Topik: stroke

  • Benarkah Ada Golongan Darah yang Nggak Tahan Cuaca Panas? Ini Penjelasannya

    Benarkah Ada Golongan Darah yang Nggak Tahan Cuaca Panas? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Golongan darah kerap dikaitkan dengan kondisi kesehatan seseorang. Mulai dari risiko sakit jantung hingga stroke.

    Tetapi, apakah ada golongan darah yang paling peka dengan suhu udara yang panas?

    Konsultan utama penyakit dalam Rumah Sakit CK Birla, Delhi, Dr Narander Singla, mengatakan sebenarnya tidak ada korelasi langsung antara golongan darah dan kepekaan seseorang terhadap panas.

    Namun, ia berpendapat bahwa penelitian menunjukkan golongan darah tertentu mungkin menunjukkan tingkat ketahanan terhadap panas yang berbeda-beda karena adanya antigen golongan darah karbohidrat pada permukaan sel.

    Antigen ini mungkin berperan dalam melindungi sel terhadap tekanan panas. Menurutnya, sel yang mengekspresikan antigen golongan darah tertentu, seperti antigen H dan A, dapat menunjukkan peningkatan ketahanan terhadap panas.

    “Hal ini berpotensi terkait dengan aktivitas enzim glukosiltransferase tertentu yang terkait dengan antigen ini, yang dapat berkontribusi terhadap perlindungan sel di bawah tekanan panas,” terang Dr Singla yang dikutip dari Indian Express, Kamis (26/6/2025).

    “Selain itu, tingkat ekspresi antigen dapat menunjukkan kemampuan sel untuk menahan guncangan panas. Jadi, sel dengan ekspresi antigen yang lebih tinggi mungkin lebih tahan panas,” sambungnya.

    Konsultan kedokteran umum Rumah Sakit Medicover, Kharghar, Navi Mumbai, Dr Badal Taori, menjelaskan orang dengan golongan darah O dikatakan memiliki kadar adrenalin yang lebih tinggi, yang dapat meningkatkan denyut jantung dan suhu tubuh selama stres atau aktivitas fisik, serta tubuh mereka dapat menghasilkan lebih banyak panas.

    “Di sisi lain, orang dengan golongan darah AB atau B mungkin memiliki toleransi terhadap panas karena perbedaan sirkulasi darah dan respons imun, meskipun klaim ini tidak diverifikasi atau bahkan terbukti,” jelas Dr Badal.

    Kaitan Golongan Darah dan Kesehatan

    Meskipun golongan darah tampaknya tidak mempengaruhi seberapa banyak panas yang dirasakan seseorang secara langsung, golongan darah tertentu kerap dikaitkan dengan risiko kesehatan. Dr Singla menjelaskan bahwa orang dengan golongan darah O mungkin memiliki risiko serangan jantung dan pembekuan darah yang lebih rendah.

    “Di sisi lain, orang dengan golongan darah A dan AB mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk jenis kanker tertentu, termasuk kanker lambung dan pankreas,” beber Dr Singla.

    Meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara golongan darah dan persepsi panas, Dr Singla mengatakan peran antigen golongan darah dalam ketahanan panas seluler masih terus diteliti.

    “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meneliti apakah perbedaan golongan darah memiliki dampak terukur pada cara individu merasakan panas,” lanjutnya.

    Secara keseluruhan, faktor-faktor seperti hidrasi, berat badan, metabolisme, tingkat kebugaran, dan gaya hidup memiliki dampak yang jauh lebih besar pada sensitivitas panas daripada golongan darah.

    “Terlepas dari golongan darah, tetap sejuk, minum cukup cairan, dan menghindari sinar matahari langsung adalah kiat-kiat penting untuk mengatasi panas,” tutur Dr Taori.

    (elk/kna)

  • Ternyata Ada Golongan Darah yang Lebih Berisiko Kena Stroke, Studi Ini Buktinya

    Ternyata Ada Golongan Darah yang Lebih Berisiko Kena Stroke, Studi Ini Buktinya

    Jakarta

    Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara golongan darah dengan risiko stroke. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology pada 2022 ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana susunan biologis dapat mempengaruhi kesehatan.

    Peneliti menganalisis data dari 48 studi genetik, yang mencakup sekitar 17 ribu pasien stroke dan hampir 600 ribu kontrol non-stroke. Semua peserta berusia antara 18 dan 59 tahun.

    Hasil Temuan Penelitian

    Hasil temuan mereka mengungkapkan adanya hubungan yang jelas antara gen yang bertanggung jawab atas subkelompok darah A1 dan stroke dini. Dalam pencarian genom secara luas mengungkap dua lokasi yang sangat terkait dengan risiko stroke sebelumnya.

    Salah satunya bertepatan dengan tempat gen golongan darah berada.

