Topik: stroke

  • Kim Kardashian Sakit Aneurisma Otak, Berbahayakah? Ini Penjelasan Dokter

    Kim Kardashian Sakit Aneurisma Otak, Berbahayakah? Ini Penjelasan Dokter

    Jakarta

    Kim Kardashian membuat pengumuman mengejutkan setelah diagnosis aneurisma otaknya terungkap. Pengakuan ini ia sampaikan dalam episode perdana musim terbaru “The Kardashians” yang tayang Kamis lalu.

    “Ada seperti, aneurysm kecil,” ujar Kardashian dalam episode tersebut, diselingi dengan rekaman dirinya menjalani pemindaian MRI.

    Aneurisma otak adalah tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak. Sekilas, tonjolan ini tampak seperti buah beri tergantung di batang otak.

    “Aneurisma lebih umum daripada yang Anda kira dan orang-orang dapat menghabiskan seluruh hidup mereka dengan aneurisma tanpa komplikasi apa pun, kata Dr Nina Moore, ahli bedah saraf di Cleveland Clinic kepada NBC News.

    Kebanyakan aneurisma otak tidak bergejala, kecuali jika menekan saraf atau mengalami perubahan bentuk, sehingga tidak diperiksa secara rutin. Oleh karena itu, sering kali orang yang mengidapnya baru ke dokter jika sudah mengalami komplikasi.

    Aneurisma otak lebih umum terjadi pada wanita, dengan risiko meningkat setelah menopause. Sebagian besar aneurisma otak terjadi pada orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun.

    “Faktor risiko yang paling mudah dijelaskan meliputi predisposisi [riwayat aneurisma keluarga], tekanan darah tinggi, merokok, dan peradangan,” beber Dr Laura Stein, seorang profesor neurologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York City.

    Jika aneurisma otak pecah, dapat menyebabkan stroke, kerusakan otak, koma, atau bahkan kematian.

    Aneurisma juga dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa: Banyak orang menggambarkannya sebagai “sakit kepala terburuk dalam hidup mereka” atau sakit kepala seperti disambar petir.

    Ukuran dan lokasi aneurisma menentukan tingkat kematiannya. Aneurisma pecah yang paling fatal terjadi di otak, menewaskan sekitar sepertiga pasien.

    “Ketika pembuluh darah di kepala berdarah, risikonya jauh lebih tinggi untuk mengalami masalah yang sangat parah hanya karena otak terkurung dalam ruang yang tetap,” ucap Dr Moore.

    Aneurisma dapat ditemukan melalui tes pencitraan medis, termasuk CT scan, MRI, atau USG. Jika dokter menemukan aneurisma, pertama-tama mereka akan menilai seberapa parah kondisinya, dengan kata lain, seberapa besar kemungkinannya pecah.

    Jika aneurisma ditemukan pada pasien sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda risiko tinggi, dokter akan memantaunya dan memeriksa tanda-tanda pertumbuhan atau kelainan lainnya seiring waktu.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kim Kardashian Didiagnosis Aneurisma, Stres Berat Jadi Pemicunya”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • Kim Kardashian Didiagnosis Idap Aneurisma Otak, Penyakit Apa Itu?

    Kim Kardashian Didiagnosis Idap Aneurisma Otak, Penyakit Apa Itu?

    Jakarta

    intang reality show Kim Kardashian mengungkapkan bahwa ia didiagnosis mengidap aneurism kecil di otaknya. Pengakuan ini ia sampaikan dalam episode perdana musim terbaru “The Kardashians” yang tayang Kamis lalu.

    “Ada seperti, aneurysm kecil,” ujar Kardashian dalam episode tersebut, diselingi dengan rekaman dirinya menjalani pemindaian pencitraan.

    Kardashian juga menyebut bahwa tekanan dan kekhawatiran yang ia rasakan selama periode diagnosis berkontribusi pada kembalinya psoriasis, kondisi kulit kronis yang sebelumnya berhasil ia kendalikan.

    Apa itu aneurisma?

    Aneurysm terjadi ketika pembuluh darah (arteri) membengkak menjadi bentuk seperti balon. Ini disebabkan oleh tekanan darah yang meregangkan dinding arteri yang lemah atau tipis. Aneurysm dapat terjadi di mana saja di tubuh, tetapi paling umum terjadi di aorta (pembuluh darah terbesar) atau di otak (disebut cerebral aneurysm).

