Topik: stroke

  • Temuan Cek Kesehatan Gratis, Warga +62 Paling Banyak Kena Penyakit Ini

    Temuan Cek Kesehatan Gratis, Warga +62 Paling Banyak Kena Penyakit Ini

    Jakarta – Kementerian Kesehatan RI merilis temuan data dari program cek kesehatan gratis (CKG). Sejak dimulai pada Februari 2025, sudah lebih 8 juta warga Indonesia mengikuti pemeriksaan kesehatan besutan pemerintah ini.

    Program ini dilaksanakan di 9.552 puskesmas di 38 provinsi. Sebanyak 8.623.665 orang telah mengikuti pemeriksaan, dengan mayoritas peserta yakni 62,24 persen adalah perempuan.

    “Ini artinya 2 dari 3 peserta adalah perempuan. Artinya, kesadaran kaum perempuan untuk memeriksakan diri jauh lebih tinggi. Namun kami juga mendorong kaum laki-laki agar tidak ragu untuk cek kesehatan secara berkala,” ujar Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya, Kamis (12/6/2025).

    Masalah kesehatan terbanyak

    Dari hasil pemeriksaan tersebut, ada empat masalah kesehatan yang paling banyak dialami warga Indonesia yakni hipertensi, kerusakan gigi, diabetes dan obesitas.

    Lebih rinci, data Kementerian Kesehatan per 12 Juni 2025 menunjukkan 1 dari 5 peserta mengalami hipertensi, 5,9 persen mengalami diabetes melitus, dan 1 dari 2 peserta mengalami masalah gigi dan mulut, mulai dari gigi berlubang, gigi goyang, hingga gusi turun.

    Obesitas sentral juga menjadi perhatian, dengan prevalensi 50 persen pada perempuan dan 25 persen pada laki-laki, berdasarkan pengukuran lingkar pinggang (>90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan).

    “Tiga masalah besar lainnya hipertensi, diabetes, dan obesitas adalah faktor risiko utama penyakit jantung dan stroke. Dan dua penyakit inilah penyebab kematian nomor satu dan dua di Indonesia,” jelas Menkes.

    (kna/kna)

  • Tak Banyak yang Tahu, Sering Makan Pepaya Bisa Cegah 6 Penyakit Ini

    Tak Banyak yang Tahu, Sering Makan Pepaya Bisa Cegah 6 Penyakit Ini

    Jakarta – Pepaya menjadi salah satu buah yang menjadi favorit banyak orang. Ini karena pepaya memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan, sehingga mampu mencegah tubuh terserang penyakit-penyakit tertentu.

    Dalam satu buah pepaya berukuran kecil (152 gram) mengandung sekitar:

    59 kalori15 gram karbohidrat3 gram serat1 gram proteinVitamin C 157 persen dari RDI (Recommended Dietary Intakes)Vitamin A 33 persen dari RDIFolat (vitamin B9) 14 persen dari RDIKalium 11 persen dari RDISejumlah kecil kalsium, magnesium, dan vitamin B1, B3, B5, E, dan K.

    Di sisi lain, pepaya memiliki vitamin B, alfa dan beta-karoten, lutein dan zeaxanthin, vitamin E, kalsium, kalium, vitamin K, dan likopen, antioksidan kuat paling umum dikaitkan dengan tomat.

    Berikut adalah sederet penyakit yang bisa dicegah saat rutin mengonsumsi pepaya.

    1. Masalah Mata

    Beberapa senyawa organik yang ada dalam pepaya dapat membantu mencegah peradangan dan stres oksidatif penyakit mata yang berkaitan dengan usia, seperti degenerasi makula.

    Senyawa bernama likopen dapat membantu melindungi epitel pigmen retina, yakni bagian retina yang penting untuk penglihatan sehat dari peradangan dan stres oksidatif.

    Pepaya juga mengandung karoten, senyawa yang memberi warna oranye khas pada pepaya. Karoten memiliki kaitan dengan peningkatan penglihatan dan pencegahan rabun senja.

