Topik: stroke

  • Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya    
        Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya

    Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya

    Jakarta

    Elsa Rajianti terpaksa harus menjalani fisioterapi pasca terkena stroke di usianya yang bahkan belum menginjak 30 tahun. Wanita domisili Tangerang itu semula tak menyangka bisa terkena stroke, lantaran jarang jatuh sakit.

    Tiga hari sebelum serangan stroke terjadi, Elsa tiba-tiba mengeluhkan pusing yang sulit tertahankan hingga memutuskan ke fasilitas kesehatan terdekat. Sesampai di rumah sakit, Elsa langsung ditangani di ruang gawat darurat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

    Kala itu, dokter tidak mendiagnosis atau menduga Elsa terkena stroke, ia langsung diperbolehkan pulang saat kondisinya berangsur membaik. Siapa sangka, tiga hari kemudian, seluruh bagian tubuh kiri Elsa mendadak tidak bisa digerakkan.

    Ia juga menjadi kesulitan berbicara. Keluarga Elsa langsung membawanya ke rumah sakit untuk menjalani perawatan selama kurang lebih satu minggu, hingga akhirnya kini menjalani rawat jalan.

    “Pola makan saya nggak sehat, sukanya yang fast food, nggak pernah olahraga apalagi tidur selalu jam 2 subuh, sekarang hanya bisa terapi,” beber Elsa kepada detikcom Jumat (7/2/2025).

    “Masih minum obat juga. Yang nggak bisa gerak tuh tangan kiri sama kaki kiri, tetapi sekarang sudah bisa. Bicaranya masih lambat kayak orang lemot,” lanjutnya.

    Benarkah Begadang Picu Stroke?

    Begadang memang menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena stroke. Mengacu jurnal Neurology, orang yang terbiasa tidur kurang dari delapan jam per malam berisiko empat kali terkena stroke dibandingkan mereka yang mendapatkan waktu tidur cukup.

    Studi yang dipublikasikan American Heart Association juga menemukan orang dengan sindrom metabolik lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung atau stroke daripada orang yang tidak memiliki faktor risiko yang sama, terutama jika mereka sering kurang tidur atau begadang.

    Begadang, atau kurang tidur, dapat meningkatkan risiko stroke secara signifikan. Kurang tidur menyebabkan peningkatan tekanan darah, kadar gula darah, dan peradangan, yang semuanya adalah faktor risiko utama stroke.

    Elsa juga memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi saat terkena stroke. Pakar kesehatan tidur dr Andreas Prasadja juga membenarkan risiko seseorang terkena stroke relatif tinggi saat mengalami masalah tidur, utamanya saat ada keluhan sleep apnea atau mendengkur dengan keras saat tidur.

    “Benar, yang lebih memicu sebenarnya ngorok,” saat dihubungi detikcom, Rabu (7/8/2024).

    NEXT: Bagaimana dengan Fast Food?

    Berkaca pada kebiasaan Elsa yang kerap mengonsumsi fast food, Dr dr Jacub Pandelaki, SpRad(K), dari RS Abdi Waluyo juga sebelumnya mengingatkan perubahan pola konsumsi atau makanan yang signifikan dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Mulai dari cara penyajian hingga kandungan tinggi gula, garam, dan lemak.

    Hal ini juga menjadi pemicu di balik semakin banyak generasi muda yang kini mudah terkena stroke.

    “Pola hidup orang kita kan sekarang beda, dulu makan mi instan saja jarang, sekarang kita semua sudah ada fast food, dan umumnya disajikan dengan cara digoreng, kalau rebus, sebetulnya lebih sehat,” tandasnya.

    “Jadi pola hidup mempunyai pengaruh yang besar, itulah kenapa pada usia muda sekarang ini bisa dimungkinkan terkena stroke,” terang dia.