    Para ahli medis menegaskan bahwa aneurysm otak relatif umum, memengaruhi sekitar satu dari 50 orang. Namun, banyak kasus tidak terdeteksi, dan tidak semuanya memerlukan pengobatan.

    Dr Nina Moore, seorang ahli bedah saraf di Cleveland Clinic, mengatakan aneurysm “lebih umum dari yang Anda kira,” dan banyak orang menjalani seluruh hidup mereka tanpa komplikasi apa pun.

    Apa penyebab aneurisma otak?

    Sejumlah kondisi menyebabkan melemahnya arteri yang dapat menyebabkan aneurisma di otak, yang dikenal sebagai aneurisma serebral.

    Aneurisma otak lebih umum terjadi pada wanita, dengan risiko meningkat setelah menopause, menurut Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke. Sebagian besar aneurisma otak terjadi pada orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun.

    “Faktor risiko yang paling mudah dijelaskan meliputi predisposisi [riwayat aneurisma keluarga], tekanan darah tinggi, merokok, dan peradangan,” ucap Dr Laura Stein, profesor madya neurologi di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai, New York City.

    Jika aneurisma otak pecah, dapat menyebabkan stroke, kerusakan otak, koma, atau bahkan kematian.

    Pecahnya aneurisma otak juga dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa: Banyak orang menggambarkannya sebagai “sakit kepala terburuk dalam hidup mereka” atau “sakit kepala seperti disambar petir,” kata Moore.

    Ukuran dan lokasi aneurisma menentukan tingkat kematiannya. Aneurisma pecah yang paling fatal terjadi di otak, menewaskan sekitar sepertiga pasien.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Mikroplastik di Mana-mana, Tapi Kamu Bisa Menghindarinya

    Mikroplastik di Mana-mana, Tapi Kamu Bisa Menghindarinya

    Jakarta

    Jika kalian khawatir akan bahaya mikroplastik, dunia ini mungkin bisa terasa seperti ladang ranjau. Pasalnya, mikroplastik ada di mana-mana, sehingga sangat sulit menghindarinya.

    Partikel plastik kecil bisa saja terlepas dari pakaian kalian yang berbahan poliester, melayang di udara dalam ruangan, dan terkikis dari kemasan ke makanan siap saji. Namun, para ilmuwan mengatakan ada satu faktor yang paling berpengaruh, dan ternyata mudah dikendalikan.

    Dikutip dari The Washington Post, para peneliti menemukan bahwa panas merupakan salah satu pendorong terbesar pelepasan mikroplastik. Ketika kalian menuangkan kopi ke dalam cangkir styrofoam, bahan plastik langsung meresap ke dalam minuman.

    Atau, ketika menyeduh teh celup, jutaan serpihan mikroskopis akan berakhir di cangkir teh kalian dan terminum. Bahkan, mencuci pakaian poliester dengan air panas dapat menyebabkan serat yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di perairan kita, mencemari lingkungan dan mengancam satwa liar.

    Sebuah studi terbaru dari University of Birmingham, Inggris, menemukan bahwa minuman panas mengandung partikel mikroplastik hampir dua kali lipat lebih banyak daripada minuman dingin. Para peneliti juga mencatat bahwa plastik yang lebih tua atau terdegradasi akan lebih mudah larut ketika terpapar suhu tinggi.

    Demikian pula, para ilmuwan di University of Nebraska, Amerika Serikat, menemukan bahwa memanaskan wadah makanan bayi plastik dalam microwave melepaskan miliaran nanoplastik per sentimeter persegi.

    Meskipun kita masih belum sepenuhnya memahami risiko kesehatan jangka panjangnya, bukti awal menunjukkan kekhawatiran. Mikroplastik telah terdeteksi di otak, darah, hingga paru-paru, dan studi mengaitkannya dengan risiko stroke, penyakit jantung, dan masalah perkembangan yang lebih tinggi pada anak-anak.

    Namun, mengurangi paparan plastik bukan berarti hidup bebas plastik. Solusi paling sederhana? Kita bisa mengupayakan untuk menjauhkan bahan plastik dari panas.

    Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik di microwave, menuangkan minuman panas ke gelas atau logam, dan pilih saringan dari kain alami ketimbang bahan sintetis. Setidaknya, setiap langkah kecil melindungi tubuh kita, Bumi, dan hewan-hewan yang tinggal bersama manusia.