    Zeaxanthin, antioksidan dalam pepaya, menyaring sinar biru yang berbahaya. Zat ini dianggap berperan dalam melindungi kesehatan mata dan dapat menangkal degenerasi makula.

    2. Asma

    Pepaya juga bisa menjadi makanan yang dapat membantu menurunkan risiko asma, dan mencegah kondisi tersebut kian memburuk. Ini karena pepaya mengandung antioksidan, serat, dan vitamin D.

    Nutrisi ini juga membantu fungsi sistem kekebalan tubuh yang biasanya bekerja berlebihan pada pengidap asma.

    Sebuah studi pada 2022 juga mengaitkan asupan karoten, likopen, dan zeaxanthin yang lebih tinggi dengan risiko yang lebih rendah terkena asma pada orang dewasa. Sementara, pepaya mengandung ketiga senyawa organik ini.

    3. Kanker

    Senyawa-senyawa yang ada di dalam pepaya seperti likopen, zeaxanthin, dan lutein, memiliki efek antikanker.

    Sebuah tinjauan pada 2022 menjelaskan beberapa penelitian menunjukkan likopen memiliki sifat antikanker, terutama terhadap kanker prostat, zeaxanthin memiliki efek menguntungkan pada sel kanker lambung. Sementara lutein secara selektif memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara.

    4. Diabetes

    Penelitian menunjukkan pengidap diabetes tipe 1 yang mengonsumsi makanan berserat tinggi memiliki kadar glukosa darah lebih rendah. Selain itu, pengidap diabetes tipe 2 yang mengikuti diet tinggi serat mungkin mengalami peningkatan kadar gula darah, lipid, dan insulin.

    Sebagai informasi, satu buah pepaya kecil (152 gram) mengandung 3 gram serat, dengan hanya 15 gram karbohidrat.

    5. Masalah Pencernaan

    Kandungan serat dan air yang cukup banyak dalam pepaya dapat membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Ini dapat membantu mencegah sembelit dan meningkatkan keteraturan, serta kesehatan saluran pencernaan.

    6. Penyakit Jantung

    Antioksidan dalam pepaya, seperti likopen, dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Pepaya juga mengandung serat, yang juga dapat membantu menurunkan kolesterol.

    Kalium dalam pepaya juga bermanfaat bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.

    Peningkatan asupan kalium bersamaan dengan penurunan asupan natrium adalah perubahan pola makan terpenting yang dapat dilakukan seseorang untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

    (dpy/naf)

  • Tingkatkan Layanan, Mayapada Healthcare Gandeng Bupa International

    Tingkatkan Layanan, Mayapada Healthcare Gandeng Bupa International

    Jakarta – Mayapada Healthcare (PT Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk.) memperkuat kemitraan strategis dengan Bupa International, penyedia asuransi kesehatan premium asal Inggris, guna menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional bagi para nasabah, yang mayoritas merupakan ekspatriat.

    Kerja sama ini ditandai lewat penandatanganan Collaboration Agreement oleh Associate Director Commercial Mayapada Healthcare,dr. Christanti Triradiani, Network Development Consultant Bupa International Karthi Rajaseharan, dan perwakilan manajemen Global Excel Indonesia dr. Andi Saputro, di Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta Selatan.

    Dengan dukungan Global Excel sebagai Third-Party Administrator (TPA), kemitraan ini menghadirkan layanan kesehatan menyeluruh untuk nasabah Bupa di Indonesia. Fasilitas yang disiapkan antara lain penanganan kegawatdaruratan dan ambulans yang siaga 24 jam, termasuk untuk kasus serangan jantung melalui Cardiac Emergency, kasus stroke melalui Stroke Emergency, kasus kecelakaan melalui Trauma Emergency, serta layanan emergency Ibu dan Anak (Woman & Children).

    Untuk kenyamanan pasien, tersedia juga tenaga medis bilingual termasuk dokter dan perawat, VIP Lounge, dan pendampingan dari VIP Patient Relation Officer (PRO). Seluruh layanan dapat diakses melalui sistem cashless untuk mempercepat proses administrasi.

