Topik: stroke

  • Wanita Ini Alami Serangan Stroke di Usia 20, Penyebabnya Tak Terduga

    Wanita Ini Alami Serangan Stroke di Usia 20, Penyebabnya Tak Terduga

    Jakarta

    Esther Littlewood (20) di Derbyshire, Inggris menceritakan pengalaman mengerikannya mengalami stroke di usia yang sangat muda. Semua berawal dari rasa sakit kepala yang muncul ketika ia sedang menonton televisi.

    Pada saat itu ia tidak memikirkan masalah kesehatan yang serius. Ia akhirnya minum paracetamol dan memilih tidur siang untuk beristirahat.

    Namun, beberapa waktu berselang, Esther tidak sadarkanqq diri di kasur. Ia ditemukan oleh pasangannya yang langsung membawa Esther ke Chesterfield Royal Hospital. Sesampainya di rumah sakit, Esther lalu dibius dan dibuat koma untuk menyelamatkannya.

    “Aku tidak begitu ingat hari itu. Kami sedang menonton ’24 Hours in Police Custody’ di ruang tamu. Aku memegang sisi kiri kepalaku, dekat telinga, dan berkata ‘sakit banget’. Aku bilang ke ibu aku sakit kepala parah dan minum paracetamol. Katanya aku lalu bilang mau tidur sebentar,” kata Esther yang selama ini dikenal sehat dan bugar, dikutip dari Daily Mail, Kamis (13/11/2025).

    Hasil pemeriksaan menemukan Esther mengalami stroke yang disebabkan oleh kondisi jantung berlubang patent foramen ovale (PFO), yang selama ini tidak terdeteksi. Hasil pemindaian MRI menunjukkan ada celah kecil berbentuk katup di ruang atas jantungnya yang memungkinkan gumpalan darah lolos dan mengalir ke otak, lalu menyebabkan serangan stroke.

    PFO adalah lubang kecil di jantung yang biasanya menutup setelah bayi lahir. Saat dalam kandungan, lubang ini berfungsi sebagai katup alami untuk memungkinkan darah beroksigen mengalir tanpa melewati paru-paru, karena paru bayi belum berfungsi.

    Namun, pada sebagian orang, lubang ini tidak tertutup sempurna setelah lahir. Pada kebanyakan orang, kondisi ini tidak menimbulkan masalah, tapi bisa meningkatkan risiko stroke jika ukuran lubangnya besar atau terjadi aliran darah abnormal antara dua ruang jantung bagian atas.

    “Biasanya kalau stroke, orang pikir akan terlihat dari wajah atau tangan, tapi satu-satunya gejalaku hanyalah sakit kepala,” cerita Esther.

    Esther berhasil diselamatkan tepat waktu dan disadarkan dari kondisi koma. Ia dirawat selama 12 hari di rumah sakit sebelum dipulangkan. Esther saat ini masih menunggu operasi untuk menutup lubang di jantungnya.

    Mengidap stroke di usia 20 adalah kejadian yang sangat langka. Ia berharap bisa segera menjalani operasi, sehingga risikonya kembali terkena stroke hilang.

    “Rasanya seperti kehilangan segalanya, pekerjaan yang sudah kuperjuangkan, kemampuan menyetir, kemandirianku. Aku merasa seperti orang yang berbeda,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Perbaiki Sistem Rujukan BPJS, Menkes: Kasihan Pasien Dirujuk Berkali-kali sampai Dapat RS Tepat

    Perbaiki Sistem Rujukan BPJS, Menkes: Kasihan Pasien Dirujuk Berkali-kali sampai Dapat RS Tepat

