Topik: stroke

  • Kepala Sering Terasa Berat saat Pagi? Waspada Kolesterol Tinggi

    Kepala Sering Terasa Berat saat Pagi? Waspada Kolesterol Tinggi

    JAKARTA – Keluhan kepala terasa berat saat bangun tidur di pagi hari seringkali dianggap sebagai akibat kurang tidur atau stres. Namun, tahukah Anda kondisi ini bisa menjadi sinyal awal adanya gangguan kesehatan yang lebih serius, salah satunya kadar kolesterol yang tinggi?

    Meski gejala ini tidak bisa dijadikan acuan, sejumlah penelitian menyebutkan adanya keterkaitan antara sakit kepala dan peningkatan kolesterol dalam tubuh.

    Kolesterol tinggi sering dijuluki sebagai ‘silent killer’, karena tidak menunjukkan gejala yang mencolok. Artinya, seseorang bisa saja memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi tanpa pernah merasakan keluhan berarti, hingga akhirnya mengalami komplikasi serius seperti serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengetahui kadar kolesterol secara akurat adalah melalui pemeriksaan laboratorium.

    Meski begitu, beberapa orang mengaku merasakan perubahan fisik tertentu seperti rasa berat di kepala, terutama saat pagi hari. Hal ini menimbulkan pertanyaan, adakah hubungan langsung antara kolesterol tinggi dan sakit kepala?

    Meskipun belum ada bukti ilmiah yang secara tegas menyatakan bahwa kolesterol tinggi secara langsung menyebabkan sakit kepala, sejumlah studi menunjukkan korelasi yang menarik antara keduanya.

    Salah satu penelitian yang cukup terkenal dilakukan pada tahun 2015 dengan judul Correlation between Migraine Severity and Cholesterol Levels. Studi ini menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara tingkat keparahan migrain dengan kadar kolesterol total maupun LDL (kolesterol jahat).

    Penelitian lain pada tahun 2011 juga menyoroti keterkaitan antara profil lipid darah dengan kejadian migrain. Dengan melibatkan 925 responden, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan kadar kolesterol total yang lebih tinggi cenderung lebih sering mengalami migrain dibanding mereka yang kadar kolesterolnya normal.

    Dr. Like Laffin, seorang ahli jantung dari Cleveland Clinic, menanggapi temuan-temuan ini dengan hati-hati.

    “Kesimpulan umumnya memang ada kaitan jika bicara soal sakit kepala migrain,” kata Like Laffin, MD, dikutip dari laman Cleveland Clinic.

    Namun, Dr. Laffin juga menegaskan bahwa keterkaitan tersebut belum bisa dijadikan bukti bahwa kolesterol adalah penyebab utama munculnya sakit kepala. Menurutnya, belum ada dasar ilmiah yang kuat yang dapat menyatakan hubungan kausal langsung antara keduanya.

    “Otak mempunyai kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan tekanan darah dalam waktu singkat. Namun jika meningkat, maka sakit kepala bisa muncul,” jelasnya.

    Hal yang perlu dipahami, kolesterol tinggi kerap kali berjalan seiring dengan tekanan darah tinggi, dan keduanya merupakan faktor risiko utama untuk atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan plak.

    Ketika plak kolesterol menumpuk di dinding arteri, tekanan darah bisa naik karena aliran darah menjadi tidak lancar. Kondisi inilah yang kemudian dapat memicu munculnya sakit kepala, terutama jika terjadi di pembuluh darah otak.

    Lebih lanjut, kombinasi kolesterol tinggi dan hipertensi juga meningkatkan risiko terjadinya stroke, sebuah kondisi gawat darurat yang sering diawali dengan keluhan seperti sakit kepala hebat dan mendadak.

    Meski belum terbukti menjadi penyebab langsung, adanya keluhan seperti kepala berat di pagi hari tetap patut diwaspadai, apalagi jika disertai dengan gejala lain seperti mudah lelah, nyeri dada, atau gangguan penglihatan.

    Pemeriksaan kadar kolesterol secara berkala sangat penting, terutama bagi individu dengan faktor risiko seperti obesitas, riwayat keluarga, merokok, atau pola makan tidak sehat.

    Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, menghindari makanan tinggi lemak jenuh, rutin berolahraga, serta memeriksakan diri ke dokter bisa menjadi langkah awal untuk mencegah komplikasi akibat kolesterol tinggi.

  • Momen Pria Jakbar Berhasil Finis Half Marathon usai Sempat Lumpuh karena Stroke

    Momen Pria Jakbar Berhasil Finis Half Marathon usai Sempat Lumpuh karena Stroke

    Foto Health

    Suci Risanti Rahmadania – detikHealth

    Selasa, 01 Jul 2025 14:07 WIB

    Jakarta – Seorang Pria di Jakarta Barat terkena stroke di usianya yang masih muda. Meski sempat lumpuh akibat kondisi tersebut, kini ia berhasil finish half marathon.

  • Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa, membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Pria yang kini berusia 46 tahun itu mengaku terkena serangan stroke akibat tekanan darah atau hipertensi tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Saat itu, Alfa menolak mengonsumsi obat yang direkomendasikan dokter karena merasa sudah menjalani pola hidup sehat. Ia rutin berolahraga dan menjaga asupan makanannya dengan menghindari makanan yang bisa memicu kolesterol maupun gula darah tinggi.

    Meski begitu, ia mengaku masih sering mengonsumsi makanan asin, yang sebenarnya dapat memicu tekanan darah tinggi.

    “Sudah mengurangi risiko kolesterol, gula darah tinggi, itu sejak umur 30 itu sudah mengurangi jeroan dan daging. Tetapi yang tidak lakukan adalah diet garam, suka makan asin. Bahkan kalau makan soto, atau bakso, suka menambahkan garam lagi, padahal itu salah besar,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Dokter kemudian menyarankan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi.

    Alfa kemudian disarankan untuk mengonsumsi obat hipertensi secara rutin untuk mengontrol tekanan darahnya. Akan tetapi, Alfa justru mengabaikannya. Ia juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu tensinya naik.

    “Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Adapun serangan stroke terjadi saat Alfa sedang melakukan aktivitas. Pada saat pandemi, ia berlari sekitar tiga hingga lima kilometer di sekitar rumah. Tanpa jeda, ia langsung melanjutkan dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya melonjak hingga 160 bpm.

    Tak lama setelah itu, Alfa mendadak mengalami pusing hebat seperti vertigo. Ia juga menyadari sisi kiri tubuhnya tidak dapat digerakkan. Tangan dan kaki kirinya lumpuh, disertai gangguan bicara dan mulut yang perot.

    Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya untuk menjalani MRI. Hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter.

    Awalnya, dokter menyarankan Alfa untuk menjalani operasi. Namun, karena ia masih mampu merespons pemeriksaan memori dan kesadaran dengan baik, dokter memutuskan untuk tidak melakukan tindakan operasi. Alfa menjalani proses pemulihan dengan dirawat di ICU selama tiga minggu.

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari keluarga dan sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    Terkait kejadian yang dialami Alfa, terlalu banyak mengonsumsi makanan asin bisa memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Ketika tekanan darah tinggi tidak terkontrol, komplikasinya bisa memunculkan penyakit lain mulai dari stroke sampai gagal ginjal.

    “Kalau garam hubungannya itu ke hipertensi. Dengan garam yang banyak tinggi, kandungan garam di dalam pembuluh darah akan menarik air. Cairan akan lebih banyak di pembuluh darah, tekanan darah menjadi meningkat,” ujar spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dr dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenapa Banyak Kasus Stroke Terjadi Saat di Kamar Mandi? Ini Penyebabnya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/kna)

  • Cerita Pria Jakbar Kena Stroke di Usia Muda, Punya Riwayat Tensi Tinggi

    Pantang Menyerah Lawan Stroke, Sempat Lumpuh Kini Bisa Finish Half Marathon

    Jakarta

    Seorang pria di Jakarta Barat, Alfa (46), membagikan kisahnya yang sempat berjuang melawan stroke. Meski sempat lumpuh akibat kondisi tersebut, Alfa pantang menyerah untuk bisa bangkit kembali dan pulih. Bahkan kini dirinya berhasil menyelesaikan half marathon yang diadakan oleh BTN Jakarta International Marathon (JAKIM) 2025 pada Minggu (29/6).

    Kepada detikcom, Alfa menceritakan kronologi terkena serangan stroke akibat tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tak terkontrol yang terdeteksi saat usianya baru 35 tahun.

    Awalnya, Alfa menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check up. Hasil menunjukkan dirinya memiliki tekanan darah tinggi. Namun, pada saat itu, Alfa menolak untuk mengonsumsi obat lantaran dirinya merasa menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga hingga menjaga makan.

    “Kan saya orangnya aktif, saya olahragawan gitu. Maksudnya bukan orang yang mager gitu kan. Kemudian ya udah dijaga makanan ya,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (29/6/2025).

    Pada saat itu, dokter menganjurkan Alfa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan atau medical check-up ulang di usianya yang ke-38. Hasilnya, tekanan darah Alfa kembali terdeteksi tinggi. Akhirnya, dokter menyarankan agar ia mengonsumsi obat. Sayangnya, Alfa tidak meminumnya secara rutin.

    “Pada akhirnya tekanan darah saya memang tidak teratur gitu kan. Saya memang kadang-kadang nggak minum obat karena lupa, atau memang, ‘wah habis minum kopi nih pagi’. ‘Wah, nggak usah deh besok aja dah,” lanjutnya lagi.

    Tak hanya itu, Alfa juga sempat mengalami stres berat pada awal pandemi COVID-19, tepat di usianya yang ke-41 tahun. Ia menyebut kondisi tersebut ikut memicu peningkatan tekanan darah.

    Beberapa waktu kemudian, saat mencoba menjaga kebugaran dengan berolahraga pada masa pandemi, Alfa mengaku berlari sekitar 3 hingga 5 kilometer di sekitar rumahnya.

