Topik: tekanan darah tinggi

  • 5 Sayuran yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gagal Ginjal

    5 Sayuran yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gagal Ginjal

    Jakarta

    Ginjal adalah organ penting yang bertugas untuk membantu tubuh mengeluarkan racun. Ginjal memiliki peran penting untuk menyaring darah dan membuang produk limbah melalui urine. Ketika seseorang mengalami gagal ginjal, maka fungsi-fungsi tersebut sudah tidak berjalan sebagaimana mestinya.

    Orang yang memiliki kondisi ini biasanya harus rutin menjalani cuci darah seumur hidup. Transplantasi ginjal juga bisa dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang mungkin muncul.

    Gagal ginjal seringkali menunjukkan sedikit atau tidak sama sekali gejala pada fase awal. Ketika fungsi ginjal makin turun, beberapa tanda yang mungkin akan dirasakan seperti:

    Kelelahan ekstremMual dan muntahKebingungan atau sulit berkonsentrasiPembengkakan (edema), terutama di sekitar tangan, pergelangan kaki, atau wajahPerubahan frekuensi buang air kecilKram (kejang otot)Kulit kering atau gatalNafsu makan menurun, atau makanan terasa seperti logamPentingnya Memilih Makanan Bagi Pasien Gagal Ginjal

    Seseorang yang memiliki penyakit ginjal harus lebih memerhatikan asupan natrium, kalium, dan fosfor. Ginjal yang tidak berfungsi baik, tidak mampu menyaring darah dan membuang limbah secara optimal.

    Akibatnya, zat-zat seperti kalium dan fosfor bisa menumpuk dalam tubuh hingga membahayakan kesehatan. Pola makan yang tepat dapat membantu mengurangi penumpukan zat berlebih, menjaga fungsi ginjal yang tersisa, serta mencegah kerusakan lebih lanjut.

    Terlalu banyak kadar kalium dalam darah (hyperkalemia) misalnya dapat memicu kelemahan otot, kelumpuhan, hingga gangguan jantung yang bisa berakibat fatal. Sedangkan, untuk kadar fosfor terlalu tinggi dalam darah (hyperphosphatemia) dapat memicu gejala seperti nyeri dan kram otot, mati rasa atau kesemutan di mulut, hingga komplikasi seperti tekanan darah tinggi dan gagal jantung.

    Sayuran yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gagal Ginjal

    Terdapat beberapa jenis sayuran atau sejenis yang sebaiknya dihindari oleh pasien gagal ginjal. Ini untuk memastikan kinerja ginjal tidak terlalu terbebani dan justru membahayakan tubuh. Berikut beberapa di antaranya.

    1. Bayam

    Dikutip dari Healthline, bayam merupakan sayuran hijau yang tinggi nutrisi dan mineral, salah satunya kalium. Dalam kondisi mentah, jumlah kalium berkisar antara 136-290 mg per 30-38 gram berat bayam.

    Meskipun ukuran sayur menyusut ketika dimasak, kandungan kaliumnya tidak berubah. Bayam juga tinggi oksalat, kandungan yang dapat meningkatkan risiko munculnya batu ginjal.

    2. Tomat

    Tomat umumnya disajikan dalam segar atau diolah sebagai tambahan makanan pendamping. Tomat mengandung kalium tinggi yang mungkin tidak sesuai dengan pola makan pasien gagal ginjal.

    Satu cangkir saus tomat seberat 245 mg bisa mengandung 728 mg kalium. Untuk karena itu, sebaiknya pilih alternatif lain seperti paprika, untuk mencegah kadar kalium secara berlebihan.

    3. Kacang-kacangan

    Kacang dan biji-bijian pada dasarnya adalah camilan sehat. Namun, bagi pengidap penyakit gagal ginjal, makanan ini mungkin perlu dibatasi atau dihindari sama sekali karena kandungan kalium dan fosfornya cukup tinggi.

    Misalnya satu ons atau 22 butir kacang almond bisa mengandung 202 mg kalium dan 133 mg fosfor, lalu satu ons atau 18 butir kacang mede mengandung 160 mg kalium dan 139 mg fosfor, sedangkan satu ons atau 28 kacang tanah mengandung 180 mg kalium dan 103 mg fosfor.

    4. Kentang

    Kentang berukuran sedang sekitar 156 gram memiliki kandungan 610 mg kalium yang cukup tinggi untuk ginjal. Mengolah kentang dengan cara merebus memang dapat mengurangi kadar kalium hingga 20 persen, tapi kandungannya tidak sepenuhnya hilang.

    Oleh karena itu, pengidap gagal ginjal harus benar-benar mengatur porsinya atau tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

    5. Ubi Jalar

    Mirip dengan kentang, ubi jalar juga mengandung kalium yang cukup tinggi. Satu ubi jalar ukuran sedang 114 garam mengandung 542 mg kalium. Oleh karena itu, konsumsinya harus sangat diperhatikan.

    (avk/kna)

  • Berapa Langkah Jalan Kaki Agar Jantung Tetap Sehat? Segini Kata Studi

    Berapa Langkah Jalan Kaki Agar Jantung Tetap Sehat? Segini Kata Studi

    Jakarta

    Banyak studi yang mengungkapkan untuk mendapatkan manfaat dari jalan kaki harus mencapai 10 ribu langkah dalam sehari. Tetapi, ternyata tidak harus sebanyak itu.

    Sebuah studi besar di Inggris menunjukkan bagaimana jumlah langkah yang sederhana dapat memberikan perbedaan yang positif, terutama jika memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi.

    Para peneliti menggunakan data lebih dari 36 ribu orang dengan hipertensi dari studi Biobank Inggris. Peserta menggunakan akselerometer pergelangan tangan 24/7, untuk mencatat langkah dan intensitas berjalan mereka selama seminggu.

