Video: Jangan Terlambat Sadari Stroke, Segera ke RS Jika Alami Gelaja Ini
Topik: stroke
-

Video: 3 Penyakit yang Berisiko Tinggi Sebabkan Stroke
Video: 3 Penyakit yang Berisiko Tinggi Sebabkan Stroke
-

Kesalahan Warga +62 yang Bikin Kasus Stroke Masih Sulit Ditangani
Jakarta –
Stroke masih menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia, tercatat sebanyak 18,5 persen dari total kasus fatal. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi stroke bahkan berada di 8,3 per 1.000 penduduk.
Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof Dr dr Mahar Mardjono, dr Adin Nulkhasanah SpS, MARS, menyebut tingginya kematian stroke dilatarbelakangi banyak hal. “Kematian akibat stroke ini sebenarnya seperti berlomba-lomba dengan kematian akibat jantung,” beber dia kepada detikcom Rabu (29/10/2024).
“Ada banyak faktor, yang pertama window period-nya pendek, artinya kalau tidak mendapatkan penanganan segera, peluang kesembuhannya semakin rendah,” lanjut dia.
Keterlambatan penanganan ditegaskan dr Adin bermula dari ketidaksadaran akan gejala. Tidak sedikit yang menurutnya mengabaikan sejumlah keluhan sebelum akhirnya bertambah parah.
“Dengan anggapan, paling nanti sembuh sendiri,” lanjut dia.
Dalam sehari, RS PON menerima lebih dari 700 pasien dengan catatan 70 persen di antaranya mengalami stroke. Sayangnya, banyak pasien kini dilaporkan semakin muda, alias berada di bawah 40 tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Medik dan Keperawatan RS PON dr Reza Aditya Arpandy, SpS, merinci pernah menangani pasien termuda di usia 17 tahun. Kasus tersebut dipicu riwayat genetik. Meski begitu, ‘bakat’ kekambuhan stroke karena genetik juga bisa diawali dengan gaya hidup tidak sehat.
“Definisi stroke usia muda itu 45 tahun ke bawah, memang trennya semakin bergeser, mulai banyak pasien muda. Saya sendiri pernah menangani pasien termuda di usia 17 tahun,” kata dr Reza.
“Kalau usia muda ada faktor kelainan di tubuh, meskipun gaya hidup juga berpengaruh, tetapi dia punya kelainan darah sehingga menyebabkan darahnya sangat kental sehingga berisiko menyebabkan gumpalan darah tidak normal,” jelasnya.
dr Reza mewanti-wanti sejumlah faktor risiko yang memicu peningkatan terkena stroke, salah satunya terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji.
“Ada pergeseran pola hidup yang sebelumnya kita masih bisa makannya sehat-sehat, sekarang bergeser jadi banyak junk food, makanan tinggi garam, tinggi lemak, aktivitas fisik berkurang,” sorotnya.
Ia berpesan agar masyarakat selalu menyempatkan diri aktif bergerak, minimal 30 menit dalam sehari. Bisa dengan berjalan kaki dalam keseharian.
(naf/kna)
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3018960/original/048990500_1578725389-bill-oxford-aIlAhLdwk2g-unsplash.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Hidup Lebih Sehat, Simak Daftar Cek Kesehatan yang Sebaiknya Rutin Dilakukan
3. Tekanan Darah
Selain pengukuran secara fisik, perlu juga pengecekan tekanan darah secara rutin. Hal ini merupakan upaya untuk mengontrol tekanan darah agar tetap berada dalam rentang normal (120/80 mmHg).
Pasalnya, tekanan darah tinggi dapat menjadi faktor risiko berbagai penyakit serius, seperti stroke dan jantung. Sebaiknya rutin melakukan cek tekanan darah agar dapat mengetahui lebih dini jika ada kemungkinan risiko penyakit tertentu.
4. Kadar Gula Darah
Selain mengecek tekanan darah, perlu juga untuk mengecek kadar gula darah. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mendeteksi adanya risiko diabetes.
5. Kolesterol
Perlu juga untuk mengecek kolesterol secara berkala, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi. Kadar kolesterol total yang sehat sebaiknya di bawah 200 mg/dL. Kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
6. SADARI (Periksa Payudara Sendiri)
Periksa Payudara Sendiri atau SADARI sudah kerap digaungkan sebagai deteksi dini adanya benjolan atau perubahan yang mencurigakan di payudara. Sebaiknya, SADARI dilakukan setiap sebulan sekali, terutama setelah menstruasi.
Penulis: Resla
-

Beban BPJS Pembiayaan Stroke Tertinggi Ketiga di Indonesia
Kemenkes menyebut beban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk pembiayaan penyakit stroke tertinggi ketiga di Indonesia mencapai Rp 5.2 triliun. Stroke masuk dalam penyakit yang di mana membutuhkan perawatan medis yang lebih lama dan berbiaya tinggi.
-

Video: Kemenkes Sebut Stroke Penyebab Kematian dan Disabilitas Terbanyak di RI
Video: Kemenkes Sebut Stroke Penyebab Kematian dan Disabilitas Terbanyak di RI
-