    (rns/afr)

  • Kasus Wabah Flu di Thailand Ngegas Lebih dari 700 Ribu, Ternyata Ini Biang Keroknya

    Kasus Wabah Flu di Thailand Ngegas Lebih dari 700 Ribu, Ternyata Ini Biang Keroknya

    Jakarta

    Otoritas kesehatan Thailand melaporkan kasus influenza yang melonjak tajam di seluruh negeri tersebut. Direktur Kantor Pengendalian Penyakit Wilayah 9 Nakhon Ratchasima, Dr Taweechai Visanuyothin bahkan menyebut situasinya semakin mengkhawatirkan.

    Dari 1 Januari hingga 8 Oktober, terdapat 702.238 kasus influenza di seluruh Thailand, dengan angka kejadian 1.081,83 per 100.000 penduduk.

    Sebanyak 61 pasien meninggal dunia, mayoritas lansia dan anak kecil. Kelompok usia 5-9 tahun menjadi yang paling banyak terinfeksi, diikuti anak-anak di bawah 4 tahun dan usia 10-14 tahun.

    Sementara itu, kematian tertinggi tercatat pada kelompok usia 60 tahun ke atas, disusul 50-59 tahun, 40-49 tahun, serta anak di bawah empat tahun.

    Apa Pemicunya?

    “Perubahan cuaca dari akhir musim hujan ke awal musim dingin menjadi faktor utama,” ujar Dr Taweechai.

    Kondisi ini, lanjutnya, dapat meningkatkan risiko infeksi saluran napas, terutama influenza yang penyebarannya tahun ini lebih mudah daripada biasanya.

    Di samping itu, otoritas kesehatan Thailand menyarankan masyarakat menghindari kerumunan, memakai masker, serta rajin mencuci tangan.

    Vaksinasi sangat dianjurkan bagi tujuh kelompok berisiko tinggi, yaitu:

    ibu hamil (minimal usia kehamilan 4 bulan),anak usia 6 bulan-2 tahun,pengidap penyakit kronis (PPOK, asma, jantung, stroke, gagal ginjal, kanker yang sedang kemoterapi, dan diabetes),lansia berusia 65 tahun ke atas,pengidap talasemia atau gangguan imun,individu obesitas, sertapenyandang disabilitas neurologis yang tidak dapat merawat diri sendiri.

    Kelompok ini disarankan mendapat vaksin flu setiap tahun untuk mencegah komplikasi berat dan kematian.

    Otoritas kesehatan Thailand juga terus memantau situasi dan memastikan distribusi vaksin berjalan di seluruh wilayah. Pihaknya juga mengimbau untuk tetap waspada dan menjalankan langkah pencegahan secara disiplin seiring meningkatnya musim flu tahun ini.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Fata Mengerikan Mikroplastik yang Bahayakan Kesehatan Manusia

    Fata Mengerikan Mikroplastik yang Bahayakan Kesehatan Manusia

    Jakarta

    Mikroplastik, pecahan kecil yang terbentuk ketika produk plastik terurai, telah terdeteksi dalam jaringan manusia dengan laju yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan mikroplastik juga telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan.

    Para ahli dari Harvard TH Chan School of Public Health mengatakan bahwa upaya lebih besar harus dilakukan untuk membatasi polusi plastik di seluruh dunia. Dalam artikel JAMA Insights edisi 15 Oktober, Shruthi Mahalingaiah, Kari Nadeau, dan David Christiani, memberikan gambaran umum tentang tingkat polusi dari mikroplastik dan dampaknya terhadap kesehatan, baik yang diketahui maupun yang potensial.

    Seperti dikutip dari laman Harvard School of Public Health, para ilmuwan ini mencatat:

    Produksi plastik melonjak dari 234 juta ton pada 2000 menjadi 435 juta ton pada 2020 dan diperkirakan akan melonjak lagi sebesar 70% pada 2040Plastik mengandung beberapa bahan kimia yang sangat beracun seperti zat penghambat api, zat perfluoroalkil dan polifluoroalkil (PFAS), serta ftalat yang dapat bermigrasi ke lingkungan dan ke dalam tubuh manusiaMikroplastik telah ditemukan di banyak makanan, minuman, sumber air minum, pakaian, kosmetik, dan produk perawatan pribadi lainnyaStruktur mikroplastik yang unik memungkinkan mereka bertindak sebagai pembawa kontaminanPenelitian telah menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan pada sel, DNA, dan respons imunMikroplastik telah ditemukan di banyak jaringan manusia, dan konsentrasinya dalam jaringan tampaknya meningkat seiring waktuStudi observasional telah menunjukkan adanya hubungan antara mikroplastik dengan meningkatnya risiko serangan jantung, stroke, demensia, atau kematian dini.