    Kemudian, kesehatan mereka dipantau selama hampir delapan tahun. Para ahli berfokus pada apakah jumlah langkah dan kecepatan berjalan berkaitan dengan risiko masalah jantung, seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung, dan kematian akibat penyakit kardiovaskular.

    Hasil Temuan Peneliti

    Berjalan lebih dari 3 ribu langkah dalam sehari sudah mulai bisa menurunkan risiko masalah jantung. Setiap seribu langkah tambahan, sekitar 10 ribu per hari, dapat memangkas risiko kejadian jantung hingga 17 persen.

    Untuk gagal jantung, setiap seribu langkah tambahan menurunkan risiko sebesar 22 persen. Untuk stroke, lebih dari seribu langkah dapat menurunkan risiko hampir 25 persen.

    Setelah sekitar 10 ribu langkah, manfaatnya mulai berkurang. Tetapi, tidak ada peningkatan risiko bagi orang yang melangkah lebih banyak.

    Selain jumlahnya, intensitasnya juga perlu diperhatikan. Para peneliti mengamati irama puncak 30 menit, yang berarti rata-rata langkah per menit selama 30 menit setiap hari.

    Orang yang melangkahnya lebih cepat, meskipun hanya untuk beberapa kali jalan singkat sehari, juga mengalami risiko yang lebih rendah terhadap semua dampak buruk pada jantung ini. Artinya, jalan santai ataupun jalan cepat akan berdampak baik pada kesehatan.

    Tidak Hanya untuk Orang dengan Hipertensi

    Meskipun kelompok utama adalah orang dengan hipertensi, para peneliti juga melakukan perhitungan untuk orang tanpa hipertensi menggunakan metode yang sama. Pengurangan risikonya kurang lebih sama.

    Jadi, intinya tidak perlu 10 ribu langkah. Sekitar 2.300-6.600 langkah sehari dapat menurunkan risiko penyakit jantung secara signifikan. Bagi rata-rata orang dewasa yang sibuk, hal itu masih dalam jangkauan, sehingga masih bisa berolahraga meski tidak ke tempat gym.

    Mengapa Berjalan dapat Bermanfaat untuk Kesehatan?

    Dikutip dari Times of India, berjalan terutama dengan langkah cepat dapat memberikan berbagai manfaat, seperti:

    Membantu mengontrol tekanan darah.Menurunkan kolesterol “jahat”.Mengurangi kekakuan pembuluh darah.Mengurangi peradangan.Membantu mengelola berat badan.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: 8,6 Juta Orang Ikut Cek Kesehatan Gratis, Paling Banyak Perempuan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/suc)

  • Mahasiswa Idap Gagal Ginjal Stadium Akhir di Usia 23, Ini Gejala yang Dikeluhkan

    Mahasiswa Idap Gagal Ginjal Stadium Akhir di Usia 23, Ini Gejala yang Dikeluhkan

    Jakarta

    Mahasiswa di Vietnam banyak yang didiagnosis mengidap gagal ginjal akut stadium akhir. Hal ini disebabkan gaya hidupnya yang tidak sehat, seperti makan makanan cepat saji hingga kebiasaan begadang.

    Duy yang merupakan seorang mahasiswa berusia 23 tahun didiagnosis didiagnosis mengidap penyakit ginjal kronis stadium IV setahun yang lalu, oleh dokter di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Ia diharuskan menjalani dialisis atau cuci darah secara rutin.

    Ia mengaku memiliki kebiasaan makan dan tidur yang tidak teratur. Biasanya, Duy mengonsumsi teh susu, minuman ringan, mi instan pedas, gorengan, dan kebiasaan begadang.

    Sebelumnya, ia menjalani pengobatan tetapi harus berhenti karena sibuk mempersiapkan ujian kelulusan. Bahkan, ia tidak lagi mengonsumsi obat selama dua bulan.

    Sampai akhirnya, Duy merasakan kelelahan dan mual yang parah. Ia pun harus dirawat di rumah sakit lagi dan rutin menjalani dialisis.

    “Jika saya bisa memutar waktu, saya akan lebih memperhatikan kesehatan saya. Tapi, sekarang sudah terlambat,” tuturnya yang dikutip dari VNExpress, Minggu (17/8/2025).

    Hal yang sama juga terjadi pada mahasiswi bernama Hoai. Ia didiagnosis gagal ginjal stadium akhir saat masih berusia 20 tahun.

    Sebelumnya, ia memang selalu mengejar deadline karena harus kuliah dan bekerja paruh waktu hingga harus begadang setiap hari. Bahkan, yang dikonsumsinya kebanyakan adalah makanan cepat saji, roti, sosis, mi instan, dan kopi yang kental.

    Hoai mengaku hanya minum air putih sedikit, saat merasa sangat haus.

    Sampai suatu waktu, ia mulai mengeluhkan beberapa gejala seperti mual, kelelahan, insomnia, dan perubahan indera perasa. Setelah diperiksa dokter, fungsi ginjalnya berada di bawah 10 persen.

    Agar bisa tetap sehat, Hoai harus segera melakukan transplantasi ginjal.

    Menyoal Gagal Ginjal

    Dikutip dari Cleveland Clinic, gagal ginjal adalah kondisi ketika satu atau kedua ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik. Gangguan ini bisa bersifat sementara dan berkembang cepat, yang dikenal sebagai gagal ginjal akut.

    Selain itu, gagal ginjal juga dapat berlangsung dalam jangka panjang dan semakin memburuk seiring waktu, disebut sebagai gagal ginjal kronis. Jika terus berlanjut tanpa penanganan, kondisi ini bisa mencapai tahap paling serius, yakni penyakit ginjal stadium akhir, yang berpotensi mematikan apabila tidak segera ditangani.