Temuan Peneliti Harvard soal Makanan yang Bikin Mati Muda, Picu Kanker-Sakit Jantung
Jakarta –
Sebuah penelitian oleh Harvard T.H. Chan School of Public Health yang belum lama ini dirilis mengungkapkan jenis makanan yang bisa meningkatkan risiko mati muda, yaitu makanan ultra proses. Makanan ultra proses rupanya dapat meningkatkan risiko berbagai macam penyakit bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus.
Studi tersebut melibatkan data sebanyak 200 ribu orang dalam waktu 30 tahun. Hasil tersebut juga digabungkan dengan 19 studi lain untuk analisis tambahan sekitar 1,25 juta orang dewasa.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Lancet pada September 2024, peneliti mencoba melihat keterkaitan konsumsi ultra proses pada status kesehatan responden. Mereka menemukan adanya hubungan konsumsi makanan ultra proses lebih banyak dengan risiko terkena penyakit kardiovaskular, jantung koroner, dan stroke lebih tinggi.
Makanan ultra proses umumnya mengandung banyak garam, lemak tidak sehat, dan juga gula. Makanan jenis ini juga melalui proses produksi yang panjang dengan penambahan zat-zat yang dapat meningkatkan risiko tersebut.
Beberapa jenis makanan yang sebaiknya dibatasi konsumsinya meliputi sereal tinggi gula, soda, minuman berenergi, sup kemasan, dan daging olahan tinggi garam.
Sebuah studi yang mirip juga sempat dilakukan oleh peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health. Dipublikasikan melalui jurnal BMJ pada Mei 2024, mereka mengungkapkan peningkatan risiko kematian dini pada orang yang secara rutin mengonsumsi makanan ultra proses.
Mereka melakukan pemantauan pada 100 ribu lebih ahli kesehatan di Amerika Serikat yang tidak memiliki riwayat kanker, penyakit kardiovaskular, atau diabetes. Pemantauan dilakukan pada 1986-2018 melalui sebuah kuesioner yang diberikan.
Kuesioner berisi tentang kesehatan dan kebiasaan gaya hidup sebanyak diisi dua tahun sekali oleh responden dan kuesioner soal makanan yang dikonsumsi diisi sebanyak empat tahun sekali.
Ditemukan orang yang secara teratur mengonsumsi mengonsumsi daging ultra proses memiliki risiko kematian dini sebesar 13 persen lebih tinggi selama periode penelitian. Selain itu, mereka yang mengonsumsi banyak minuman manis dan pemanis buatan memiliki risiko kematian dini 9 persen.
Secara keseluruhan, pola makan yang kaya akan makanan ultra proses memiliki risiko kematian 4 persen lebih tinggi.
Selama periode tindak lanjut selama 34 tahun, peneliti mengidentifikasi 48.193 kematian. Termasuk 13.577 akibat kanker, 11.416 akibat penyakit jantung, 3.962 akibat penyakit pernapasan, dan 6.343 akibat penyakit neurodegeneratif.
“Temuan ini memberikan dukungan untuk membatasi konsumsi jenis makanan olahan tertentu demi kesehatan jangka panjang. Penelitian di masa mendatang diperlukan untuk meningkatkan klasifikasi makanan olahan dan mengonfirmasi temuan kami pada populasi lain,” kata peneliti.
(avk/kna)
-

Rutin kontrol tekanan darah jadi langkah cegah kena stroke
Obesitas atau kegemukan menjadi risiko menjadinya suatu serangan stroke
Jakarta (ANTARA) – Pakar neurologi di RSUD Pasar Minggu Jakarta, dr. Yudistira, Sp.N mengatakan rutin memeriksa tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah, dapat menjadi langkah mencegah terkena stroke (strok).
“Kita bisa mengontrol secara rutin tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah. Kemudian aktivitas kita juga mesti kita atur agar jangan terlalu berlebihan juga, tapi tidak terlalu kurang aktivitas juga,” kata dia di Jakarta, Senin.
Adapun tekanan darah normal pada orang dewasa yakni 90-120/60-80 mmHg.
Upaya lain yang bisa dilakukan yakni tidak merokok, tak mengonsumsi minuman beralkohol, dan menjaga berat badan tetap sehat salah satunya melalui pola makan sehat.
“Obesitas atau kegemukan menjadi risiko menjadinya suatu serangan stroke. Pola makan yang sehat, memasukkan banyak buah-buahan, sayuran, atau biji-bijian, dan hindari makanan yang berlemak,” kata dia.
Lalu, bagi pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi, sambung Yudistira, yakni perlu mengontrol tekanan darah agar berada di bawah 140/90 mmHg.
“Harapannya tekanan darah di bawah 140/90 mmHg untuk bisa mengurangi risiko terjadinya stroke. Dan ini bisa kita bantu dengan pola makan yang sehat, bijak olahraga, dan aktivitas yang teratur,” ujar Yudistira.
Bila perlu, sambung dia, pasien hipertensi dapat meminum obat-obatan anti-hipertensi. Namun ini perlu dengan pengawasan dokter.
“Stroke memang menjadi momok di masyarakat. Ketika memang ada suatu serangan stroke ini harapan hidup atau kualitas hidup akan menurun. Jadi, perlu upaya untuk mengontrol agar serangan stroke tidak terjadi pada kita,” demikian pesan Yudistira.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024