    Analisis kedua dari jenis gen golongan darah tertentu kemudian menemukan orang-orang yang genomnya mengkodekan variasi golongan darah A, memiliki peluang 16 persen lebih tinggi mengalami stroke sebelum usia 60 tahun. Ini lebih tinggi dibandingkan populasi golongan darah lainnya.

    Bagi mereka yang memiliki gen golongan darah O1, memiliki risiko mengalami stroke dini lebih rendah hingga 12 persen. Tetapi, para peneliti mencatat bahwa risiko tambahan stroke pada orang dengan golongan darah A kecil.

    “Kami masih belum tahu mengapa golongan darah A memberikan risiko yang lebih tinggi,” kata penulis senior dan ahli saraf vaskular Steven Kittner dari Maryland University, dikutip dari ScienceAlert.

    “Namun, kemungkinan ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel-sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya berperan dalam perkembangan bekuan darah,” tulis peneliti.

    Meskipun temuan studi ini mungkin tampak mengkhawatirkan, tetapi golongan darah dapat mengubah risiko stroke dini. Orang-orang yang terlibat dalam studi ini juga tinggal di beberapa negara, seperti Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia.

    “Kita jelas membutuhkan lebih banyak studi lanjutan untuk memperjelas mekanisme peningkatan risiko stroke,” ungkap Kittner.

    Temuan penting lain dari penelitian ini didapat dari perbandingan orang yang terkena stroke sebelum usia 60 tahun dengan mereka yang mengalaminya setelah 60 tahun.

    Untuk ini, para peneliti menggunakan kumpulan data sekitar 9.300 orang yang berusia di atas 60 tahun yang mengalami stroke, dan sekitar 25.000 orang kontrol berusia di atas 60 tahun yang tidak terkena stroke.

    Mereka menemukan bahwa peningkatan risiko stroke pada golongan darah A menjadi tidak signifikan pada kelompok stroke yang terjadi pada usia lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa stroke yang terjadi di awal kehidupan mungkin memiliki mekanisme yang berbeda dibandingkan dengan stroke yang terjadi di kemudian hari.

    “Stroke pada orang yang lebih muda cenderung tidak disebabkan oleh penumpukan lemak di arteri atau proses yang disebut aterosklerosis. Itu lebih mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pembentukan bekuan darah,” tulis para peneliti.

    Penelitian ini juga menemukan bahwa orang dengan golongan darah B sekitar 11 persen lebih mungkin terkena stroke dibandingkan dengan orang kontrol yang tidak terkena stroke, terlepas dari usia mereka.

    Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bagian genom yang mengkode golongan darah, yang disebut ‘lokus ABO’, dikaitkan dengan kalsifikasi arteri koroner, yang membatasi aliran darah, dan serangan jantung.

    Urutan genetik golongan darah A dan B juga dikaitkan dengan risiko pembekuan darah yang sedikit lebih tinggi di vena, yang disebut trombosis vena.

  • Waspada! Gejala Awal Stroke yang Bisa Muncul di Mata, Wajah, dan Lengan

    Waspada! Gejala Awal Stroke yang Bisa Muncul di Mata, Wajah, dan Lengan

    Jakarta

    Stroke ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack) sering kali menjadi tanda peringatan sebelum stroke berat terjadi. Gejalanya bisa dirasakan di beberapa bagian tubuh, seperti mata, wajah, hingga lengan.

    Dikutip National Health Service (NHS) Inggris, gejala-gejala dari stroke bisa terjadi tiba-tiba, sehingga pasien harus segera mendapatkan bantuan medis darurat.

    Semakin cepat penanganan stroke dilakukan, semakin besar peluang pemulihan dan semakin kecil risiko kerusakan otak yang permanen.

    Berikut adalah gejala awal stroke yang bisa muncul di mata, wajah, dan lengan.

    1. Wajah Terkulai dan Mati Rasa

    Wajah terkulai atau mati rasa merupakan salah satu peringatan stroke. Seseorang akan kehilangan kontrol otot di salah satu sisi wajah.

    Selain itu, kondisi ini bisa saja diikuti oleh mati rasa, sehingga berdampak pada sulitnya untuk tersenyum atau menggerakkan bibir.

    2. Penglihatan Kabur atau Hilang

    Peringatan lainnya adalah penglihatan kabur di salah satu atau kedua mata. Bahkan, pada beberapa kondisi, penglihatan bisa saja hilang di salah satu atau kedua mata.

    3. Lengan Melemah

    Melemahnya otot di lengan juga bisa menjadi tanda-tanda dari gejala awal stroke. Pasien mungkin tidak dapat mengangkat kedua lengan mereka sepenuhnya atau mengalami mati rasa di salah satu lengan.