    Usai berlari tanpa jeda, ia langsung melanjutkan aktivitas fisik dengan senam aerobik tabata. Detak jantungnya saat itu meningkat tajam hingga menyentuh angka 160 bpm.

    Tak lama kemudian, Alfa merasakan pusing hebat seperti vertigo. Tubuhnya tak stabil dan ia segera menyender ke tembok balkon sebelum akhirnya duduk perlahan di lantai. Saat hendak berpindah ke dalam rumah, ia menyadari tubuh bagian kirinya tidak lagi dapat digerakkan. Tangan dan kaki kiri lumpuh, sementara kemampuan bicaranya juga terganggu, mulut menjadi perot dan suara hanya keluar lirih.

    Dengan sisa tenaga, Alfa menyeret tubuh menggunakan kaki kanan untuk masuk ke dalam rumah dan tergeletak di ruang tamu. Ia berada dalam kondisi tersebut selama hampir 12 jam, hingga akhirnya sang istri tiba di rumah dan mendapati dirinya dalam keadaan lemah tak berdaya.

    “Nah, ada lega tuh. Itu tuh jam 8 pagi, istri saya baru pulang dari kantor jam 9 malam. Dan itu adalah, kalau orang ngomong tuh, ‘gila lo ya’. Golden time (stroke ) kan cuma 3-4 jam,” ucap Alfa.

    “Saya melewati hampir 12 jam terkapar di dalam rumah. Waktu itu di dekat ruang tamu gitu kan. Dan saya dari pagi sampai siang itu, sampai malam itu hanya yang bisa saya lakukan adalah doa dan doa,” lanjutnya lagi.

    Alfa kemudian langsung dibawa ke salah satu rumah sakit Surabaya. Pada saat itu, posisi Alfa tengah berada di kota Surabaya. Alfa langsung menjalani MRI dan hasilnya menunjukkan adanya pendarahan di otak kanan, tepatnya di area belakang telinga, dengan volume mencapai 60 mililiter. Dokter menyarankan tindakan operasi segera, namun sang istri sempat meminta opsi lain.

    Untuk menilai kelayakan operasi, dokter melakukan pemeriksaan memori dan kesadaran terhadap Alfa. Pria yang kini berusia 46 tahun itu masih bisa menyebut nama sang istri dan menjawab berbagai pertanyaan terkait memori jangka pendek maupun panjang dengan tepat.

    Setelah melihat hasil pemeriksaan tersebut, dokter akhirnya memutuskan Alfa untuk tidak dioperasi, tetapi tetap harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU.

    Selama dirawat di ICU selama tiga minggu, kondisi Alfa terus menunjukkan perbaikan. Volume pendarahan yang semula 60 mililiter berkurang menjadi sekitar 40 mililiter pada hari ketujuh, 30 mililiter pada hari ke-14, dan mendekati 15 mililiter di hari ke-21. Setelah dinyatakan stabil dan pendarahan berkurang signifikan, ia pun dipindahkan ke ruang perawatan biasa.

    “Dan dokter langsung bilang, ini kondisinya membaik dan perdarahannya sudah berkurang, sehingga bapak besok pindah ke ruangan biasa,” ucapnya.

    Alfa kemudian dipindahkan ke ruang perawatan biasa untuk pemantauan lanjutan. Selama tujuh hari dirawat, kondisinya dinyatakan cukup stabil sehingga diperbolehkan pulang. Pada saat itu, ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya belum bisa berjalan dan hanya bisa berpindah menggunakan kursi roda.

    NEXT: Masa-masa awal pasca stroke

    Masa-masa awal pasca stroke menjadi titik terendah bagi Alfa. Ia sempat merasa kehilangan harapan. Meski begitu, dukungan dari sang istri menjadi titik balik dalam proses pemulihannya.

    “Kamu bukannya nggak bisa jalan, tapi kamu belum bisa jalan,” begitu kata-kata afirmatif yang terus diulang oleh istrinya.

    Dengan semangat yang dipupuk lewat kata-kata positif itu, Alfa memulai proses rehabilitasi medis secara intensif. Karena situasi pandemi, ia menjalani fisioterapi di rumah dengan bantuan tenaga kesehatan yang datang langsung (home care). Perlahan tapi pasti, perkembangan positif mulai terlihat.

    Dalam waktu tiga bulan sejak serangan stroke, Alfa akhirnya berhasil berdiri dan berjalan tanpa bantuan kursi roda maupun tongkat. Semangatnya semakin terpacu ketika sang istri, yang akan berulang tahun, hanya meminta satu hadiah yakni Alfa bisa berjalan tepat di hari ulang tahunnya.

    Permintaan itu menjadi motivasi besar. Dengan tekad dan latihan keras, satu minggu sebelum hari ulang tahun istrinya, Alfa berhasil berjalan tanpa alat bantu. Ia bahkan merekam momen tersebut sebagai hadiah video, yang kemudian ia kirimkan sebagai ‘early gift’. Momen itu pun menjadi titik emosional yang menguatkan semangat keduanya.