    Penyebab paling umum gagal ginjal adalah kondisi seperti diabetes dan darah tinggi atau hipertensi. Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Gula darah tinggi yang terus-menerus dapat merusak ginjal dan organ lainnya.

    Tekanan darah tinggi berarti darah mengalir dengan kuat melalui pembuluh darah tubuh. Seiring waktu dan tanpa pengobatan, tekanan ekstra ini dapat merusak jaringan ginjal.

    Selain itu, beberapa penyebab gagal ginjal akut dan kronis lainnya, seperti:

    Infeksi.Gumpalan darah atau peradangan pada pembuluh darah ginjal.Dehidrasi.Ureter (saluran yang mengalirkan urine dari ginjal) yang tersumbat, karena batu ginjal, tumor, atau pembesaran prostat.Beberapa obat-obatan.Gagal jantung.Sementara itu, gagal ginjal kronis paling umum disebabkan oleh:Diabetes.Tekanan darah tinggi atau hipertensi.Peradangan pada ginjal atau glomerulonefritis.

    Gejala Gagal Ginjal

    Banyak orang mungkin hanya merasakan sedikit gejala, bahkan tidak merasakan apa-apa pada tahap awal penyakit ginjal. Namun, meskipun terlihat baik-baik saja, penyakit ginjal kronis tetap dapat menimbulkan kerusakan serius.

    Gejala gagal ginjal bisa berbeda pada setiap orang. Saat fungsi ginjal menurun, beberapa tanda yang mungkin muncul antara lain:

    Kelelahan ekstrem (fatigue).Mual dan muntah.Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi.Pembengkakan (edema), terutama di sekitar tangan, pergelangan kaki, atau wajah.Perubahan frekuensi buang air kecil.Kram (kejang otot).Kulit kering atau gatal.Nafsu makan berkurang, atau makanan terasa seperti logam.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Kisah Profesor Kimia Terdakwa Pembunuhan Ubah Sidang Jadi ‘Ruang Kuliah’

    Kisah Profesor Kimia Terdakwa Pembunuhan Ubah Sidang Jadi ‘Ruang Kuliah’

    New Delhi

    “Apakah Anda seorang profesor kimia?” tanya hakim.

    “Ya,” jawab Mamta Pathak, menggenggam tangannya dengan hormat, memberi salam namaste.

    Mengenakan sari putih dan kacamata yang bertengger di hidungnya, pensiunan dosen ini berdiri di hadapan dua hakim di ruang sidang di Negara Bagian Madhya Pradesh, India Tengah.

    Dia berbicara seolah-olah sedang menyampaikan kuliah kimia forensik.

    “Dalam post-mortem,” ujarnya dengan suara gemetar namun tenang, “tidak mungkin membedakan antara luka bakar termal dan bekas luka bakar listrik tanpa analisis kimia yang tepat.”

    Di meja hakim, hakim bernama Vivek Agarwal mengingatkannya. “Dokter yang melakukan post-mortem mengatakan ada tanda-tanda sengatan listrik yang jelas.”

    Itu adalah momen yang langka, hampir surealis. Seorang perempuan berusia 63 tahun, yang dituduh membunuh suaminya dengan sengatan listrik, menjelaskan kepada pengadilan bagaimana reaksi asam dan jaringan mengungkapkan sifat luka bakar.

    Namun di pengadilan, pemaparan yang diberikan seorang ahli tidak cukup untuk membatalkan kasus pidana. Dalam perkara ini, seorang suami dibunuh dan motif pelakunya berakar pada kecurigaan dan perselisihan rumah tangga.

    Juli lalu, Pengadilan Tinggi India menolak banding Mamta Pathak. Badan peradilan itu menguatkan hukuman seumur hidup kepada Mamta yang terbukti membunuh suaminya, Neeraj Pathak, seorang pensiunan dokter, April 2021.

    Dalam persidangan Pathak mengajukan pembelaan yang berapi-api dan berargumentasi sendiri. Dia menyebut celah dalam autopsi, insulasi rumah, dan bahkan teori elektrokimia.

    Namun pengadilan menemukan bukti tidak langsung yang meyakinkan: Mamta membius suaminya dengan pil tidur, kemudian menyetrumnya.

    Di pengadilan, Mamta, seorang ibu dua anak, memeriksa berkas kasusnya yang menumpuk. Dia membolak-baliknya dengan penuh semangat.

    “Pak, bekas luka bakar listrik tidak dapat dibedakan antara ante-mortem [sebelum kematian] atau post-mortem [setelah kematian],” ujarnya mengutip dari sebuah buku forensik.

    “Bagaimana mereka [para dokter] menuliskannya sebagai bekas luka bakar listrik dalam [laporan] post-mortem?” ujarnya.

    Secara mikroskopis, luka bakar listrik tampak sama sebelum dan sesudah kematian, sehingga pemeriksaan standar tidak meyakinkan, kata para ahli.

    Studi yang lebih teliti terhadap perubahan kulit dapat mengungkapkan apakah luka bakar terjadi sebelum atau sesudah kematian, menurut sebuah makalah.

    Rekaman video ruang sidang menampilkan Mamta Pathak yang sedang membela kasusnya di pengadilan tinggi (BBC)

    Perdebatan spontan tentang reaksi kimia pun terjadi antara Mamta dengan hakim yang menyelidiki proses laboratoriumnya.

    Mamta berbicara tentang berbagai asam, menjelaskan bahwa perbedaan dapat dibuat menggunakan mikroskop elektron sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di ruang post-mortem.

