Topik: stroke

  • Geger Mahasiswa RI Meninggal di Austria, Kenapa Serangan Panas Bisa Fatal?

    Geger Mahasiswa RI Meninggal di Austria, Kenapa Serangan Panas Bisa Fatal?

    Jakarta

    Kasus kematian mahasiswa asal Indonesia mendapat respons yang luas dari publik. Dikabarkan kematiannya ini terjadi saat mendampingi kunjungan kerja pejabat publik Indonesia di Wina, Austria, Rabu (27/8/2025).

    PPI Belanda menyebut bahwa Muhammad Athaya Helmi Nasution, yang merupakan anggota mereka, meninggal pada 27 Agustus 2025 akibat “serangan panas yang berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi serta kelelahan” usai beraktivitas sebagai pemandu seharian.

    “Almarhum suspected seizure kemungkinan besar mengalami heatstroke (sengatan panas) berkaitan dengan kurangnya cairan dan asupan nutrisi yang mengakibatkan electrolyte imbalances (ketidakseimbangan elektrolit) dan hypoglycemia (kadar gula darah turun di bawah kadar normal) hingga berujung pada stroke,” kata PPI Belanda dalam keterangannya, dikutip Selasa (9/9/2025).

    Kenapa serangan panas picu stroke?

    Serangan panas atau heatstroke merupakan kondisi mengancam jiwa yang harus mendapatkan penanganan segera. Heat stroke terjadi akibat paparan suhu tinggi atau aktivitas fisik dalam suhu tinggi dalam waktu lama.

    Sebuah studi di China menemukan bahwa paparan suhu tinggi sekitar 33 derajat celcius hanya selama satu jam meningkatkan risiko stroke hingga 10 jam kemudian, bahkan setelah mereka pindah ke tempat bersuhu lebih rendah.

    “Ketika suhu naik, tubuh Anda mengirimkan lebih banyak darah ke kulit untuk mendinginkannya dan membuat Anda berkeringat. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, yang mengentalkan darah, sehingga lebih mudah membentuk gumpalan yang dapat menghalangi aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke,” kata rekan penulis studi Jing Zhao, MD, PhD, wakil direktur neurologi di Universitas Fudan dan kepala neurologi di Rumah Sakit Minhang Universitas Fudan di Shanghai, China, dikutip dari WebMD.

    Selain itu, panas dapat membuat lapisan usus lebih permeabel, sehingga memungkinkan bakteri memasuki aliran darah. Bakteri ini melepaskan racun yang menyebabkan peradangan di seluruh tubuh, yang juga dapat berkontribusi terhadap stroke dengan membuat plak arteri menjadi tidak stabil.

    Suhu tinggi dapat memicu dehidrasi, yang dapat membuat darah lebih kental dan lebih mudah menggumpal. Hal ini lah yang kemudian memicu stroke pada orang dengan risiko.

    Tonton juga video “Kemlu soal Mahasiswa RI Meninggal saat Dampingi Pejabat ke Austria” di sini:

    (kna/kna)

  • 10 Ribu Langkah Sehari Vs Jalan Ala Jepang, Mana Lebih Baik untuk Jantung?

    10 Ribu Langkah Sehari Vs Jalan Ala Jepang, Mana Lebih Baik untuk Jantung?

    Jakarta

    Di dunia yang serba cepat ini, semua orang mencari cara yang efisien untuk tetap sehat. Selama beberapa dekade, berjalan 10 rb langkah per hari menjadi tolak ukur kebugaran seseorang.

    Namun, kini sebuah teknik yang terbukti secara ilmiah dari Jepang yang dapat membentuk kembali cara manusia untuk menjalani aktivitas fisik sehari-hari. Teknik ini disebut lebih efisien daripada harus mencapai target 10 ribu langkah.

    Dokter yang berafiliasi dengan AIIMS, Harvard, dan Stanford, Dr Saurabh Sethi, mengungkapkan teknik jalan interval ala Jepang ini banyak dipilih karena manfaat kesehatannya. Hal ini termasuk dalam peningkatan fungsi kardiovaskular, penurunan tekanan darah, dan peningkatan daya tahan fisik.

    Jumlah Langkah Vs Intensitas Berjalan

    Berdasarkan penelitian, mantra ’10 ribu langkah’ berasal dari kampanye pemasaran Jepang pada tahun 1960-an, bukan dari sains. Meski mendorong gerakan, pendekatan ini lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas.

    Dari penelitian modern menunjukkan bahwa cara berjalan, dalam hal kecepatan dan intensitas, mungkin lebih penting daripada jumlah langkah yang diambil. Banyak orang kesulitan untuk meluangkan waktu berjalan 10 ribu langkah atau sekitar 7-8 km per hari.

    Kini, itu tidak perlu lagi. Ada jalan interval yang dikembangkan di Jepang oleh para peneliti yang mempelajari bagaimana aktivitas intens dalam waktu singkat, dan mempengaruhi populasi lansia.

    Jalan interval melibatkan pergantian antara jalan lambat dan cepat dalam interval waktu tertentu. Teknik ini merangsang pengerahan tenaga kardiovaskular, meningkatkan kekuatan otot, dan melatih sistem aerobik hanya dalam 30 menit sehari.

    Cara Berlatih Jalan Interval Jepang

    Dikutip dari Times of India, berikut cara berlatih jalan interval Jepang dengan benar:

    1. Pemanasan

    Untuk pemanasan, berjalanlah dengan kecepatan lambat dan nyaman selama 3-5 menit. Ini berfungsi untuk mengaktifkan otot dan mempersiapkan jantung sebelum berlatih. Kemudian, mulailah interval:

    Berjalan perlahan selama 3 menit (fase pemulihan).Berjalan cepat selama 3 menit.Ulangi siklus ini empat hingga lima kali.