    Tak berhenti di situ, Alfa terus melanjutkan proses pemulihannya. Ia tidak hanya kembali berjalan, tetapi juga berlari. Tahun 2022, ia kembali mengikuti ajang lari 5K dalam Mangkunegaran Run. Setahun kemudian, ia menaklukkan jarak 10K di Borobudur Marathon 2023. Dan pada 2025, ia berhasil mencapai garis finis di kategori Half Marathon pada BTN Jakarta International Marathon.

    Perjalanan panjang dari terkapar di ruang tamu hingga kembali berlari sampai ke garis finish menjadi bukti bahwa tekad, dukungan, dan semangat tak pernah sia-sia. Bagi Alfa, setiap langkah hari ini adalah kemenangan dari perjuangan yang dulu nyaris membuatnya menyerah.

  • Kepala Terasa Berat Pagi Hari? Bisa Jadi Kolesterol Tinggi

    Kepala Terasa Berat Pagi Hari? Bisa Jadi Kolesterol Tinggi

    Jakarta

    Kepala terasa berat di pagi hari bisa jadi menandakan kadar kolesterol tinggi. Tapi penting dicatat, selalu butuh pemeriksaan untuk memastikan karena pada dasarnya peningkatan kadar kolesterol tidak memiliki gejala spesifik.

    “Kita harus pemeriksaan kolesterol lengkap. Harus memang pemeriksaan darah,” kata praktisi kesehatan dr Muthmainnah, SpPD-KAI, dalam wawancara dengan detikcom, Rabu (28/5/2025).

    “Intinya sakit kepala itu bukan satu-satunya gejala yang disebabkan oleh kolesterol atau hipertensi,” tegasnya.

    Kadar Kolesterol Normal

    Dikutip dari WebMD, berikut kadar kolesterol normal yang diharapkan:

    Kolesterol total: di bawah 200 mg/dLLDL (Low Density Lipoprotein): di bawah 100 mg/dL atau di bawah 70 mg/dL jika punya riwayat penyakit jantung atau diabetesHDL (High Density Lipoprotein): 40 mg/dL ke atas pada pria, 50 mg/dL ke atas pada wanitaTrigliserida: di bawah 150 mg/dLKaitan Kolesterol Tinggi dengan Kepala Terasa Berat

    Kadar kolesterol tinggi sebagai penyebab sakit kepala memang masih menjadi perdebatan, sejauh ini tidak ada bukti adanya hubungan kausatif atau sebab-akibat. Namun keterkaitan antara keduanya bukan berarti tidak ada sama sekali.

    Sebuah penelitian tahun 2015 berjudul Correlation between Migraine Severity and Cholesterol Levels pernah mencoba mengungkapnya. Hasilnya menunjukkan, ada keterkaitan positif yang signifikan antara frekuensi dan intensitas migrain dengan kadar kolesterol total maupun LDL (low density lipoprotein).

    Penelitian lain pada 2011 juga mengamati kadar lipid atau lemak darah dengan migrain. Dari pengamatan terhadap 925 partisipan, ditemukan kaitan kuat antara kadar kolesterol total dengan keluhan migrain.

    “Kesimpulan umumnya memang ada kaitan jika kita bicara tentang sakit kepala migrain,” kata Like Laffin, MD, seorang ahli jantung, dikutip dari Cleveland Clinic.

    Namun Laffin mengingatkan, riset tersebut hanya mengungkap adanya keterkaitan dan tidak menyimpulkan kolesterol sebagai penyebabnya. Menurutnya, secara umum tidak ada bukti kuat kolesterol menyebabkan keluhan sakit kepala.

    “Otak memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan tekanan darah dalam waktu singkat. Tapi jika meningkat, maka sakit kepala bisa muncul,” jelasnya.

    Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi disebutnya sebagai faktor risiko atherosclerosis. Plak kolesterol yang terbentuk di arteri memicu tekanan darah tinggi, yang terkadang tidak hanya berkaitan dengan keluhan sakit kepala tapi juga stroke.

    (up/up)

  • Ternyata Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Turunkan Risiko Sakit Jantung

    Ternyata Jalan Kaki Seperti Ini Bisa Turunkan Risiko Sakit Jantung

    Jakarta

    Jalan kaki ternyata bisa menjadi cara sederhana dan efektif untuk menjaga kesehatan jantung. Adalah pola jalan kaki 6-6-6, yang membagi waktu jalan di 6 pagi, 6 sore, selama 60 menit, dengan 6 menit pemanasan dan 6 menit pendinginan. Total sekitar 72 menit sehari yang bisa membawa perubahan besar pada kesehatan jantung.

    Jalan kaki pagi hari, tepatnya pukul 6 pagi, punya efek luar biasa, mengacu penelitian The Heart Foundation, berjalan kaki selama 30 menit saja bisa menurunkan risiko penyakit jantung hingga 35 persen.

    Udara yang masih segar di pagi hari membantu paru-paru bekerja lebih baik, dan oksigen yang masuk ke dalam darah lebih maksimal. Jalan kaki pagi juga bisa mempercepat detak jantung secara alami, tanpa membuat jantung ‘kaget’. Ini sangat baik untuk memperkuat otot jantung secara bertahap.