    Mamta mencoba menjelaskan kepada hakim tentang mikroskop elektron dan berbagai asam. Tiga pengacara perempuan di belakangnya tersenyum.

    Mamta melanjutkan penjelasannya. Dia mengatakan telah belajar hukum di penjara selama setahun.

    Sambil membolak-balik berkas-berkasnya dan mengutip buku-buku kedokteran forensik, ia menunjukkan dugaan celah dalam penyelidikan.

    Yang dia sebut antara lain, tempat kejadian perkara yang tidak diperiksa hingga tidak adanya ahli listrik dan forensik yang berkualifikasi di tempat kejadian perkara.

    “Rumah kami diasuransikan dari tahun 2017 hingga 2022, dan inspeksi menunjukkan bahwa rumah tersebut terlindungi dari kebakaran listrik,” ujarnya.

    Mamta memberi tahu pengadilan bahwa suaminya menderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

    Mamta juga berkata, penyebab kematian suaminya sebenarnya adalah penyempitan dan “pengapuran arteri koronernya akibat usia tua”.

    Dia menduga bahwa suaminya mungkin terpeleset dan mengalami hematoma. Namun tidak pernah ada pemindaian yang dilakukan untuk memastikan kondisi itu.

    Baca juga:

    Neeraj Pathak, 65 tahun, ditemukan tewas di rumah keluarganya pada 29 April 2021. Autopsi menyatakan bahwa sengatan listrik adalah penyebab kematian.

    Beberapa hari kemudian, Mamta ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan.

    Polisi menyita kabel listrik sepanjang 11 meter dengan steker dua pin, serta rekaman CCTV dari rumah pasangan tersebut. Enam tablet pil tidur ditemukan dalam strip berisi 10 tablet.

    Laporan post-mortem menyebut syok kardiorespirasi akibat arus listrik di beberapa lokasi sebagai penyebab kematian Neeraj, yang terjadi 36 hingga 72 jam sebelum otopsi yang dilakukan pada 1 Mei.

    “Tetapi mereka tidak menemukan sidik jari saya pada strip tablet tersebut,” kata Mamta kepada para hakim.

    Namun argumennya dengan cepat terbantahkan, membuat Hakim Agarwal dan Devnarayan Sinha tidak yakin.

    Selama hampir empat dekade, Mamta dan Neeraj Pathak menjalani kehidupan kelas menengah yang tampak harmonis di Chhatarpur, sebuah distrik di Madhya Pradesh.

    Mamta mengajar kimia di perguruan tinggi negeri setempat. Sementara Neeraj merupakan kepala petugas medis di rumah sakit milik pemerintah distrik.

    Pasangan ini membesarkan dua putra, satu menetap di luar negeri, dan yang lainnya tinggal serumah dengan ibunya.

    Neeraj pensiun secara sukarela pada tahun 2019 setelah 39 tahun menjadi dokter pemerintah dan kemudian membuka klinik swasta di rumah.

    Mamta Pathak mengajar kimia di perguruan tinggi negeri selama 36 tahun (BBC)

    Peristiwa kematian Neeraj terjadi pada pandemi Covid-19. Neeraj menunjukkan gejala Covid, dan diketahui tetap tinggal di lantai atas rumahnya.

    Mamta dan putranya, Nitish, tinggal di lantai bawah. Dua tangga dari lantai dasar menghubungkan kamar-kamar Neeraj ke galeri terbuka dan ruang tunggu klinik pribadinya. Di situ enam stafnya beraktivitas di antara laboratorium dan toko obat.

    Putusan pengadilan setebal 97 halaman menyatakan bahwa Mamta melaporkan bahwa suaminya, Neeraj, tidak sadarkan diri di tempat tidur pada 29 April. Namun Mamta tetapi tidak memberi tahu dokter atau polisi hingga 1 Mei.

    Mamta justru membawa putra sulungnya ke Jhansi yang berjarak lebih dari 130 kilometer tanpa alasan yang jelas.

    Keterangan itu dikatakan pengemudi mereka, yang kembali pada malam yang sama.

    Mamta mengaku tidak tahu bagaimana suaminya meninggal ketika dia melapor ke polisi.

    Di balik kematian ini, tersimpan pernikahan yang bermasalah.

    Para hakim menyoroti perselisihan rumah tangga yang telah berlangsung lama. Pasangan itu hidup terpisah. Mamta juga mencurigai suaminya berselingkuh.

    Pada pagi hari kematiannya, Neeraj menelepon seorang rekannya. Di sambungan telepon, dia menuduh Mamta “menyiksanya”, menguncinya di kamar mandi, menahan makanan selama berhari-hari, dan menyebabkan cedera fisik.

    Neeraj juga menuduh Mamta mengambil uang tunai, kartu ATM, kunci kendaraan, dan dokumen deposito berjangka bank.

    Putra Neeraj meminta bantuan dan menghubungi seorang teman yang kemudian melaporkannya ke polisi. Polisi itu kemudian menyelamatkan Neeraj dari apa yang disebut sebagai “penyekapan”.

    Pasangan itu pernah hidup terpisah belakangan ini, yang semakin memperkuat keraguan pengadilan.

    Mamta mengatakan kepada pengadilan bahwa dia adalah “ibu terbaik”. Dia menunjukkan kartu ucapan selamat ulang tahun dari anak-anaknya sebagai bukti.

    Mamta juga menunjukkan foto-foto dirinya sedang menyuapi suaminya dan foto-foto bersama keluarga.

    Namun, para hakim tetap bergeming. Mereka mencatat bahwa tanda-tanda kasih sayang seperti itu tidak menghapus motif.

    Bagaimanapun juga, menurut hakim, seorang “ibu yang penyayang” juga bisa menjadi “istri yang mencurigakan”.

