterol total: di bawah 200 mg/dLLDL (Low Density Lipoprotein): di bawah 100 mg/dL atau di bawah 70 mg/dL jika punya riwayat penyakit jantung atau diabetesHDL (High Density Lipoprotein): 40 mg/dL ke atas pada pria, 50 mg/dL ke atas pada wanitaTrigliserida: di bawah 150 mg/dLKaitan Kolesterol Tinggi dengan Kepala Terasa Berat

    Kadar kolesterol tinggi sebagai penyebab sakit kepala memang masih menjadi perdebatan, sejauh ini tidak ada bukti adanya hubungan kausatif atau sebab-akibat. Namun keterkaitan antara keduanya bukan berarti tidak ada sama sekali.

    Sebuah penelitian tahun 2015 berjudul Correlation between Migraine Severity and Cholesterol Levels pernah mencoba mengungkapnya. Hasilnya menunjukkan, ada keterkaitan positif yang signifikan antara frekuensi dan intensitas migrain dengan kadar kolesterol total maupun LDL (low density lipoprotein).

    Penelitian lain pada 2011 juga mengamati kadar lipid atau lemak darah dengan migrain. Dari pengamatan terhadap 925 partisipan, ditemukan kaitan kuat antara kadar kolesterol total dengan keluhan migrain.

    “Kesimpulan umumnya memang ada kaitan jika kita bicara tentang sakit kepala migrain,” kata Like Laffin, MD, seorang ahli jantung, dikutip dari Cleveland Clinic.

    Namun Laffin mengingatkan, riset tersebut hanya mengungkap adanya keterkaitan dan tidak menyimpulkan kolesterol sebagai penyebabnya. Menurutnya, secara umum tidak ada bukti kuat kolesterol menyebabkan keluhan sakit kepala.

    “Otak memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan tekanan darah dalam waktu singkat. Tapi jika meningkat, maka sakit kepala bisa muncul,” jelasnya.

    Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi disebutnya sebagai faktor risiko atherosclerosis. Plak kolesterol yang terbentuk di arteri memicu tekanan darah tinggi, yang terkadang tidak hanya berkaitan dengan keluhan sakit kepala tapi juga stroke.

    (up/up)

  • Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

    Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

    Jakarta

    Meningkatnya kasus gagal ginjal pada usia muda juga terjadi di Vietnam. Data Kementerian Kesehatan setempat menunjukkan terdapat 8,7 juta orang dewasa muda dengan penyakit ginjal kronis atau sekitar 12,8 persen dari populasi.

    Vietnam saat ini memiliki lebih dari 400 unit hemodialisis dan menyediakan layanan dialisis atau yang awamnya dikenal ‘cuci darah’ kepada sekitar 30.000 pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir setiap tahun, tetapi itu hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan pasien yang membutuhkan dialisis secara nasional.

    Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus gagal ginjal stadium akhir pada usia muda rentang 20-40 tahun telah meningkat secara mengkhawatirkan. Misalnya, Klinik Nefrologi Rumah Sakit Binh Dan (HCMC) di Vietnam, sekitar sepertiga pasien yang datang untuk pemeriksaan dan pengobatan gagal ginjal berusia di bawah 40 tahun.

    Menurut statistik dari Departemen Ginjal Rumah Sakit Cho Ray, sekitar 400-500 pasien menjalani dialisis rutin. Setiap hari, rata-rata ada 60-70 kasus yang memerlukan dialisis darurat. Jumlah kasus gagal ginjal kronis stadium akhir meningkat pesat.

    Duy, mahasiswa di Hanoi (23) dulunya memiliki gaya hidup yang sama dengan banyak anak muda lain, begadang untuk belajar ujian, makan larut malam, minum teh susu dan minuman ringan. Mahasiswa laki-laki itu tidak menyangka gaya hidup yang tampaknya normal berujung pada harga yang harus dibayar mahal, ‘cuci darah’ seumur hidup.

    Ia baru mengetahui mengidap gagal ginjal kronis stadium IV tahun lalu, tetapi karena sibuk dengan ujian kelulusan universitasnya, ia berpuas diri, tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan bahkan berhenti minum obat.