    Chief Commercial Officer Mayapada Healthcare, Benjamin Winoto, menyebut kerja sama ini sebagai bentuk kepercayaan mitra global terhadap kualitas layanan Mayapada Hospital yang sudah berstandar internasional dan mengantongi akreditasi Joint Commission International (JCI).

    “Kemitraan dengan Bupa International merupakan salah satu wujud nyata kepercayaan mitra internasional terhadap layanan kesehatan berstandar internasional yang disediakan Mayapada Healthcare,” ujar Benjamin dalam keterangannya, Sabtu (14/6/2025).

    Tak hanya itu, Mayapada juga menyediakan manfaat tambahan bagi peserta asuransi Bupa seperti antar-jemput bandara, telekonsultasi eksklusif, layanan mata di Mayapada Eye Centre (MEC) dengan pendamping Vision Assistant (VIA), serta program wellness untuk kebugaran dan pencegahan penyakit seperti diabetes dan obesitas.

    Network Development Consultant Bupa International, Karthi Rajaseharan, menyatakan pihaknya yakin kolaborasi ini memberikan nilai lebih bagi nasabah, termasuk ekspatriat yang membutuhkan layanan kesehatan berkualitas tinggi dan terpercaya.

    “Kami senang dapat memperkuat kolaborasi kami dengan Mayapada Healthcare malalui kerja sama yang lebih komprehensif di seluruh unit Mayapada Hospital. Kami percaya bahwa kemitraan ini akan memberikan nilai lebih bagi nasabah Bupa di Indonesia, termasuk para ekspatriat yang membutuhkan layanan kesehatan berkualitas internasional,” ujarnya.

    Hal senada disampaikan dr. Andi Saputro dari Global Excel Indonesia yang menegaskan komitmen mereka dalam memastikan proses klaim berjalan efisien dan pengalaman berobat tetap optimal.

    “Kami mendukung kolaborasi antara Mayapada Healthcare dan Bupa International dengan memastikan pengelolaan klaim yang efisien dan pengalaman layanan kesehatan yang optimal bagi nasabah yang berobat di Mayapada Hospital,” ungkapnya.

    Bupa International menjadi salah satu mitra dari banyak mitra asuransi internasional yang telah bekerja sama dengan Mayapada Healthcare. Seluruh nasabah Bupa kini bisa mengakses layanan kesehatan paripurna di unit Mayapada Hospital yang tersebar di lokasi-lokasi strategis seperti Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bandung, Bogor, dan Ibu Kota Nusantara (IKN).

    Beberapa layanan unggulan lain yang bisa diakses antara lain Oncology Center, Tahir Neuroscience Center, Uro-Nephrology Center, Internal Medicine Center, Orthopedic Center, Obstetric and Gynecology Center, serta Pediatric Center. Mayapada Hospital juga akan segera menghadirkan dua layanan terbaru, yaitu Sugar Clinic untuk penanganan diabetes secara komprehensif, dan Chest Pain Clinic untuk deteksi dini dan penanganan nyeri dada yang berhubungan dengan penyakit jantung.

    (prf/ega)

  • Menkes Siapkan Aturan Tunjangan Rp 30 Juta, Dokter Spesialis Apa Saja yang Dapat?

    Menkes Siapkan Aturan Tunjangan Rp 30 Juta, Dokter Spesialis Apa Saja yang Dapat?

    Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin tengah memperjuangkan aturan baru terkait tunjangan bagi para dokter spesialis. Mereka, kemungkinan akan mendapatkan insentif hingga Rp 30 juta.

    “Kemenkes mungkin tinggal sebentar lagi mendapatkan tunjangan khusus, tapi ini masih untuk dokter spesialis ya karena kita kan ada program KJSU (Kanker, Jantung, Stroke, dan Uronefrologi),” kata Menkes saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).

    “Mudah-mudahan bulan depan bisa keluar untuk tunjangan Rp 30 juta per bulan, bagi 8.000-an dokter spesialis yang kerja di daerah. Ini butuh waktu hampir 12 bulan untuk meyakinkan Menteri Keuangan dan Menpan-RB,” sambungnya.