    2. Pendinginan

    Akhiri aktivitas dengan berjalan lambat selama 3-5 menit lagi. Ini berfungsi untuk menurunkan detak jantung secara bertahap. Jadi, total waktu keseluruhan sekitar 30 menit sehari.

    Manfaat Kesehatan Jalan Interval Jepang

    1. Menurunkan Tekanan Darah

    Kegiatan ini dapat menurunkan tekanan darah secara alami. Penelitian menunjukkan jalan interval dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan.

    Kecepatan bergantian ini menantang sistem kardiovaskular dengan cara yang sehat dan meningkatkan fleksibilitas pembuluh darah.

    2. Meningkatkan Kapasitas Aerobik

    Latihan interval meningkatkan VO2 maks, yaitu jumlah oksigen maksimum yang dapat digunakan tubuh selama berolahraga. Hal ini membuat jantung dan paru-paru bekerja lebih efisien.

    3. Membangun Kekuatan Otot

    Tidak seperti jalan biasa, jalan interval menargetkan otot-otot tungkai bawah, terutama di paha dan betis. Seiring waktu, ha ini membantu meningkatkan tonus otot dan daya tahan, terutama pada lansia.

    4. Mengurangi Risiko Stroke dan Penyakit Jantung

    Sirkulasi dan fungsi jantung yang lebih baik mengurangi penumpukan plak di arteri, dan menurunkan kemungkinan kejadian kardiovaskular seperti stroke atau serangan jantung.

    5. Meningkatkan Suasana Hati dan Kesehatan Kognitif

    Seperti olahraga sedang hingga intens lainnya, jalan interval merangsang pelepasan endorfin dan serotonin, yang meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, hingga meningkatkan kinerja kognitif.

    6. Mendukung Manajemen Berat Badan

    Interval cepat meningkatkan laju metabolisme. Ini membantu membakar lebih banyak kalori daripada jalan santai dalam waktu yang lebih singkat.

    “Metode ini ramah sendi, hemat waktu, dan sangat efektif. Teknik ini menawarkan hasil yang mengesankan, yakni tekanan darah yang lebih baik, risiko stroke yang lebih rendah, kualitas tidur yang lebih baik, dan kekebalan tubuh yang lebih kuat,” terang Dr Saurabh Sethi.

    Ia menekankan bahwa metode ini cocok untuk semua kelompok usia. Terutama, mereka yang ingin meningkatkan kesehatan tanpa latihan di pusat kebugaran yang intens atau rutinitas yang rumit.

    Strategi Sederhana untuk Tetap Aktif Sepanjang HariRutinitas pagiSisihkan waktu berjalan kaki interval 30 menit di pagi hari, untuk meningkatkan metabolisme dan fokus mental.Relaksasi setelah bekerjaGunakan untuk menghilangkan stres setelah bekerja, alih-alih aktivitas pasif seperti menonton TV.Rapat sambil berjalan kakiJika pekerjaan memungkinkan, berjalanlah dengan langkah cepat selama panggilan virtual dan bergantian saat istirahat.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Jakarta

    Teh merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Minuman ini tetap enak disajikan hangat maupun dingin, dan memiliki makna budaya yang mendalam di banyak negara.

    Ramuan kuno ini juga dihargai karena khasiatnya yang ampuh untuk kesehatan. Lantas, benarkah teh memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan?

    Teh merupakan minuman yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara pengolahannya. Kombinasi metode pengolahan yang spesifik menentukan warna, rasa, dan jenis teh.

    Misalnya teh hitam, mengalami penggilingan dan oksidasi, yang memperdalam warna kuning, merah, atau cokelatnya serta mengintensifkan rasanya. Sementara teh hijau, pengolahannya dikukus untuk mencegah oksidasi, sehingga warna hijaunya tetap segar dan rasanya lebih ringan.

    Teh kaya akan fitokimia, yakni senyawa yang memberikan karakteristik pada tanaman (seperti warna dan bau) dan memiliki efek farmakologis saat seseorang mengonsumsinya. Fitokimia utama dalam teh adalah kafein dan polifenol.

    Jumlah dan jenis fitokimia dalam teh bergantung pada bagaimana daun teh diproses. Misalnya, teh yan teroksidasi mengandung polifenol tingkat tinggi yang disebut katekin. Teh yang teroksidasi penuh kaya akan polifenol yang disebut theaflavin dan thearubigin.

    “Teh hijau memiliki lebih banyak polifenol daripada teh hitam. Tetapi, teh hitam mengandung lebih banyak kafein,” jelas ketua Departemen Nutrisi dan profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard T H Chan School of Public Health, Dr Frank Hu.

    “Matcha adalah teh hijau kering yang digiling menjadi partikel-partikel halus. Teh ini lebih pekat, lebih tinggi kafein dan polifenolnya daripada teh hijau biasa,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Apakah Teh Baik untuk Kesehatan Tubuh?

    Dari ratusan penelitian yang dipublikasikan tentang manfaat teh bagi kesehatan belum memberikan bukti konklusif. Banyak penelitian berskala kecil atau dilakukan dalam jangka yang pendek.

    Sebagian besar penelitian tentang teh, bahkan yang berskala besar, bersifat observasional, artinya menilai hubungan antara konsumsi teh dan kesehatan. Belum tentu hubungan sebab-akibat.

    “Namun, arah penelitian secara keseluruhan menunjukkan potensi manfaat,” kata Dr Hu.