    (dpy/suc)

  • Soroti Dana BLUD, DPRD Jakarta Sebut RSUD Tarakan Harus Naik Kelas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        23 Juni 2025

    Soroti Dana BLUD, DPRD Jakarta Sebut RSUD Tarakan Harus Naik Kelas Megapolitan 23 Juni 2025

    Soroti Dana BLUD, DPRD Jakarta Sebut RSUD Tarakan Harus Naik Kelas
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Komisi C DPRD Jakarta menyoroti pengelolaan dana Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di Rumah Sakit Umum Daerah (RDUD) Tarakan, Cideng, Jakarta Pusat.
    Dalam kunjungan kerja pada Senin (23/6/2025), para wakil rakya itu menilai rumah sakit milik pemerintah itu harus bisa naik kelas dengan memaksimalkan pendapatan yang dimiliki.
    “Kami dari Komisi C datang ke sini untuk melihat bagaimana pendapatan BLUD dikelola dan digunakan. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan pendapatan agar rumah sakit ini bisa berstandar internasional,” kata Anggota Komisi C DPRD Jakarta, Lukmanul Hakim kepada
    Kompas.com
    , Senin.
    Dalam kunjungan itu, Komisi C DPRD Jakarta itu juga menilai bahwa pendapatan
    RSUD Tarakan
    cukup baik dan berpotensi mencapai target.
    Namun, ada sejumlah catatan penting yang menjadi sorotan, antara lain beban operasional yang tinggi seperti belanja pegawai non-PNS, pengadaan obat, dan pemeliharaan fasilitas.
    Lukmanul dan sederet anggota Komisi C juga menggarisbawahi perlunya penambahan gedung untuk menampung peningkatan layanan dan perluasan layanan malam hari, termasuk cuci darah,
    Selain itu, diperlukan peningkatan sumber pemasukan tambahan untuk memperkuat kemandirian rumah sakit.
    “Untuk meningkatkan layanan tentu dibutuhkan anggaran yang cukup besar. Kami sudah berdiskusi dengan Ibu Direktur RSUD Tarakan mengenai beberapa formulasi yang akan kami dorong dalam perencanaan anggaran ke depan,” tambah Lukman.
    Adapun temuan dalam kunjungan ini akan dibawa ke pembahasan lanjutan, termasuk dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026 dan revisi anggaran.
    Sebelumnya diberitakan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno juga menyoroti pentingnya pengembangan RSUD Tarakan.
    Dalam kunjungan kerjanya ke rumah sakit tersebut pada Jumat (23/5/2025), Rano menyampaikan bahwa perluasan RSUD Tarakan menjadi kebutuhan mendesak karena tingginya jumlah pasien yang dirujuk ke rumah sakit tersebut, khususnya dari wilayah Jakarta Pusat.
    Pemprov DKI tengah merencanakan perluasan lahan dengan memanfaatkan area sekolah yang berada di sebelah rumah sakit.
     
    Rano menargetkan proses perluasan dapat terealisasi paling lambat pada 2027, dengan catatan relokasi sekolah yang masih aktif bisa difasilitasi dengan baik.
    RSUD Tarakan saat ini berstatus rumah sakit tipe A dan dikenal memiliki layanan unggulan seperti pusat kanker terpadu, jantung, stroke, dan neurologi.
    Dengan 31 spesialis dan 32 subspesialis, rumah sakit ini menjadi salah satu rujukan utama di Jakarta. Selain RSUD Tarakan, Pemprov Jakarta juga tengah mempersiapkan pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di kawasan Cakung, Jakarta Utara.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Siasat BPOM Pastikan Stok Obat Aman di Tengah Ancaman Kelangkaan Imbas Perang

    Siasat BPOM Pastikan Stok Obat Aman di Tengah Ancaman Kelangkaan Imbas Perang

    Jakarta

    Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman, mengingatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) agar turut berperan aktif dalam memastikan ketahanan nasional, khususnya di sektor pangan dan obat-obatan, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global. Termasuk konflik antara AS, Iran, hingga Israel.

    “Kita melihat dinamika geopolitik saat ini, termasuk potensi konflik antara Iran dan beberapa negara lainnya, yang tentunya berisiko mengganggu rantai pasok global. Karena itu, BPOM perlu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan tersebut sejak dini,” ujar Dudung saat ditemui detikcom di Gedung BPOM Jakarta, Senin (23/6/2025).

    Menurut Dudung, ketahanan nasional tidak hanya terkait dengan alat utama sistem senjata (alutsista), tetapi juga mencakup ketahanan di sektor kesehatan dan pangan. Kemandirian industri pertahanan dan farmasi nasional menjadi kunci agar Indonesia tidak tergantung pada negara lain dalam situasi darurat.