    Ini merupakan apresiasi bagi para dokter spesialis di 150-an Kabupaten/Kota di daerah terpencil. Menkes juga menjelaskan dokter-dokter spesialis yang apa yang nantinya akan mendapatkan tunjangan.

    “Dokter spesialisnya yang tujuh yang dasar, penyakit dalam, anak, obgyn anestesi, bedah, dan patologi klinik, dan spesialis penyakit yang jadi program utamanya kita, jantung, stroke, kanker,” katanya.

    Tunjangan ini, lanjut Menkes akan diberikan di luar gaji pokok yang didapatkan oleh dokter tersebut.

    Jika nantinya program ini sudah berjalan, Menkes Budi menambahkan tunjangan ini bisa dirasakan oleh dokter lain, salah satunya dokter gigi.

    “Kalau ini nanti ini sudah jalan, kami bisa coba ke dokter gigi. Ya mungkin nggak Rp 30 juta, ya berapalah mungkin Rp 10 atau Rp 15 juta,” tutupnya.

    (naf/naf)

  • Dokter Ungkap 4 Alasan Kasus Stroke Usia Muda Makin Banyak Ditemukan di RI

    Dokter Ungkap 4 Alasan Kasus Stroke Usia Muda Makin Banyak Ditemukan di RI

    Jakarta – Stroke merupakan penyakit fatal yang dapat mengakibatkan kecacatan atau kematian pada pengidapnya. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stroke di RI mencapai 8,3 per 1.000 penduduk.

    Data tersebut juga menunjukkan bahwa stroke adalah salah satu penyakit dengan beban pengeluaran tertinggi ketiga setelah jantung dan kanker, sebesar Rp 5,2 triliun pada tahun 2023.

    Stroke umumnya lebih sering dialami oleh pasien berusia 40 tahun ke atas. Namun belakangan, kasus stroke makin sering ditemukan pada anak muda. Memang apa yang menjadi pemicunya?

    Penyebab Kasus Stroke di Usia Muda Makin Banyak

    1. Pencatatan Laporan Lebih Kuat

    Spesialis radiologi Dr dr Jacub Pandelaki, SpRad menuturkan faktor utama kenaikan kasus stroke di kalangan anak muda adalah pencatatan kasus yang lebih baik. Menurutnya, ini adalah hal yang baik sehingga data kasus yang terkumpul lebih lengkap.

    “Satu, kecepatan laporan kasus stroke di media, ini sangat bagus sebenarnya, kejadian apapun sekarang sudah pasti terekspose, sangat cepat,” kata dr Jacub beberapa waktu lalu.

    2. Deteksi Makin Canggih

    Selain itu, pemeriksaan yang semakin canggih juga menjadi salah satu penyebab makin banyak ditemukannya kasus stroke pada anak muda. Hal ini menurut dr Jacub penting untuk mengetahui risiko stroke lebih dini.

    “Kedua, adalah teknologi deteksi, deteksi ini makin canggih, jadi orang muda-muda ini yang terkena stroke terdeteksi, begitu juga saat dia terkena kanker dan penyakit lain, lebih mudah diketahui, bahkan dari rentang usia bayi sampai orangtua dengan jenis penyakit yang berbeda,” sambung dr Jacub.

    3. Gaya Hidup Makin Buruk

    Gaya hidup memainkan peranan besar dalam risiko penyakit stroke pada anak muda. dr Jacub menilai pola makan anak muda sekarang sudah berbeda jauh dengan masa lampau.

    Makanan siap saji yang serba praktis kini menjadi pilihan utama banyak orang. Padahal, makanan seperti ini biasanya mengandung kadar gula, lemak, dan garam yang tinggi. Ini juga belum ditambah zat kimia lain yang biasanya ditambahkan ke dalam makanan instan.

    Kebiasaan ini dapat memunculkan berbagai faktor risiko stroke, seperti diabetes, obesitas, hingga tekanan darah tinggi.