    “Misalnya, katekin dalam teh hijau memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada model hewan dan penelitian tabung reaksi. Polifenol seperti quercetin dalam teh hitam memiliki efek anti-inflamasi yang serupa.”

    Bagaimana Teh dapat Membantu Kesehatan?

    Penelitian menunjukkan bahwa sifat anti-inflamasi dan antioksidan teh dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis. Dr Hu menjelaskan bahwa beberapa analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi teh yang lebih tinggi, terutama teh hitam dan teh hijau, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kematian dini.

    “Dan beberapa studi menunjukkan minum teh dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental,” tambah Dr Hu.

    Sebuah analisis studi tahun 2023 yang melibatkan lebih dari 410.000 orang yang dipublikasikan oleh PeerJ, mengisyaratkan bahwa minum teh dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Konsumsi teh bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.

    Misalnya, sebuah studi observasional tahun 2020 terhadap 5.000 orang di Jepang yang dipublikasikan oleh BMJ Open Diabetes Research & Care, menemukan bahwa minum empat cangkir teh hijau per hari dikaitkan dengan risiko kematian dini yang 40 persen lebih rendah. Selain itu, teh mengandung kafein, yang memberikan lonjakan energi dan kejernihan mental.

    Lantas, Berapa Banyak Teh yang Sebaiknya Dikonsumsi?

    Dr Hu menjelaskan bahwa manfaat kesehatan teh didapat dengan meminum dua hingga empat cangkir teh hijau, hitam, atau teh oolong setiap hari. Jenis teh lain, seperti teh fermentasi yang dikenal sebagai pu-erh, mungkin juga baik untuk kesehatan meski bukti pendukungnya lebih terbatas.

    Efek teh tidak selalu positif. Jika menambahkan terlalu banyak pemanis dan krim ke dalam teh, dapat meningkatkan asupan kalori, lemak, dan gula. Jika mengalami insomnia atau detak jantung tidak teratur, kafein pada teh dapat memicu gejala yang tidak nyaman.

    Minum teh yang terlalu panas juga dapat merusak kerongkongan dan meningkatkan risiko kanker. Meski begitu, secara umum teh merupakan bagian dari pola makan sehat.

    “Dan teh itu menenangkan. Ada sesuatu tentang kenikmatan teh yang patut dipertimbangkan,” pungkas Dr Hu.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Jakarta

    Teh merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Minuman ini tetap enak disajikan hangat maupun dingin, dan memiliki makna budaya yang mendalam di banyak negara.

    Ramuan kuno ini juga dihargai karena khasiatnya yang ampuh untuk kesehatan. Lantas, benarkah teh memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan?

    Teh merupakan minuman yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara pengolahannya. Kombinasi metode pengolahan yang spesifik menentukan warna, rasa, dan jenis teh.

    Misalnya teh hitam, mengalami penggilingan dan oksidasi, yang memperdalam warna kuning, merah, atau cokelatnya serta mengintensifkan rasanya. Sementara teh hijau, pengolahannya dikukus untuk mencegah oksidasi, sehingga warna hijaunya tetap segar dan rasanya lebih ringan.

    Teh kaya akan fitokimia, yakni senyawa yang memberikan karakteristik pada tanaman (seperti warna dan bau) dan memiliki efek farmakologis saat seseorang mengonsumsinya. Fitokimia utama dalam teh adalah kafein dan polifenol.

    Jumlah dan jenis fitokimia dalam teh bergantung pada bagaimana daun teh diproses. Misalnya, teh yan teroksidasi mengandung polifenol tingkat tinggi yang disebut katekin. Teh yang teroksidasi penuh kaya akan polifenol yang disebut theaflavin dan thearubigin.

    “Teh hijau memiliki lebih banyak polifenol daripada teh hitam. Tetapi, teh hitam mengandung lebih banyak kafein,” jelas ketua Departemen Nutrisi dan profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard T H Chan School of Public Health, Dr Frank Hu.

    “Matcha adalah teh hijau kering yang digiling menjadi partikel-partikel halus. Teh ini lebih pekat, lebih tinggi kafein dan polifenolnya daripada teh hijau biasa,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Apakah Teh Baik untuk Kesehatan Tubuh?

    Dari ratusan penelitian yang dipublikasikan tentang manfaat teh bagi kesehatan belum memberikan bukti konklusif. Banyak penelitian berskala kecil atau dilakukan dalam jangka yang pendek.

    Sebagian besar penelitian tentang teh, bahkan yang berskala besar, bersifat observasional, artinya menilai hubungan antara konsumsi teh dan kesehatan. Belum tentu hubungan sebab-akibat.

    “Namun, arah penelitian secara keseluruhan menunjukkan potensi manfaat,” kata Dr Hu.

    “Misalnya, katekin dalam teh hijau memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada model hewan dan penelitian tabung reaksi. Polifenol seperti quercetin dalam teh hitam memiliki efek anti-inflamasi yang serupa.”

    Bagaimana Teh dapat Membantu Kesehatan?

    Penelitian menunjukkan bahwa sifat anti-inflamasi dan antioksidan teh dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis. Dr Hu menjelaskan bahwa beberapa analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi teh yang lebih tinggi, terutama teh hitam dan teh hijau, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kematian dini.

    “Dan beberapa studi menunjukkan minum teh dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental,” tambah Dr Hu.

    Sebuah analisis studi tahun 2023 yang melibatkan lebih dari 410.000 orang yang dipublikasikan oleh PeerJ, mengisyaratkan bahwa minum teh dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Konsumsi teh bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.