    “Saya sebagai penasihat khusus presiden di bidang pertahanan menilai bahwa kemandirian industri dalam negeri, baik alutsista maupun obat-obatan, sangat penting. Kita harus membangun ekosistem yang kuat agar tidak mudah terguncang oleh kondisi luar,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Dudung menyampaikan Indonesia harus mampu memproduksi obat-obatan secara mandiri. Jika terjadi konflik global berskala besar, ketergantungan terhadap impor obat akan sangat membahayakan ketahanan nasional.

    “Kalau perang besar benar-benar terjadi, dampaknya sangat serius terhadap suplai obat-obatan. Oleh karena itu, kemandirian obat harus diwujudkan. Fasilitas dan sarana yang ada sejauh ini sudah mulai kita manfaatkan untuk mendukung hal tersebut,” katanya.

    94 Persen Bahan Baku Obat Masih Impor

    Sejalan dengan itu, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar menegaskan saat ini Indonesia sangat bergantung pada impor bahan baku obat, dengan 94 persen di antaranya berasal dari luar negeri.

    “Kalau kita tidak jeli melihat kondisi ini, bisa sangat berbahaya. Mayoritas bahan baku obat kita impor dari India, China, Belanda, dan Amerika. Dalam kondisi perang seperti sekarang, kalau pasokan tiba-tiba diblokir, kita akan kesulitan. Rakyat kita yang sakit bisa sangat terdampak,” ujar Taruna, dalam kesempatan yang sama.

    Taruna menyebut hal ini menjadi inti pembahasan dalam pertemuan antara dirinya dan penasihat khusus Presiden. Keduanya sepakat Indonesia secara bertahap perlu melakukan langkah-langkah konkret demi memperkuat ketahanan obat, vaksin, dan pangan agar tetap bisa bertahan sebagai negara mandiri di tengah situasi global yang rentan dan sulit.

    Ia juga menegaskan koordinasi antara Kementerian Pertahanan dan BPOM sudah dilakukan. Beberapa instansi terkait, termasuk Laboratorium milik Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan fasilitas kesehatan milik militer seperti lembaga farmasi LAFI AD, saat ini sedang dioptimalkan kembali dalam mendukung produksi dan pengawasan obat nasional.

    NEXT: Obat Generik-Penyakit Kronis Diimpor dari Negara Ini

    Taruna mengungkap obat-obat generik yang sudah habis masa patennya sebagian besar diimpor dari India dan China. Sementara obat-obatan esensial untuk penyakit kronis seperti diabetes, kardiovaskular, gangguan sistem saraf, ginjal, dan kanker umumnya masih diimpor dari Amerika Serikat.

    “Semua jenis obat itu esensial. Apalagi, jika kita melihat sepuluh penyakit tertinggi penyebab kematian di Indonesia saat ini, hampir semuanya adalah penyakit degeneratif dan kronis, seperti jantung, stroke, diabetes, gangguan ginjal, dan kanker,” ujarnya.

    Untuk itu, BPOM telah mengambil sejumlah langkah strategis. Pertama, memberikan dukungan kepada industri farmasi dalam negeri (IF) untuk meningkatkan jumlah dan variasi bahan baku yang dapat diolah sendiri.

    Kedua, mempermudah perizinan dan sertifikasi impor bahan baku bagi industri nasional. Ketiga, memperkuat kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, termasuk Kementerian Pertahanan, dalam mengamankan jalur distribusi bahan baku obat, baik melalui skema business-to-business (B2B) maupun jalur antar-pemerintah.

    “Dengan kondisi global yang sangat rentan saat ini, kita berharap Indonesia tetap aman dan siap menghadapi segala kemungkinan, khususnya dalam hal ketersediaan obat-obatan,” tutup Taruna.

  • Tanda Jantung Bermasalah yang Sering Dianggap Biasa

    Tanda Jantung Bermasalah yang Sering Dianggap Biasa

    Jakarta

    Tanda jantung bermasalah tidak selalu spesifik, kerap dianggap biasa karena mirip seperti keluhan sehari-hari. Dampaknya, banyak masalah jantung tidak segera teratasi dan menjadi beban pembiayaan kesehatan yang signifikan.

    Hal ini tergambar dari beban pembiayaan penyakit yang ditanggung BPJS Kesehatan dalam 11 tahun terakhir, yang mencapai Rp 1.087,4 triliun. Sebagian besar di antaranya untuk membiayai masalah jantung, diikuti stroke, kanker, dan gagal ginjal.

    “Kasus jantung terbesar, menempati posisi di atas, lebih dari 70 persen dari total utilisasi,” tandas Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Ali Ghufron Mukti, dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Senin (26/5/2025).

    Apa Itu Penyakit Jantung?

    Dikutip dari Medlineplus, penyakit jantung atau heart disease merupakan istilah yang mencakup berbagai tipe masalah jantung dan termasuk dalam kelompok penyakit kardiovaskular. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian paling besar di seluruh dunia.