    Para penulis penelitian mencatat bahwa meskipun terdapat banyak kebijakan lokal dan nasional yang bertujuan untuk membatasi polusi plastik, hanya ada sedikit perjanjian internasional yang berlaku.

    Mereka menuliskan, “Kerja sama internasional untuk membatasi polusi plastik dan menemukan alternatif plastik yang aman bagi lingkungan sangat dibutuhkan.”

    (rns/rns)

  • Petugas gabungan bersihkan lahan 3,6 hektare RS Sumber Waras Jakbar

    Petugas gabungan bersihkan lahan 3,6 hektare RS Sumber Waras Jakbar

    Jakarta (ANTARA) – Sekitar 200 petugas gabungan dari beberapa instansi di Pemerintah Kota Jakarta Barat membersihkan seluas 3,6 hektare lahan di RS Sumber Waras di RW 06 Kelurahan Tomang, Kecamatan Grogol Petamburan, pada Rabu.

    “Kerja bakti ini dalam rangka penataan dan optimalisasi pemanfaatan lahan RS Sumber Waras,” kata Wali Kota Jakarta Barat (Jakbar), Uus Kuswanto di Jakarta.

    Pembersihan area lahan itu ditargetkan rampung dalam tiga hari ke depan. “Rencananya Pemprov DKI Jakarta akan membangun pengembangan fasilitas kesehatan pada area seluas 3,6 hektare ini,” kata Uus.

    Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Purwadi, menyebutkan, lahan milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta itu akan dimanfaatkan untuk pengembangan sarana kesehatan.

    “Seiring rencana kerja jangka pendek dan menengah Gubernur DKI Jakarta, kami akan mendalami pemanfaatannya untuk pengembangan rencana layanan yang lebih terpadu dan terintegrasi, seperti layanan rumah sakit tipe A atau yang lebih luas lagi,” tuturnya.

    Secara spesifik, kata dia, sarana yang akan dibangun adalah fasilitas kesehatan khusus penyakit tidak menular seperti jantung, stroke dan kanker. “Jadi itu mempertimbangkan perubahan demografi angka penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, kanker, mungkin bisa fokus ke sana,” katanya.

    Tapi, menurut dia, rencana itu saat ini masih dalam pembahasan dengan tim kerja di Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Orang Muda Juga Dihantui Risiko Stroke, Begini Gejala yang Harus Diwaspadai

    Orang Muda Juga Dihantui Risiko Stroke, Begini Gejala yang Harus Diwaspadai

    Jakarta

    Stroke dikenal sebagai penyakit yang lebih banyak dialami oleh orang-orang usia lanjut atau lansia. Tetapi, kenyataannya penyakit ini banyak menyerang orang-orang yang masih berusia muda.

    Perubahan gaya hidup dan faktor risiko non-tradisional semakin berkontribusi terhadap peningkatan kasus stroke pada populasi yang lebih muda. Maka dari itu, setiap orang harus menyadari bahwa penyakit stroke tidak terbatas pada lansia saja.

    Mengapa Stroke Terjadi pada Orang yang Lebih Muda?

    Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor risiko tradisional. Misalnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, hingga kurang olahraga.

    Faktor-faktor umum ini tidak hanya mempengaruhi lansia, tetapi juga pada orang-orang yang berusia lebih muda.

    Selain itu, bisa juga dipengaruhi oleh penyebab non-tradisional yang lebih mengarah ke gaya hidup. Misalnya stres, gangguan tidur (sleep apnea), migrain, penyalahgunaan zat, depresi, dan paparan polusi lingkungan yang bisa muncul sebagai penyebab utama stroke pada orang yang lebih muda.

    Banyak orang yang masih tidak percaya bahwa usia mereka masih tergolong ‘terlalu muda’ untuk mengalami stroke. Hal ini yang menyebabkan keterlambatan diagnosis dan dampak yang lebih buruk.