    Misalnya, sebuah studi observasional tahun 2020 terhadap 5.000 orang di Jepang yang dipublikasikan oleh BMJ Open Diabetes Research & Care, menemukan bahwa minum empat cangkir teh hijau per hari dikaitkan dengan risiko kematian dini yang 40 persen lebih rendah. Selain itu, teh mengandung kafein, yang memberikan lonjakan energi dan kejernihan mental.

    Lantas, Berapa Banyak Teh yang Sebaiknya Dikonsumsi?

    Dr Hu menjelaskan bahwa manfaat kesehatan teh didapat dengan meminum dua hingga empat cangkir teh hijau, hitam, atau teh oolong setiap hari. Jenis teh lain, seperti teh fermentasi yang dikenal sebagai pu-erh, mungkin juga baik untuk kesehatan meski bukti pendukungnya lebih terbatas.

    Efek teh tidak selalu positif. Jika menambahkan terlalu banyak pemanis dan krim ke dalam teh, dapat meningkatkan asupan kalori, lemak, dan gula. Jika mengalami insomnia atau detak jantung tidak teratur, kafein pada teh dapat memicu gejala yang tidak nyaman.

    Minum teh yang terlalu panas juga dapat merusak kerongkongan dan meningkatkan risiko kanker. Meski begitu, secara umum teh merupakan bagian dari pola makan sehat.

    “Dan teh itu menenangkan. Ada sesuatu tentang kenikmatan teh yang patut dipertimbangkan,” pungkas Dr Hu.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Studi Ungkap Wanita ‘Alumni’ COVID Rentan Kena Penyakit Jantung-Stroke, Ini Alasannya

    Studi Ungkap Wanita ‘Alumni’ COVID Rentan Kena Penyakit Jantung-Stroke, Ini Alasannya

    Jakarta

    Sebuah studi baru yang dipublikasikan di European Heart Journal mengungkap kaitan penyakit jantung dengan wanita yang pernah terkena COVID-19. Penelitian tersebut menemukan, infeksi COVID-19 dapat mempercepat penuaan pembuluh darah hingga sekitar lima tahun, terutama pada wanita.

    Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah secara alami menjadi lebih kaku. Namun, studi baru ini menunjukkan bahwa infeksi COVID dapat mempercepat proses tersebut. Hal ini penting karena pembuluh darah yang lebih kaku meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk stroke dan serangan jantung.

    “Sejak pandemi, kami telah mempelajari bahwa banyak orang yang terinfeksi Covid mengalami gejala yang dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Namun, kami masih mempelajari apa yang terjadi di dalam tubuh yang menyebabkan gejala-gejala ini.” tutur Profesor Rosa Maria Bruno dari Université Paris Cité, Prancis, yang memimpin penelitian ini.

    COVID sendiri diketahui dapat langsung memengaruhi pembuluh darah. Hal ini bisa menyebabkan apa yang disebut penuaan pembuluh darah dini, yaitu kondisi ketika pembuluh darah menjadi lebih tua dibanding usia biologis seseorang, sehingga ia lebih rentan terkena penyakit jantung.

    “Jika itu terjadi, kita perlu mengidentifikasi siapa yang berisiko pada tahap awal untuk mencegah serangan jantung dan stroke,” lanjutnya.

    Adapun studi ini studi ini melibatkan 2.390 orang dari 16 negara berbeda, Austria, Australia, Brasil, Kanada, Siprus, Prancis, Yunani, Italia, Meksiko, Norwegia, Turki, Inggris, dan AS, yang direkrut antara September 2020 hingga Februari 2022. Peserta dikategorikan berdasarkan empat kelompok, yakni Tidak pernah terkena COVID, baru terkena COVID namun tidak dirawat di rumah sakit, dirawat di ruang perawatan umum, serta peserta yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

    Para peneliti menilai usia vaskular peserta dengan perangkat yang mengukur kecepatan gelombang tekanan darah dari arteri karotis (leher) ke arteri femoralis (paha). Pengukuran ini disebut carotid-femoral pulse wave velocity (PWV). Semakin tinggi nilainya, semakin kaku pembuluh darah dan semakin tua usia vaskular seseorang. Pengukuran dilakukan enam bulan setelah infeksi dan diulang 12 bulan kemudian.

    Selain itu, peneliti juga mencatat faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, dan kondisi lain yang memengaruhi kesehatan kardiovaskular.

    Hasil Penelitian

    Setelah mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, peneliti menemukan bahwa semua kelompok pasien yang pernah terinfeksi COVID, termasuk yang hanya mengalami gejala ringan, memiliki pembuluh darah lebih kaku dibandingkan mereka yang tidak pernah terinfeksi. Efek ini lebih jelas pada wanita dan pada pengidap long COVID dengan gejala seperti sesak napas dan kelelahan.

    Rata-rata peningkatan PWV pada wanita dengan infeksi COVID ringan adalah 0,55 meter per detik, pada wanita yang dirawat di rumah sakit 0,60 m/s, dan pada yang dirawat di ICU mencapai 1,09 m/s. Peneliti menyebut peningkatan sekitar 0,5 m/s sudah bermakna secara klinis, setara dengan penuaan lima tahun, serta meningkatkan risiko penyakit jantung sekitar 3 persen pada wanita usia 60 tahun.

    Orang yang telah divaksinasi umumnya memiliki pembuluh darah yang lebih lentur dibandingkan yang tidak divaksin. Dalam jangka panjang, penuaan pembuluh darah akibat COVID tampak stabil atau sedikit membaik.