    Simak Video “BEFAST! Kenali Beragam Gejala Stroke!”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya    
        Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya

    Wanita Kena Stroke di Usia 29 Punya Kebiasaan Begadang, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Viral kisah wanita di Tangerang menceritakan dirinya terkena stroke pada usia 29 tahun. Elsa Rajianti dalam akun TikTok pribadinya, mengaku memiliki kebiasaan pola hidup tidak sehat.

    “Nggak pernah olahraga, tidur selalu jam 2 subuh, makan makanan fast food,” terang dia, Jumat (7/2/2025).

    Elsa sempat mengeluhkan pusing tiga hari sebelum serangan stroke terjadi. Ia kala itu sempat dirawat di IGD dan diperbolehkan pulang karena kondisi dinilai stabil. Tak lama setelahnya, Elsa kembali dirawat di rumah sakit karena setengah bagian tubuh kirinya sudah tidak bisa digerakkan.

    Kasus stroke di usia muda semakin banyak ditemukan bukan hanya karena deteksi yang masif hingga kecepatan arus informasi di tengah kemajuan teknologi digital. Namun, pola konsumsi dan kebiasaan anak muda saat ini juga sudah jauh berubah ketimbang generasi-generasi sebelumnya.

    Dr dr Jacub Pandelaki, SpRad(K), dari RS Abdi Waluyo sebelumnya juga menyoroti perbedaan pola makan di masa kini dan lampau.

    Tidak sedikit orang yang memilih makanan instan siap saji, serba praktis, yang umumnya mengandung gula, garam, lemak tinggi. Belum lagi, makanan sehat yang dijual di pasaran juga relatif lebih mahal.

    “Pola hidup orang kita kan sekarang beda, dulu makan mi instan saja jarang, sekarang kita semua sudah ada fast food, dan umumnya disajikan dengan cara digoreng, kalau rebus, sebetulnya lebih sehat,” tandasnya.

    “Jadi pola hidup mempunyai pengaruh yang besar, itulah kenapa pada usia muda sekarang ini bisa dimungkinkan terkena stroke,” terang dia.

    Begadang Picu Stroke?

    Pakar kesehatan tidur dr Andreas Prasadja membenarkan risiko seseorang terkena stroke relatif tinggi saat mengalami masalah tidur, termasuk kurang tidur karena begadang.

    “Benar, yang lebih memicu sebenarnya ngorok,” saat dihubungi detikcom, Rabu (7/8/2024).

    Dikutip dari Medical News Today, kualitas tidur memang sangat penting untuk kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan untuk mendapat kualitas tidur yang baik termasuk berapa lama waktu tidur dalam sehari.

    Penelitian menunjukkan gangguan tidur seperti sleep apnea juga dikaitkan dengan stroke.

    Para ahli menyimpulkan semakin banyak masalah tidur yang dihadapi seseorang, semakin besar kemungkinan mereka mengalami stroke. Makalah penelitian tersebut muncul dalam jurnal Neurology.

    “Meskipun mungkin ada perubahan fisiologis independen yang terjadi akibat kurang tidur yang menjadi predisposisi stroke, kemungkinan besar tidur secara keseluruhan merupakan epifenomena dari faktor risiko stroke yang diketahui seperti obesitas, usia lanjut, penggunaan alkohol, dan lain-lain,” kata dr Adi Iyer, ahli bedah saraf dan ahli bedah neurointervensional di Pacific Neuroscience Institute di Providence Saint John’s Health Center di Santa Monica, CA, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

    “Tidur dapat menjadi faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi dan dokter harus menilai kualitas dan durasi tidur pasien,” tambahnya.

    (naf/kna)

  • Atasi Krisis Dokter Spesialis, Menkes: Seleksi Peserta PDDS Diutamakan dari Daerah – Halaman all

    Atasi Krisis Dokter Spesialis, Menkes: Seleksi Peserta PDDS Diutamakan dari Daerah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Mengatasi krisis dokter spesialis, Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin berharap, peserta seleksi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) berasal dari daerah.

    Hal ini disampaikan Budi Gunadi Sadikin dalam acara Orientasi Pusat Peserta Didik PPDS Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSPPU) di Jakarta, Kamis (6/2/2025).