    Lima puluh menit setelah menyampaikan pembelaannya, ketenangan Mamta goyah untuk pertama kalinya.

    “Saya tahu satu hal… saya tidak membunuhnya,” kata Mamta. Suaranya melemah.

    Di saat lain, dia mengaku, “Saya tidak tahan lagi.”

    Mencoba meredakan ketegangan, Hakim Agarwal berkomentar, “Anda pasti sudah terbiasa dengan ini… Anda pasti mengajar selama 50 menit di perguruan tinggi.”

    “40 menit, Pak. Tapi mereka anak-anak kecil,” kata Mamta.

    “Anak-anak kecil kuliah? Tapi jabatan Anda asisten profesor,” desak hakim.

    “Tapi mereka anak-anak, Pak,” jawabnya.

    “Jangan ceritakan kisah seperti itu kepada kami,” sela Hakim Agarwal tajam.

    Mamta berargumen bukan hanya sebagai terdakwa, tapi sebagai dosen yang mengubah ruang sidang menjadi laboratorium kimia.

    Dia berharap membuktikan ketidakbersalahannya melalui sains. Namun pada akhirnya, fakta-fakta yang ada terbukti lebih kuat daripada pelajaran yang dia dapatkan.

    (nvc/nvc)

  • 7 Kebiasaan yang Tak Disadari Bisa Merusak Ginjal

    7 Kebiasaan yang Tak Disadari Bisa Merusak Ginjal

    Jakarta

    Ginjal memiliki banyak fungsi penting dalam tubuh, termasuk ikut membantu mengatur tekanan darah, produksi sel darah merah yang membawa nutrisi penting, dan oksigen ke seluruh tubuh. Masalah pada ginjal biasanya ditandai dengan perubahan kuantitas dan warna urine, muntah, pusing, masalah pernapasan, anemia, kelelahan, bau mulut, sering merasa dingin, rasa sakit yang tiba-tiba muncul di dalam tubuh, dan kulit gatal.

    Salah satu pemicunya, adalah dehidrasi. Saat tubuh sering kekurangan air, darah akan terkonsentrasi sehingga hanya ada lebih sedikit aliran darah ke ginjal.

    Ini menghambat kemampuan ginjal untuk membuang racun dari tubuh dan semakin banyak menumpuk di dalam tubuh. Jumlah konsumsi air harian yang direkomendasikan yaitu 10 hingga 12 gelas. Dengan cara ini, tubuh akan terhidrasi dengan baik dan ginjal akan sehat.

    Ada sederet kebiasaan yang tidak disadari bisa merusak ginjal dan wajib diwaspadai seperti berikut, dikutip dari Web MD:

    Salah satu penyebab utama kerusakan ginjal adalah tidak mengosongkan kandung kemih tepat waktu. Dengan begini, urine akan tetap berada di kandung kemih untuk periode yang lebih lama, memungkinkan mengalikan pembiakan bakteri dalam urine.

    Bakteri dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau ginjal. Mempertahankan urine dapat menyebabkan inkontinensia urine dan gagal ginjal karena meningkatkan tekanan pada ginjal.

    Mengonsumsi Protein Berlebihan

    Protein sangat penting untuk pola makan yang sehat. Namun, jika ginjal tidak berfungsi normal, mengonsumsinya terlalu banyak dapat membebani ginjal. Konsultasikan dengan dokter Anda. Anda mungkin perlu mengonsumsi berbagai jenis protein dalam porsi kecil. Telur, ikan, kacang-kacangan, dan kacang-kacangan lainnya merupakan sumber yang baik.

    Mengonsumsi Terlalu Banyak Garam

    Pada sebagian orang, terlalu banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah dan mempercepat kerusakan ginjal. Garam berlebihan juga bisa menyebabkan batu ginjal, yang pada tahap awal memicu gejala mual, nyeri hebat, dan kesulitan buang air kecil.

    Kebiasaan Merokok

    Tidak hanya dapat memperburuk tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 sebagai dua penyebab utama penyakit ginjal, tetapi juga dapat mengganggu kerja obat-obatan yang digunakan untuk mengobatinya. Merokok juga memperlambat aliran darah ke ginjal dan bisa memicu masalah ginjal pada orang yang sudah memiliki penyakit ginjal.

    Kebiasaan Mengonsumsi Soda

    Semakin sering meminum soda, seseorang semakin rentan mengalami kerusakan ginjal. Dalam sebuah studi, wanita dengan kebiasaan meminum soda memiliki fungsi ginjal 30 persen lebih buruk setelah 20 tahun, dibandingkan dengan wanita yang jarang atau sama sekali tidak meminum soda.

    Minuman manis dan soda juga dikaitkan dengan insiden penyakit ginjal yang lebih tinggi.

    Minum Obat Pereda Nyeri

    Jika dikonsumsi secara teratur, obat pereda nyeri yang dijual bebas dalam jumlah besar, seperti asetaminofen, aspirin, naproxen, dan ibuprofen dapat merusak ginjal. Karenanya, lebih baik berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter terkait apa yang dikonsumsi dan berapa dosisnya yang tepat untuk menghindari kerusakan ginjal.

    Overtraining

    Berolahraga terlalu keras dalam waktu yang lama dapat menyebabkan rhabdomyolysis, suatu kondisi saat jaringan otot yang rusak dengan sangat cepat. Kondisi ini melepaskan zat-zat ke dalam darah yang merusak ginjal dan membuatnya gagal berfungsi. Kuncinya, jangan berlebihan.