    Tanda-tanda Peringatan Stroke yang Perlu Diwaspadai Orang Muda

    Mendeteksi stroke sejak dini sangatlah penting. Pada dewasa muda, gejalanya terkadang samar atau sering disalahartikan sebagai kelelahan, stres, atau migrain. Dikutip dari Times of India, berikut beberapa tanda peringatan stroke yang perlu diwaspadai:

    1. Mati Rasa atau Lemas Mendadak

    Terutama terjadi pada salah satu sisi tubuh, yang memengaruhi wajah, lengan, atau kaki. Gejala ini dapat berupa mulut yang terkulai atau ketidakmampuan untuk mengangkat lengan sepenuhnya.

    2. Kesulitan Bicara

    Kesulitan berbicara, bicara cadel, atau kesulitan memahami percakapan bisa menjadi tanda awal dari penyakit stroke.

    3. Masalah Penglihatan

    Tanda stroke bisa berupa penglihatan kabur mendadak, penglihatan ganda, atau kehilangan penglihatan sementara pada salah satu atau kedua mata.

    4. Sakit Kepala Parah

    Sakit kepala hebat yang tiba-tiba tanda penyebab yang diketahui bisa menjadi tanda awal stroke. Terkadang, dapat disertai dengan muntah atau pusing.

    5. Masalah Keseimbangan dan Koordinasi

    Kehilangan keseimbangan mendadak, kesulitan berbicara, atau kecanggungan yang tidak biasa bagi orang tersebut bisa menjadi tanda awal stroke.

    Orang-orang dewasa muda harus menganggap serius gejala ringan atau sementara sekali pun. Mengabaikannya dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk cacat permanen hingga kematian.

    Menurut konsultan senior neurologi di Rumah Sakit Manipal, India, Dr Shiva Kumar R, beberapa faktor risiko mungkin tidak bisa diubah. Tetapi, banyak pilihan gaya hidup yang dapat secara signifikan mengurangi risiko stroke.

    “Menjaga pola makan seimbang, berolahraga secara teratur, menghindari tembakau dan alkohol berlebihan, mengelola stres, dan mengendalikan kondisi kronis seperti diabetes dan hipertensi adalah strategi pencegahan utama,” terangnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Kemenkes Akan Buka 500 RS Jadi Penyelenggara Pendidikan Dokter Spesialis
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        20 Oktober 2025

    Kemenkes Akan Buka 500 RS Jadi Penyelenggara Pendidikan Dokter Spesialis Nasional 20 Oktober 2025