    Perbaiki Sistem Rujukan BPJS, Menkes: Kasihan Pasien Dirujuk Berkali-kali sampai Dapat RS Tepat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin merasa kasihan dengan pasien yang harus dirujuk dari satu rumah sakit (RS) ke rumah sakit lainnya akibat sistem rujukan BPJS Kesehatan yang selama ini berlaku.
    Budi mengatakan, pasien-pasien itu selama ini harus dilempar-lempar antara
    rumah sakit
    , sebelum akhirnya mendapatkan RS yang tepat.
    “Kasihan pasiennya itu mesti beberapa kali rujuk sebelum dia sampai di rumah sakit yang tepat untuk memberikan tindakan kepada yang bersangkutan,” ujar Budi saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2025).
    Budi menegaskan, sistem berjenjang pada rujukan rumah sakit bakal diperbaiki.
    Dia menyebut, pasien akan dirujuk ke RS tertentu berdasarkan kondisi medisnya, tanpa perlu merasakan dilempar-lempar dari RS tipe D sampai tipe A.
    “Jadi kalau orang sudah diperiksa misalnya di puskesmas, ‘oh dia perlu dipasang ring gitu jantungnya’, itu enggak usah harus ke tipe D dulu. ‘Oh dicek tipe D enggak bisa pasang ring, naikin lagi tipe C, enggak bisa pasang ring langsung ke tipe B’. Dia akan langsung masuk ke tipe B,” paparnya.
    “Jadi buat pasien akan jauh lebih cepat prosesnya.
    Anyway
    , dia akan masuk ke tipe B, justru akan mengurangi antrean pasien di tipe D dan tipe C, karena enggak usah menjalani tiga rumah sakit, dia langsung ke rumah sakit tujuan,” sambung Budi.
    Budi mengatakan, dengan reformasi sistem rujukan berjenjang ini, maka pengeluaran BPJS Kesehatan juga akan berkurang.
    Sebab, BPJS hanya perlu membayar ke satu rumah sakit saja, yakni tempat pasien langsung dirujuk.
    “Harusnya lebih sedikit, karena BPJS bayarnya langsung ke rumah sakit terakhir kan, enggak usah ke tiga kali rumah sakit,” jelasnya.
    Sementara itu, Budi menekankan, pasien harus tetap berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebelum dirujuk ke rumah sakit yang tepat.
    Sebab, di FKTP, pasien akan ditentukan oleh dokter, rumah sakit tipe apa yang cocok untuknya.
    “Harus ke faskes, tapi faskes yang pertama akan menentukan, dia itu level layanannya itu tingkat apa. Kalau dia ternyata sakit stroke, strokenya cukup di tingkat C, nanti dia akan dikirim ke rumah sakit yang memiliki layanan stroke tingkat C,” kata Budi.
    “Kalau dia strokenya ternyata susah gitu casenya, tingkat B, dia akan dikirim langsung ke rumah sakit yang memiliki layanan stroke tingkat B,” imbuhnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perkuat Inovasi Bidang Farmasi, BPOM Gandeng CSPC di China

    Perkuat Inovasi Bidang Farmasi, BPOM Gandeng CSPC di China

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum lama melakukan kunjungan kerja ke China. Kepala BPOM Taruna Ikrar juga mendatangi China Shijiazhuang Pharmaceutical Company (CSPC) Pharmaceutical Co Ltd pada Kamis (6/10/2025).

    Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama inovasi farmasi dan memastikan keamanan, khasiat, serta mutu obat. Dalam kesempatan tersebut, Taruna menyampaikan apresiasi atas sambutan dan kesempatan yang diberikan CSPC untuk meninjau fasilitas produksi modern milik perusahaan.

    “Kunjungan ini menjadi langkah penting untuk memperkuat hubungan antara regulator dan industri. Kami berharap, ada pertukaran pengetahuan yang bisa menjamin mutu serta keamanan obat-obatan inovatif bagi pasien,” terang Taruna dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Selasa (11/11).

    Taruna menjelaskan hingga kini BPOM terus memperkuat kapasitas ilmu regulasi, khususnya di bidang bioteknologi, terapi gen, dan produk terapi lanjut (advanced therapy medicinal products/ ATMPs).

    Selain itu, ia menyebut Indonesia juga telah menerapkan sistem inspeksi berbasis risiko yang sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S).

    “Melalui kunjungan ini, BPOM ingin belajar dari kemajuan teknologi CPSC untuk memperkuat kebijakan regulasi dan mendorong inovasi farmasi nasional,” tutur Taruna.

    “BPOM akan terus menjaga komunikasi dengan CSPC dan mitra lain untuk memperkuat perlindungan kesehatan masyarakat serta mendorong inovasi bagi kepentingan bersama,” tambahnya.

    Di kesempatan yang sama, Executive Director CSPC NBP Pharmaceutical Co Ltd Xuejun Zhang menyampaikan bahwa CSPC NBP Pharmaceutical dibangun sesuai standar Food and Drug Administration (FDA). Bahkan, seluruh laboratorium perusahaan telah menggunakan Laboratory Information Management System (LIMS) demi menjaga integritas data.

    Perlu diketahui, CSPC dikenal sebagai salah satu produsen kafein, vitamin C, dan vitamin B12 terbesar di China. Kini, perusahaan tengah memproduksi obat dengan kandungan n-butylphthalide (NBP) dalam bentuk tablet dan injeksi, yang digunakan untuk terapi stroke iskemik.