    Ketika kemudian merasa lelah dan mual parah, ia kembali ke rumah sakit. Dokter memberinya kabar buruk bahwa fungsi ginjalnya menurun drastis, mencapai gagal ginjal stadium akhir dan harus segera cuci darah.

    Sejak saat itu, untuk bertahan hidup, Duy harus menjalani cuci darah tiga kali seminggu di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Berbaring di ranjang rumah sakit, menyaksikan jarum menembus kulitnya untuk menyaring darahnya.

    “Malam-malam ketika saya begadang hingga pukul 2-3 dini hari untuk belajar ujian, lalu makan larut malam, minum teh susu, saya tidak menganggapnya sesuatu yang serius. Jika saya dapat kembali, saya akan lebih memperhatikan diri sendiri, tetapi sekarang sudah terlambat,” sesalnya.

    Menurut Associate Professor Do Gia Tuyen, Departemen Nefrologi Urologi, Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi, setiap minggu ia menerima hingga 6 pasien dengan gagal ginjal kronis stadium 4-5, yang sebagian besar adalah generasi muda atau setengah baya di bawah 45 tahun. Hal yang mengkhawatirkan, sebagian besar pasien baru mengetahui penyakitnya ketika sudah dalam stadium parah, ketika metode pengobatan konservatif hampir tidak lagi efektif.

    Mengapa pasien gagal ginjal sering terlambat terdeteksi? Associate Professor Tuyen menunjukkan tiga kemungkinan utama:

    Tak ada gejala di awal penyakit

    Penyakit ginjal kronis terjadi secara diam-diam, tanpa gejala yang jelas selama bertahun-tahun. Hanya ketika tanda-tanda seperti edema, oliguria, kelelahan, dan tekanan darah tinggi muncul, pasien pergi ke dokter, tetapi penyakitnya sudah dalam tahap akhir. Banyak orang, terutama kaum muda, tidak menyadari tingkat keparahan penyakit ini, yang menyebabkan mereka mengabaikan tanda-tanda awal.

    Nihil pemeriksaan rutin

    Pemeriksaan fungsi ginjal harus dilakukan secara teratur, terutama pada individu berisiko tinggi seperti pengidap diabetes, mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga penyakit ginjal. Dengan hanya melakukan tes urine atau mengukur proteinuria dan kreatinin darah setiap tahun, penyakit ini dapat dideteksi sejak dini. Namun, banyak orang tidak melakukan pemeriksaan ini karena kurangnya informasi atau subjektivitas.

    Penyakit ginjal kronis dikenal sebagai silent killer atau diam-diam mematikan. Hoai, pasien muda lainnya di rumah sakit seperti Duy dirawat, berjuang melawan diagnosis yang sama di usianya 20 tahun.

    NEXT: Gejala Awal yang Dirasakan

    Hoai relatif cukup sibuk di masa mudanya, karena harus menjalani studi sekaligus bekerja paruh waktu. Karenanya, ia sering melewatkan makan, dan lebih memilih makanan cepat saji dan kafein.

    Gejala awalnya dianggap sebagai gejala yang berhubungan dengan stres, sehingga ia tidak berpikir lebih jauh. Saat ia mencari bantuan profesional, fungsi ginjalnya telah menurun drastis.

    Di Rumah Sakit Umum Duc Giang, jumlah pasien muda yang memerlukan dialisis rutin telah meningkat drastis selama lima tahun terakhir.

    Penyebabnya, menurut Dr Thanh, salah satu dokter di RS tersebut, meliputi faktor gaya hidup seperti kurang olahraga, dehidrasi, dan pilihan makanan yang buruk yang kaya akan garam dan gula.

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Jakarta

    Umur masih 20-an tahun, tapi gampang pegal dan kelelahan? Hati-hati, gangguan metabolik mulai banyak menyerang usia muda muda, tak terkecuali Gen-Z.