    Alasan Wanita ‘Alumni’ COVID Bisa Kena Penyakit Jantung

    “Ada beberapa kemungkinan penjelasan mengenai dampak COVID terhadap pembuluh darah,” kata Prof Bruno.

    Virus SARS-CoV-2 menempel pada reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) yang terdapat di lapisan pembuluh darah. Virus menggunakan reseptor ini untuk masuk dan menginfeksi sel, yang kemudian dapat menyebabkan disfungsi vaskular dan mempercepat penuaan pembuluh darah. Respon peradangan dan sistem imun tubuh juga berperan.

    Salah satu alasan adanya perbedaan antara pria dan wanita mungkin terkait fungsi sistem imun. Wanita cenderung memiliki respon imun yang lebih cepat dan kuat, sehingga lebih terlindungi dari infeksi. Namun, respon yang sama juga bisa memperparah kerusakan pembuluh darah setelah infeksi awal.

    Prof Bruno mengatakan, penuaan pembuluh darah mudah diukur dan bisa ditangani dengan pengobatan yang tersedia luas, seperti perubahan gaya hidup, obat penurun tekanan darah, dan obat penurun kolesterol. Bagi orang yang mengalami percepatan penuaan pembuluh darah, penting untuk melakukan segala cara guna menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.

    Ia dan timnya akan terus memantau peserta penelitian selama beberapa tahun ke depan untuk mengetahui apakah percepatan penuaan pembuluh darah tersebut benar-benar meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Duh! Studi Bawa Kabar Nggak Enak Bagi Wanita ‘Alumni’ COVID, Bisa Kena Penyakit Ini

    Duh! Studi Bawa Kabar Nggak Enak Bagi Wanita ‘Alumni’ COVID, Bisa Kena Penyakit Ini

    Jakarta

    Dari Long COVID hingga masalah kesehatan berkepanjangan, para ahli masih terus meneliti dampak jangka panjang infeksi COVID-19. Sebuah studi terbaru menemukan, infeksi COVID dapat mempercepat penuaan pembuluh darah hingga sekitar lima tahun, terutama pada perempuan.

    Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Rosa Maria Bruno dari Université Paris Cité, Prancis, dan hasilnya dipublikasikan di European Heart Journal.

    Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah secara alami akan menjadi lebih kaku. Namun, studi ini menemukan, COVID-19 dapat mempercepat proses tersebut. Pengerasan pembuluh darah meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk stroke dan serangan jantung.

    “Sejak pandemi, kita tahu banyak orang yang setelah terkena COVID mengalami gejala yang bertahan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Namun, kami masih mencari tahu apa yang terjadi di dalam tubuh hingga menimbulkan gejala tersebut,” jelas Prof Bruno, dikutip dari Times of India.

    “Kami tahu COVID bisa langsung memengaruhi pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan apa yang kami sebut penuaan pembuluh darah dini-artinya pembuluh darah menjadi lebih tua dari usia kronologis seseorang, sehingga lebih rentan terhadap penyakit jantung. Jika itu benar terjadi, kita harus bisa mengenali siapa saja yang berisiko sejak dini untuk mencegah serangan jantung dan stroke,” tambahnya.

    Untuk memahami dampak COVID terhadap pembuluh darah, peneliti menganalisis 2.390 orang dari 16 negara, yakni Austria, Australia, Brasil, Kanada, Siprus, Prancis, Yunani, Italia, Meksiko, Norwegia, Turki, Inggris, dan AS, pada periode September 2020-Februari 2022.

    Peserta dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu mereka yang tidak pernah terkena COVID, mereka yang baru terkena COVID namun tidak dirawat di rumah sakit, mereka yang dirawat di ruang perawatan biasa, serta mereka yang dirawat di ICU.

    Penuaan pembuluh darah diukur enam bulan setelah infeksi, lalu diulang 12 bulan kemudian. Semakin kaku pembuluh darah, semakin tinggi usia vaskular seseorang.

    Peneliti menemukan, orang yang pernah terkena COVID, termasuk yang hanya mengalami gejala ringan, memiliki pembuluh darah lebih kaku dibanding mereka yang tidak pernah terinfeksi. Efek ini lebih kuat pada perempuan dan pada penderita long COVID dengan gejala seperti kelelahan dan sesak napas.

    Pada perempuan yang mengalami infeksi ringan, kekakuan arteri rata-rata meningkat 0,55 m/s. Angka ini naik menjadi 0,60 m/s bila dirawat di rumah sakit, dan 1,09 m/s bila dirawat di ICU.

    Menurut peneliti, peningkatan 0,5 m/s dianggap relevan secara klinis, setara dengan penuaan sekitar lima tahun, serta meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 3 persen pada perempuan berusia 60 tahun. Studi juga menunjukkan, orang yang sudah divaksinasi memiliki pembuluh darah yang lebih lentur dibandingkan yang tidak divaksinasi.

    “Ada beberapa kemungkinan penjelasan mengenai dampak COVID pada pembuluh darah. Virus SARS-CoV-2 menyerang reseptor ACE2 yang terdapat pada lapisan pembuluh darah untuk masuk dan menginfeksi sel. Hal ini bisa menyebabkan disfungsi vaskular dan mempercepat penuaan pembuluh darah. Respon imun dan peradangan tubuh juga turut berperan,” ujar Prof Bruno.

    Perbedaan antara laki-laki dan perempuan mungkin terkait dengan sistem imun. Perempuan umumnya memiliki respon imun yang lebih cepat dan kuat, yang di satu sisi melindungi dari infeksi, tapi di sisi lain bisa memperburuk kerusakan pembuluh darah setelah infeksi. Untungnya, penuaan pembuluh darah mudah diukur dan bisa ditangani dengan perubahan gaya hidup, obat penurun tekanan darah, serta obat penurun kolesterol.