    “Kami sudah lulus inspeksi FDA secara berkala dan berhasil meluncurkan kapsul lunak benzonatate di pasar Amerika Serikat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/up)

  • Indonesia-China jajaki kerja sama bidang farmasi dan pengawasan obat

    Indonesia-China jajaki kerja sama bidang farmasi dan pengawasan obat

    Jakarta (ANTARA) – Sepanjang pekan lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengunjungi sejumlah institusi dan perusahaan farmasi China dalam rangka menjajaki peluang kerja sama di bidang farmasi dan pengawasan obat.

    Dalam kunjungan ke Universitas Tsinghua, BPOM membahas peluang kerja sama di bidang riset regulasi, pengobatan presisi, dan inovasi produk kesehatan. BPOM berharap lebih banyak ilmuwan muda Indonesia dapat belajar di Universitas Tsinghua dan membawa pulang pengetahuan untuk membangun ekosistem kesehatan nasional.

    Pada hari yang sama, BPOM juga mengunjungi rumah sakit Universitas Tsinghua, Tsinghua Changgung Hospital, untuk mempelajari penerapan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam layanan kesehatan.

    “Kami melihat langsung bagaimana AI mampu menghadirkan layanan kesehatan yang lebih cepat, akurat, dan terintegrasi. BPOM berkomitmen untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam sistem pengawasan obat dan makanan di Indonesia agar lebih responsif terhadap tantangan zaman,” kata Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam keterangannya.

    BPOM juga bertemu dengan sejumlah akademisi di bidang pengobatan tradisional China (traditional Chinese medicine/TCM) dan menyampaikan keinginan untuk memperkuat kolaborasi dengan institusi serta ahli TCM China dalam pengembangan pengetahuan, uji klinis, dan praktik regulasi di bidang TCM dan jamu Indonesia.

    Peluang kerja sama lainnya meliputi peningkatan kapasitas akupunktur, pengobatan integratif, standardisasi herbal, serta manajemen kesehatan yang mendukung pengembangan obat tradisional.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengunjungi sejumlah institusi dan perusahaan farmasi China dalam rangka menjajaki peluang kerja sama di bidang farmasi dan pengawasan obat. (Xinhua)

    BPOM turut menjajaki peluang kerja sama dengan Beijing Tiantan Hospital dalam riset bersama terkait stroke dan penyakit neurologis, serta pertukaran keahlian di bidang bedah saraf dan neurofarmakologi.

    Selain itu, kedua lembaga juga melihat peluang kerja sama dalam peningkatan kapasitas evaluasi uji klinis, pengembangan infrastruktur riset berbasis rumah sakit, serta studi kolaboratif mengenai terapi inovatif dan regeneratif untuk penyakit neurodegeneratif.

    Rombongan BPOM juga mengunjungi dua perusahaan farmasi dan bioteknologi China, yakni China Shijiazhuang Pharmaceutical Company (CSPC) Pharmaceutical Co. Ltd dan CanSino Biologics Inc (CanSinoBio). Kedua perusahaan itu memiliki kemitraan dengan industri farmasi di Indonesia.

    CanSinoBio bekerja sama dengan mitra lokal dalam pengembangan vaksin inhalasi tuberkulosis (berbasis vektor adenovirus tipe 5) dan vaksin konjugat meningokokus tetravalen. Sementara itu, CSPC melalui kemitraan dengan perusahaan farmasi lokal Kalbe Farma akan segera memasok obat n-butylphthalide (NBP) untuk terapi stroke iskemik.

    BPOM kemudian melakukan pertemuan dengan Tianjin Medical Products Administration (TJMPA) untuk memperkuat kolaborasi regulasi, memperluas pertukaran informasi, serta mendorong sinergi antara industri bioteknologi kedua negara.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Junaydi Suswanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dokter Beberkan Ciri-ciri Demam pada Anak yang Bisa Picu Penyakit Jantung

    Dokter Beberkan Ciri-ciri Demam pada Anak yang Bisa Picu Penyakit Jantung

    Jakarta

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti salah satu kondisi kesehatan anak yang masih belum banyak menjadi perhatian, yaitu demam rematik dan penyakit jantung koroner. Demam rematik merupakan reaksi kekebalan tubuh yang muncul 1-5 minggu setelah anak mengalami radang tenggorokan akibat infeksi bakteri Streptococcus beta-hemolyticus grup A (SGA).

    Ketika anak terlambat ditangani oleh tim medis, salah satu komplikasi yang dapat muncul adalah penyakit jantung rematik. Kondisi ini dapat memicu kecacatan pada katup jantung, sehingga anak rentan mengalami gagal jantung dan stroke.

    Ketua Unit Kerja Koordinasi Kardiologi IDAI dr Rizky Adriansyah, M Ked(Ped), SpA, Subsp Kardio(K) mengungkapkan demam rematik secara umum dapat menyerang organ lain. Selain pada jantung, kondisi ini dapat memicu gangguan pada otak, kulit, hingga sendi.

