Topik: stroke

  • Manfaat Selada Air, Sayuran Super untuk Kesehatan Tubuh

    Manfaat Selada Air, Sayuran Super untuk Kesehatan Tubuh

    Jakarta

    Selada air memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa. Sayuran hijau ini kaya akan vitamin A, vitamin C, vitamin K, kalsium, hingga mangan.

    Selada air dikenal sebagai makanan yang sangat padat nutrisi. Menariknya, selada air bahkan menduduki peringkat pertama dalam daftar buah dan sayuran terbaik versi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.

    Manfaat Selada Air

    Selada air bermanfaat dalam menurunkan risiko penyakit kronis, mencegah jenis kanker tertentu, hingga melindungi kesehatan mata. Dikutip dari laman Healthline, berikut penjelasannya:

    Selada air kaya akan antioksidan yang berperan melindungi tubuh dari kerusakan sel akibat radikal bebas. Dikutip dari laman Healthline, radikal bebas merupakan molekul berbahaya yang dapat memicu stres oksidatif.

    Stres oksidatif sendiri dikaitkan dengan berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, kanker, dan penyakit kardiovaskular. Pola makan yang kaya akan makanan tinggi antioksidan, termasuk selada air, dapat membantu mengurangi stres oksidatif sekaligus menurunkan risiko penyakit tersebut.

    Sebuah penelitian yang menganalisis senyawa antioksidan dalam 12 jenis sayuran silangan menemukan lebih dari 40 flavonoid unik, salah satu jenis senyawa kimia alami, pada selada air. Menariknya, selada air menempati peringkat tertinggi dibandingkan semua sayuran lain dalam penelitian tersebut, baik dari segi jumlah total fenol maupun kemampuannya menetralkan radikal bebas.

    2. Mengurangi Risiko Kanker Tertentu

    Kaya akan fitokimia, selada air bisa mengurangi risiko terkena beberapa jenis kanker. Selada air dan sayuran lainnya mengandung glukosinolat yang diaktifkan menjadi senyawa isotiosianat saat dipotong dengan pisau atau dikunyah.

    Isotiosianat mencakup bahan kimia seperti sulforafan dan fenetil isotiosianat, yang melindungi terhadap kanker. Caranya dengan menjaga sel-sel dari kerusakan, menonaktifkan bahan kimia karsinogenik dan menghalangi pertumbuhan dan penyebaran tumor.

    Isotiosianat dalam selada air telah terbukti mencegah kanker usus besar, paru-paru, prostat dan kulit. Penelitian juga menunjukkan bahwa isotiosianat dan sulforafan yang ditemukan dalam selada air bisa menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.

    3. Menyehatkan Jantung

    Pola makan tinggi silangan, seperti selada air bisa bermanfaat untuk kesehatan jantung. Sebuah tinjauan studi pada lebih dari 500.000 individu menghubungkan konsumsi sayuran silangan dengan penurunan risiko penyakit jantung sebesar 16%.

    Selada air juga mengandung antioksidan beta karoten, zeaxanthin, dan lutein. Kadar karotenoid yang rendah dikaitkan dengan penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

    Penelitian menunjukkan, kadar karotenoid yang tinggi tak hanya melindungi terhadap perkembangan penyakit jantung, tapi juga menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.

    4. Melindungi dari Osteoporosis

    Selada air mengandung banyak mineral yang diperlukan untuk kesehatan tulang, termasuk kalsium, magnesium, kalium, dan fosfor. Meski kalsium terkenal dengan efeknya pada kesehatan tulang, magnesium, vitamin K, dan kalium juga memegang peran penting.

    Diet seimbang yang kaya akan sayuran padat nutrisi berkorelasi dengan efek positif untuk kesehatan tulang. Tak hanya itu, secangkir selada air (34 g) menyediakan lebih dari 100% rekomendasi harian untuk vitamin K.

    Vitamin K merupakan komponen osteocalcin, protein yang membentuk jaringan tulang sehat dan membantu mengatur pergantian tulang. Sebuah penelitian menemukan, orang dengan asupan vitamin K tertinggi mempunyai kemungkinan 35% lebih kecil mengalami patah tulang pinggul, dibandingkan orang dengan asupan terendah.

    5. Meningkatkan Fungsi Kekebalan Tubuh

    Selada air mengandung 15 mg vitamin C per cangkir. Vitamin C dikenal dengan manfaatnya untuk kekebalan tubuh. Kekurangan vitamin C dikaitkan dengan penurunan fungsi kekebalan tubuh dan peningkatan peradangan.

    Vitamin C meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan meningkatkan produksi sel darah putih yang melawan infeksi. Meski penelitian pada masyarakat umum belum menunjukkan secara meyakinkan bahwa vitamin C menurunkan risiko terkena flu biasa, tapi vitamin C bisa mengurangi durasi gejalanya hingga 8 persen.

    6. Melindungi Kesehatan Mata

    Lutein dan zeaxanthin senyawa antioksidan yang penting untuk kesehatan mata dimiliki oleh selada air. Secara khusus, senyawa ini melindungi mata dari kerusakan akibat cahaya biru.