    Kemenkes Akan Buka 500 RS Jadi Penyelenggara Pendidikan Dokter Spesialis
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kementerian Kesehatan akan membuka 500 rumah sakit sebagai penyelenggara pendidikan utama untuk Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
    Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sidang uji materi Undang-Undang Kesehatan 3/2023 dengan nomor perkara 143/PUU-XXIII/2025 yang digelar Mahkamah Konstitusi (MK), pada Senin (20/10/2025).
    Pembukaan ini dilakukan, kata Menkes, untuk menambah jumlah, meratakan distribusi, dan membebaskan biaya pendidikan dokter spesialis.
    “Pertama, untuk menambah jumlah dokter spesialis dalam lima tahun ke depan, pemerintah berencana membuka 500 rumah sakit penyelenggara pendidikan utama untuk mengejar pemenuhan kebutuhan dokter spesialis,” kata Budi Gunadi, yang hadir secara virtual.
    Dia mengatakan, tujuh dokter spesialis dasar akan menjadi prioritas, seperti penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri dan ginekologi, anestesi, radiologi, dan patologi klinis.
    Begitu juga spesialis untuk penyakit yang menyebabkan kematian lebih dari satu juta masyarakat Indonesia, seperti kanker, jantung, stroke, ginjal, serta kesehatan ibu dan anak.
    “Upaya ini diproyeksikan akan menambah sejumlah 6.000 orang dokter spesialis baru per tahun dalam 10 tahun ke depan,” ucap dia.
    Budi berharap, pembukaan program PPDS berbasis rumah sakit ini bisa mendukung program PPDS berbasis universitas.
    “Kedua sistem ini dapat mengejar, semoga pemenuhan kebutuhan dokter spesialis 15 tahun lebih awal jika dibandingkan tanpa intervensi apapun dari pemerintah,” ucap dia.
    Dalam pemaparan ini, Budi menyebut Indonesia kekurangan 70.000 dokter spesialis.
    Sedangkan produksi dokter spesialis untuk basis universitas saja hanya 3.000 per tahun.
    Kekurangan ini tidak akan tertutupi hingga 2045 jika hanya mengandalkan PPDS berbasis universitas.
    Uji materi UU Kesehatan ini diajukan oleh dua mahasiswa sarjana ilmu kedokteran dan dua dosen kedokteran yang merupakan ahli bedah dan ahli anestesi.
    Mereka menilai, terjadi konflik kepentingan dalam penyelenggaraan PPDS dari pemberian beasiswa.
    Saat ini terdapat dua alternatif penyelenggaraan PPDS, dari Kemenkes disebut
    hospital based
    atau berbasis rumah sakit, dan dari Kemendikti disebut dengan basis universitas/kampus.
    Pemohon menyebut, dua alternatif ini menyebabkan diskriminasi karena perbedaan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
    university based
    dan
    hospital based
    .
    “Yakni berkaitan dengan pemberian biaya gratis untuk mahasiswa
    hospital based
    , akan tetapi pada
    university based
    masih dibebani biaya pendidikan yang tinggi. Oleh karenanya, menjadi tidak adil dan menimbulkan kecemburuan apabila pemohon I dan pemohon II akan mengambil program spesialis/subspesialis nantinya di
    university based
    ,” tulis permohonan tersebut.
    Atas dasar itu, para pemohon meminta MK menghapus penyelenggaraan berbasis rumah sakit dan seluruh penyelenggaraan PPDS harus di bawah kerangka sistem pendidikan tinggi dengan kampus sebagai penyelenggara utama.
    MK diminta membatasi rumah sakit pendidikan hanya berperan sebagai mitra pelaksana klinis, bukan sebagai penyelenggara utama.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 65 Juta Warga +62 Dibayangi Hipertensi, Pemicu Gagal Ginjal Usia Muda

    65 Juta Warga +62 Dibayangi Hipertensi, Pemicu Gagal Ginjal Usia Muda

    Jakarta

    Indonesia diestimasi mencatat 65 juta kasus hipertensi berdasarkan hasil survei kesehatan indonesia (SKI) 2023. Dari total tersebut, baru teridentifikasi 18,5 juta pasien, lantaran tidak banyak masyarakat yang aware melakukan pengecekan rutin tekanan darah.

    Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) dr Siti Nadia Tarmizi berharap gap tersebut bisa ditemukan melalui cek kesehatan gratis (CKG).

    “Ternyata dari CKG kalau lihat angka prevalensinya sama dengan SKI, jadi memang mungkin betul 65 juta masyarakat kita mengidap hipertensi, meskipun kita baru bisa menemukan 18,5 juta,” beber dr Nadia dalam talkshow di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

    “Harapannya tahun depan sudah ada skrining di lebih dari 100 juta, kalau di akhir tahun mungkin 60-65 juta bisa kita skrining,” lanjutnya.

    Meski temuan kasus hipertensi pada CKG relatif tinggi, tindak lanjut tata laksana dan pengobatan terpantau masih rendah. dr Nadia menggambarkan sedikitnya tiga sampel di sejumlah kota besar.

    DKI Jakarta misalnya, di Puskesmas Kembangan tercatat ada 337 pasien yang terdiagnosis hipertensi. Namun, hanya 48 pasien yang menjalani tatalaksana pengobatan, dengan 22 kasus yang terkendali.

    “Tren di tiga kota besar, DKI Jakarta, Surabaya, Semarang, kurang lebih sama, gap-nya antara yang terdiagnosis dengan melakukan pengobatan tinggi, di Surabaya cuma satu yang agak lebih baik yaitu puskesmas Sidosermo,” lanjutnya.

    Puskesmas Sidosermo mencatat 693 kasus hipertensi dan seluruhnya dilaporkan sudah mendapatkan pengobatan, dengan 651 pasien sudah terkendali kondisinya.

    Masih Banyak Hoax di Masyarakat

    Tantangan yang dihadapi pemerintah juga dilatarbelakangi maraknya hoax yang diyakini masyarakat. Tidak sedikit masyarakat yang ogah berobat karena khawatir berdampak pada masalah kesehatan ginjalnya.

    “Padahal hipertensi-nya sendiri yang merusak ginjal mereka,” tandas dr Nadia.