    “Paling sering itu diserangnya bengkak sendi awalnya. Tapi karena sendi sering dilatih, akhirnya dia berpindah-pindah, seringkali tidak bisa lari. Yang paling sulit diketahui itu kadang muncul eritema (sejenis ruam merah melingkar pada kulit) yang terdiagnosis kondisi lain,” kata dr Rizky ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).

    “Lalu, serangannya juga bisa pada otak, sehingga anak sering gelisah muncul gerakan-gerakan itu seperti gerakan menari,” sambungnya.

    dr Rizky menjelaskan pada demam rematik, anak akan mengalami radang tenggorokan dan demam tinggi yang tidak turun selama lebih dari 48 jam atau dua hari. Apabila setelah diberi obat penurun demam kondisi anak tidak membaik, maka harus segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan pasti.

    “Memang kalau sudah demamnya tidak teratasi dengan obat biasa, yang dikonsumsi, parasetamol misalnya, jangan dibiarkan. Orang tua harus membawa anaknya ke dokter. Dokter yang menentukan, oh ini (infeksi) virus atau ini bakteri,” sambungnya.

    Gejala penyerta yang akan muncul adalah bengkak sendi atau artritis. Ketika ini muncul, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, misalnya pada jantung dan darah.

    Ketika anak sudah mengalami penyakit jantung rematik, biasanya akan ada suara yang tidak normal dari jantung anak melalui pemeriksaan. Suaranya menurut dr Rizky seperti jantung yang bocor.

    Menurut dr Rizky, kondisi ini harus menjadi perhatian lebih masyarakat dan pemerintah. Selain dapat berakibat fatal, Indonesia merupakan wilayah endemis dari demam rematik dan penyakit jantung rematik dengan angka kematian di atas 0,15 per 100 ribu penduduk.

    Pada saat ini angka kematian akibat penyakit jantung rematik Indonesia berada di angka 4,8 per 100 ribu penduduk. Jumlah tersebut lebih tinggi dari kematian akibat malaria di angka 3 per 100 ribu.

    “Bahkan kalau kita lihat angka, angkanya lebih tinggi daripada malaria. Malaria sudah masuk program pemerintah, program dunia, tapi ini yang namanya penyakit jantung rematik ini belum masuk,” tandasnya.

    Masalah demam rematik diawali dengan radang tenggorokan yang disebabkan bakteri SGA. Gejalanya meliputi:

    Demam tinggi lebih dari 48 jam.Nyeri menelan, tidak disertai batuk dan pilek yang berat.Nyeri di daerah kelenjar leher.Amandel merah bengkak, terkadang bernanah.Ruam-ruam kemerahan pada sebagian kasus (scarlet fever).

    Kemudian, masalah infeksi SGA ini berlanjut menjadi demam rematik. Gejalanya meliputi:

    Muncul 1-5 minggu setelah radang tenggorokan akibat bakteri SGA.Nyeri dan bengkak sendi yang berpindah (lutut, siku, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki).Gelisah menari atau Chorea Sydenham.Ruam merah melingkar.

    Ketika jantung sudah mulai terpengaruh, mulai muncul tanda-tanda tersendiri. Gejalanya meliputi:

    Sesak napas.Mudah lelah.Jantung berdebar.Nyeri dada sebelah kiri.Bengkak pada tungkai dan wajah.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/suc)

  • Perbandingan Harga Suzuki Satria Terbaru dengan Honda Sonic

    Perbandingan Harga Suzuki Satria Terbaru dengan Honda Sonic

    Jakarta

    Segmen motor underbone terbukti belum mati. Buktinya Suzuki melakukan penyegaran terhadap model underbone terpopuler mereka, Satria F150. Suzuki Satria terbaru kini hadir dengan opsi model Pro yang dibekali banyak fitur canggih. Di kelasnya, Suzuki Satria bersaing dengan Honda Sonic 150R. Seperti apa perbandingan harga keduanya?

    Sebagai informasi, Suzuki Satria terbaru yang meluncur di Indonesia pada 8 November 2025, hadir dengan opsi model Pro yang memiliki perbedaan dari sisi desain headlamp yang lebih lebar, serta penambahan banyak fitur canggih, seperti keyless, rem ABS, Suzuki Ride Connect, easy start system, hingga USB outlet.

    Dari segi performa, Suzuki Satria masih dibekali mesin andalan 147 cc dengan bore x stroke 62,0 mm x 48,8 mm. Tenaga maksimalnya mencapai 13,5 kW (18,1 dk) di 10.000 rpm dan torsi puncak 13,8 Nm pada 8.500 rpm. Mesin itu disempurnakan dengan penambahan teknologi clutch assist system.