    Lutein dan zeaxanthin juga dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena degenerasi makula, terkait usia dan katarak. Selain itu, vitamin C dalam selada air juga dikaitkan dengan risiko lebih rendah terkena katarak.

    Ditinjau oleh:Mhd. Alrdian, S.Gz, lulusan ilmu gizi Universitas Andalas, saat ini menjadi penulis lepas di detikcom.

    (elk/elk)

  • Mulai Banyak Usia 30-an Sudah Pasang Ring Jantung, Dokter Sarankan Konsumsi Ini

    Mulai Banyak Usia 30-an Sudah Pasang Ring Jantung, Dokter Sarankan Konsumsi Ini

    Jakarta

    Masalah jantung semakin banyak dihadapi generasi Z, dari semula hanya umum di kalangan 40 tahun ke atas. Bukan tanpa sebab, kebiasaan sehari-hari termasuk pola makan dan aktivitas gerak menjadi pemicu utamanya.

    Spesialis jantung dr Karina Arifiani menyesalkan banyak anak muda lebih nyaman dengan aktivitas serba instan. Utamanya terkait makanan yang dikonsumsi.

    “Jadi memang betul secara tren itu orang yang kena penyakit jantung semakin muda ya, di usia 30-an sudah mulai banyak yang pasang ring,” beber dr Karina kepada detikcom Senin (29/9/2025).

    “Karena memang lifestyle itu berubah, banyak junkfood, banyak makanan olahan kemudian semuanya serba instan sedentary lifestyle jadi itu pasti akan berimpact ke penyakit jantung yang usianya akan lebih muda, dari tadinya usia 40-an ke atas,” sambungnya.

    Makanan yang Baik untuk Jantung

    Meski tidak ada spesifik makanan yang secara langsung meningkatkan kesehatan jantung, dr Karina menyarankan perbanyak konsumsi real food. Artinya, makanan dengan minim proses pengolahan.

    “Jadi sayuran, kemudian daging sebisa mungkin tidak daging olahan, jadi bukan burger patty, tapi daging ya daging empal, beef steak tapi memang bukan olahan, jadi bener-benar yang real food dan itu minimal dari zat pengawet proses lahan sumber dagingnya dari mana,” saran dia.

    dr Karina juga membenarkan edamame yang kerap dikaitkan dengan kesehatan jantung karena dinilai bisa menurunkan kadar kolesterol jahat atau low density lipo-protein (LDL) berkat kandungan protein kedelai dan seratnya, serta mengandung lemak sehat seperti asam lemak tak jenuh yakni omega-3 dan omega-6 yang meningkatkan kolesterol baik.

    Karenanya, mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke.

    “Edamame, acar, semua makanan yang sifatnya oksidannya tinggi juga misalnya buah delima, itu semuanya disarankan.”

    “Terpenting real food, semakin sedikit olahan semakin banyak kita mendapatkan kadar nutrisinya,” pungkasnya.

    (naf/kna)

  • Peneliti Ungkap Golongan Darah yang Lebih Berisiko Kena Stroke

    Peneliti Ungkap Golongan Darah yang Lebih Berisiko Kena Stroke

    Jakarta

    Penelitian mengungkapkan ada jenis golongan darah tertentu yang meningkatkan risiko penyakit stroke. Golongan darah yang dimaksud adalah golongan A dengan karakteristik khusus.

    Peneliti menganalisis 48 studi genetik yang mencakup 17 ribu pasien stroke dan hampir 600 ribu orang tanpa stroke. Seluruh pasien berusia 18-59 tahun.

    Hasilnya, mereka menemukan adanya hubungan jelas antara gen yang bertanggung jawab atas subgolongan darah A1 dan risiko stroke dini. Pencarian skala luas pada genom menemukan dua lokasi yang berkaitan dengan risiko stroke dini, salah satunya bertepatan dengan gen penentu golongan darah.

    Analisis kedua yang berfokus pada jenis gen golongan darah mendapati orang dengan variasi tertentu dari golongan darah A memiliki risiko stroke sebelum 60 tahun sebesar 16 persen lebih tinggi dibanding orang dengan golongan darah lain.

    Sementara itu, mereka yang memiliki golongan darah O1 justru memiliki risiko stroke dini 12 persen lebih rendah.

    Meski begitu, peneliti menegaskan tambahan risiko stroke pada orang dengan golongan darah A jenis ini relatif kecil. Sehingga, tidak diperlukan kewaspadaan atau skrining ekstra sebagai pencegahan.

    “Kami masih belum tahu mengapa golongan darah A meningkatkan risiko,” kata penulis senior sekaligus ahli saraf vaskular, Steven Kittner dari University of Maryland, dikutip dari Science Direct, Selasa (30/9/2025).

    “Tetapi kemungkinan besar ini ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit, sel yang melapisi pembuluh darah, serta protein sirkulasi lain yang berperan dalam pembentukan bekuan darah,” sambungnya.

    Penelitian lanjutan berkaitan temuan ini masih perlu dilakukan. Peserta penelitian berasal dari Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia, dengan hanya 35 persen berasal dari populasi non-Eropa.