    “Jadi ini pekerjaan rumah bagi kita, karena faktanya 40 hingga 60 persen pasien yang terdiagnosis hipertensi tidak pernah kembali untuk pengobatan,” pungkasnya.

    Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko terjadinya stroke hingga masalah gagal ginjal. Deputi Direksi Bidang Kebijakan Penjaminan Manfaat BPJS Kesehatan Dr dr Ari Dwi Aryani MKM menyebut total pembiayaan akibat diabetes melitus dan hipertensi mencapai Rp 35,3 triliun pada 2024.

    “Diabetes melitus dan hipertensi itu kan ibunya penyakit dia bisa kemana-mana, sehingga meningkat ke pembiayaan penyakit akibat jantung, gagal ginjal, stroke,” bebernya saat ditemui detikcom pasca talkshow.

    “Pasien yang dirawat karena jantung, karena cuci darah, naik,” tandasnya.

    Tren pasien disebutnya juga terus bergeser ke usia muda, dari semula di atas 50 tahun menjadi di rentang 30 hingga 40 tahun. Meski begitu, catatan peningkatan kasus tidak selalu menggambarkan penambahan jumlah pasien yang sakit, tetapi ia menilai ada beberapa pasien yang memang baru bisa mendapatkan akses pengobatan tercover BPJS Kesehatan.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • 13,8 Juta Anak Ikut CKG Sekolah, Ini Masalah Kesehatan yang Banyak Ditemukan

    13,8 Juta Anak Ikut CKG Sekolah, Ini Masalah Kesehatan yang Banyak Ditemukan

    Jakarta

    Ada sekitar 50 juta anak sekolah yang disasar pemerintah untuk mengikuti cek kesehatan gratis (CKG). Dari total tersebut, baru ada 13,8 juta pendaftar dengan rata-rata layanan per hari di 200 ribu anak. Secara kumulatif, ‘hanya’ 75 persen dari total seluruhnya yang selesai mendapatkan layanan, per data 15 Oktober 2025.

    Adapun pendaftar terbanyak berada di DKI Jakarta, disusul Yogyakarta, hingga Jawa Tengah. Tertinggi di usia sekolah dasar dengan total 139.880, sekolah keagamaan, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas 26.410 siswa/siswi.

    Masalah kesehatan apa saja yang ditemukan? Berikut rangkuman data Kemenkes RI:

    1. Masalah gigi (50,3 persen)

    Masalah paling umum yang ditemukan adalah karies gigi, dialami oleh lebih dari 4,5 juta anak. Ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran kebersihan mulut dan gigi di kalangan anak-anak sekolah.

    Padahal, masalah gigi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi konsentrasi belajar, menyebabkan infeksi, bahkan gizi buruk karena gangguan makan.

    2. Kurang aktivitas fisik (60,1 persen)

    Lebih dari 3,5 juta anak dilaporkan memiliki gaya hidup sedentary, atau kurang bergerak. Ini menjadi kekhawatiran serius karena bisa berujung pada obesitas, gangguan metabolik, serta menurunnya kebugaran fisik dan kesehatan mental. Pola ini diperparah oleh kebiasaan penggunaan gadget dalam jangka waktu lama dan kurangnya aktivitas olahraga.

    3. Anemia (27,2 persen)

    Sekitar 248 ribu anak terdeteksi mengalami anemia menurut data CKG, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia dapat menurunkan kemampuan belajar, konsentrasi, dan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

    4. Risiko gangguan kesehatan reproduksi (25,3 persen)

    Sebanyak 25,3 persen anak sekolah perempuan terindikasi memiliki risiko gangguan kesehatan reproduksi. Hal ini bisa meliputi infeksi saluran reproduksi, kurangnya pengetahuan tentang kebersihan organ intim, hingga indikasi perilaku seksual berisiko. Ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi yang benar dan sesuai usia.

    5. Tekanan darah tinggi pada anak (15,9 persen)

    Data yang cukup mengejutkan menunjukkan lebih dari 1,3 juta anak mengalami tekanan darah tinggi. Hipertensi pada usia dini berisiko memicu masalah kesehatan lebih lanjut di masa mendatang termasuk jantung hingga stroke. Pola makan tinggi garam, kurang gerak, serta stres juga bisa menjadi faktor pemicunya.

    (naf/kna)