    Harga Suzuki Satria Terbaru

    1. Satria F150 Pearl Bright Ivory – Met. Mat. Fibroin Gray: Rp 31.000.000

    2. Satria F150 Metallic Medium Blue – Met. Mat. Fibroin Gray: Rp 31.000.000

    2. Satria Pro Candy Mat Bordeaux – Titan Black: Rp 34.900.000.

    Honda Sonic 150R Foto: Dok. AHM

    Sementara itu Honda Sonic 150R sudah lama tidak mendapatkan pembaruan maupun sekadar penyegaran warna. Motor underbone yang pakai basis mesin CB150R dan Supra GTR ini hadir dalam empat pilihan warna, dijual mulai Rp 28.790.000.

    Secara performa, motor ini pakai mesin 149,16 cc dengan bore x stroke 57,3 x 57,8 mm yang bisa menghasilkan tenaga 11,8 kW (15,8 dk) pada 9.000 rpm dan torsi maksimal 13,5 Nm di 6.500 rpm.

    Harga Honda Sonic

    1. Sonic 150R Activo Black: Rp 28.790.000

    2. Sonic 150R Energetic Red: Rp 28.790.000

    3. Sonic 150R Aggresso Matte Black: Rp 29.195.000

    4. Sonic 150R Honda Racing Red: Rp 29.195.000.

    (lua/din)

  • Car Free Day Banyuwangi, Wujudkan Gaya Hidup Sehat dan Layanan Publik di Tengah Keramaian

    Car Free Day Banyuwangi, Wujudkan Gaya Hidup Sehat dan Layanan Publik di Tengah Keramaian

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Setiap Minggu pagi, Jalan A. Yani di Banyuwangi berubah menjadi pusat aktivitas yang penuh semangat. Car Free Day (CFD) yang digelar rutin setiap akhir pekan, kini tidak hanya menjadi ajang rekreasi, tetapi juga wadah untuk memperkenalkan gaya hidup sehat serta layanan publik yang bermanfaat bagi masyarakat.

    Kegiatan yang berlangsung di depan Kantor Pemkab Banyuwangi ini semakin ramai dikunjungi oleh warga. Tak hanya menjadi tempat yang cocok untuk berolahraga atau menikmati kuliner, CFD juga menjadi sarana edukasi kesehatan yang penting.

    Dalam gelaran CFD Minggu (9/11/2025), Pemkab Banyuwangi mengadakan kampanye kesehatan dengan fokus pada penyakit Tuberkulosis (TBC), sebuah penyakit menular yang dapat dicegah dan diobati dengan deteksi dini.

    Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, mengajak masyarakat untuk tidak takut melakukan screening TBC. “Bapak dan Ibu sekalian, TBC adalah penyakit menular namun bisa dicegah dan diobati. Jangan takut melakukan screening, bila terdeteksi bisa segera ditindaklanjuti,” ujar Ipuk dengan tegas.

    Kampanye ini juga menyediakan layanan screening TBC gratis bagi pengunjung yang ingin melakukan pengecekan kesehatan.

    Selain edukasi tentang TBC, Dinas Kesehatan Banyuwangi juga merencanakan berbagai kegiatan edukasi lainnya di setiap CFD, termasuk skrining penyakit stroke dalam rangka memperingati World Stroke Day yang akan datang.

    Bagi pengunjung yang tertarik dengan cek kesehatan lainnya, berbagai layanan kesehatan dasar seperti cek gula darah, kolesterol, dan tekanan darah tersedia secara cuma-cuma.

    Salah seorang pengunjung, Dwi Haryanto, menilai CFD Banyuwangi sebagai tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. “Jalan-jalan di sini sangat menyenangkan bersama keluarga. Bisa belanja makanan sekaligus bisa cek kesehatan. Bahkan juga bisa urus dokumen kependudukan,” ungkap Dwi dengan antusias.

    Tak hanya itu, layanan publik lainnya juga bisa ditemukan di CFD. Misalnya, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menyediakan pelayanan administrasi kependudukan, sementara Badan Pendapatan Daerah memfasilitasi masyarakat untuk melakukan konsultasi pembayaran PBB.

    Selain itu, berbagai komunitas seperti komunitas lari, senam, dan sepatu roda turut meramaikan CFD, menjadikan acara ini lebih berwarna.

    Tak ketinggalan, puluhan stan kuliner yang menawarkan berbagai macam makanan, mulai dari yang khas Banyuwangi hingga makanan luar daerah, menambah semarak suasana CFD. “Di sini kulinernya lengkap, mau cari yang khas Banyuwangi atau lainnya ada, baik buat anak-anak dan dewasa semuanya lengkap, makanya saya sering ajak keluarga ke sini,” ujar Satria, salah seorang pengunjung yang tak ingin melewatkan acara ini.