    Ada berbagai jenis penyakit jantung, salah satunya congenital heart disease yakni penyakit jantung bawaan yang didapat sejak lahir. Jenis lain yang paling banyak ditemui adalah coronary artery disease atau dikenal sebagai penyakit jantung koroner.

    Berbagai masalah jantung yang terkait penyakit jantung koroner antara lain:

    Angina, yakni nyeri dada akibat sumbatan atau penyempitan aliran darah ke jantungSerangan jantung (heart attack), yakni ketika sel-sel jantung mati karena tidak teraliri darah dan oksigenGagal jantung (heart failure), yakni ketika jantung gagal memompa darah dengan efektif ke seluruh tubuhAritmia, yakni gangguan irama jantung.Tanda-Tanda Jantung Bermasalah yang Sering Dianggap Biasa

    Ada banyak gejala yang menandakan jantung bermasalah, namun banyak juga di antaranya tidak spesifik. Artinya, gejala tersebut umum dialami sehari-hari dan memang tidak selalu dipicu oleh masalah jantung.

    Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

    1. Nyeri dada

    Dikutip dari WebMD, nyeri dada merupakan gejala paling umum yang muncul ketika mengalami serangan jantung atau penyumbatan arteri jantung. Umumnya disertai sesak napas dan rasa tertekan di area dada.

    Kenapa dianggap biasa? Penggambaran nyeri dada pada setiap orang berbeda-beda, sehingga kadang sulit dibedakan dengan gejala penyakit lain. Banyak yang mengalaminya, namun ternyata karena GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) alias asam lambung.

    2. Mudah letih

    Mudah letih dan ngos-ngosan saat melakukan aktivitas ringan sehari-hari juga bisa menjadi pertanda masalah jantung. Misalnya saat menaiki tangga, atau sekadar jalan-jalan di pusat perbelanjaan.

    Kenapa dianggap biasa? Ada banyak faktor yang menyebabkan tubuh cepat merasa letih. Pada gangguan jantung, biasanya terjadi secara ekstrem dan tidak ada sebab yang jelas.

    3. Batuk yang tidak sembuh-sembuh

    Batuk yang tidak sembuh-sembuh juga bisa menjadi pertanda jantung bermasalah, khususnya gagal jantung. Saat jantung tidak bisa mengimbangi kebutuhan tubuh, terjadi kebocoran darah di paru-paru yang memicu batuk, kadang disertai mucus atau lendir berwarna pink.

    Kenapa dianggap biasa? Pada kebanyakan kasus, batuk yang tidak sembuh-sembuh memang tidak terkait langsung dengan penyakit jantung dan lebih berhubungan dengan infeksi pernapasan.

    4. Kaki bengkak

    Bengkak di area kaki bisa menandakan kerja jantung yang tidak efektif, sehingga darah menumpuk di vena yang membuatnya melebar. Gagal jantung juga menyebabkan ginjal melepas kelebihan air dan natrium, yang membuat kaki bengkak.

    Kenapa dianggap biasa? Kaki bengkak juga sangat umum dialami ketika berdiri terlalu lama, meski tanpa masalah jantung.

    5. Denyut jantung tidak teratur

    Palpitasi, yakni ketika jantung berdebar lebih cepat dan tidak teratur, bisa menandakan masalah jantung yakni atrial fibrillation yang butuh penanganan segera. Segera periksakan jika mengalaminya.

    Kenapa dianggap tidak biasa? Perubahan denyut jantung sangat wajar terjadi antara lain saat merasa cemas, terkejut, atau sangat gembira. Efek minum kopi dan kurang tidur juga bisa berpengaruh pada irama jantung.

    Kapan Harus Periksa?

    Pada prinsipnya, berbagai keluhan yang tidak biasa dan tanpa penyebab yang bisa dijelaskan sebaiknya diperiksakan ke dokter. Syukur jika ternyata bukan gejala penyakit jantung, namun jika ternyata berbahaya bisa segera ditangani.

    Berdebar-debar saat bangun tidur misalnya, walaupun banyak dialami dalam keseharian, tetap disarankan periksa jika mengalaminya tidak seperti biasanya. Terlebih, tidak ada penyebab seperti minum kopi.

    “Yang nggak normal adalah saat tidak ada apa-apa, tidak ada pemicu, bangun tiba-tiba berdebar,” kata dokter jantung dr Yuri Afifah, SpJP dalam perbincangan dengan detikcom beberapa waktu silam.

    “Kalau denyutannya tidak teratur, berarti itu salah satu tanda aritmia. Tanda lain mungkin saja denyutnya teratur tapi di atas 150 kali per menit,” jelas dr Yuri.