    Tingkatkan intensitas latihan atau berolahraga secara bertahap, jangan tiba-tiba melakukan olahraga berat. Jika memungkinkan, hindari berolahraga di tempat yang panas dan lembap. Temui dokter jika mengalami nyeri otot dan urine berwarna gelap tak berkesudahan.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Hati-hati! Inilah Gejala Awal Penderita Batu Ginjal”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • Hati-hati! Serangan Stroke Sering Muncul di Pagi Hari, Ini Alasannya

    Hati-hati! Serangan Stroke Sering Muncul di Pagi Hari, Ini Alasannya

    Jakarta

    Stroke merupakan kondisi yang perlu ditangani secara cepat. Penyakit ini memicu aliran darah ke otak terganggu, sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik).

    Kekurangan suplai dalam hitungan menit saja dapat memicu kerusakan otak permanen. Oleh karena itu, pertolongan medis dengan cepat sangat penting dalam penanganan stroke.

    Stroke sebenarnya bisa terjadi kapan saja, tapi dalam beberapa kasus, pagi hari disebut menjadi ‘waktu rawan’ serangan stroke. Kenapa hal ini bisa terjadi?

    Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Melisa Aziz, SpJP menuturkan ini berkaitan dengan pola alami tekanan darah pada tubuh. Ia menuturkan, saat malam hari, tekanan darah cenderung menurun. Ini merupakan siklus tubuh yang normal ketika organ beristirahat dan memulihkan diri.

    Menjelang pagi, sekitar pukul 2-3 pagi, tekanan darah mulai meningkat kembali. Bagi orang yang memiliki masalah hipertensi atau tekanan darah tinggi tak terkontrol, lonjakan tekanan darah ini dapat meningkatkan risiko stroke saat pagi hari.

    Lonjakan tekanan darah dapat mengganggu pasokan darah ke otak.

    “Tapi memang banyak kejadian (di pagi hari) bukan serangan jantung, tapi mungkin stroke ya,” kata dr Melisa ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

    “Orang-orang yang tekanan darahnya tidak terkontrol berisiko tekanan darahnya melonjak saat itu,” tandasnya.

    Gejala Serangan Stroke di Pagi Hari

    Secara umum gejala stroke yang muncul di pagi hari sama dengan serangan stroke di waktu lainnya. Beberapa di antaranya seperti kelemahan pada wajah sebelah, kelemahan tubuh di satu sisi, dan perubahan kemampuan berbicara.

    “Jika melihat wajah yang menurun sebelah, lengan melemah saat diangkat, atau ada perubahan pada bicara, waktu menjadi sangat penting. Jika memungkinkan, hubungi 911 atau minta bantuan,” kata dokter saraf Weill Cornell Medical Center New York, Dr Baxter Allen, dikutip dari Health Matters, Selasa (12/8/2025).

    “Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Semakin cepat mereka tiba, semakin cepat kami dapat memberikan perawatan,” sambungnya.

    Dikutip dari Healthline, berikut beberapa gejala stroke lain yang muncul saat bangun tidur:

    Kesulitan memahami orang lainKebingungan atau disorientasiPenglihatan menghitam, buram, atau gandaKesulitan berjalan atau kehilangan keseimbanganSakit kepala berat yang muncul tiba-tibaMual, muntah, atau pusingKejang atau kehilangan kesadaran

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • 5 Makanan yang Merusak Otak, Wajib Dibatasi Konsumsinya

    5 Makanan yang Merusak Otak, Wajib Dibatasi Konsumsinya

    Jakarta

    Menjaga kesehatan otak sangat penting untuk mendukung fungsi kognitif, daya ingat, dan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Selain faktor gaya hidup lainnya, pola makan memegang peran besar.

    “Otak merupakan organ yang kompleks, dan setiap jenis makanan dapat memberikan dampak yang berbeda,” jelas Mary Ann Lila, Direktur Plants for Human Health Institute di North Carolina State University, dikutip dari Fortune.

    Beberapa makanan, seperti sayuran, lemak sehat, dan protein, dapat membantu membangun jaringan otak serta mengurangi peradangan, sementara jenis makanan lainnya justru dapat memberikan efek sebaliknya.

    Beberapa jenis makanan dapat berdampak buruk pada otak, berpotensi memicu penurunan kognitif, gangguan daya ingat, hingga meningkatkan risiko penyakit neurologis. Dikutip dari Times of India, berikut lima makanan yang dapat merugikan kesehatan otak, lengkap dengan alternatif yang lebih sehat.

    1. Karbohidrat Olahan

    Karbohidrat olahan, seperti yang terdapat pada kue kering dan berbagai makanan olahan, memiliki indeks glikemik tinggi yang dapat memicu lonjakan gula darah secara cepat. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko gangguan kognitif.

    Untuk pilihan yang lebih sehat, konsumsi karbohidrat dari biji-bijian utuh seperti quinoa, beras merah, atau roti gandum utuh. Makanan ini memiliki indeks glikemik lebih rendah, memberikan energi yang lebih stabil, dan mendukung fungsi otak secara optimal.

    2. Makanan Tinggi Lemak Trans

    Lemak trans, yang umumnya terdapat dalam margarin, makanan panggang kemasan, dan makanan yang digoreng, dapat meningkatkan peradangan dan stres oksidatif di otak. Konsumsi jangka panjang dikaitkan dengan risiko penyakit Alzheimer dan penurunan kognitif yang lebih tinggi.

    Untuk lemak yang lebih sehat, cobalah mengonsumsi lebih banyak alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun. Lemak ini mendukung kesehatan otak dengan mengurangi peradangan dan menyediakan asam lemak esensial.