    “Pola hidup orang kita kan sekarang beda, dulu makan mi instan saja jarang, sekarang kita semua sudah ada fast food, dan umumnya disajikan dengan cara digoreng, kalau rebus, sebetulnya lebih sehat,” katanya.

    “Jadi pola hidup mempunyai pengaruh yang besar, itulah kenapa pada usia muda sekarang ini bisa dimungkinkan terkena stroke,” tandas dr Jacub.

    4. Kondisi Bawaan

    Stroke pada anak muda juga dapat disebabkan oleh kondisi bawaan moya-moya. Moya-moya merupakan faktor risiko non-klasik stroke berupa kelainan genetik yang mempengaruhi pembuluh darah otak, khususnya arteri karotis interna.

    Arteri ini menyempit dan bahkan dapat tersumbat, sehingga mengurangi aliran darah ke otak. Penyempitan ini menyebabkan pembentukan pembuluh darah kecil yang baru di sekitar daerah tersumbat.

    Moya-moya dapat memicu stroke pada pasien di rentang usia 20-30-an. Seorang dengan riwayat genetik keluarga moya-moya memiliki risiko stroke 10-15 persen lebih tinggi.

    “Kasus moya-moya di Indonesia belum diketahui, tetapi diduga sama seperti laporan kasus negara lain, misalnya Jepang, 0,5 per 100 ribu orang,” kata dr Reza Aditya Arpandy, SpS terpisah.

    (avk/tgm)

  • Honda Neo Sport Cafe CB650R Terbaru Meluncur di Indonesia

    Honda Neo Sport Cafe CB650R Terbaru Meluncur di Indonesia

    Jakarta

    PT Astra Honda Motor (AHM) merilis big bike CB650R terbaru untuk Indonesia. Motor dengan tema Neo Sport Cafe ini punya sejumlah penyegaran dari fitur dan desain.

    Honda CB650R masih tetap mengusung konsep retro modern. Motor ‘batangan’ ini mengalami pembaruan pada desain lampu depan dan belakang. Desain teranyar berbentuk bulat pada lampu depan dan belakang dilengkapi dengan empat LED besar.

    Selanjutnya, Honda CB650R mengalami sentuhan desain shroud bertekstur terbaru dengan nuansa premium metalic.

    Honda CB650R Foto: Dok. Astra Honda Motor

    Fitur teranyar Honda CB605R 2025 ini adalah Honda E-Clutch. Pengendara untuk mengontrol kopling secara otomatis dengan tetap memberikan opsi bagi pengendara untuk menarik tuas kopling secara manual jika diinginkan.

    Selanjutnya, penyematan 5″ TFT Panel Meter dengan Honda RoadSync merupakan fitur baru yang memberikan kemudahan dalam mengontrol berbagai fungsi melalui konektivitas smartphone, sehingga semakin mengedapankan kenyamanan serta keselamatan saat mengeksplorasi keindahan jalanan.

    Honda CB650R Foto: Dok. Astra Honda Motor

    Motor ini punya khas suara mesin 4 silinder yang padat. Di baliknya terdapat mesin 649cc 4-stroke 16-valve DOHC inline-4 cylinder, CB650R yang bisa memuntahkan tenaga maksimal 66,5 kW/ pada 11.000 rpm.

    Sistem Honda Selectable Torque Control (HSTC) pada model ini membantu menjaga traksi roda belakang, sementara assist/slipper clutch membuat perpindahan gigi lebih halus dan ringan. Dipadukan dengan system keamanan Emergency Stop Signal (ESS) yang mengaktifkan lampu hazard atau lampu sein berkedip-kedip cepat untuk memberikan peringatan ketika pengendara melakukan pengereman mendadak.

    Penggunaan suspensi belakang yang dapat disesuaikan, serta suspensi depan Showa SFF-BP 41mm menggunakan desain yang memisahkan fungsi garpu depan dan memiliki ukuran piston yang lebih besar, sehingga mampu memberikan kinerja pengereman yang lebih optimal.

    Honda CB650R tersedia dalam dua warna, Matte Gunpowder Black Metallic dan Candy Chromosphere Red, dengan harga Rp 307.714.000 (on the road Jakarta). Motor ini dapat ditemukan di jaringan dealer Big Wing Honda yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.