    Jenis-Jenis Tes Jantung

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada banyak tes yang bisa dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung. Di antaranya:

    Tes darah, mulai dari pemeriksaan kolesterol sebagai faktor risiko penyakit jantung, hingga pemeriksaan berbagai macam protein yang terkait gangguan jantung.X-ray, untuk melihat adanya pembengkakan jantung.EKG atau ECG (Electrocardiogram), untuk merekam dan mendeteksi denyut jantung yang tidak teratur.Echocardiogram, atau dikenal juga sebagai USG jantung, untuk mengamati detail pergerakan jantung.Stress test, pengamatan denyut jantung yang dilakukan dengan treadmill atau alat lain untuk melakukan aktivitas fisik.Dan sebagainya.

    (up/up)

  • Baru 25 Tahun Sudah Kena Jantung Lemah? Ini 5 Kebiasaan Harian yang Jadi Biangnya

    Baru 25 Tahun Sudah Kena Jantung Lemah? Ini 5 Kebiasaan Harian yang Jadi Biangnya

    Jakarta

    Penyakit jantung seringkali dikaitkan sebagai ‘penyakit orang tua’. Nyatanya, kini ada semakin banyak kasus penyakit jantung yang mengintai anak muda, bahkan yang masih berusia 25 tahun ke bawah.

    Salah satunya dialami oleh Molly Schroeder di Wisconsin, Amerika Serikat yang mengalami serangan jantung di usia 21 tahun. Ketika serangan muncul, ia merasakan nyeri yang terasa aneh dan tidak biasa, jauh berbeda dari nyeri yang disebabkan masalah otot.

    Ia juga mengalami sesak napas dan rasa lelah ekstrem tanpa alasan jelas.

    “Mereka melakukan EKG dan perawat berkata, ‘Ini gila. Ini menunjukkan Anda mengalami serangan jantung, tetapi kemungkinannya adalah 1 banding 100.000’,” kenang Schroeder kepada Healthline.

    Kebiasaan Pemicu Jantung Lemah saat Muda

    Masalah kardiovaskular seperti serangan jantung, henti jantung, dan kardiomiopati atau lemah jantung biasanya berkaitan erat dengan gaya hidup seseorang. Sebenarnya, kebiasaan seperti apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung, khususnya di usia muda?

    1. Keseringan Mager

    Aktivitas fisik merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan jantung. Dikutip dari Healthline, gaya hidup tak banyak bergerak dapat menyebabkan sirkulasi melambat, otot jantung melemah, dan meningkatkan berat badan.

    Duduk terlalu lama dapat memicu peradangan dan fungsi arteri yang buruk, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Selain berolahraga, tingkatkan aktivitas harian dengan cara jalan kaki, lebih sering berdiri, dan menaiki tangga.

    2. Makan Sembarangan

    Konsumsi makanan proses, instan, dan tidak sehat menjadi gaya hidup yang umum di kalangan anak muda. Ubah pola makan dengan mengonsumsi makanan minimal olahan dan utamakan makanan utuh seperti daging, sayur, buah, dan biji-bijian.

    Jangan lupa konsumsi protein hewani rendah lemak. Ini termasuk daging unggas, ikan, dan produk susu rendah lemak. Protein nabati dari kacang-kacangan juga baik untuk tubuh.

    3. Susah Mengontrol Stres

    Kesehatan mental dan fungsi jantung saling terkait. American Heart Association (AHA) mencatat depresi, kecemasan, dan stres berkaitan erat dengan kesehatan jantung. Isolasi sosial dan kesepian juga dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan stroke yang lebih tinggi.

    Coba luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membuat bahagia. Bisa dilakukan dengan perjalanan wisata, menikmati hobi, atau habiskan waktu dengan orang-orang tercinta.

    4. Kebiasaan Merokok

    Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan aterosklerosis dengan beberapa cara. Misalnya melalui nikotin yang meningkatkan tekanan darah dan karbon monoksida yang mengurangi jumlah oksigen yang dapat diangkut darah.

    Jika sulit untuk berhenti merokok, melakukan konsultasi atau terapi sangat disarankan.

    5. Terlalu Banyak Alkohol

    Konsumsi alkohol dikaitkan dengan berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke. Disarankan untuk tidak minum alkohol lebih dari dua gelas per hari untuk pria dan satu gelas per hari untuk wanita.

    Bagi sebagian orang, mungkin lebih baik untuk sepenuhnya menghindari alkohol. Juga ada banyak bukti dari penelitian terbaru bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedang pun dapat meningkatkan risiko kanker.