    Selain itu, aktivitas fisik pagi hari juga berperan dalam menurunkan tekanan darah dan menjaga kadar kolesterol tetap stabil, dua faktor penting dalam mencegah penyakit jantung koroner.

    Stres adalah salah satu musuh utama jantung. Setelah seharian beraktivitas, tubuh sering membawa sisa ketegangan yang memengaruhi sistem kardiovaskular. Nah, jalan kaki pukul 6 sore bisa menjadi waktu terbaik untuk menurunkannya.

    Saat kamu berjalan di sore hari, tubuh secara alami mengurangi kadar hormon stres seperti kortisol. Ini membuat tekanan darah turun dan denyut jantung menjadi lebih tenang. Aktivitas fisik ringan seperti ini juga membantu memperbaiki ritme sirkadian tubuh, yang berperan besar dalam kualitas tidur dan pemulihan fungsi jantung di malam hari.

    Kombinasi jalan pagi dan sore ini membentuk siklus sehat, pagi untuk aktivasi, sore untuk relaksasi. Keduanya memberi manfaat langsung ke kesehatan jantung.

    Kelebihan dari aturan 6-6-6 adalah konsistensinya. Kamu tidak perlu olahraga berat, tidak perlu alat, dan tidak harus ke gym. Cukup jalan kaki secara teratur, dan biarkan tubuh bekerja memperkuat jantung secara perlahan tapi pasti.

    Dengan 60 menit jalan kaki per sesi, tubuh memasuki fase pembakaran lemak dan peningkatan sirkulasi darah. Ini berarti aliran darah ke jantung dan organ vital menjadi lebih lancar, mencegah penumpukan plak pada pembuluh darah.

    Tak hanya itu, pemanasan 6 menit sebelum jalan membantu mempersiapkan jantung agar tidak kaget dengan aktivitas fisik. Sedangkan pendinginan 6 menit setelahnya membantu jantung kembali ke ritme normal secara bertahap, keduanya mengurangi risiko aritmia dan tekanan darah melonjak tiba-tiba.

    Aturan 6-6-6 bukan cuma soal olahraga. Ini soal menjaga ritme hidup yang mendukung kerja jantung. Dengan jalan kaki rutin dua kali sehari, kamu memberi waktu bagi jantung untuk bekerja optimal dan pulih dengan baik. Tanpa sadar, kamu juga menurunkan risiko hipertensi, stroke, hingga serangan jantung.

    (naf/naf)

  • Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Jakarta

    Umur masih 20-an tahun, tapi gampang pegal dan kelelahan? Hati-hati, gangguan metabolik mulai banyak menyerang usia muda muda, tak terkecuali Gen-Z.

    Seorang wanita 26 tahun dengan inisial YY mengaku sering kram di bagian kaki, tepatnya di bagian betis. Melalui rubrik konsultasi detikHealth, ia menanyakan penyebab dan cara mengatasinya.

    Untuk mengurangi keluhan tersebut, praktisi kesehatan dr Aru Ariadno, SpPD menyarankan untuk mencoba olahraga berenang. Jika masih ada keluhan, maka ia menyarankan untuk kontrol agar dapat dievaluasi.

    “Kondisi ini bisa terjadi karena masalah otot atau adanya gangguan metabolik,” katanya dalam jawaban singkat yang diberikan.

    Dikutip dari Medical News Today, gangguan metabolik atau metabolic disorder adalah semua kondisi yang mempengaruhi segala aspek metabolisme. Termasuk di antaranya adalah penyakit-penyakit berikut:

    Diabetes mellitusGaucher’s diseaseHemochromatosis.Apa Saja Gejalanya?

    Beberapa gejala yang dapat menyertai gangguan metabolik adalah:

    Rasa letihPerubahan berat badan, naik maupun turunMual dan muntah.

    Karena gangguan metabolik merupakan konsep yang luas dan mencakup berbagai jenis penyakit, gejala bisa sangat bervariasi dan bisa mempengaruhi banyak aspek dari fungsi tubuh. Di antaranya:

    Melemahnya ototPerubahan warna kulitNyeri perutNafsu makan berkurangMasalah perkembangan pada bayi dan balita

    Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom metabolik atau metabolic syndrome merupakan sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, maupun stroke. Nama lain untuk sindrom ini adalah:

    Syndrome XInsulin resistance syndromeDysmetabolic syndrome

    John Hopkins Medicine menyebut, National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart Association (AHA) mendefinisikan sindrom metabolik ketika 3 dari 5 faktor risiko berikut terpenuhi:

    Obesitas abdominal atau obesitas sentral. Artinya, lingkar perut di atas 90 cm untuk wanita dan di atas 100 cm untuk pria.Tekanan darah tinggi. Didefinisikan sebagai tekanan di atas 130/80 mmHgKadar gula darah puasa tinggi. Didefinisikan sebagai kadar 100 mg/dL atau lebihKadar trigliserida tinggi. Yakni di atas 150 mg/dLLDL (Low Density Cholesterol) rendah. Disebut juga kolesterol baik. Termasuk faktor risiko jika kadarnya di bawah 40 mg/dL untuk pria dan di bawah 50 mg/dL untuk wanita

    Dengan kata lain, gangguan metabolik lebih luas cakupannya dibanding sindrom metabolik yang lebih spesifik terkait penyakit tertentu saja.