    Penelitian dengan sampel yang lebih beragam bisa membantu memperjelas arti temuan ini.

    “Kami jelas membutuhkan lebih banyak studi lanjutan untuk memahami mekanisme peningkatan risiko stroke ini,” tandasnya.

    Dalam pencegahan stroke, pengendalian pola hidup sehat adalah kunci utama. Dikutip dari Harvard Health Publishing, berikut ini adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan:

    Menjaga tekanan darahMenjaga berat badan idealMemperbanyak olahragaMembatasi konsumsi alkoholMenjaga kadar gula darah tetap stabilMenghentikan kebiasaan merokokMelakukan pemeriksaan kardiovaskular secara rutin

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Pakar Bongkar Tanda Peringatan Awal Sebelum Serangan Jantung-Stroke Terjadi

    Pakar Bongkar Tanda Peringatan Awal Sebelum Serangan Jantung-Stroke Terjadi

    Jakarta

    Sebuah studi besar mengungkapkan bahwa hampir setiap orang yang mengalami serangan jantung, stroke, atau gagal jantung menunjukkan tanda-tanda peringatan jauh sebelum kejadian pertama terjadi.

    Para ilmuwan di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari 99 persen pasien memiliki setidaknya satu faktor risiko penyakit tersebut, meski merasa dirinya sehat. Mereka mengatakan empat tanda bahaya tersebut adalah tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gula darah tinggi, dan kebiasaan merokok.

    Temuan ini, yang diambil dari catatan kesehatan lebih dari 9 juta orang dewasa di Korea Selatan dan hampir 7 ribu orang di AS, menepis mitos bahwa penyakit jantung sering menyerang tanpa peringatan.

    “Kami pikir studi ini menunjukkan dengan sangat meyakinkan bahwa paparan terhadap satu atau lebih faktor risiko non-optimal sebelum dampak kardiovaskular ini hampir 100 persen,” tulis Profesor Philip Greenland, penulis senior dari Universitas Northwestern di Chicago, dikutip dari The Sun.

    “Tujuannya sekarang adalah bekerja lebih keras untuk menemukan cara mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi ini, daripada menyimpang dari jalur dalam mencari faktor-faktor lain yang tidak mudah diobati dan tidak kausal,” sambungnya.

    Tekanan darah tinggi sejauh ini merupakan penyebab yang paling umum, muncul pada lebih dari 95 persen pasien di Korea Selatan dan lebih dari 93 persen di AS, sebelum terjadi serangan jantung atau stroke pertama mereka.

    Bahkan, wanita di bawah 60 tahun yang sering dianggap berisiko lebih rendah, juga terpengaruh, dengan lebih dari 95 persen menunjukkan setidaknya satu tanda bahaya.

    “Mitos bahwa penyakit kardiovaskular sering terjadi tanpa tanda-tanda peringatan perlu dibantah,” tutur Dr Greenland.

    “Kita harus memfokuskan perhatian kita pada pendeteksian dan pengelolaan faktor-faktor risiko yang sangat umum dan dapat dimodifikasi ini.”

    Penelitian yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology ini muncul saat penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Diperkirakan, 19,8 juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung dan peredaran darah setiap tahun di seluruh dunia, hampir satu dari tiga kematian.

    Melihat hal itu, para ahli menegaskan untuk selalu memeriksakan tekanan darah secara teratur. Selain itu, disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok, mulai mengontrol kolesterol, dan gula darah yang perlahan bisa mencegah munculnya kasus ini setiap tahun.

    Simak video ‘Mengenal Dua Tipe Penyakit Jantung Bawaan’:

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Studi Ungkap Waktu Terbaik Minum Kopi untuk Turunkan Risiko Serangan Jantung-Stroke

    Studi Ungkap Waktu Terbaik Minum Kopi untuk Turunkan Risiko Serangan Jantung-Stroke

    Jakarta

    Kopi menjadi salah satu minuman wajib bagi banyak orang sebelum beraktivitas. Penelitian menunjukkan bahwa kopi bisa membantu menurunkan risiko kematian akibat stroke atau serangan jantung.

    Namun, waktu konsumsi kopi juga berperan penting. Penelitian yang dipublikasikan di European Heart Journal menganalisis kebiasaan minum kopi, baik berkafein maupun tanpa kafein, dari sekitar 40 ribu orang dewasa.

    Pada awal studi, tidak ada peserta yang memiliki penyakit jantung atau gangguan peredaran darah. Hasilnya, mereka yang terbiasa minum kopi terutama di pagi hari memiliki risiko kematian 31 persen lebih rendah akibat penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, mereka yang tidak minum kopi justru memiliki risiko lebih tinggi meninggal karena penyakit jantung atau peredaran darah selama periode pemantauan rata-rata 10 tahun.

    “Selain itu, orang yang lebih sering minum kopi setiap pagi juga lebih rendah risikonya untuk meninggal karena sebab apapun,” menurut British Heart Foundation, dikutip dari Mirror UK.

    Sebaliknya, mereka yang minum kopi sepanjang hari tidak menunjukkan risiko kematian yang jauh lebih rendah selama dekade berikutnya, dibandingkan dengan mereka yang tidak minum kopi.