    CFD Banyuwangi tak hanya sekadar tempat untuk berolahraga atau menikmati makanan. Lebih dari itu, acara ini juga berfungsi sebagai sarana edukasi kesehatan dan layanan publik yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat Banyuwangi.

    Aktivitas positif seperti ini patut diapresiasi dan diikuti oleh kota-kota lain sebagai contoh dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan peduli dengan kesejahteraan umum. [alr/suf]

  • Polri Tunjukkan Kepedulian Sosial di Kabupaten Malang, Kunjungi Lansia Tinggal di Dekat Kandang Sapi

    Polri Tunjukkan Kepedulian Sosial di Kabupaten Malang, Kunjungi Lansia Tinggal di Dekat Kandang Sapi

    Malang (beritajatim.com) – Polri kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap warga kurang mampu, kali ini di Kabupaten Malang. Pada Selasa, 4 November 2025, anggota Polsek Pagelaran, Polres Malang, melakukan kunjungan sosial ke rumah pasangan lanjut usia (lansia) Arifin dan Bik Nik yang tinggal di Dusun Brongkal, Kecamatan Pagelaran.

    Rumah mereka yang sederhana berada bersebelahan dengan kandang sapi, sebuah gambaran kesederhanaan hidup yang mereka jalani.

    Bhabinkamtibmas Desa Brongkal, Aipda Yuli Isdianto, bersama beberapa anggota Polsek Pagelaran, berinisiatif untuk menyambangi pasangan lansia tersebut. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi mereka, terutama kondisi kesehatan Arifin yang sudah lama menderita stroke sejak tahun 2016.

    Kondisi Arifin yang tergantung sepenuhnya pada perawatan istrinya, Bik Nik, yang juga sudah lanjut usia, semakin memprihatinkan.

    “Kami ingin memastikan kondisi Bapak Arifin dan Ibu Bik Nik, serta memberikan sedikit bantuan yang bisa meringankan beban mereka. Semoga kedatangan kami bisa membantu mereka dalam menjalani kehidupan yang lebih baik,” ujar Aipda Yuli Isdianto.

    Pada kesempatan tersebut, polisi memberikan bantuan berupa paket sembako sebagai bentuk kepedulian terhadap pasangan lansia tersebut. Selain itu, kehadiran polisi juga bertujuan untuk memastikan kebutuhan dasar mereka, terutama yang berkaitan dengan kesehatan.

    Kasubag Humas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari kehadiran Polri di tengah masyarakat. “Polri bukan hanya bertugas menjaga keamanan, tetapi juga hadir dengan empati. Kami ingin memastikan warga, terutama yang membutuhkan perhatian, bisa mendapatkan bantuan yang layak,” kata AKP Bambang.

    Lebih lanjut, Bambang menambahkan bahwa Polsek Pagelaran juga telah berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk memastikan pasangan lansia tersebut bisa kembali menerima bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) atau program kesejahteraan lainnya yang dapat meringankan beban mereka.

    “Kami berharap, dengan adanya koordinasi dengan perangkat desa, Bapak Arifin dan Ibu Bik Nik bisa kembali terdaftar sebagai penerima bantuan sosial. Ini adalah salah satu langkah yang diambil agar mereka dapat menjalani hari-hari dengan lebih layak,” tegas Bambang. [yog/suf]

  • Terungkap Lewat Studi, Alasan ‘Alumni’ COVID Berisiko Kena Serangan Jantung-Stroke

    Terungkap Lewat Studi, Alasan ‘Alumni’ COVID Berisiko Kena Serangan Jantung-Stroke

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of the American Heart Association (AHA) mengungkapkan orang yang terserang influenza atau COVID-19 berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung atau stroke dalam beberapa minggu setelah infeksi.

    Sementara itu, infeksi kronis seperti HIV juga dikaitkan dengan peningkatan risiko jangka panjang terhadap penyakit kardiovaskular yang serius.

    Para peneliti melakukan tinjauan sistematis terhadap seluruh studi yang meneliti hubungan antara infeksi virus dan risiko terjadinya stroke maupun serangan jantung.

    Dari lebih dari 52 ribu publikasi ilmiah yang disaring, mereka mengidentifikasi 155 studi yang dinilai memiliki rancangan metodologi yang tepat dan kualitas tinggi, sehingga memungkinkan dilakukan meta-analisis terhadap data gabungan tersebut.