    Apakah Usia 20-an Bisa Mengalaminya?

    Jika sindrom metabolik dilihat sebagai bagian dari gangguan metabolik yang lebih luas, maka kondisi ini tidak lagi didominasi usia lanjut. Sebuah riset di jurnal medis JAMA menunjukkan, prevalensi sindrom metabolik meningkat dari 32,5 persen di 2011 menjadi 36,9 persen di 2016.

    Peningkatan yang signifikan antara lain terjadi pada kelompok usia dewasa muda, yakni 20-39 tahun. Peningkatannya tercatat dari 16,2 persen menjadi 21,3 persen.

    (up/up)

  • Kesalahan Umum Saat Masak Daging yang Bikin Gagal Sehat

    Kesalahan Umum Saat Masak Daging yang Bikin Gagal Sehat

    Jakarta

    Meski kelihatannya sepele, memasak daging dengan cara yang tidak benar bisa berdampak besar bagi kesehatan. Proses masak yang keliru bukan hanya mengurangi nilai gizi, tapi memicu risiko penyakit tertentu.

    Oleh karena itu, penting untuk mengetahui metode masak atau berbagai bahan yang bisa ditambahkan dalam olahan daging.

    Kesalahan saat Masak Daging

    Cara mengolah daging berperan krusial dalam menjaga nutrisi dan manfaatnya. Jangan sampai, daging yang seharusnya sehat dan bergizi justru berdampak buruk bagi kesehatan. Berikut ini beberapa kesalahan yang jangan dilakukan:

    1. Memakai Santan

    Pakar kesehatan masyarakat Universitas Airlangga, Lailatul Muniroh menuturkan pengolahan daging dengan cara memakai santan adalah kesalahan yang paling sering dilakukan. Menambahkan santan pada hidangan daging, khususnya potongan yang tinggi lemak, dapat memicu lonjakan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

    “Orang-orang cenderung mengonsumsi daging dalam jumlah banyak, terutama jeroan yang tinggi dalam kandungan kolesterol. Mereka sering memasaknya dengan cara tidak sehat, seperti digoreng atau menggunakan santan,” kata Muniroh dikutip dari laman resmi Unair.

    Pengolahan makanan dengan cara ditambahkan santan dapat meningkatkan jumlah lemak, yang berkaitan erat dengan peningkatan kadar kolesterol tubuh.

    2. Digoreng

    Sama halnya dengan penambahan santan, daging yang diolah dengan cara digoreng atau menggunakan banyak minyak dapat meningkatkan kadar lemak trans.

    Konsumsi lemak trans dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan serius seperti penyakit jantung, stroke, obesitas, hingga kanker. Penggunaan minyak berulang juga dapat meningkatkan kadar lemak trans di dalam daging.

    3. Dibakar hingga Gosong

    Spesialis gizi Dr dr Nurul Ratna Mutu Manikam, MGizi, SpKG menuturkan pengolahan daging merah yang tidak tepat, seperti dibakar hingga gosong, dapat meningkatkan risiko kanker. Pengolahan daging dengan suhu yang terlalu tinggi dapat mengeluarkan senyawa karsinogenik seperti Heterocyclic amines dan Polycyclic aromatic hydrocarbons sehingga berbahaya dikonsumsi, khususnya jangka panjang.

    “Jadi risiko kanker payudaranya naik, kanker lambung naik, kanker usus besar naik, kanker rektum juga naik. Itu nanti melalui saluran cerna sehingga dapat menyebabkan kanker di area yang terpajan. Misalnya tenggorokan, lambung, sampai usus besar,” kata dr Nurul ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

    4. Diolah Terlalu Pedas

    Bagi pengidap GERD, daging yang diolah dengan santan dan pedas bisa menjadi pemicu kambuhnya gejala. Beberapa gejala yang mungkin muncul seperti heartburn, regurgitasi, nyeri ulu hati, kembung, sendawa, hingga sesak napas.

    Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menambahkan, tidur setelah makan daging bersantan dan pedas dapat memperparah gejalanya.

    “Kebiasaan langsung rebahan setelah makan daging akan memperparah gejala GERD. Ini bisa memicu heartburn pada 4 dari 5 pasien GERD,” ujarnya.

    Tips Makan Daging Agar Tetap Sehat

    Agar tetap aman, dr Nurul mengimbau konsumsi daging sebaiknya dilakukan secara moderat atau tidak berlebihan. Ia menyarankan konsumsi daging merah sekitar 350-500 gram setiap minggu.

    Sedangkan untuk pengolahan daging merah, ia lebih menganjurkan metode tumis, kukus, atau rebus. Menurutnya, metode tersebut relatif lebih aman dan sehat untuk daging merah.