    3. Makanan Olahan

    Makanan olahan tinggi, seperti keripik, mi instan, dan makanan cepat saji, seringkali mengandung kadar gula, lemak tak sehat, dan zat aditif yang tinggi. Hal ini dapat mengganggu fungsi otak dan meningkatkan risiko masalah kesehatan mental. Cobalah untuk mengonsumsi makanan utuh dan tidak diolah. Buah-buahan segar, sayuran, protein rendah lemak, dan biji-bijian utuh mendukung kesehatan secara keseluruhan dan menyediakan nutrisi yang dibutuhkan otak untuk berfungsi optimal.

    4. Makanan Tinggi Natrium

    Pola makan tinggi natrium, sering kali berasal dari makanan olahan dan kalengan, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, mengurangi aliran darah ke otak, dan mengganggu fungsi kognitif. Pilih makanan segar dan utuh, serta gunakan herba dan rempah-rempah sebagai bumbu, alih-alih garam. Makanan seperti bawang putih, kunyit, dan kemangi tidak hanya menambah rasa, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan.

    5. Makanan Tinggi Lemak Jenuh

    Asupan lemak jenuh yang tinggi, yang terdapat dalam daging merah dan produk susu berlemak penuh, dikaitkan dengan peningkatan peradangan dan risiko penurunan kognitif. Sebagai gantinya, pilih protein rendah lemak seperti ikan, ayam, dan protein nabati seperti kacang-kacangan dan lentil. Pilihan ini menyediakan nutrisi penting tanpa kadar lemak jenuh yang tinggi.

    (suc/suc)

  • China-Singapura Dihantui Chikungunya, RI Aman? Kemenkes Bilang Gini

    China-Singapura Dihantui Chikungunya, RI Aman? Kemenkes Bilang Gini

    Jakarta

    Kasus chikungunya di Singapura meningkat dua kali lipat dalam setahun terakhir, kewaspadaan ditingkatkan pasca negara lain juga mencatat tren yang sama. China, lebih dulu melaporkan peningkatan dengan total lebih dari 7 ribu kasus memerlukan perawatan.

    Amerika Serikat juga belakangan menaikkan level ‘alarm’ pelaku perjalanan ke negara terdampak, termasuk China. Para pelancong diminta mewaspadai kemungkinan penularan virus dan membawanya saat kembali ke negara.

    Bagaimana dengan RI?

    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Aji Muhawarman menyebut saat ini Indonesia tidak melaporkan tren kenaikan. Kasus chikungunya diklaim terus menurun dalam dua bulan terakhir.

    Namun, bila dipantau sejak awal 2025, suspek kasus chikungunya di tahun ini, khususnya pekan pertama hingga pekan ke-9, memang jauh lebih tinggi dibandingkan 2023 dan 2024 di periode yang sama.

    “Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia sehingga perlu diwaspadai adanya kenaikan kasus pada minggu mendatang. Meskipun begitu, saat ini tren menunjukkan penurunan dalam dua bulan terakhir,” jelasnya kepada wartawan, Senin (11/8/2025).

    Salah satu faktor risiko kenaikan suspek chikungunya disebut terjadi karena pola musim penghujan. Menyikapi tren tersebut, Kemenkes RI menilai perlunya intervensi dari petugas seperti pengendalian vektor penyebab chikungunya.

    Gejala Chikungunya

    Dikutip dari laman US Centers For Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan orang yang terinfeksi chikungunya akan mengalami beberapa gejala. Gejala biasanya mulai muncul 3 hingga 7 hari setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit.

    Gejala yang paling umum adalah demam dan nyeri sendi.

    Gejala lain dapat berupa sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan sendi, atau ruam.

    Orang yang berisiko terkena penyakit yang lebih parah termasuk bayi baru lahir yang terinfeksi sekitar waktu kelahiran, lansia, dan orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.

    Kebanyakan pasien merasa lebih baik dalam seminggu. Namun, nyeri sendi bisa parah dan melumpuhkan, serta dapat berlangsung selama berbulan-bulan.

    (naf/kna)

  • Aktris Korsel Kang So Ra Sukses Pangkas 20 Kg dengan ‘Puasa’ Mi Instan

    Aktris Korsel Kang So Ra Sukses Pangkas 20 Kg dengan ‘Puasa’ Mi Instan

    Jakarta

    Aktris Korea Selatan, Kang So-ra, baru-baru ini mengejutkan penggemar setelah mengungkapkan bahwa ia tidak makan mi instan selama empat tahun.

    Dikenal karena berhasil menurunkan berat badan hingga 20 kg setelah melahirkan, Kang So-ra memang menjaga pola makannya dengan sangat ketat dan disiplin.

    Dikutip dari Korea Times, dalam episode terbaru acara varietas MBC, “I’m Sunny Thank You”, Kang So-ra bersama para aktris lain menikmati mi gelas di ketinggian 1.100 meter di Gunung Beizi, China.

    Saat seorang rekannya menyebut bahwa Kang So-ra sudah tidak makan mi instan bertahun-tahun, Kang pun menjawab, “Terakhir kali saya makan adalah setelah pernikahan, jadi sudah sekitar empat tahun.”

    Alasan Kang So-ra Menghindari Mi Instan

    Rupanya, pilihan Kang So-ra untuk menjauhi mi instan didasari oleh alasan kesehatan yang kuat. Rata-rata satu bungkus mi instan mengandung antara 450 hingga 550 kilokalori, yang sebagian besar berasal dari tepung olahan dan lemak tinggi pada bumbu.

    Selain itu, kandungan sodiumnya sangat tinggi, seringkali memenuhi 70 hingga 100 persen asupan harian yang disarankan (sekitar 2.000 mg) dalam satu porsi.

    Konsumsi sodium berlebih ini dapat menyebabkan kembung, tekanan darah tinggi, dan retensi air, yang semuanya merupakan hambatan dalam penurunan berat badan. Mi instan juga dikenal miskin nutrisi penting seperti protein, serat, dan vitamin esensial.