    “Dengan penyematan teknologi terbaru pada model ini, kami terus berkomitmen untuk menghadirkan motor besar yang lebih fleksibel, gaya, dengan beragam inovasi canggih. Desain modern dipadukan dengan teknologi mutakhir memberikan kenyamanan serta kebanggaan yang tak tertandingi di setiap perjalanan Anda,” ujar Marketing Direktur AHM Octavianus Dwi dalam keterangan resmi yang diterima detikcom, Jumat (13/6/2025).

    (riar/dry)

  • PCO: 8 Juta Warga Sudah Ikut Program Cek Kesehatan Gratis (CKG)

    PCO: 8 Juta Warga Sudah Ikut Program Cek Kesehatan Gratis (CKG)

    Bisnis.com, JAKARTA — Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) menyampaikan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) telah menjangkau lebih dari 8,2 juta warga Indonesia sejak diluncurkan empat bulan lalu.

    Tenaga Ahli Utama Komunikasi Kepresidenan Prita Laura mengatakan bahwa program ini menjadi salah satu inisiatif kesehatan publik terbesar di dunia yang menargetkan 280 juta penduduk dalam lima tahun, dengan 60 juta warga di tahun pertama.

    “CKG dirancang sebagai hadiah ulang tahun dari negara. Setiap warga berhak mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis senilai lebih dari Rp1 juta jika dilakukan secara mandiri,” ujarnya melalui rilis, Jumat (13/6/2025).

    Dia menjelaskan bahwa program ini secara khusus menargetkan penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan gagal ginjal yang menyumbang lebih dari 500.000 kematian per tahun.

    Pemeriksaan dilakukan melalui 9.552 puskesmas di 38 provinsi dan mencakup pengukuran tekanan darah, gula darah, pemeriksaan mata, telinga, serta kesehatan jiwa. 

    Berdasarkan data Kementerian Kesehatan mencatatkan bahwa selama pemeriksaan masyarakat, ditemukan bahwa 1 dari 5 peserta mengalami hipertensi dan 5,9% menderita diabetes mellitus. Tak hanya itu, 50% peserta mengalami masalah gigi dan mulut dan obesitas sentral ditemukan pada 50% perempuan dan 25% laki-laki

    “Biaya pengobatan penyakit-penyakit ini sangat besar, melebihi Rp20 triliun per tahun. Anggaran sebesar itu bisa digunakan untuk renovasi 10 ribu sekolah atau revitalisasi lebih dari 60 RSUD di wilayah 3T,” imbuhnya.

    Saat ini, program CKG melibatkan kolaborasi antara puluhan ribu puskesmas, ratusan dinas kesehatan, Kementerian Kesehatan, serta Kabinet Merah Putih. Semua anggota kabinet disebut terlibat aktif dalam mempromosikan CKG di masyarakat.

    Partisipasi tertinggi tercatat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, menyumbang sekitar 60% peserta nasional. Keberhasilan Jawa Tengah juga didukung oleh program inovatif daerah “Speling” atau Dokter Spesialis Keliling, yang menghadirkan layanan spesialis ke desa-desa terpencil.

    Namun, CKG juga menunjukkan ketimpangan partisipasi antara laki-laki dan perempuan. Data menunjukkan 62,2% peserta adalah perempuan, sementara laki-laki hanya 37,7%, menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran pria terhadap pentingnya deteksi dini kesehatan.

    Program CKG sejalan dengan praktik terbaik global. Di Jepang, pemeriksaan tahunan bagi pekerja diwajibkan. Di Inggris, sistem NHS menyediakan skrining gratis bagi warga usia 40–74 tahun. WHO dan Bank Dunia pun menekankan bahwa deteksi dini jauh lebih murah dibanding pengobatan penyakit kronis. 

    “CKG adalah investasi strategis nasional menyelamatkan nyawa, menjaga produktivitas, dan mengurangi beban ekonomi keluarga dan negara,” pungkas Prita.