    Ia mengatakan, RSPPU merupakan program untuk mengatasi ketimpangan distribusi dokter spesialis yang selama ini terkonsentrasi di kota-kota besar, sementara banyak daerah masih kekurangan tenaga medis yang mumpuni.

    “Kebijakan seleksi peserta PPDS dari daerah ini bertujuan agar mereka dapat kembali mengabdi di tempat asalnya setelah menyelesaikan pendidikan. Dengan begitu, masyarakat di berbagai wilayah tidak perlu lagi dirujuk ke kota besar hanya untuk mendapatkan layanan dokter spesialis,” kata dia.

    Sebanyak 52 peserta didik Program PPDS yang berasal dari berbagai daerah telah memulai pendidikan.

    Mereka mengalami pendidikan Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Kesehatan Mata, Neurologi, Jantung dan Pembuluh Darah, Ortopedi dan Traumatologi, serta Onkologi.

    Saat ini, Indonesia hanya mampu mencetak sekitar 2.700 dokter spesialis per tahun, jauh dari kebutuhan ideal yang mencapai 32.000 dokter spesialis per tahun.

    Akibatnya, layanan kesehatan, terutama dalam menangani penyakit katastropik seperti stroke, jantung, kanker, dan gagal ginjal, masih belum merata.

    Pemerintah menargetkan dalam beberapa tahun ke depan, seluruh rumah sakit di Indonesia, termasuk di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, memiliki tenaga dokter spesialis yang cukup.

  • Hadapi Tantangan Global, Warga Diimbau Sadar Risiko Bencana, Kesehatan, hingga Krisis

    Hadapi Tantangan Global, Warga Diimbau Sadar Risiko Bencana, Kesehatan, hingga Krisis

    loading…

    Menghadapi tantangan global sekaligus membangun Indonesia, masyarakat diminta sadar risiko mulai dari bencana alam, kesehatan, krisis ekonomi, hingga perubahan iklim. Foto: Ist

    JAKARTA – Menghadapi tantangan global sekaligus membangun Indonesia, masyarakat diminta sadar risiko mulai dari bencana alam, kesehatan, krisis ekonomi, hingga perubahan iklim. Pendekatan sadar risiko semakin relevan dalam membangun Indonesia yang berkelanjutan.

    Hal itu diungkap dalam diskusi publik “Membangun Indonesia Tangguh: Penerapan Paradigma Sadar Risiko dalam Pembangunan Berkelanjutan” di Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2025).

    “Kita harus sadar bahwa isu mengenai risiko ini harus masuk cara pandang kita melihat ke depan. Untuk mengatasinya, tidak ada pilihan lain kecuali kita berkolaborasi bersama seluruh pemangku kepentingan, seperti pemerintah, industri, masyarakat, NGO, media, dan akademisi. Kita mencari solusi, bahu membahu untuk mengatasi risiko yang tampak maupun tidak tampak ke depan,” ujar Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) Dimas Syailendra R.

    Termasuk mempersiapkan diri menuju visi besar Indonesia Emas 2045. Pengelolaan risiko harus menjadi prioritas utama untuk memastikan pembangunan inklusif, berkelanjutan, dan berbasis mitigasi risiko.

    “Ada banyak risiko yang tersembunyi tetapi nyata. Contoh risiko kesehatan. Hari ini pembunuh nomor satu di Indonesia adalah jantung, penyakit yang disebabkan gaya hidup. Bagaimana isu ini ketika tidak ditangani? Selama ini kita makan dengan tidak memperhatikan gula, garam, atau masih melakukan kebiasaan merokok, maka 70 persen populasi yang masuk dalam masa produktif itu akan terancam,” ungkap Dimas.

    Jika risiko tersebut tidak segera mendapatkan perhatian khusus, maka Visi Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi impian kosong. Langkah konkret dan strategi tepat perlu segera diambil agar target pembangunan dan kesejahteraan nasional dapat tercapai sesuai harapan.

    Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan (PMK) Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menuturkan kurangnya literasi dan sikap abai terhadap berbagai potensi risiko menyebabkan banyak ancaman tidak diantisipasi dengan baik.

    Hal ini dapat berdampak serius terhadap berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga keberlanjutan pembangunan. “Misalnya di pembangunan kesehatan, penyakit tidak menular itu adalah penyumbang terbesar kematian. Apakah diabetes, stroke, jantung, semuanya itu dari pola makan yang tidak sehat. Karena itu kami memberi penekanan betul bahwa faktor risiko dikurangi dan dicegah,” ujar Amich.

    Anggota DPR dari Komisi XI Puteri Anetta Komarudin menekankan urgensi kebijakan yang berbasis kesadaran risiko untuk memastikan stabilitas dan ketahanan ekonomi nasional. Pemahaman yang baik terhadap berbagai potensi risiko baik sektor keuangan maupun pembangunan sangat penting agar langkah-langkah antisipatif dapat diterapkan secara efektif.

  • Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya    
        Viral Wanita Tangerang Usia 29 Tahun Sudah Kena Stroke, Begini Gejala Awalnya

    Viral Cerita Wanita Tangerang Kena Stroke di Usia 29, Ini Awal Mulanya

    Jakarta

    Elsa Rajianti (29) di Tangerang terkena stroke di usianya yang masih relatif muda. Ia nyaris tidak mengeluhkan gejala apapun sebelum akhirnya serangan stroke terjadi.

    Elsa sempat mengalami gejala pusing tidak tertahankan tiga hari sebelum serangan stroke, hingga akhirnya dibawa ke IGD. Ia kala itu dirawat secara intensif selama tiga hari dan kondisi dinilai sudah membaik sampai diperbolehkan pulang.

    “Nah besoknya langsung tiba-tiba stroke, langsung masuk IGD lagi, dirawat 4 hari,” cerita Elsa kepada detikcom, Jumat (7/2/2024).

    Elsa menyebut banyak faktor di balik pemicu stroke yang dialaminya. Salah satunya, berkaitan dengan pola hidup tidak sehat.

    “Nggak pernah olahraga, tidur selalu jam 2 subuh, makan makanan fast food,” sebutnya.

    Kebiasaan tersebut yang juga membuat Elsa memiliki riwayat kolesterol dan kadar darah tinggi.

    Kondisi Terkini

    Elsa masih harus menjalani fisioterapi di rumah sakit, butuh waktu lama untuk benar-benar pulih. Saat pertama terkena stroke, sebagian tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan.

    “Sekarang tinggal bicara masih pelor, masih lambat, kaya orang lemot. Yang nggak bisa gerak tuh awalnya kan tangan kiri sama kaki kiri, tetapi sekarang sudah bisa,” cerita dia.

    Meski dipicu beragam faktor, Elsa berpesan untuk menghindari terlalu banyak konsumsi makanan tidak sehat, termasuk makanan instan kemasan, tinggi gula dan garam serta mengandung lemak jenuh atau transfat.

    (naf/kna)

  • Warga Jateng, Begini Cara Daftar Cek Kesehatan Gratis Jika Tak Punya HP – Halaman all

    Warga Jateng, Begini Cara Daftar Cek Kesehatan Gratis Jika Tak Punya HP – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) secara serentak akan dilaksanakan mulai Senin, 10 Februari 2025.

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) sendiri memastikan sebanyak 881 puskesmas siap mendukung program CKG tersebut.

    Bagi warga Jateng yang akan melakukan cek kesehatan gratis dapat mempersiapkan aplikasi SATUSEHAT Mobile di Smartphone atau HP.

    Lantas, bagaimana jika tidak mempunyai HP?

    Sementara itu, bagi balita, anak prasekolah, lansia, dan penyandang disabilitas, dapat mendaftar melalui orang tua atau sanak keluarga. 