    Dalam penelitian yang membandingkan risiko kardiovaskular seseorang dalam beberapa minggu setelah mengalami infeksi pernapasan yang terkonfirmasi laboratorium dengan kondisi saat ia tidak terinfeksi, para peneliti menemukan risiko serangan jantung meningkat hingga empat kali lipat, dan risiko stroke meningkat lima kali lipat dalam sebulan setelah seseorang terinfeksi influenza.

    Tak hanya itu, risiko serangan jantung dan stroke meningkat tiga kali lipat dalam 14 minggu setelah terinfeksi COVID-19, dan risiko tersebut tetap lebih tinggi hingga satu tahun kemudian.

    “Studi kami menemukan bahwa infeksi virus akut dan kronis berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk stroke dan serangan jantung,” kata Kosuke Kawai, Sc D, penulis utama studi sekaligus dosen di Divisi Penyakit Dalam dan Riset Layanan Kesehatan, David Geffen School of Medicine, University of California, Los Angeles, dikutip dari laman resmi AHA.

    Apa Alasannya?

    Menurut studi tersebut, sistem kekebalan tubuh merespons infeksi virus dengan melepaskan molekul yang memicu dan mempertahankan peradangan serta meningkatkan kecenderungan darah untuk membeku.

    Respons ini dapat berlangsung lama meskipun infeksi telah sembuh. Baik peradangan maupun pembekuan darah dapat menurunkan kemampuan jantung berfungsi optimal, dan hal ini diyakini sebagai salah satu alasan meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke setelah infeksi virus.

    Adapun peradangan berperan penting dalam perkembangan dan progresi penyakit kardiovaskular. Kondisi ini dapat memicu pembentukan dan pecahnya plak di dinding arteri, yang berujung pada serangan jantung atau stroke.

    Beberapa penanda peradangan yang tinggi bahkan dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih buruk dan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular di masa depan. Karena itu, pengendalian peradangan menjadi aspek kunci dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah.

    “Risiko penyakit kardiovaskular memang lebih rendah pada infeksi HIV, hepatitis C, dan herpes zoster dibandingkan peningkatan risiko jangka pendek yang terjadi setelah influenza dan COVID. Namun, risiko yang terkait dengan tiga virus tersebut tetap bermakna secara klinis, terutama karena risikonya bertahan dalam jangka waktu lama,” kata Kawai.

    “Selain itu, herpes zoster (cacar api/cacar ular) dialami sekitar satu dari tiga orang sepanjang hidupnya. Karena itu, peningkatan risiko akibat virus tersebut dapat berkontribusi pada jumlah kasus penyakit kardiovaskular yang cukup besar di tingkat populasi.”

    Halaman 2 dari 3

    (suc/naf)

  • Riset Ilmiah Terbaru Bawa Kabar Nggak Enak Buat ‘Alumni’ COVID, Begini Temuannya

    Riset Ilmiah Terbaru Bawa Kabar Nggak Enak Buat ‘Alumni’ COVID, Begini Temuannya

    Jakarta

    Dalam beberapa minggu setelah seseorang terkena influenza atau COVID-19, risiko mengalami serangan jantung atau stroke dapat meningkat tajam. Sementara itu, infeksi kronis seperti HIV juga dapat meningkatkan risiko jangka panjang terhadap kejadian kardiovaskular serius.

    Hal ini diungkap dalam riset independen terbaru yang diterbitkan di Journal of the American Heart Association, jurnal ilmiah terbuka yang ditinjau sejawat oleh American Heart Association (AHA).

    Menurut Kosuke Kawai, Sc D, penulis utama studi sekaligus dosen di Divisi Penyakit Dalam dan Riset Layanan Kesehatan, David Geffen School of Medicine, University of California, Los Angeles, kaitan antara infeksi virus dan penyakit kardiovaskular belum banyak dipahami.

    “Selama ini, kita tahu bahwa virus seperti human papillomavirus (HPV) dan hepatitis B dapat menyebabkan kanker. Namun, hubungan antara infeksi virus dengan penyakit tidak menular lain seperti gangguan jantung masih belum jelas,” kata Kawai, dikutip dari laman resmi AHA.

    “Penelitian kami menemukan bahwa infeksi virus, baik yang akut maupun kronis, berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk stroke dan serangan jantung, dalam jangka pendek maupun panjang,” lanjutnya.

    Tim peneliti meninjau lebih dari 52 ribu publikasi ilmiah, dan menyaring 155 studi berkualitas tinggi yang meneliti kaitan antara infeksi virus apa pun dengan risiko stroke dan serangan jantung. Data-data tersebut kemudian dianalisis secara meta-analisis untuk mendapatkan gambaran menyeluruh.