  • 4 Jenis Penyakit yang Ditemukan Saat Program Kesehatan Gratis

    4 Jenis Penyakit yang Ditemukan Saat Program Kesehatan Gratis

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin membeberkan penemuan penting dari program cek kesehatan gratis (CKG) yang telah menjangkau lebih dari 8,2 juta warga Indonesia sejak diluncurkan pada 10 Februari 2025.

    Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, empat masalah kesehatan kronis utama yang mendominasi hasil pemeriksaan massal tersebut.

    Ia menjelaskan temuan tertinggi justru berasal dari masalah gigi, yang selama ini kurang mendapat perhatian masyarakat.

    “Yang paling tinggi ternyata masalah gigi. Kedua hipertensi, ketiga diabetes, dan keempat obesitas,” ujar Menteri Budi Gunadi Sadikin kepada wartawan, Kamis (12/6/2025).

    Ketiga masalah terakhir yaitu hipertensi, diabetes, dan obesitas juga merupakan faktor risiko utama yang berkontribusi besar terhadap penyakit jantung dan stroke, dua penyebab kematian tertinggi di Indonesia selama bertahun-tahun.

    “Setiap tahun, lebih dari setengah juta orang Indonesia meninggal karena jantung dan stroke. Akar masalahnya: tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan berat badan berlebih,” tambahnya.

    Salah satu temuan yang mengkhawatirkan adalah banyaknya warga yang tidak menyadari kondisi kesehatannya, khususnya tekanan darah tinggi dan prediabetes.

    “Penyakit-penyakit ini sering tidak menunjukkan gejala. Itulah pentingnya cek kesehatan dini,” katanya.

    Ia menekankan, deteksi dini adalah kunci pencegahan agar kondisi tidak berkembang menjadi penyakit mematikan seperti serangan jantung atau strok.

    Dari sisi partisipasi, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa perempuan lebih aktif mengikuti program CKG dibandingkan laki-laki.

    “Ini panggilan buat kita, kaum pria. Mari kita beri contoh hidup sehat. Rata-rata usia perempuan lebih panjang, salah satunya karena mereka lebih rajin cek kesehatan,” ujarnya.

  • Anggota DPRD DKI sidak pelayanan kesehatan di RSUD Cengkareng

    Anggota DPRD DKI sidak pelayanan kesehatan di RSUD Cengkareng

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, yakni Lukmanul Hakim, Gias Kumari dan Suhud Alynudin melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelayanan kesehatan di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat.

    Sidak itu dilakukan berdasarkan adanya aduan dari pasien terkait pelayanan di rumah sakit tersebut.

    “Kita memang sudah agendakan dan berdasarkan aduan, kita mau lihat pelayanan di rumah sakit seluruhnya karena pelayanannya harus lebih baik agar bisa berstandar internasional,” ujar Lukmanul kepada pers usai sidak.

    Menurut dia, pelayanan di RSUD Cengkareng sudah setara dengan pelayanan rumah sakit swasta. Namun, dia tetap meminta agar kapasitas SDM rumah sakit itu terus ditambah dan dievaluasi.

    “Ke depannya, kita minta dari man power (tenaga kerjanya), bahkan SDM-nya yang harus friendly cara melayani masyarakat,” ujar Lukmanul.

    Anggota DPRD DKI itu pun menyoroti pelayanan kepada pasien lansia dan bayi di rumah sakit tersebut.

    “Nah di RSUD ini, obat untuk lansia dan bayi itu akan diantar dari pihak rumah sakit ke alamat rumah masing-masing pasien. Jadi, enggak perlu antre,” ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati merespons usulan legislator DKI itu terkait pengembangan SDM di RSUD Cengkareng.

    “Sebenarnya pengembangan SDM itu dari sisi jumlah maupun kompetensinya kita lakukan terus-menerus. Jadi, ketika rumah sakit mengembangkan layanannya, menambah kapasitasnya, pasti kemudian juga diikuti dengan penambahan SDM,” kata dia.

    Dia berpendapat bahwa fasilitas di RSUD Cengkareng sudah cukup mumpuni untuk mendukung pelayanan kesehatan.