    Adapun bayi baru lahir dapat didaftarkan oleh petugas melalui website ASIK.

    “Bagi yang tidak punya handphone itu bisa datang langsung, tetapi sekali lagi, dari Puskesmas ada kuota untuk cek kesehatan gratis.” 

    “Selain menggunakan aplikasi juga bisa menggunakan chat bot Kemenkes RI 0812 7887 8812,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, Yunita Dyah Suminar, Jumat (7/2/2025) sore. 

    Selain itu, Dinkes Jateng juga membuka layanan panggilan 0811 262 2000, atau layanan melalui Whatsapp di 0811 2622 200.

    “Bagi masyarakat yang belum memahami tentang alur prosedur dan bagaimana download Satu Sehat.”

    “Silakan akses nomor tersebut, berharap masyarakat bisa memanfaatkan cek kesehatan gratis di Provinsi Jawa Tengah,” pungkas Yunita. 

    Apa saja yang diperiksa?

    1. Bayi baru lahir usia 0-2 hari: pemeriksaan penyakit jantung bawaan kritis, defisiensi G6PD, penyakit empedu dan saluran empedu, pertumbuhan, hipertiroid kongenital, dan hiperplasia adrenal kongenital. 

    2. Balita: pertumbuhan, perkembangan, tuberkulosis, telinga, mata, gigi, talasemia, dan diabetes melitus.

    3. Dewasa

    Tahap satu: tekanan darah, diabetes melitus, gizi, tuberkulosis, kanker payudara, kanker paru, kanker leher rahim, kanker usus besar, PPOK, pemeriksaan telinga, mata, pemeriksaan hati, pemeriksaan calon pengantin, dan gigi.

    Tahap dua: pemeriksaan stroke, jantung meliputi profil lipid dan EKG, pemeriksaan ginjal, dan pemeriksaan kanker hati atau sirosis. 

    4. Khusus lansia, pemeriksaan ditambah dengan cek geriatri.

    (Tribunnews.com/Widya)

  • Pulang dari Jakarta, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji Langsung Salatkan Jenazah Ibunda

    Pulang dari Jakarta, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji Langsung Salatkan Jenazah Ibunda

    Pacitan (beritajatim.com) – Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji tiba di Pendopo Kabupaten Pacitan, setelah kunjungan kerja di Jakarta. Tanpa menunda waktu, Ia langsung bergegas menuju rumahnya di Lingkungan Blumbang, Kelurahan Ploso, Pacitan, yang masih dipenuhi para pelayat.

    Sejumlah unsur Forkopimda, sanak saudara, serta Wakil Bupati Pacitan Gagarin turut menyambut kedatangannya. Sesampainya di rumah, Mas Aji sapaan akrabnya langsung memeluk sang ayah, Sudjono, dengan penuh haru. Ia kemudian mendatangi jenazah ibundanya, Endang Widowati, dan langsung menyalatkannya.

    Tangis tak terbendung saat Bupati Indrata menatap wajah ibunya untuk terakhir kali sebelum prosesi pemakaman.

    Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemkab Pacitan, Lutfi Azza Azizah, menyampaikan bahwa jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kucur, Kriyan, Kelurahan Sidoharjo, Pacitan, sekitar pukul 15.00 WIB.

    “Pemakaman dilakukan setelah Bupati Indrata tiba dari Jakarta,” kata Lutfi, Jumat sore.

    Sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat hadir dalam prosesi pemakaman, untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhumah.

    Diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, Endang Widowati mengalami penurunan kesehatan akibat stroke, yang menyebabkan sebagian tubuhnya tidak dapat bergerak normal.

    Endang meninggal dunia di usia 76 tahun. Perempuan kelahiran Pacitan, 28 Oktober 1948, ini meninggalkan seorang suami, lima anak, dan tujuh cucu. Bupati Indrata merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Kakak-kakaknya adalah Indriani, Indra Widya Agustina, Tanti Asari, dan Wisnu Pribadi.