    (avk/tgm)

  • Kolesterol Jahat Bisa Menyerang Tubuh Kurus, Ketahui Gejalanya

    Kolesterol Jahat Bisa Menyerang Tubuh Kurus, Ketahui Gejalanya

    JAKARTA – Banyak orang percaya bahwa hanya mereka bertubuh gemuk yang berisiko memiliki kolesterol tinggi. Namun kenyataannya, orang dengan badan kurus pun bisa mengalami peningkatan kadar kolesterol. Anggapan bahwa tubuh langsing selalu identik dengan tubuh sehat adalah mitos yang bisa menyesatkan.

    Dilansir dari laman Vinmec pada Sabtu, 21 Juni, kolesterol adalah lemak yang secara alami diproduksi oleh tubuh dan didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Kolesterol terbagi menjadi dua jenis utama, yakni LDL (Low-Density Lipoprotein) atau kolesterol jahat dan HDL (High-Density Lipoprotein) atau kolesterol baik.

    Kadar kolesterol yang tinggi, terutama LDL dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi, tidak peduli apakah Anda gemuk ataupun kurus.

    Beberapa faktor penyebab kolesterol tinggi pada orang kurus antara lain:

    – Pola makan tinggi lemak jenuh dan kolesterol (misalnya makanan cepat saji, gorengan, jeroan)

    – Kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup sedentari

    – Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol

    – Faktor keturunan (genetik)

    – Stres kronis

    – Penyakit metabolik atau gangguan fungsi hati

    Gejala Kolesterol Tinggi yang Perlu Diwaspadai

    Kolesterol tinggi sering kali tidak menunjukkan gejala khusus. Namun, dalam beberapa kasus, ada tanda-tanda yang dapat mengindikasikan kadar kolesterol Anda tidak normal, seperti:

    – Cepat lelah dan mudah mengantuk, bahkan setelah cukup tidur

    – Nyeri dada atau sensasi tertekan di bagian dada

    – Sering kesemutan, terutama di tangan dan kaki

    – Xanthelasma (benjolan kekuningan di sekitar kelopak mata akibat penumpukan kolesterol)

    – Nafas pendek atau mudah terengah-engah saat aktivitas ringan

    – Tekanan darah tinggi

    – Kaki atau tangan terasa dingin akibat sirkulasi darah terganggu

    Namun perlu digarisbawahi, satu-satunya cara paling akurat untuk mengetahui kadar kolesterol adalah dengan melakukan tes darah rutin.

    Alasan Orang Kurus Bisa Terkena Kolesterol Tinggi

    Orang kurus kerap kali merasa aman dan tidak terlalu peduli dengan pola makan atau gaya hidup karena merasa tidak berisiko. Padahal, kolesterol tinggi sangat mungkin terjadi pada orang kurus jika:

    – Konsumsi lemak jahat lebih banyak daripada lemak sehat

    – Mengandalkan makanan instan dan kurang konsumsi sayur dan buah

    – Tidak pernah berolahraga atau jarang bergerak

    – Memiliki riwayat keluarga dengan kolesterol tinggi

    – Menderita penyakit tertentu yang memengaruhi metabolisme lemak

    Singkatnya, berat badan bukan satu-satunya indikator kesehatan jantung atau kadar kolesterol.

    Jika Anda bertubuh kurus dan ingin mencegah atau menurunkan kadar kolesterol, berikut langkah-langkah yang direkomendasikan:

    1. Periksa kadar kolesterol secara berkala, terutama jika sudah berusia di atas 20 tahun.

    2. Perbaiki pola makan dengan:

    – Mengurangi konsumsi gorengan, daging berlemak, dan makanan cepat saji,

    – Perbanyak serat dari sayuran, buah, dan biji-bijian

    – Pilih lemak sehat seperti minyak zaitun, ikan berlemak (salmon, tuna), dan alpukat

    – Aktif bergerak dan rutin berolahraga minimal 30 menit sehari, 5 kali seminggu

    – Hindari rokok dan alkohol

    – Kelola stres melalui relaksasi, tidur cukup, dan kegiatan positif

    – Bila perlu, konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut, termasuk pertimbangan penggunaan obat penurun kolesterol

  • Ahli: Jangan Abaikan! Kolesterol Sering Tak Punya Gejala Awal

    Ahli: Jangan Abaikan! Kolesterol Sering Tak Punya Gejala Awal

    Jakarta

    Kolesterol tinggi cenderung tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Banyak orang yang baru menyadari kondisi ini setelah muncul komplikas seperti serangan jantung atau stroke.

    Kolesterol tinggi diam-diam bisa mengganggu aliran darah tanpa menimbulkan keluhan. Sehingga, penting untuk memeriksakan kadar kolesterol meski tidak merasakan gejala apapun.

    Kolesterol Sering Tidak Punya Gejala Awal

    Dokter keluarga di American Medical Association (AMA), Kate Kirley MD mengatakan bahwa tidak ada tanda-tanda peringatan bagi orang yang memiliki kolesterol tinggi. Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui kadar kolesterol dan pengaruhnya terhadap risiko stroke dan jantung adalah dengan memeriksakan diri ke dokter.