    Seorang wanita 26 tahun dengan inisial YY mengaku sering kram di bagian kaki, tepatnya di bagian betis. Melalui rubrik konsultasi detikHealth, ia menanyakan penyebab dan cara mengatasinya.

    Untuk mengurangi keluhan tersebut, praktisi kesehatan dr Aru Ariadno, SpPD menyarankan untuk mencoba olahraga berenang. Jika masih ada keluhan, maka ia menyarankan untuk kontrol agar dapat dievaluasi.

    “Kondisi ini bisa terjadi karena masalah otot atau adanya gangguan metabolik,” katanya dalam jawaban singkat yang diberikan.

    Dikutip dari Medical News Today, gangguan metabolik atau metabolic disorder adalah semua kondisi yang mempengaruhi segala aspek metabolisme. Termasuk di antaranya adalah penyakit-penyakit berikut:

    Diabetes mellitusGaucher’s diseaseHemochromatosis.Apa Saja Gejalanya?

    Beberapa gejala yang dapat menyertai gangguan metabolik adalah:

    Rasa letihPerubahan berat badan, naik maupun turunMual dan muntah.

    Karena gangguan metabolik merupakan konsep yang luas dan mencakup berbagai jenis penyakit, gejala bisa sangat bervariasi dan bisa mempengaruhi banyak aspek dari fungsi tubuh. Di antaranya:

    Melemahnya ototPerubahan warna kulitNyeri perutNafsu makan berkurangMasalah perkembangan pada bayi dan balita

    Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom metabolik atau metabolic syndrome merupakan sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, maupun stroke. Nama lain untuk sindrom ini adalah:

    Syndrome XInsulin resistance syndromeDysmetabolic syndrome

    John Hopkins Medicine menyebut, National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart Association (AHA) mendefinisikan sindrom metabolik ketika 3 dari 5 faktor risiko berikut terpenuhi:

    Obesitas abdominal atau obesitas sentral. Artinya, lingkar perut di atas 90 cm untuk wanita dan di atas 100 cm untuk pria.Tekanan darah tinggi. Didefinisikan sebagai tekanan di atas 130/80 mmHgKadar gula darah puasa tinggi. Didefinisikan sebagai kadar 100 mg/dL atau lebihKadar trigliserida tinggi. Yakni di atas 150 mg/dLLDL (Low Density Cholesterol) rendah. Disebut juga kolesterol baik. Termasuk faktor risiko jika kadarnya di bawah 40 mg/dL untuk pria dan di bawah 50 mg/dL untuk wanita

    Dengan kata lain, gangguan metabolik lebih luas cakupannya dibanding sindrom metabolik yang lebih spesifik terkait penyakit tertentu saja.

    Apakah Usia 20-an Bisa Mengalaminya?

    Jika sindrom metabolik dilihat sebagai bagian dari gangguan metabolik yang lebih luas, maka kondisi ini tidak lagi didominasi usia lanjut. Sebuah riset di jurnal medis JAMA menunjukkan, prevalensi sindrom metabolik meningkat dari 32,5 persen di 2011 menjadi 36,9 persen di 2016.

    Peningkatan yang signifikan antara lain terjadi pada kelompok usia dewasa muda, yakni 20-39 tahun. Peningkatannya tercatat dari 16,2 persen menjadi 21,3 persen.

    (up/up)

  • Makan Pisang Setiap Hari? Ini Sederet Manfaatnya untuk Tubuh

    Makan Pisang Setiap Hari? Ini Sederet Manfaatnya untuk Tubuh

    Jakarta

    Tak hanya disukai banyak orang, pisang menyimpan segudang manfaat kesehatan. Kaya akan antioksidan, serat, hingga kalium, pisang bisa menjadi camilan sehat.

    Pisang dapat menjadi asupan praktis yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Ketahui sejumlah alasan mengapa pisang baik untuk dikonsumsi secara rutin.

    Manfaat Makan Pisang Setiap Hari

    Rutin mengonsumsi pisang dapat memberikan energi hingga menyehatkan jantung. Dikutip dari laman Eating Well, berikut berbagai manfaat pisang yang dikonsumsi setiap hari.