    “Almarhumah adalah sosok ibu yang sangat dihormati. Semua merasa kehilangan. Doa kita semua semoga husnul khatimah dan ibadahnya diterima di sisi Allah SWT,” kata Lutfi, yang merupakan Purna STPDN angkatan 13.

    Kepergian Endang Widowati meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat Pacitan. Semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. (end/ian)

  • Cek Kesehatan Gratis Dimulai 10 Februari! Ini Jenis Pemeriksaan yang Tersedia

    Cek Kesehatan Gratis Dimulai 10 Februari! Ini Jenis Pemeriksaan yang Tersedia

    Jakarta

    Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Ulang Tahun dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) akan mulai dilaksanakan serentak pada Senin (10/2) di puskesmas dan klinik. Namun, CKG Ulang Tahun ini tidak diperuntukkan bagi anak-anak sekolah berusia 7-17 tahun.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes RI Maria Endang Sumiwi mengatakan CKG Ulang Tahun ini dikhususkan untuk anak-anak berusia 0-6 tahun dan 18 tahun ke atas. Sementara, anak sekolah berusia 7-17 tahun, pemeriksaan kesehatan akan dilakukan di sekolah.

    “Kenapa kami bagi? Ini untuk mengantisipasi kemampuan layanan kita. Jadi yang kesehatan ulang tahun itu selain yang usia SD, SMP, dan SMA. Ini akan kita mulai besok hari Senin. Seluruh puskesmas kita sudah siap,” kata dr Maria Endang di kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2025).

    “Untuk yang ulang tahun Januari sesuai tanggalnya plus 30 hari, itu bisa mengakses pemeriksaan kesehatan ulang tahun,” lanjutnya.

    Terkait cek kesehatan gratis di sekolah, Maria Endang mengatakan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2025. Ini bertepatan dengan tahun ajaran baru. Kemenkes saat ini sedang menyiapkan program tersebut.

    Selain CKG Ulang Tahun dan CKG sekolah, Kemenkes juga menyediakan CKG Khusus yang diperuntukkan untuk ibu hamil dan balita.

    Berikut adalah jenis-jenis pemeriksaan yang ada di CKG Ulang Tahun.

    Bayi Baru Lahir

    Kekurangan hormon tiroid bawaanKekurangan enzim pelindung sel darah merah (G6PD)Kekurangan hormon adrenal bawaanPenyakit jantung bawaan kritisKelainan saluran empeduPertumbuhan (berat badan)

    Balita dan Anak Prasekolah

    PertumbuhanPerkembanganTuberkulosisTelingaMataGigiTalasemia (pemeriksaan darah pada usia 2 tahun saja)Gula darah (pemeriksaan darah pada usia 2 tahun saja)

    Dewasa dan Lansia

    MerokokTingkat aktivitas fisikStatus giziGigiTekanan darahGula darahRisiko stroke, risiko jantung (usia 40 tahun atau lebih)Fungsi ginjal (usia 40 tahun atau lebih)TuberkulosisPenyakit paru obstruktif kronis (PPOK)Kanker payudara (usia 30 tahun atau lebih)Kanker leher rahim (usia 30 tahun atau lebih)Kanker paru (usia 45 tahun atau lebih)Kanker usus besar (usia 50 tahun atau lebih)MataTelingaJiwaHati (Hepatitis B, C, dan sirosis)Calon pengantin (anemia, sifilis, HiV)Geriatri (usia 60 tahun atau lebih)

    (dpy/up)

  • Studi Terbaru Ungkap ‘Alumni’ COVID-19 Lebih Berisiko Kena Serangan Jantung

    Studi Terbaru Ungkap ‘Alumni’ COVID-19 Lebih Berisiko Kena Serangan Jantung

    Jakarta

    COVID-19 ternyata masih meninggalkan ketakutan bagi para alumninya. Studi terbaru menyebut, mereka yang pernah terpapar COVID-19 lebih berisiko terkena serangan jantung, bahkan setelah pemulihan.