    “Para peneliti berspekulasi bahwa mengonsumsi kopi di sore hari, yang berpotensi mengganggu jam biologis seseorang, dapat mengimbangi atau mengurangi manfaat kesehatan lain dari kopi,” tulis mereka.

    Studi ini juga menunjukkan mengonsumsi kopi sebelum tengah hari dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan peredaran darah. Hal ini karena kopi mengandung zat yang mengurangi peradangan dan beberapa molekul dalam darah, yang menyebabkan peradangan lebih aktif di pagi hari.

    (sao/suc)

  • Bisakah Seseorang Hidup Tanpa Kantung Empedu? Ini Penjelasannya

    Bisakah Seseorang Hidup Tanpa Kantung Empedu? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Hidup tanpa kantung empedu mungkin terdengar mengkhawatirkan bagi sebagian orang. Pengangkatan kantung empedu bisa dilakukan karena infeksi, peradangan (kolesistitis), batu empedu, dan polip kantung empedu.

    Setelah diangkat tubuh bisa berfungsi normal, tapi ada sejumlah perubahan yang bisa dirasakan. Apa saja dampak dari diangkatnya kantung empedu?

    Apa Fungsi Kantong Empedu?

    Kantung empedu adalah organ pencernaan kecil yang terletak di perut, tepat di belakang hati. Organ ini terhubung ke hati melalui saluran yang mengalirkan empedu dari hati melalui saluran hepatik ke dalam kantung empedu, dan ke duodenum.

    Kantung empedu berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu, zat yang membantu tubuh memecah makanan dan mencerna lemak. Saat makan, kantung empedu melepaskan sebagian empedu ke usus halus, tempat empedu mulai bekerja memecah lemak.

    Dampak Tak Ada Kantong Empedu

    Tanpa kantong empedu, empedu tidak memiliki tempat untuk berkumpul. Sebaliknya, hati melepaskan empedu langsung ke usus halus. Dikutip dari laman Healthline, hal ini memungkinkan tubuh tetap bisa mencerna sebagian besar makanan.

    Akan tetapi, makanan berlemak, berminyak, atau berserat tinggi dalam jumlah besar akan sulit dicerna. Hal ini bisa menyebabkan:

    -Gas
    -Kembung
    -Diare

    Selain itu, dikutip dari laman Very Well Health, banyak orang yang menjalani operasi pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi) mengalami resolusi total gejala kolesistitis, yaitu tidak lagi merasakan:

    Nyeri hebat di perut kanan atasNyeri yang menjalar ke punggung atau di bawah tulang belikat kananRasa sakit yang memburuk saat menarik napas dalam atau setelah makanKotoran yang encer dan pucatPerut kembungMual atau muntahPenyakit kuningRisiko Pengangkatan Kantung Empedu

    Tingkat keberhasilan operasi pengangkatan kantung empedu relatif tinggi, dengan sebanyak 75% individu mengalami pengurangan gejala secara total dalam beberapa bulan dan 96% mengalami perbaikan gejala dalam waktu satu tahun.

    Namun, beberapa data menunjukkan bahwa orang yang telah menjalani pengangkatan kantung empedu memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kondisi yang disebut dengan sindrom pasca kolesistektomi.

    1. Risiko Sindrom Metabolik dan Penyakit Jantung

    Kantung empedu adalah organ yang menerima, menyimpan, dan mendistribusikan cairan pencernaan yang diproduksi hati empedu. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengangkatan kantong empedu dapat menyebabkan perubahan parah pada metabolisme Anda, yang menyebabkan kondisi yang disebut sindrom metabolik

    Pada gilirannya, sindrom metabolik (ditandai dengan tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan terlalu banyak lemak tubuh di sekitar pinggang) secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    2. Risiko Diabetes Tipe 2

    Empedu memainkan peran penting dalam metabolisme glukosa (pemecahan gula darah) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Organ ini membantu menurunkan gula darah dengan merangsang pelepasan insulin dari pankreas. Tugas utama insulin adalah memindahkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi.

    Pengangkatan kantong empedu bisa mengganggu proses ini, sehingga meningkatkan kadar gula darah dan risiko diabetes tipe 2.

    Sebuah studi menyimpulkan, kolesistektomi secara independen meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 20% dibandingkan dengan populasi umum. Pada mereka yang mengalami obesitas, risikonya bahkan lebih tinggi, sekitar 45%.

    3. Sindrom Pasca Kolesistektomi

    Sindrom pasca kolesistektomi (PCS) adalah munculnya gejala perut setelah menjalani pengangkatan kandung empedu. Sindrom ini memengaruhi hingga 40% pasien yang telah menjalani kolesistektomi, baik sesekali maupun terus-menerus. Hingga 10% kasus, PCS merupakan kondisi kronis seumur hidup

    Pada pengidap sindrom ini, banyak gejala yang kolesistitis yang bisa muncul kembali, seperti mual, muntah, sakit perut, kembung, gas, diare, dan nyeri terus menerus.