    1. Meningkatkan Energi

    Pisang merupakan sumber karbohidrat yang baik. Menurut penelitian tahun 2022 dalam International Journal of Food Properties, pisang dapat digunakan sebagai bahan bakar utama tubuh untuk produksi energi.

    Pisang juga mengandung vitamin B, seperti B1, B3, dan B6 yang penting bagi sistem produksi energi tubuh agar berfungsi. Buah ini bisa menjadi bagian dari makanan atau camilan sehat.

    Memadukan pisang dengan lemak atau protein sehat, seperti segenggam kacang almond atau secangkir yoghurt Yunani bisa membantu memperpanjang energi dan menjaga kadar gula darah lebih stabil.

    2. Menjaga Berat Badan yang Sehat

    Pisang bisa membantu tubuh merasa kenyang lebih lama, jika dikonsumsi sebagai bagian dari makanan seimbang. Merasa kenyang di antara waktu makan akan mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan lain yang pada akhirnya melebihi kebutuhan kalori harian

    Walau belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pisang secara langsung membantu menurunkan berat badan, buah ini adalah pilihan makanan yang praktis dan mudah ditemukan, sehingga cocok untuk dimasukkan ke dalam pola makan sehat guna mendukung program penurunan berat badan.

    Penelitian tahun 2023 menunjukkan bahwa meningkatkan asupan serat dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran dikaitkan dengan keberhasilan penurunan berat badan yang lebih besar.

    3. Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Pisang mengandung kalium yang penting untuk kesehatan jantung. Memperoleh kalium yang cukup dalam makanan juga bisa membantu menurunkan tekanan darah.

    Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit kardiovaskular. Sehingga, mengonsumsi makanan yang mengandung kalium setiap hari merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat.

    4. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis

    Menurut penelitian tahun 2022 dalam Food Science & Nutrition, pisang mengandung banyak antioksidan yang mungkin memiliki potensi antikanker, khususnya untuk kanker pankreas dan payudara.

    Stres oksidatif bisa menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan tubuh. Jika terus berlanjut seiring bertambahnya usia, hal ini bisa menyebabkan peradangan kronis dan memicu berbagai penyakit, seperti jantung, diabetes, kanker, dan lainnya. Mengonsumsi buah dan sayuran yang kaya akan antioksidan seperti pisang bisa memberikan perlindungan alami pada tubuh yang membantu melawan peradangan.

    5. Meningkatkan Asupan Serat

    Pisang berukuran sedang memiliki sekitar 3g serat yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Tak hanya membuat rasa kenyang yang lebih lama, pektin, jenis serat tertentu dalam pisang bisa membantu tubuh membuang kotoran dengan lebih efektif.

    Namun, saat pisang matang, kandungan pektinnya cenderung berkurang. Jadi, pisang yang lebih hijau atau agak matang merupakan sumber serat yang lebih baik dibandingkan pisang yang terlalu matang. Hal ini dikatakan dalam sebuah studi di tahun 2021.

    Pisang juga mengandung pati resisten yang berfungsi sebagai prebiotik yang menjadi sumber makanan bagi bakteri baik di usus. Usus yang sehat berkontribusi pada penurunan peradangan, menurunkan risiko penyakit, dan mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.

    Kandungan Nutrisi Pisang

    Menurut USDA (US Department of Agriculture) satu buah pisang berukuran sedang mengandung:

    Kalori: 105Karbohidrat: 27 gSerat: 3 gGula: 14 gProtein: 1 gTotal Lemak: 0 gNatrium: 1,18 mg-Kalium: 422 mgAdakah Aturan Berapa Pisang yang Harus Dimakan Setiap Hari?

    Sebenarnya tidak ada aturan yang berlaku berapa banyak pisang yang harus dimakan setiap hari. Tapi, mengonsumsi 1-2 pisang per hari seharusnya tidak menimbulkan masalah bagi banyak orang.