    Penelitian ini dipublikasikan dalam Radiological Society of North America (RSNA). Studi ini menemukan bukti bahwa ‘serangan’ SARS-CoV-2 dikaitkan dengan percepatan penumpukan plak di arteri koroner, sehingga meningkatkan komplikasi terkait jantung.

    “COVID-19 yang disebabkan SARS-CoV-2 awalnya ditandai dengan cedera paru-paru akut dan gagal napas,” kata penulis senior di studi tersebut, Junbo Ge MD.

    Junbo yang Direktur Departemen Kardiologi di Rumah Sakit Zhongshan, Tiongkok ini menambahkan bahwa COVID-19 juga melibatkan respons peradangan ekstrem dan dapat memengaruhi kesehatan sistem kardiovaskular.

    Bagaimana Penelitian Ini Dilakukan?

    Para peneliti memeriksa perubahan pada jaringan di sekitar arteri koroner menggunakan Coronary Computed Tomography Angiography (CCTA). Tanda-tanda peradangan, penumpukan plak, dan risiko tinggi penyumbatan arteri menjadi fokus yang diperiksa.

    Studi ini mengamati 803 pasien yang menjalani CCTA, antara September 2018 dan Oktober 2023 dengan usia rata-rata 63,9 tahun. Tim peneliti menganalisis 2.588 lesi arteri koroner dari 2.108 pasien terinfeksi dan 480 pasien tidak terinfeksi.

    Mereka membandingkan terkait volume plak, risiko plak tinggi, peradangan, dan masalah jantung seperti serangan jantung atau prosedur revaskularisasi.

    Paparan virus tersebut ternyata diketahui dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Pada pasien dengan SARS-CoV-2, volume plak meningkat lebih cepat daripada mereka yang tidak terinfeksi.

    Lesi pada pasien yang terinfeksi memiliki peluang untuk menjadi plak berisiko tinggi (20,1 persen vs 15,8 persen) dan menunjukkan lebih banyak peradangan koroner (27 persen vs 19,9 persen).

    Selain itu, pasien yang terpapar COVID-19 juga menunjukkan risiko lebih tinggi kegagalan lesi target (10,4 persen vs 3,1 persen), yang menandakan adanya peningkatan risiko serangan jantung atau stroke.

    “Peradangan setelah COVID-19 dapat menyebabkan pertumbuhan plak berkelanjutan, terutama pada plak berisiko tinggi yang tidak mengalami kalsifikasi,” kata Junbo Ge.

    “Pasien dengan infeksi SARS-CoV-2 berisiko lebih tinggi mengalami infark miokard, sindrom koroner akut, dan stroke hingga satu tahun,” sambungnya.

    Junbo Ge menambahkan efek ini dapat bertahan lama setelah infeksi, terlepas dari penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, bahkan usia pasien.

    (dpy/kna)

  • 5 Cara Simpel Kurangi Risiko Sakit Jantung Tanpa Bantuan Obat    
        5 Cara Simpel Kurangi Risiko Sakit Jantung Tanpa Bantuan Obat

    5 Cara Simpel Kurangi Risiko Sakit Jantung Tanpa Bantuan Obat 5 Cara Simpel Kurangi Risiko Sakit Jantung Tanpa Bantuan Obat

    Jakarta

    Jantung merupakan salah satu organ paling vital yang ada di tubuh. Organ ini memiliki tugas utama memompa darah ke seluruh tubuh dan memastikan seluruh sel tubuh bisa mendapatkan oksigen yang cukup.

    Oleh karena itu, kesehatan jantung dan kardiovaskular harus sangat diperhatikan masyarakat. Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga jantung sehat hingga bertahun-tahun:

    1. Naik Tangga

    Menjaga aktivitas fisik merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kesehatan jantung. Memilih untuk naik tangga menjadi salah satu langkah paling sederhana untuk menerapkan hal tersebut.