    “Kalau misalnya masak sup, sup daging, sup merah, dengan kacang merah itu nggakpapa ya. Bikin empal asem, empal gentong nggakpapa. Tapi begitu dibakar di atas api langsung, itu menyebabkan risiko kankernya naik,” kata dr Nurul.

    Memadukan daging dengan sayur dan buah juga bisa dilakukan. Serat dalam buah dan sayur dapat meningkatkan kesehatan pencernaan dan mengurangi risiko gangguan metabolisme.

    Departemen pertanian Amerika Serikat, United States Department of Agriculture (USDA) telah menetapkan panduan resmi suhu internal minimal yang harus dicapai saat memasak daging. Panduan ini dibuat agar daging yang dimasak terhindar dari bakteri berbahaya seperti Salmonella, E.Coli, dan Listeria.

    Daging sapi, kambing, atau domba harus dimasak hingga suhu internal minimal mencapai 63 derajat celsius. Lalu diamkan selama 3 menit sebelum dimakan agar panas menyebar ke seluruh bagian daging dan membunuh sisa bakteri yang mungkin masih ada.

    Sedangkan untuk daging giling, suhu internal minimal yang harus dicapai adalah 71 derajat celsius.

    (avk/tgm)

  • 5 Tips Konsumsi Daging untuk Pengidap Hipertensi

    5 Tips Konsumsi Daging untuk Pengidap Hipertensi

    Jakarta

    Hipertensi terjadi saat tekanan dalam pembuluh darah terlalu tinggi, yaitu sama dengan 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Orang dengan tekanan darah tinggi seringkali tidak merasakan gejala.

    Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui tekanan darah adalah dengan memeriksakannya. Jika dibiarkan, hipertensi bisa menyebabkan risiko penyakit seperti stroke dan jantung.

    Penting untuk memperhatikan asupan apa saja yang dikonsumsi. Pengidap hipertensi masih boleh mengonsumsi daging, kendati demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

    5 Tips Konsumsi Daging untuk Pengidap Hipertensi

    Pengidap hipertensi penting untuk menghindari bagian lemak pada daging, memperhatikan takaran garam, hingga pengolahannya.

    1. Hindari Bagian Lemak

    Pada daging sapi atau kambing ada bagian yang memiliki banyak lemak, seperti daerah dekat perut. Penting untuk menghindari daging yang tidak terlalu banyak memiliki lemak.

    “Ada area yang dibawa di bagian sentral atau yang kita sebut dengan lean. Itu umumnya adalah daging otot semua. Artinya dalam otot tersebut, kandungan lemak itu kecil,” kata Spesialis Penyakit Dalam di Mayapada Hospital, dr Ray Rattu, SpPD saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Dikutip dari lama American Heart Association, asupan lemak jenuh juga bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam darah dan bisa meningkatkan sakit jantung.

    2. Perhatikan Takaran Garam

    Tak hanya mempertimbangkan komposisi lemak, orang dengan hipertensi juga perlu memperhatikan bumbu dapur saat mengolah daging. Umumnya, takaran garam dibatasi hanya satu sendok per hari.

    “Kalau untuk penderita hipertensi, maksimal kadar natrium harian yang direkomendasikan hanya di 1500 miligram per hari, atau kalau misalnya untuk ukuran rumah tangga hanya 2/3 sendok teh, gitu,” kata spesialis gizi klinis, dr Dessy Suci Rachmawati, SpGK kepada detikcom Jumat (30/5/2025).

    3. Perhatikan Pengolahannya

    Makanan yang digoreng akan mengandung lemak jenuh dan garam. Dikutip dari laman Durham Nephrology, keduanya harus dihindari bagi orang dengan tekanan darah tinggi.

    Pilih memasak daging dengan cara dipanggang atau ditumis dibandingkan dengan digoreng. Cara lainnya adalah menggunakan air fryer namun tetap penting untuk memperhatikan kandungan garam dari daging yang dimasak.

    4. Hindari Konsumsi Daging Olahan

    Hindari memakan daging olahan. Sebab, daging olahan sering diawetkan atau dibumbui dengan garam sehingga mengandung kadar natrium yang tinggi.

    5. Jangan Makan Terlalu Banyak

    Daging memang mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat. Namun, bagi orang dengan sindrom metabolik seperti pengidap hipertensi perlu membatasi asupannya.

    Menurut Pakar Gizi dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, orang dengan hipertensi boleh mengonsumsi setidaknya 100 gram sehari. Selain itu pastikan juga makanan yang dikonsumsi tetap seimbang.

    “Kalo orang hipertensi kan dia minum obat teratur, terus nanti makannya ya tetap seimbang aja. Makan nasinya ada sayurnya ada dagingnya, jadi jangan makan daging semuanya,” imbaunya.