    Meski demikian, pisang mengandung tinggi karbohidrat. Jadi, disarankan untuk memakannya bersama protein atau lemak untuk mendukung tingkat energi yang stabil.

    Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), pengidap penyakit ginjal kronis disarankan untuk membatasi konsumsi pisang serta makanan lain yang tinggi kalium guna melindungi fungsi ginjal dan jantung dari kerusakan.

    Konsumsi pisang atau makanan tinggi kalium yang berlebihan bisa menyebabkan penumpukan kalium dalam tubuh atau hiperkalemia. Kondisi ini dapat memicu masalah kesehatan serius, termasuk gangguan pada jantung. Meskipun kebanyakan orang tidak mungkin mengonsumsi pisang dalam jumlah ekstrem hingga menyebabkan kondisi ini, tetap penting untuk mewaspadainya.

    (elk/tgm)

  • Tahanan Titipan Kejaksaan Pamekasan Meninggal, Sempat Dibesuk Istri dan Anaknya yang Berusia 40 Hari
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        27 Juni 2025

    Tahanan Titipan Kejaksaan Pamekasan Meninggal, Sempat Dibesuk Istri dan Anaknya yang Berusia 40 Hari Surabaya 27 Juni 2025

    Tahanan Titipan Kejaksaan Pamekasan Meninggal, Sempat Dibesuk Istri dan Anaknya yang Berusia 40 Hari
    Tim Redaksi
    PAMEKASAN, KOMPAS.com

    Deddy Tri Waluyo
    (30), tahanan titipan Kejaksaan Negeri (Kejari) Pamekasan, meninggal dunia di
    Lapas Kelas II A Pamekasan
    pada Kamis (26/6/2025).
    Sebelum meninggal, Deddy sempat dibesuk keluarganya, termasuk istri dan anaknya yang baru berusia 40 hari.
    Kakak kandung Deddy, Nova Trisnoaji, mengungkapkan bahwa pagi hari sebelum kejadian, istri dan anaknya menjenguk Deddy.
    “Saat itu cerita istrinya, Deddy merasa sangat senang sekali. Bahkan sempat menggendong anaknya,” ujarnya.
    Namun, setelah jam besuk berakhir dan istri serta anaknya meninggalkan lapas, Deddy diduga mengalami kesedihan yang mendalam, yang mungkin memicu kambuhnya tekanan darah tinggi.
    Nova menambahkan, setelah ditinggal pergi, Deddy mengeluhkan kondisi badannya yang tidak enak.
    “Dia sempat dikerok oleh temannya satu sel tahanan titipan,” ujarnya.
    Setelah ditinggal istrinya, Deddy mulai merasa pusing dan enggan makan meskipun sudah disarankan oleh teman-temannya di lapas.
    Beberapa menit kemudian, Deddy mengeluhkan sakit dan pergi ke klinik.
    Sayangnya, kondisinya semakin memburuk dan ia menjadi kritis di Lapas Kelas II A Pamekasan.
    “Deddy mungkin tidak kontrol kesehatannya ke klinik, sehingga tidak sempat terpantau kesehatannya,” tambah Nova.
    Kasi Pidum Kejari Pamekasan, Benny Nugroho, yang mewakili Kasi Intel Ardian Junaedi, mengungkapkan bahwa pihaknya tidak mengetahui sebelumnya jika Deddy mengalami sakit.
    “Kami dapat informasi dari lapas, dan pihak keluarganya sudah diberitahu,” katanya.
    Benny juga mengonfirmasi bahwa Deddy adalah tahanan titipan hakim dan telah menjalani sidang pembacaan tuntutan.
    “Rencana minggu depan akan sidang putusan,” ujarnya.
    Informasi yang dihimpun Kompas.com menyebutkan bahwa Deddy sudah menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Pamekasan dan ditahan bersama sejumlah tahanan lainnya di Lapas Kelas II A Pamekasan.
    Deddy sempat dirawat di Klinik Lapas sebelum akhirnya dilarikan ke RSUD dr. Slamet Martodirdjo Smart Pamekasan pada pukul 14.57 WIB dalam kondisi kritis.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.