    Penyesuaian pola makan bisa membantu mengelola gejala PCS. Untuk mereka yang mengalami batu empedu, kolesistektomi ulang mungkin diperlukan.

    (elk/kna)

  • Lawan Stroke Lebih Cepat, RS Soeradji Klaten Kini Hadirkan Layanan DSA

    Lawan Stroke Lebih Cepat, RS Soeradji Klaten Kini Hadirkan Layanan DSA

    Jakarta

    Stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian nomor 1 (satu) di dunia dan nomor 2 (dua) di Indonesia serta merupakan penyebab kecacatan tertinggi di Indonesia. Menurut data WHO dan Kemenkes RI, dari total kasus stroke, sekitar 87% disebabkan oleh trombosis atau emboli (stroke iskemik), sementara 13% akibat perdarahan (stroke hemoragik).

    Banyak pasien terlambat ditangani karena gejala sering diabaikan atau pemeriksaan dilakukan dengan cara konvensional yang kurang optimal baik dalam mendiagnosis maupun pemberian tatalaksana selanjutnya. Namun, kini ada teknologi medis modern yang memberi harapan baru untuk tatalaksana stroke yang lebih baik, yakni Digital Subtraction Angiography (DSA).

    Dokter Spesialis Saraf, dr. Adika Mianoki, Sp.N FINA RS Soeradji, mengatakan bahwa bahwa teknologi DSA memungkinkan dokter melihat kondisi pembuluh darah otak secara real time dan detail untuk mendeteksi kelainan serta menentukan tatalaksana yang lebih tepat dan akurat.

    “Dengan DSA kita bisa melihat real time kondisi pembuluh darah di otak secara detail. Kita bisa melihat semua kondisi pembuluh darah baik arteri, kapiler, maupun vena dan menilai apakah ada kelainan atau tidak. Dari situ dokter bisa tahu bagian mana yang bermasalah dan bisa melakukan tatalaksana selanjutnya dengan lebih tepat dan akurat,” ujar dr. Adika dalam keterangannya, Jumat (26/9/2025).

    Lalu, apa itu DSA? DSA adalah teknologi pencitraan medis yang bisa melihat kondisi pembuluh darah secara jelas dan detail. Dengan alat ini, dokter dapat mengetahui ada tidaknya sumbatan, penyempitan, atau kelainan pembuluh darah dalam hitungan menit.

    Keberadaannya kian menonjol sebagai teknologi andalan dalam pencegahan primer dan sekunder stroke. DSA bukan hanya alat diagnosis tapi juga senjata strategis dalam upaya menyelamatkan nyawa sebelum tragedi terjadi.

    Dalam penanganan stroke, ada istilah ‘time is brain’. Setiap menit keterlambatan bisa menyebabkan jutaan sel otak rusak. Pada kasus stroke akut, DSA sangat berperan penting untuk menentukan lokasi sumbatan di pembuluh darah otak.

    Proses diagnosis lebih cepat sehingga tindakan medis dapat segera dilakukan untuk membuka sumbatan pembuluh darah melalui tindakan trombektomi.

    dr. Adika menjelaskan bahwa DSA membantu mengoptimalkan tatalaksana stroke sehingga meningkatkan harapan kesembuhan pasien serta menekan angka kecacatan dan kematian.

    “DSA sangat membantu untuk mengoptimalkan tatalaksana stroke dan kelainan pembuluh darah otak lainnya. Teknologi ini membuka harapan lebih besar bagi kesembuhan pasien stroke. Harapannya angka kecacatan dan kematian akibat stroke bisa diminimalisir,” jelasnya.

    Banyak pasien yang sebelumnya berisiko lumpuh permanen kini punya kesempatan untuk pulih lebih baik berkat pemeriksaan dan tindakan menggunakan DSA dan trombektomi pada kasus stroke akut.

    Mengapa DSA Otak Penting dalam Pencegahan Stroke?

    Kunci pencegahan bukan hanya di awal melainkan di tahap deteksi dini aneurisma, stenosis, dan malformasi pembuluh darah otak sebelum rusak atau pecah.

    DSA otak merupakan gold standard radiologi untuk menilai kondisi pembuluh darah otak. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan kontras ke arteri karotis atau vertebralis lalu mengambil gambar digital bertahap.

    Sistem ini memungkinkan dokter melihat dengan jelas, seperti aneurisma serebral (kantong pembuluh darah yang lemah), stenosis (penyempitan pembuluh darah akibat plak), malformasi arteriovenosa, vaskulitis atau kelainan vaskular lainnya.

    Dokter Spesialis Radiologi, dr. Bramadi Nugroho, Sp. Rad (K), menyampaikan bahwa DSA otak berperan penting dalam menjaga kualitas hidup dengan memungkinkan deteksi dini dan perlindungan proaktif terhadap ancaman tersembunyi.

    “DSA otak adalah jembatan antara kesehatan otak dan kualitas hidup yang berkelanjutan. Dengan teknologi ini, kita tidak lagi hanya bereaksi terhadap krisis tapi proaktif melindungi otak dari ancaman tersembunyi di dalam pembuluh darah” imbuh dr.Bramadi Nugroho, Sp. Rad (K).