    “Bagi orang dengan penuaan vaskular yang dipercepat, penting untuk melakukan segala upaya guna mengurangi risiko serangan jantung dan stroke,” tambahnya.

    Dalam editorial pendamping, Dr. Behnood Bikdeli dari Harvard Medical School, Boston, AS, menegaskan meski ancaman akut pandemi sudah mereda, kini muncul tantangan baru: sindrom pasca-COVID. WHO mendefinisikannya sebagai gejala yang muncul tiga bulan setelah infeksi dan bertahan setidaknya dua bulan.

    “Studi menunjukkan hingga 40 persen penyintas COVID mengalami sindrom ini.”

    Menurutnya, studi besar berskala internasional ini menunjukkan bahwa kekakuan arteri tetap bertahan pada orang yang pernah terinfeksi. Analisis berdasarkan jenis kelamin menyoroti perbedaan mencolok, perempuan pada semua kelompok COVID-19 menunjukkan peningkatan signifikan kekakuan pembuluh darah, terutama mereka yang dirawat di ICU (+1,09 m/s).

    “Studi CARTESIAN menunjukkan bahwa COVID-19 telah menua arteri kita, terutama pada perempuan dewasa. Pertanyaannya adalah apakah kita dapat menemukan target yang dapat dimodifikasi untuk mencegah hal ini pada lonjakan infeksi di masa mendatang, dan mengurangi dampak buruk pada mereka yang mengidap penuaan vaskular akibat COVID-19,” tambah peneliti.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Awal Mula Bocah 2 Tahun Kena Stroke, Tiba-tiba Wajah Turun Sebelah

    Awal Mula Bocah 2 Tahun Kena Stroke, Tiba-tiba Wajah Turun Sebelah

    Jakarta

    Seorang bocah berusia 2 tahun di Inggris bernama Carter Bayley mengalami stroke, kondisi yang termasuk langka di anak seusianya. Sang ibu yang bernama Elise menceritakan bagaimana awal mula anak tercintanya itu bisa mengalami stroke di usia yang tidak wajar.

    Elise dari Berkshire, Inggris menceritakan gejala awal stroke yang dialami oleh Carter pertama kali muncul saat anaknya itu mandi. Elise terkejut melihat wajah sisi kanan Carter tiba-tiba menurun.

    Awalnya, Elise mengira itu adalah sebuah reaksi alergi. Ia akhirnya memutuskan memberikan obat Piriton dan wajah Carter sempat kembali normal.

    Tak lama berselang, wajah sisi kanan Carter kembali menurun. Pada saat itu, Elise dan sang suami, Lawrence menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada kondisi Carter.

    Elise akhirnya melarikan Carter ke Southampton Children’s Hospital. Dokter yang melakukan pemeriksaan menyebut Carter mengidap stroke iskemik arteri, bentuk stroke langka yang hanya menyerang kurang dari 100 anak per tahun di Inggris.

    Dokter lalu melakukan tindakan cepat dan memasukkan Carter dalam keadaan koma untuk menghindari kerusakan otak yang lebih parah. Pada saat itu, dokter bahkan meminta Elise dan Lawrence untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk.

    “Itu adalah masa terburuk bagi kami semua. Kami diberi tahu bahwa jenis stroke Carter parah dan harus bersiap menghadapi yang terburuk, tapi kami tetap penuh harapan. Tidak ada yang bisa memastikan bagaimana masa depan Carter, dan apakah ia akan selamat,” cerita Elise dikutip dari Daily Echo, Minggu (7/9/2025).

    Setelah menjalani perawatan intensif di ruang PICU selama 4 hari, Carter berhasil diselamatkan dan memulai program rehabilitasi setelahnya. Pada saat pertama kali sadar, Carter sempat mengalami gangguan kognitif.

    Carter kesulitan berkomunikasi hingga tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.

    “Karena Carter masih sangat muda, kami menggunakan pendekatan bermain dalam rehabilitasinya. Meski stroke Carter parah, ia menunjukkan pemulihan luar biasa,” kata salah satu dokter yang terlibat dalam perawatan Carter, Dr Georgina Bird-Lieberman.

    Proses rehabilitasi intensif berjalan selama enam minggu. Carter mulai mengalami kemajuan seperti berbicara dan berjalan beberapa langkah tanpa bantuan.

    Dokter terkejut dengan cepatnya perkembangan kondisi Carter.

    “Carter sekarang kembali menjadi anak ceria seperti dulu, tertawa dan bermain. Perjalanannya masih panjang, tapi ketika saya melihat senyum di wajahnya, kami tidak bisa meminta lebih dari itu,” tandas Lawrence merasa senang melihat kondisi putranya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Awal Mula Bocah 2 Tahun Kena Stroke, Tiba-tiba Wajah Turun Sebelah

    Kisah Pilu Bocah Umur 2 Tahun Alami Stroke, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Seorang bocah bernama Carter Bayley di Inggris mengidap stroke langka di usianya yang masih 2 tahun. Meski bocah itu selamat, tim medis sempat meminta orang tua Carter untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk saat sang anak dirawat di ruang intensif PICU.

    Semuanya berawal ketika kedua orang tua Carter, Elise dan Lawrence melihat wajah sisi kanan anak mereka tiba-tiba turun. Mereka awalnya mengira itu adalah reaksi alergi, sehingga memberinya obat Piriton dan wajah anaknya kembali normal.