    Olahraga teratur memperkuat otot jantung dan membuat tubuh lebih efisien dalam menarik oksigen dari darah. Olahraga juga menurunkan tekanan darah dan kadar glukosa serta membantu mengurangi kelebihan lemak tubuh yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan metabolisme lainnya.

    American Heart Association merekomendasikan agar orang dewasa melakukan aktivitas aerobik sedang selama 150 menit per minggu. Namun, karena berbagai kesibukan, aktivitas-aktivitas fisik harian seperti memperbanyak jalan kaki atau naik tangga sangat disarankan.

    2. Berhenti Merokok dan Batasi Alkohol

    Menurut American Heart Association, sepertiga kematian yang berhubungan dengan masalah kesehatan jantung disebabkan oleh merokok. Kebiasaan merokok dapat memicu peradangan, meningkatkan penumpukan plak, dan meningkatkan kemungkinan plak pecah dan membentuk gumpalan darah.

    Ketika gumpalan darah terbentuk, itu dapat memicu terjadinya serangan jantung atau stroke. Konsultasi medis ke dokter dan psikologi disarankan untuk orang-orang yang terlanjur memiliki kebiasaan merokok.

    Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan asupan kalori keseluruhan dan meningkatkan kadar lemak tertentu seperti trigliserida.

    “Minum alkohol secara berlebihan dapat memicu masalah tekanan darah tinggi, aritmia, dan gagal jantung. Alkohol sebenarnya adalah racun bagi jantung,” ujar ahli jantung Columbia University Irving Medical Center, Dr Jennifer Haythe dikutip dari CNA, Kamis (6/2/2025).

    3. Cek Kesehatan Rutin

    Memeriksakan tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula darah secara rutin merupakan langkah awal yang baik untuk menjaga kesehatan jantung. Ini penting untuk mengatasi masalah kardiovaskular lebih dini untuk mencegah keparahan.

    “Jadi, mulailah dengan mengunjungi dokter perawatan primer Anda untuk memeriksakan angka-angka Anda,” kata ahli jantung preventif Feinberg School of Medicine di Northwestern University, Dr Sadiya Khan.

    Kunjungan ke dokter juga dapat memberikan kesempatan diri untuk berkonsultasi lebih lanjut hingga memetakan perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kardiovaskular.

    NEXT: Apa makanan yang harus dikonsumsi?

    4. Jaga Istirahat Berkualitas

    Mendapatkan tidur berkualitas selama 7-9 jam sangat penting untuk menjaga kesehatan jantung dan metabolisme yang lebih baik. Kurang tidur dapat meningkatkan hormon stres yang dapat memicu peradangan dan meningkatkan risiko penumpukan plak di arteri.

    “Hal ini dapat mengganggu ritme sirkadian dan mengganggu metabolisme, yang menyebabkan penambahan berat badan, resistensi insulin, dan akhirnya, diabetes tipe 2,” kata Dr Lara-Breitinger, kardiologis dari Mayo Clinic Minnesota.

    Ada banyak hal yang dapat mengganggu tidur malam yang nyenyak. Tetapi sebisa mungkin, cobalah mengikuti rutinitas tidur harian, hindari kafein di penghujung hari, dan jadwalkan waktu bebas screen time untuk menenangkan diri sebelum tidur.

    5. Belanja Makanan Sehat

    Makanan merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan jantung. Beberapa jenis makanan yang disarankan untuk menjaga kesehatan kardiovaskular meliputi biji-bijian utuh, protein rendah lemak, serta buah dan sayur segar.

    Sebagai contoh pola makan yang rendah lemak jenuh dan mengutamakan kacang-kacangan seperti diet mediterania dapat membantu mengurangi kadar kolesterol low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dalam tubuh. Kadar kolesterol jahat yang tinggi dikaitkan dengan risiko pembentukan plak arteri yang lebih besar.

    Oleh karena itu, penting untuk mengombinasikan daging merah rendah lemak dengan daging unggas, ikan, dan protein nabati. Selain itu hindari juga mengonsumsi makanan ultra proses yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.