    “Dengan DSA, kita bisa ‘melihat’ masalah sebelum terjadi stroke dan mengatasinya sebelum parah,” sambungnya.

    Siapa yang Perlu Diperiksa dengan DSA Otak?

    DSA otak bukan hanya untuk pasien yang sudah mengalami stroke. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan untuk:

    1. Pasien dengan riwayat stroke ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack) : TIA sering disebut ‘peringatan stroke’ jika diabaikan, risiko stroke dalam 90 hari bisa mencapai 10-20%.

    2. Orang dengan tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

    3. Penderita kelainan genetik seperti sindrom Marfan, Ehlers-Danlos, atau polikistik ginjal.

    4. Pasien yang memiliki keluarga dengan aneurisma atau stroke dini.

    5. Pasien yang akan menjalani operasi otak atau bedah vascular.

    Mengenali Gejala Sejak Dini

    Meski teknologi semakin canggih, pencegahan tetap menjadi kunci. Masyarakat diimbau mengenali tanda-tanda stroke, yang bisa diingat dengan istilah ‘SeGeRa Ke RS’ sebagai berikut:

    • Senyum tidak simetris

    • Gerakan tubuh melemah mendadak

    • Raba tubuh terasa kebas

    • Kebicaraan pelo / mendadak sulit bicara

    • RS segera ke rumah sakit

    Sebagai rumah sakit rujukan nasional di Jawa Tengah, RS Soeradji menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang telah dilengkapi layanan DSA untuk penanganan cepat dan tepat pasien stroke maupun gangguan pembuluh darah, yang bermanfaat bagi masyarakat Klaten dan daerah sekitarnya

    Jika gejala ini muncul, segera bawa pasien ke rumah sakit dengan fasilitas yang dilengkapi oleh DSA, seperti RS Soeradji agar mendapat pertolongan maksimal.

    (ega/ega)

  • Bahayakah Makan Ayam Setiap Hari? Ini Penjelasan Pakar

    Bahayakah Makan Ayam Setiap Hari? Ini Penjelasan Pakar

    JAKARTA – Ayam merupakan salah satu makanan yang disukai dan menjadi andalan asupan sehari-hari banyak orang. Daging ayam juga selalu menjadi pilihan untuk orang yang sedang menjalani diet untuk menurunkan berat badan.

    Dikutip dari Eating Well, pada Kamis, 25 September 2025, daging ayam kaya akan nutrisi penting, seperti selenium, fosfor, vitamin B3 hingga protein yang mengandung sembilan jenis asam amino yang penting untuk kesehatan tubuh.

    “Memilih makan ayam daripada protein yang kurang sehat seperti steak dan daging olahan dapat membantu melindungi tubuh dari penyakit jantung dan stroke di kemudian hari,” kata ahli gizi Jessica Cording.

    Meski menyehatkan, konsumsi ayam secara rutin setiap hari kini menjadi pertanyaan, apakah baik atau tidak. Mengenai hal tersebut, Cording mengatakan bahwa pada dasarnya makan ayam setiap hari bukan pilihan yang tergolong tidak sehat.

    Namun, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Detail seperti jenis ayam dan cara memasaknya sangat mempengaruhi sehat atau tidaknya makan ayam setiap hari.

    Tak hanya itu, penting juga untuk mengingat bahwa pola makan yang bervariasi harus tetap diterapkan dalam menu makan sehari-hari. Mengonsumsi ayam tanpa memperhatikan hal-hal lain bisa berujung kekurangan nutrisi untuk tubuh.

    “Saya selalu menganjurkan untuk mencampur makanan. Jika kita hanya mengonsumsi beberapa makanan, kita mungkin kehilangan nutrisi tertentu yang dibutuhkan,” tambahnya.

    Perlu diperhatikan juga bahwa konsumsi ayam setiap hari terdapat beberapa risiko yang mungkin saja terjadi. Mulai dari kenaikan berat badan, risiko keracunan dari ayam yang terkontaminasi dengan bakteri seperti Salmonella, hingga lemak jenuh dan kolesterol yang meningkat.

  • Lolong Jadi Buaya Terbesar di Dunia, Panjangnya 6,17 Meter

    Lolong Jadi Buaya Terbesar di Dunia, Panjangnya 6,17 Meter

    Jakarta

    Dengan ukuran 6,17 meter dari moncong hingga ekor, Lolong adalah buaya terbesar yang pernah ditangkap, diukur, dan ditempatkan di penangkaran.

    Buaya air asin jantan (Crocodylus porosus) ini secara resmi diukur pada November 2011, menurut Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Filipina. Pengukurannya secara resmi dilakukan beberapa bulan setelah hewan tersebut ditangkap dari alam liar pada September 2011.

    Buaya itu dikejar bukan hanya karena ukurannya, tetapi karena dianggap sebagai ancaman. Pihak berwenang mencurigainya terlibat dalam setidaknya dua serangan fatal pada 2009, satu terhadap seorang gadis muda dan satu lagi terhadap seorang nelayan, serta berbagai insiden pemangsaan ternak.