    Tak lama berselang, gejala serupa muncul lagi dan mereka menyadari ada yang salah dari kondisi Carter.

    “Saya rasa saya tahu itu stroke setelah itu. Saya teringat Act FAST (iklan layanan masyarakat soal stroke) di TV yang menampilkan seorang pria tua, dan terlihat sama (gejalanya). Saya belum pernah mendengar ada balita terkena stroke sebelumnya, tapi saya tahu kami harus segera membawanya ke rumah sakit,” cerita Elise dikutip dari NHS, Minggu (7/9/2025).

    Carter akhirnya dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans. Dokter yang memeriksa menyebut Carter mengidap stroke iskemik arteri pada arteri serebral media di sisi kiri otaknya. Ini sangat langka pada anak usia 2 tahun.

    “Carter mengalami stroke parah dan awalnya ditidurkan di perawatan intensif untuk melindungi otaknya. Saat ia bangun, ia tidak bisa berkomunikasi dan tubuh bagian kanannya sangat lemah. Sangat penting tim SCIRT (tim dokter) memulai rehabilitasi sedini mungkin,” kata konsultan neurologi anak yang menangani Carter.

    Carter lalu masuk ke ruangan PICU dan dibuat koma untuk mencegah kerusakan lebih parah. Pada jenis stroke ini, risiko pembengkakan otak sangat tinggi sehingga Carter dipantau sangat ketat selama beberapa hari.

    “Itu adalah masa terburuk bagi kami semua. Kami diberi tahu bahwa jenis stroke Carter sangat parah dan untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, tapi kami tetap berharap. Tidak ada yang bisa memastikan seperti apa masa depan Carter dan apakah ia akan selamat,” tambah Elise.

    Setelah empat hari perawatan intensif, kondisi Carter membaik. Setelahnya, Carter harus menjalani proses rehabilitasi intensif khusus anak.

    Awalnya keterampilan kognitif Carter sangat terbatas. Ia tidak bisa berkomunikasi atau berjalan, dan kesulitan dengan kelemahan di sisi kanannya, terutama lengan kanan.

    Setelah enam minggu rehabilitasi intensif setiap hari, ia mulai bisa berbicara, menggunakan sebagian fungsi tangan kanan, dan bisa berjalan beberapa langkah dengan bantuan. Carter kini sudah kembali ke rumah, belajar berjalan beberapa langkah mandiri setiap hari, dan melanjutkan rehabilitasi sebagai pasien rawat jalan.

    “Carter kini kembali menjadi anak ceria seperti dulu, tertawa dan bermain. Jalannya masih panjang, tapi melihat senyum di wajahnya, kami tidak bisa meminta lebih dari itu,” ujar sang ayah, Lawrence.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Awal Mula Bocah 2 Tahun Kena Stroke, Tiba-tiba Wajah Turun Sebelah

    Kisah Pilu Bocah Umur 2 Tahun Alami Stroke, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Seorang bocah bernama Carter Bayley di Inggris mengidap stroke langka di usianya yang masih 2 tahun. Meski bocah itu selamat, tim medis sempat meminta orang tua Carter untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk saat sang anak dirawat di ruang intensif PICU.

    Semuanya berawal ketika kedua orang tua Carter, Elise dan Lawrence melihat wajah sisi kanan anak mereka tiba-tiba turun. Mereka awalnya mengira itu adalah reaksi alergi, sehingga memberinya obat Piriton dan wajah anaknya kembali normal.

    Tak lama berselang, gejala serupa muncul lagi dan mereka menyadari ada yang salah dari kondisi Carter.

    “Saya rasa saya tahu itu stroke setelah itu. Saya teringat Act FAST (iklan layanan masyarakat soal stroke) di TV yang menampilkan seorang pria tua, dan terlihat sama (gejalanya). Saya belum pernah mendengar ada balita terkena stroke sebelumnya, tapi saya tahu kami harus segera membawanya ke rumah sakit,” cerita Elise dikutip dari NHS, Minggu (7/9/2025).

    Carter akhirnya dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans. Dokter yang memeriksa menyebut Carter mengidap stroke iskemik arteri pada arteri serebral media di sisi kiri otaknya. Ini sangat langka pada anak usia 2 tahun.

    “Carter mengalami stroke parah dan awalnya ditidurkan di perawatan intensif untuk melindungi otaknya. Saat ia bangun, ia tidak bisa berkomunikasi dan tubuh bagian kanannya sangat lemah. Sangat penting tim SCIRT (tim dokter) memulai rehabilitasi sedini mungkin,” kata konsultan neurologi anak yang menangani Carter.

    Carter lalu masuk ke ruangan PICU dan dibuat koma untuk mencegah kerusakan lebih parah. Pada jenis stroke ini, risiko pembengkakan otak sangat tinggi sehingga Carter dipantau sangat ketat selama beberapa hari.

    “Itu adalah masa terburuk bagi kami semua. Kami diberi tahu bahwa jenis stroke Carter sangat parah dan untuk bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, tapi kami tetap berharap. Tidak ada yang bisa memastikan seperti apa masa depan Carter dan apakah ia akan selamat,” tambah Elise.

    Setelah empat hari perawatan intensif, kondisi Carter membaik. Setelahnya, Carter harus menjalani proses rehabilitasi intensif khusus anak.

    Awalnya keterampilan kognitif Carter sangat terbatas. Ia tidak bisa berkomunikasi atau berjalan, dan kesulitan dengan kelemahan di sisi kanannya, terutama lengan kanan.