    Faktor Risiko Hipertensi

    Faktor risiko yang membuat seseorang lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi di antaranya:

    Memiliki anggota keluarga dengan tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, atau diabetesBerusia di atas 55 tahunMemiliki kondisi tertentu, seperti penyakit ginjal kronis, sleep apnea, atau penyakit tiroidMemiliki kelebihan berat badanTidak cukup berolahragaMengonsumsi makanan yang mengandung banyak natriumMerokokTerlalu banyak minum alkohol

    Dalam beberapa kasus, tekanan darah tinggi bisa diturunkan tanpa obat, yaitu dengan melakukan pola hidup sehat. Berikut caranya:

    Jaga berat badan yang sehatMakan makanan sehat, misalnya diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang mencakup makanan kaya kalium kalsium, magnesium, serat, protein, rendah lemak jenuh, dan rendah garam.Olahraga, bisa dimulai dengan perlahan dan tingkatkan hingga 150 menit latihan aerobik per mingguHindari alkohol

    (elk/tgm)

  • 5 Manfaat Minum Air Kunyit Sebelum Tidur, Banyak yang Belum Tahu!

    5 Manfaat Minum Air Kunyit Sebelum Tidur, Banyak yang Belum Tahu!

    Jakarta

    Kunyit atau curcuma longa merupakan salah satu jenis rempah yang terkenal akan rasa dan aromanya yang khas. Selain menjadi salah satu bahan masakan, kunyit dipercaya memiliki banyak sekali manfaat kesehatan.

    Kunyit sebenarnya tumbuh secara alami di Asia Tenggara. Tapi di negara lain seperti India, kunyit sudah dimanfaatkan selama berabad-abad sebagai bahan masakan dan pengobatan tradisional.

    Manfaat Minum Air Kunyit Sebelum Tidur

    Salah satu cara mengonsumsi kunyit adalah dengan cara diambil sarinya. Air kunyit yang dikonsumsi sebelum tidur rupanya memberikan efek yang luar biasa untuk tubuh. Dikutip dari Health, berikut ini beberapa manfaat yang bisa didapatkan:

    1. Mencegah Penyakit Metabolik

    Konsumsi air kunyit dikaitkan dengan pencegahan penyakit metabolik seperti diabetes tipe dua, stroke, dan penyakit jantung. Sebuah studi meneliti efek suplementasi kandungan kurkumin dalam kunyit pada pengidap sindrom metabolik.

    Peneliti mengamati kadar protein proinflamasi yang disebut sitokin. Hasilnya, kurkumin terbukti secara signifikan menurunkan kadar sitokin dalam sampel darah peserta dalam delapan pekan.

    2. Mengatasi Gejala Depresi dan Kecemasan

    Depresi merupakan gangguan kesehatan mental serius yang menyebabkan perasaan sedih, kehilangan energi, penurunan nafsu makan, dan hilangnya minat pada sesuatu.

    Sebuah tinjauan terhadap sembilan studi menemukan peserta yang mengonsumsi suplemen kunyit mengalami perbaikan signifikan pada gejala mereka. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk menemukan korelasinya secara langsung.

    3. Mengurangi Peradangan

    Ketika tubuh terinfeksi atau mengalami cedera, sistem imun akan mengirimkan sel-sel peradangan dan zat kimia seperti sitokin untuk melakukan perlindungan dan penyembuhan. Tapi, jika respons ini terjadi berulang meski tak dibutuhkan (peradangan kronis), ini dapat memicu nyeri, kelelahan, depresi, kenaikan berat badan, dan masalah kesehatan lainnya.

    Tinjauan terhadap tujuh uji klinis menemukan bahwa konsumsi kunyit selama lebih dari enam pekan dapat menurunkan penanda stres oksidatif dan meningkatkan kadar antioksidan.

    4. Mencegah Penyakit Jantung.

    Masalah jantung merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak di dunia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko yang paling signifikan dalam penyakit jantung.

    Sebuah penelitian kecil menemukan konsentrat kunyit membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan antioksidan, dan mengurang stres oksidatif 30 menit setelah berolahraga. Peneliti menulis temuan ini menunjukkan konsumsi kunyit bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung.

    5. Mencegah Kanker

    Kanker merupakan jenis penyakit yang terjadi ketika sel organ tumbuh secara tidak normal, menyebar, dan merusak jaringan tubuh di sekitarnya. Beberapa bukti penelitian menunjukkan nanopartikel kurkumin dapat mengecilkan ukuran dan berat tumor.

    Cara Membuat Air Kunyit

    Cara membuat air kunyit sangatlah muda. Ambil beberapa ruas kunyit, cuci bersih, dan kupas kulitnya. Lalu kunyit bisa langsung direbus dalam air mendidih selama beberapa menit sebelum menyaringnya.

    Untuk meningkatkan rasanya, air kunyit bisa dikombinasikan dengan madu, gula jawa, jahe, susu, atau lemon.

    “Kunyit dikenal memiliki manfaat pengobatan dan dapat membantu Anda melawan banyak penyakit. Ia bekerja sebagai detoksifikasi alami dan membantu tubuh Anda membuang racun dan meremajakan tubuh,” kata ahli gizi Vidhi Chawla dikutip dari Healthshots.

    (avk/tgm)