    “IGD-nya ada 70 tempat tidur yang sudah kita klaster. Ada klaster untuk jantung, stroke, ibu dan anak. Jadi, kalau ada kasus kegawatdaruratan jantung, stroke, atau ibu dan anak, itu bisa langsung masuk ke ruangan itu, enggak nunggu ruangan kosong,” ujar Ani.

    Tak hanya itu, RSUD Cengkareng juga punya ada 22 unit ruangan critical care.

    “Tentu di ruangan-ruangan tersebut dibutuhkan kompetensi SDM yang tinggi. Di ruangan critical care, di ruangan IGD. Jadi kita terus mengembangkan kapasitas dan kompetensi tambahan,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ini Daftar Penyakit yang Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Ini Daftar Penyakit yang Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Jakarta – Saat ini, sebanyak 8 juta warga Indonesia telah memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang tersebar di 38 provinsi. Program ini melibatkan 9.552 puskesmas, atau sekitar 93 persen dari total puskesmas yang ada di Indonesia.

    Berdasarkan data CKG, ditemukan sejumlah masalah kesehatan yang cukup banyak dialami peserta. Temuan ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatannya sejak dini.

    1. Masalah Gigi

    Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menyebut, masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada program CKG adalah masalah kesehatan gigi dan mulut.

    “Masalah yang kita temui dari cek kesehatan gratis ini, yang paling tinggi adalah gigi. Saya baru sadar begitu periksa gigi saya ada bolongnya, beberapa juga diganti. Nah masalah kesehatan gigi ini tinggi sekali, terjadi di masyarakat Indonesia,” ucapnya dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    Senada, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan juga menyebutkan lebih dari separuh dari peserta CKG memiliki masalah pada kesehatan gigi dan mulut, mulai dari gigi berlubang, gigi hilang gigi goyang, hingga gusi turun.

    “Ini 50 sampai 60 persen mengalami masalah ini,” ucapnya dalam acara yang sama.

    “Hampir dari separuh peserta CKG ini punya masalah dengan giginya. Masalah ini maksudnya giginya goyang, giginya hilang, giginya berlubang, giginya turun,” kata Iwan.

    Proporsinya semakin tinggi sejalan dengan usia. Orang dengan usia 60+ tahun menjadi yang terbanyak mengalami masalah gigi, yaitu mencapai 85,4 persen. Iwan menambahkan, ini harus menjadi perhatian, karena dari gigi mulut bisa menyebabkan penyakit yang lain.

    2. Tekanan Darah Tinggi

    Selanjutnya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penyakit ini cukup banyak ditemukan pada peserta dewasa atau 18 tahun ke atas. Pada usia 40 tahun ke atas, 1 dari 3 orang mengalami tekanan darah tinggi.

    “Pada peserta cek kesehatan gratis 20,9 persen ada hipertensi,” tambahnya.

    3. Diabetes

    Sebanyak 5,9 persen peserta cek kesehatan gratis juga mengidap diabetes. Penyakit ini juga sudah ditemukan di usia muda, mulai dari 18-29 tahun.

    Pada usia 40 tahun ke atas, 1 dari 10 orang mengalami diabetes. Sekitar 8,3 persen dialami oleh orang dengan usia 40-59 tahun dan 12 persen dialami oleh orang dengan usia 60+ tahun.

    4. Obesitas

    Obesitas atau kelebihan berat badan juga banyak ditemukan pada peserta program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Salah satu jenis yang paling umum adalah obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di area perut. Obesitas sentral didefinisikan sebagai lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada laki-laki dan lebih dari 80 cm pada perempuan.

    “1 dari 2 perempuan yang melakukan cek kesehatan gratis itu ada obesitas sentral, dan laki laki seperempatnya 1 dari 4, tinggi ini,” kata peneliti FKM UI, Iwan Ariawan, dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    Peserta Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang mengalami obesitas sentral memiliki risiko 1,5 hingga 2 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dan diabetes. Padahal, kedua penyakit tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit serius lainnya, seperti jantung dan stroke.

    (elk/suc)