    Cara makan mi instan dengan sehat

    Meskipun mi instan dikenal tidak sehat, para ahli gizi menyebut bahwa dengan beberapa modifikasi, mi instan masih bisa dinikmati lebih sehat, bahkan saat sedang diet.

    Kurangi Kalori dan Sodium: Gunakan hanya setengah porsi mi dan rebus secara terpisah untuk menghilangkan sebagian minyak dan garam. Bisa ganti mi instan dengan mi shirataki, mi tahu, atau mi gandum utuh.Perhatikan Bumbu: Hindari meminum kuahnya atau gunakan bumbu instan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk mengurangi asupan sodium. Bisa juga membuat saus rendah sodium sendiri dari kecap asinatau perasan lemon untuk menambah rasa.Tambahkan Nutrisi: Kunci utamanya adalah menyeimbangkan hidangan. Tambahkan topping protein seperti telur rebus, dada ayam, udang, tahu, atau sayuran berserat tinggi seperti pok choy, tauge, kol, bayam, dan paprika.

    Para ahli juga merekomendasikan untuk mengonsumsi mi instan saat makan siang daripada larut malam, serta tidak dalam keadaan perut kosong. Untuk menyeimbangkan efeknya, kurangi asupan karbohidrat pada makanan lain di hari itu dan perbanyak minum air putih untuk membantu mengeluarkan kelebihan sodium dari tubuh.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • 20 Anak di Jakarta Gagal Ginjal, Harus Cuci Darah Seumur Hidup
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        10 Agustus 2025

    20 Anak di Jakarta Gagal Ginjal, Harus Cuci Darah Seumur Hidup Megapolitan 10 Agustus 2025

    20 Anak di Jakarta Gagal Ginjal, Harus Cuci Darah Seumur Hidup
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com 
    – Kasus gagal ginjal pada anak di Jakarta meningkat beberapa tahun terakhir.
    Ketua Yayasan Ginjal Anak Indonesia, Agustya Sumaryati mengatakan, saat ini tercatat ada 20 anak di Jakarta menderita gagal ginjal.
    “Dari total 60 anak yang kami dampingi di seluruh Indonesia, 20 di antaranya berasal dari Jakarta. Kemudian 30 di Jawa Barat, selebihnya ada di Banten. Ada juga satu di Jambi dan satu di Sumatera Selatan,” kata Agustya dikutip dari
    TribunJakarta.com, 
    Minggu (10/8/2025). 
    Agustya mengatakan, mayoritas dari anak-anak tersebut kini menjalani cuci darah secara rutin dua kali seminggu, termasuk anak-anak usia sekolah dasar.
    Kondisi ini berdampak pada aktivitas anak, termasuk pendidikan yang kerap terganggu.
    “Kebanyakan dari mereka jadi sekolahnya terganggu karena harus bolak-balik rumah sakit. Karena kita tahu kalau sudah cuci darah ya mereka harus menjalaninya seumur hidup,” kata dia.
    Lebih lanjut, Agustya menjelaskan, penyebab gagal ginjal pada anak belakangan ini bukan hanya karena kelainan bawaan.
    Akan tetapi juga dipengaruhi oleh pola hidup yang kurang sehat, seperti mengonsumsi minuman berpemanis dan kurang minum air putih.
    “Di awal-awal yayasan berdiri tahun 2016, banyak yang (gagal ginjal) karena kelainan bawaan sejak bayi. Tapi sekarang banyak yang karena gaya hidup. Termasuk di Jakarta,” katanya.
    Meskipun prosedur cuci darah ditanggung oleh BPJS Kesehatan, namun tidak semua kebutuhan pengobatan terpenuhi. Misalnya, obat-obatan jangka panjang, vitamin, susu, dan kebutuhan penunjang lainnya.
    “Yang dicover BPJS itu biasanya hanya untuk dua minggu, padahal kebutuhan anak-anak ini bisa untuk satu bulan penuh. Sisanya harus ditanggung keluarga,” jelas Agustya.
    Masih minimnya edukasi masyarakat soal penyakit ini juga disebut menjadi tantangan tersendiri.
    “Banyak orang masih mengira gagal ginjal itu hanya penyakit orangtua. Padahal anak-anak pun bisa terkena, bahkan sejak usia 4 tahun,” tegasnya.
    Pada 2025 ini, yayasan mencatat sebanyak 18 anak penderita gagal ginjal meninggal dunia, dengan setengah di antaranya berasal dari Jakarta.
    Pada 2024 lalu, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah melakukan riset terhadap penyakit gagal ginjal yang diderita oleh anak-anak.
    Saat itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI, Ani Ruspitawati mengatakan, gagal ginjal anak disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan lahir) dan penyakit primer pada glomerulus ginjal seperti glomerulonefritis, sindroma nefrotik, obstruksi dan sebagainya.
    “Adapun gaya hidup atau perilaku konsumsi jajanan tidak sehat bukanlah penyebab utama gagal ginjal pada anak, namun dapat berkontribusi terhadap penyakit gagal ginjal pada anak secara tidak secara langsung,” ungkap Ani kepada
    Warta Kota.
    Menyusul hal tersebut, kata Ani, yang perlu diperhatikan adalah anak usia sekolah yang memiliki faktor risiko obesitas dan tekanan darah tinggi.
    Sebab, mengonsumsi jajanan mengandung gula, garam, dan lemak (GGL) yang tidak terkendali dapat mengakibatkan anak mengalami obesitas.
    “Obesitas inilah yang perlu dicegah dan dikendalikan melalui edukasi secara dini kepada anak dan orangtua terkait kandungan GGL pada makanan,” tegasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.