    Hasilnya menunjukkan dalam studi yang membandingkan risiko kardiovaskular sebelum dan sesudah seseorang mengalami infeksi pernapasan yang terkonfirmasi laboratorium, yakni:

    Orang empat kali lebih mungkin mengalami serangan jantung dan lima kali lebih mungkin mengalami stroke dalam sebulan setelah terinfeksi flu.

    Ada risiko serangan jantung pasca kena COVID

    Setelah terinfeksi COVID-19, risiko serangan jantung dan stroke meningkat tiga kali lipat selama 14 minggu pertama, dan tetap lebih tinggi hingga satu tahun setelah infeksi.

    Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap infeksi virus dengan melepaskan molekul yang memicu dan mempertahankan peradangan serta kecenderungan darah untuk membeku. Respons ini bisa bertahan lama meski infeksi telah sembuh.

    Baik peradangan maupun pembekuan darah dapat menurunkan kemampuan jantung untuk bekerja secara optimal, yang menjelaskan meningkatnya risiko serangan jantung dan stroke.

    baca juga

    Peradangan diketahui berperan besar dalam perkembangan penyakit kardiovaskular. Ia dapat menyebabkan terbentuknya plak di pembuluh darah dan memicu pecahnya plak, yang berujung pada serangan jantung atau stroke.

    Beberapa penanda peradangan yang tinggi juga terkait dengan prognosis yang lebih buruk, sehingga pengendalian peradangan menjadi bagian penting dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular.

    Dalam analisis jangka panjang (rata-rata lebih dari lima tahun), dibandingkan dengan orang tanpa infeksi, ditemukan:

    Pengidap HIV memiliki risiko serangan jantung 60 persen lebih tinggi dan risiko stroke 45 persen lebih tinggi.Pengidap hepatitis C memiliki risiko serangan jantung 27 persen lebih tinggi dan risiko stroke 23 persen lebih tinggi.Pengidap herpes zoster (shingles) memiliki risiko serangan jantung 12 persen lebih tinggi dan risiko stroke 18 persen lebih tinggi.

    “Risiko kardiovaskular akibat HIV, hepatitis C, dan herpes zoster memang lebih rendah dibandingkan peningkatan tajam setelah flu atau COVID-19. Namun, risikonya tetap bermakna secara klinis karena berlangsung lama. Apalagi, shingles dapat menyerang sekitar satu dari tiga orang sepanjang hidupnya,” ujar Kawai.

    “Artinya, peningkatan risiko dari virus tersebut dapat berkontribusi signifikan terhadap jumlah kasus penyakit jantung di tingkat populasi.”

    Vaksin bisa melindungi

    Temuan ini juga menunjukkan bahwa vaksinasi terhadap influenza, COVID-19, dan herpes zoster berpotensi menurunkan angka kejadian serangan jantung dan stroke. Misalnya, sebuah tinjauan ilmiah pada 2022 menemukan peserta yang mendapat vaksin flu memiliki risiko kejadian kardiovaskular berat 34 persen lebih rendah dibanding mereka yang menerima plasebo.

    “Langkah pencegahan terhadap infeksi virus, termasuk vaksinasi, berperan penting dalam menekan risiko penyakit kardiovaskular. Pencegahan menjadi sangat penting bagi orang dewasa yang sudah memiliki penyakit jantung atau faktor risiko jantung,” kata Kawai.

    AHA menambahkan virus seperti influenza, COVID-19, RSV, dan herpes zoster dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, sementara orang yang sudah memiliki gangguan kardiovaskular bisa mengalami komplikasi lebih berat bila terinfeksi.

    Karena itu, individu dengan kondisi tersebut disarankan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk menentukan vaksin yang sesuai, karena vaksinasi memberikan perlindungan penting bagi kelompok berisiko tinggi.

    Meski sejumlah penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemungkinan kaitan serupa, para peneliti mencatat bahwa bukti saat ini masih terbatas. Diperlukan studi lebih lanjut untuk memahami hubungan antara risiko penyakit jantung dan virus lain seperti cytomegalovirus (penyebab cacat lahir), herpes simplex 1 (penyebab luka di bibir), virus dengue, dan HPV.

    Peneliti juga menekankan bahwa analisis ini memiliki keterbatasan karena sebagian besar data berasal dari studi observasional, bukan uji klinis terkontrol. Meski demikian, sebagian besar studi telah menyesuaikan faktor pembaur yang relevan.

    Karena mayoritas penelitian hanya menilai satu jenis virus, belum dapat dipastikan bagaimana infeksi ganda virus atau bakteri memengaruhi hasil.

    Analisis ini pun berfokus pada virus yang umum di masyarakat dan tidak mencakup kelompok berisiko tinggi seperti penerima transplantasi organ.

    Halaman 2 dari 5

    (suc/kna)