    Seperti dikutip dari IFL Science, meskipun tidak pernah terbukti secara meyakinkan bahwa buaya ini bertanggung jawab atas insiden-insiden tersebut, Lolong tetap disalahkan. Penangkapan itu pun dianggap sebagai prestasi besar. Dibutuhkan waktu tiga minggu bagi pemburu profesional dan unit pemerintah setempat, upaya 100 penduduk desa, dan bahkan sebuah derek untuk menangkap reptil tersebut dan mengangkutnya dari rawa di Bunawan, di pulau Mindanao, Filipina selatan.

    Nama Lolong diberikan pada buaya tersebut sebagai penghormatan kepada seorang pemburu setempat yang terkenal, Ernesto ‘Lolong’ Conate, yang meninggal karena stroke saat mengatur penangkapan.

    Setelah ditangkap, Lolong dibawa ke kota terdekat dan ditempatkan di kandang khusus tempat ia memakan lebih dari 17 kilogram daging babi setiap lima hari. Raksasa lapar itu dengan cepat menjadi daya tarik utama kota, menarik sekitar 500 pengunjung setiap hari ke komunitas terpencil yang berpenduduk 27.000 jiwa.

    Ketika pengukuran tersebut resmi dicatat oleh Guinness World Record, Lolong merebut gelar ‘buaya terbesar di dunia’ dari seekor buaya Australia bernama Cassius Clay, yang berukuran 5,48 meter. Raksasa ini, yang ditangkap pada 1980-an dan diperkirakan berusia lebih dari 110 tahun, mati pada November 2024 .

    Sayangnya, Lolong tidak hidup lama di penangkaran. Ia mati pada 10 Februari 2013, kurang dari dua tahun setelah ditangkap. Kelompok hak asasi hewan PETA Asia mengklaim otopsi hewan tersebut menunjukkan buaya itu dipaksa hidup di kandang beton dengan kolam dangkal, yang menyebabkan kematiannya akibat pneumonia stadium akhir, gagal jantung, kegagalan banyak organ, dan respons stres yang tidak adaptif.

    Buaya adalah hewan yang sangat kuat dan tangguh, tetapi bahkan raksasa perkasa seperti Lolong terbukti rentan ketika dikeluarkan dari habitat aslinya.

    (rns/rns)

  • Inovasi Mutakhir Terapi Jantung Dibahas di Primaya Cardiovascular Conference 2025

    Inovasi Mutakhir Terapi Jantung Dibahas di Primaya Cardiovascular Conference 2025

    Jakarta: Harapan baru bagi pasien jantung di Indonesia semakin terbuka lebar dengan hadirnya berbagai teknologi medis mutakhir. Inovasi seperti ablasi tanpa panas (PFA), angioplasti presisi (Precision PCI), hingga operasi bypass minimal invasif menjadi sorotan utama dalam Primaya Cardiovascular Conference 2025.

    Konferensi bertema “Beat for LIfe, Love Your Heart” ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Bulan Jantung Sedunia 2025, menghadirkan pakar kardiovaskular nasional dan internasional untuk membahas terobosan terbaru dalam penanganan penyakit jantung.

    Penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi penyebab kematian nomor satu secara global. Data WHO (2023) mencatat lebih dari 17 juta kematian setiap tahun, dengan Indonesia menyumbang 651.481 jiwa, yang meliputi stroke, jantung koroner, dan jantung hipertensi. Angka yang mengkhawatirkan ini menggarisbawahi urgensi peningkatan layanan kardiovaskular di tanah air.

    dr. Esther Ramono, Chief Medical Officer Primaya Hospital Group, menyatakan, konferensi ini memastikan standar layanan kardiovaskular di Indonesia terus berkembang seiring kemajuan global.

    “Dengan teknologi terbaru, pasien tidak hanya mendapatkan terapi yang lebih efektif, tetapi juga lebih aman dan berpusat pada kebutuhan pasien.” Ia menambahkan pentingnya edukasi dan pencegahan melalui gaya hidup sehat serta deteksi dini yang harus berjalan beriringan dengan terapi mutakhir.

    Berbagai inovasi penting dipaparkan dalam konferensi ini. Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), dari Primaya Hospital Kelapa Gading, menjelaskan keunggulan Ablasi PFA yang lebih selektif dan aman bagi esofagus serta saraf, menjadikannya terapi masa depan untuk fibrilasi atrium.

    Sementara itu, dr. Bambang Budiono, SpJP(K), dari Primaya Hospital Makassar, memaparkan tentang Precision PCI yang memungkinkan terapi personal dengan dukungan pencitraan intravaskular, terbukti meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup pasien.

    dr. Rony M. Santoso, Sp.JP (K), dari Primaya Hospital Tangerang, membahas terobosan stentless era dengan Drug-Coated Balloon (DCB) yang tidak meninggalkan logam di pembuluh darah, mengurangi risiko perdarahan, dan mempersingkat durasi penggunaan obat.

    Untuk kasus kompleks, dr. Isman Firdaus, SpJP (K), dari Primaya Hospital Bekasi Barat, menjelaskan keberhasilan CTO PCI (Chronic Total Occlusion Percutaneous Coronary Intervention) dalam membuka sumbatan total kronis dengan perencanaan dan teknologi modern.