    Setelah enam minggu rehabilitasi intensif setiap hari, ia mulai bisa berbicara, menggunakan sebagian fungsi tangan kanan, dan bisa berjalan beberapa langkah dengan bantuan. Carter kini sudah kembali ke rumah, belajar berjalan beberapa langkah mandiri setiap hari, dan melanjutkan rehabilitasi sebagai pasien rawat jalan.

    “Carter kini kembali menjadi anak ceria seperti dulu, tertawa dan bermain. Jalannya masih panjang, tapi melihat senyum di wajahnya, kami tidak bisa meminta lebih dari itu,” ujar sang ayah, Lawrence.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Mau Hasil Akurat? Ini Waktu yang Tepat Mengukur Tekanan Darah

    Mau Hasil Akurat? Ini Waktu yang Tepat Mengukur Tekanan Darah

    Jakarta

    Tekanan darah berfungsi sebagai indikator dari kesehatan jantung. Saat tekanan darah tinggi, akan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan berbagai kondisi medis berbahaya lainnya.

    Pemantauan tekanan darah di rumah merupakan praktik umum untuk mengelola kesehatan. Tetapi, waktu dan metode pengukuran tekanan darah secara langsung ternyata dapat mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran.

    Dikutip dari Times of India, waktu dan metode pengukuran tekanan darah yang tepat akan menghasilkan hasil pembacaan akurat. Lantas, kapan waktu yang tepat untuk mengukur tekanan darah?

    Kadar tekanan darah dalam tubuh mengalami fluktuasi alami, selama periode yang berbeda dalam sehari. Tubuh mengalami fluktuasi alami tekanan darah karena siklus internalnya, aktivitas fisik, dan faktor lingkungan.

    Tubuh mengalami tekanan darah terendah selama periode istirahat dan tidur. Tetapi, tekanan darah dapat menunjukkan peningkatan pada siang hari, dengan titik tertinggi di sore.

    Pengukuran tekanan darah acak menghasilkan hasil yang tidak dapat diandalkan, sebab menghasilkan pembacaan yang berbeda dari tingkat tekanan darah rata-rata yang sebenarnya. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang salah dan penilaian medis yang keliru.

    Studi menunjukkan bahwa pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan hanya pagi dan sore, dalam kondisi yang terkendali. Pembacaan tekanan darah saat pagi menunjukkan tingkat tekanan darah alami sebelum memulai hari.

    Sementara pembacaan saat malam, menunjukkan bagaimana tekanan darah berubah di malam hari.

    Waktu Terbaik Memeriksa Tekanan Darah

    1. Pagi hari sebelum sarapan dan minum obat

    Pagi merupakan waktu yang paling tepat untuk mengukur tekanan darah, karena tubuh sudah beristirahat sepanjang malam dan tekanan darah mencapai titik terendah. Langkah-langkah berikut akan membantu mendapatkan pembacaan tekanan darah pagi yang paling akurat:

    Mulailah setelah bangun tidur dan beristirahat selama 30 menit sebelum memeriksa tekanan darah.

    Kosongkan kandung kemih sebelum tes.

    Tetaplah diam selama lima menit sebelum memulai pengukuran

    Ukurlah tekanan darah sebelum minum obat tekanan darah yang diresepkan, karena obat akan mengubah hasil tes.

    2. Malam sebelum tidur

    Pemeriksaan tekanan darah kedua yang dilakukan saat malam sebelum tidur dapat menjadi pembanding dari hasil pengukuran pagi dan malam. Tubuh menunjukkan kemampuannya untuk menangani tekanan darah setelah aktivitas sehari-hari dan stres melalui pengukuran saat malam.

    3. Ukur tekanan darah saat tidak berolahraga

    Saat tidak berolahraga, tidak makan, dan tidak stres adalah waktu yang baik untuk mengukur tekanan darah. Beristirahatlah selama lima menit sebelum memulai proses pengukuran.

    Beberapa Persiapan yang Penting

    Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan saat mengukur tekanan darah dan mendapatkan hasil yang akurat:

    Anda perlu menunggu setidaknya 30 menit setelah makan, minum, merokok (bila perokok aktif), dan berolahraga sebelum melakukan pengukuran.Pastikan kandung kemih kosong.Beristirahatlah dengan tenang selama lima menit sebelum memulai proses pengukuran.Pilih kursi dengan sandaran untuk duduk.Kaki harus tetap rata di lantai dan jangan menyilangkan kaki.Letakkan lengan di permukaan datar yang sejajar dengan jantung.Pilih manset yang sesuai dengan ukuran lengan, karena manset harus melingkari setidaknya 80 persen diameter lengan atas.

    Teknik Pengukuran

    Pasang manset pada lengan atas yang terbuka, 2 cm di atas lipatan siku.

    Jaga agar tetap diam selama pengukuran, karena gerakan atau ucapan apapun akan mempengaruhi hasil.

    Ukur dua atau tiga kali pengukuran dengan jarak satu menit. Buang hasil pengukuran pertama jika berbeda secara signifikan dengan yang lain, lalu hitung rata-rata dari dua hasil pengukuran yang lain.

    Catat hasil pengukuran beserta waktu pengukuran dan detail apapun tentang tingkat stress, serta penggunaan obat-obatan.

    Kapan Harus Pergi ke Dokter?

    Orang-orang dengan tekanan darah di rumah secara konsisten berada di atas 130/80 mmHg, atau saat hasil pembacaan pagi dan malam mereka menunjukkan variasi yang signifikan dianjurkan pergi ke dokter.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video Mitos atau Fakta: Batasi Konsumsi Garam Bisa Turunkan Tekanan Darah Tinggi”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)