    “Biasanya, tidak ada tanda-tanda peringatan bagi orang dengan kolesterol tinggi,” kata Kirley, dikutip dari laman AMA.

    Menurut Dr Kirley, memang ada beberapa gangguan yang relatif tidak umum di mana orang bisa mengalami gejala fisik seperti endapan kolesterol di bawah mata dan lain sebagainya. Meski demikian hal itu sangat tidak umum.

    “Itu tidak selalu berkorelasi dengan panel kolesterol. Jadi, seseorang mungkin memilikinya dan juga tidak memiliki kolesterol tinggi. Itu salah satu hal seperti hipertensi yang kami anggap sebagai ‘silent killer’,” ungkapnya.

    Kolesterol Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

    Bagi banyak orang, masalah kolesterol tinggi muncul saat terlalu banyak makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh tinggi. Seiring waktu, asupan makanan ini meningkatkan jumlah kolesterol total dalam tubuh.

    Kolesterol kemudian mulai beredar dalam aliran darah, menumpuk di dinding arteri dan membentuk plak. Plak ini disebut dengan aterosklerosis, yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    Masalah tambahan muncul saat plak menumpuk di dalam arteri dan sebagian terlepas, mengalir melalui aliran darah dan bersarang di pembuluh darah. Sehingga, darah tidak bisa mengalir.

    “Jadi memang penumpukannya itu tidak menimbulkan gejala sampai dia sumbatannya itu total.” kata dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular dr Bimo Kusumo sp.BTKV, FIATCVS kepada detikcom Jumat (31/5/2025).

    Sumbatan yang sedikit mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, ketika sudah mulai setengah dan menutup, timbulah nyeri dada hebat dadakan hingga bisa menyebabkan serangan jantung.

    “Penyumbatan tersebut bisa terjadi tiba-tiba, penyumbatan pembuluh darah jantung biasanya menyebabkan serangan jantung,” kata ahli jantung dari Yale Medicine, Ehimen Aneni, MD, MPH.

    “Penyumbatan ini mirip dengan stroke, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah di leher atau otak.” tambahnya.

    Jadi, penting untuk melakukan pemeriksaan kolesterol untuk mengetahui kondisi tubuh. Dengan begitu, mengalami penyakit yang berkaitan dengan faktor risiko kolesterol tinggi bisa diminimalisir.

    (elk/tgm)

  • Cara Mudah Menurunkan Tensi Tinggi, Biar Tak Kena Serangan Jantung di Umur 20-an

    Cara Mudah Menurunkan Tensi Tinggi, Biar Tak Kena Serangan Jantung di Umur 20-an

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi, yang juga dikenal sebagai hipertensi, merupakan penyebab utama kematian dini dan penyakit kardiovaskular di seluruh dunia. Sebagai pembunuh diam-diam, hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit serius lainnya dan bisa menyerang usia muda.

    Menjaga tekanan darah tetap terkendali sangat penting untuk mencegah penyakit yang mengancam jiwa. Pola makan yang tepat, olahraga, dan makanan tertentu dapat membantu mengendalikan tekanan darah.

    Berikut cara mudah menurunkan tekanan darah dikutip dari Harvard Health.

    Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi tekanan darah tinggi adalah dengan menurunkan berat badan. Dan tidak perlu penurunan berat badan yang signifikan untuk membuat perbedaan agar tidak kena hipertensi.

    2. Aktif bergerak

    Berolahragalah selama setengah jam setidaknya lima hari seminggu. Pilih olahraga yang disukai agar tidak cepat bosan, misalnya bersepeda, lari atau menari.

    3. Makan makanan sehat

    Mengonsumsi makanan yang kaya akan biji-bijian utuh, buah-buahan, sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak serta rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah tinggi hingga 11 mmHg. Contoh rencana makan yang dapat membantu mengendalikan tekanan darah adalah diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dan diet Mediterania.

    4. Angkat beban

    Tambahkan latihan ketahanan, seperti angkat beban, ke dalam program olahraga untuk membantu menurunkan berat badan dan tetap bugar. Manusia kehilangan massa otot secara bertahap seiring bertambahnya usia, dan angkat beban merupakan bagian yang sering kali diabaikan dari rencana latihan, terutama bagi kebanyakan wanita.

    5. Kelola stres

    Hormon stres menyempitkan pembuluh darah dan dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah. Selain itu, seiring waktu, stres dapat memicu kebiasaan tidak sehat yang membahayakan kesehatan kardiovaskular.

    Kebiasaan ini termasuk makan berlebihan, kurang tidur, dan penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol.

    (kna/kna)