    Aspek penanganan darurat juga dibahas oleh dr. Robert Edward Saragih, Sp.JP (K), dari Primaya Hospital Bekasi Barat, yang menekankan intervensi cepat dengan PCI dini. Terakhir, dr. Jayarasti Kusumanegara, SpBTKV, dari Primaya Hospital Makassar, menyampaikan perkembangan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) minimal invasif yang terbukti menurunkan risiko kematian jangka panjang dan mempercepat pemulihan pasien.

    Meskipun teknologi kardiovaskular terus maju, dr. Esther menegaskan bahwa pencegahan dan deteksi dini tetap menjadi kunci utama. “Kami ingin generasi muda lebih sadar akan gaya hidup sehat, olahraga teratur, dan pemeriksaan rutin, agar angka kematian akibat jantung dapat ditekan,” tutupnya.

    Melalui konferensi ini, Primaya Hospital berharap dapat memperkuat edukasi publik dan mendorong kolaborasi tenaga medis lintas disiplin dalam menangani penyakit kardiovaskular di Indonesia.

    Jakarta: Harapan baru bagi pasien jantung di Indonesia semakin terbuka lebar dengan hadirnya berbagai teknologi medis mutakhir. Inovasi seperti ablasi tanpa panas (PFA), angioplasti presisi (Precision PCI), hingga operasi bypass minimal invasif menjadi sorotan utama dalam Primaya Cardiovascular Conference 2025.
     
    Konferensi bertema “Beat for LIfe, Love Your Heart” ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Bulan Jantung Sedunia 2025, menghadirkan pakar kardiovaskular nasional dan internasional untuk membahas terobosan terbaru dalam penanganan penyakit jantung.
     
    Penyakit jantung dan pembuluh darah masih menjadi penyebab kematian nomor satu secara global. Data WHO (2023) mencatat lebih dari 17 juta kematian setiap tahun, dengan Indonesia menyumbang 651.481 jiwa, yang meliputi stroke, jantung koroner, dan jantung hipertensi. Angka yang mengkhawatirkan ini menggarisbawahi urgensi peningkatan layanan kardiovaskular di tanah air.

    dr. Esther Ramono, Chief Medical Officer Primaya Hospital Group, menyatakan, konferensi ini memastikan standar layanan kardiovaskular di Indonesia terus berkembang seiring kemajuan global.
     
    “Dengan teknologi terbaru, pasien tidak hanya mendapatkan terapi yang lebih efektif, tetapi juga lebih aman dan berpusat pada kebutuhan pasien.” Ia menambahkan pentingnya edukasi dan pencegahan melalui gaya hidup sehat serta deteksi dini yang harus berjalan beriringan dengan terapi mutakhir.
     
    Berbagai inovasi penting dipaparkan dalam konferensi ini. Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), dari Primaya Hospital Kelapa Gading, menjelaskan keunggulan Ablasi PFA yang lebih selektif dan aman bagi esofagus serta saraf, menjadikannya terapi masa depan untuk fibrilasi atrium.
     
    Sementara itu, dr. Bambang Budiono, SpJP(K), dari Primaya Hospital Makassar, memaparkan tentang Precision PCI yang memungkinkan terapi personal dengan dukungan pencitraan intravaskular, terbukti meningkatkan keberhasilan dan kualitas hidup pasien.
     
    dr. Rony M. Santoso, Sp.JP (K), dari Primaya Hospital Tangerang, membahas terobosan stentless era dengan Drug-Coated Balloon (DCB) yang tidak meninggalkan logam di pembuluh darah, mengurangi risiko perdarahan, dan mempersingkat durasi penggunaan obat.
     
    Untuk kasus kompleks, dr. Isman Firdaus, SpJP (K), dari Primaya Hospital Bekasi Barat, menjelaskan keberhasilan CTO PCI (Chronic Total Occlusion Percutaneous Coronary Intervention) dalam membuka sumbatan total kronis dengan perencanaan dan teknologi modern.
     
    Aspek penanganan darurat juga dibahas oleh dr. Robert Edward Saragih, Sp.JP (K), dari Primaya Hospital Bekasi Barat, yang menekankan intervensi cepat dengan PCI dini. Terakhir, dr. Jayarasti Kusumanegara, SpBTKV, dari Primaya Hospital Makassar, menyampaikan perkembangan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) minimal invasif yang terbukti menurunkan risiko kematian jangka panjang dan mempercepat pemulihan pasien.
     
    Meskipun teknologi kardiovaskular terus maju, dr. Esther menegaskan bahwa pencegahan dan deteksi dini tetap menjadi kunci utama. “Kami ingin generasi muda lebih sadar akan gaya hidup sehat, olahraga teratur, dan pemeriksaan rutin, agar angka kematian akibat jantung dapat ditekan,” tutupnya.
     
    Melalui konferensi ini, Primaya Hospital berharap dapat memperkuat edukasi publik dan mendorong kolaborasi tenaga medis lintas disiplin dalam menangani penyakit kardiovaskular di Indonesia.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (MMI)