Topik: RPJMN

  • BNPT harap Pemprov DKI Jakarta berkontribusi dalam RAN PE Fase Kedua

    BNPT harap Pemprov DKI Jakarta berkontribusi dalam RAN PE Fase Kedua

    Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono (kiri) dalam audiensi dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno (kanan) di Jakarta, Kamis (19/6/2025). ANTARA/HO-BNPT RI.

    BNPT harap Pemprov DKI Jakarta berkontribusi dalam RAN PE Fase Kedua
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 21 Juni 2025 – 17:31 WIB

    Elshinta.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dapat berkontribusi dalam Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE) Fase Kedua.

    Dalam audiensi dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Jakarta, Kamis (19/6), Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Eddy Hartono menegaskan pentingnya sinergisitas dan kolaborasi dari seluruh pihak, termasuk dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dalam upaya pencegahan terorisme.

    “Strategi penanggulangan sudah cukup baik, tentunya melalui semangat kolaboratif dalam penanggulangan terorisme yang tercerahkan dalam keikhlasan,” ungkap Komjen Pol. Eddy, seperti dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.

    Dia menjelaskan kontribusi Pemprov bisa dilakukan melalui program kerja serta implementasi pada Rencana Aksi Daerah Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAD PE). Dalam kesempatan tersebut, Eddy pun memaparkan tugas dan fungsi BNPT serta program dan kegiatan prioritas yang telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2025-2029.

    “Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, pemerintah wajib melakukan pencegahan. Dalam konteks pencegahan, sudah masuk ke dalam RPJMN di mana terdapat empat kegiatan prioritas dan dua Program Prioritas Nasional BNPT,” ucap dia.

    Kepala BNPT memerinci, sebanyak empat kegiatan prioritas dimaksud terdiri atas Koordinasi Sinergi Antar Instrumen Pertahanan dan Keamanan dalam Pencegahan dan Penanggulangan Aksi Terorisme, Penguatan Kontra Radikalisasi, Penguatan Deradikalisasi, serta Penguatan Pusat Analisis dan Pengendalian Krisis.

    Sementara itu, dua Program Prioritas Nasional BNPT, yaitu Kesiapsiagaan Nasional dan Deradikalisasi Luar Lapas.

    Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menyatakan dukungannya kepada BNPT dalam upaya penanggulangan terorisme di Indonesia, termasuk wilayah DKI Jakarta. Dirinya menegaskan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi ancaman terorisme.

    “Semoga pertemuan hari ini menjadi langkah awal kerjasama yang berkelanjutan,” kata Rano Karno.

    Ditambahkan Rano bahwa Provinsi DKI Jakarta saat ini tengah berupaya mewujudkan Jakarta Menuju Kota Global dan pusat perkembangan yang berdaya saing, berkelanjutan, dan menyejahterakan seluruh warganya, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) DKI Jakarta 2025-2029.

    Untuk itu, apa pun yang bisa dikerjakan pihaknya bersama BNPT, kata dia, akan dikerjakan, yang kemudian akan ditindaklanjuti melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DKI Jakarta.

    Sumber : Antara

  • Indonesia perlu selaraskan standar produk agar masuk ke pasar global

    Indonesia perlu selaraskan standar produk agar masuk ke pasar global

    Jakarta (ANTARA) – Indonesia harus menyelaraskan standar produk domestiknya dengan standar yang berlaku di pasar global jika ingin memperkuat daya saing ekspor dan memenuhi tuntutan pasar internasional yang makin mengedepankan keberlanjutan.

    Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia 2025 yang dirilis CSIS di Jakarta, Jumat, menyoroti bahwa meskipun pemerintah telah menunjukkan komitmen kuat terhadap transisi industri hijau melalui berbagai dokumen perencanaan seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, tapi kebijakan dan ketidaksesuaian standar nasional dengan internasional masih menjadi tantangan.

    CSIS menemukan produk-produk Indonesia kesulitan memenuhi persyaratan ekspor, yang pada akhirnya melemahkan posisi Indonesia dalam rantai pasok global yang makin mengedepankan aspek keberlanjutan.

    Oleh karena itu, CSIS merekomendasikan agar kementerian dan lembaga yang bertanggung jawab atas agenda industri hijau memastikan bahwa standar nasional selaras dengan standar yang berlaku di pasar global.

    “Harmonisasi ini penting untuk meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia dalam rantai nilai global,” demikian laporan tersebut.

    Untuk mendukung harmonisasi ini, laporan CSIS juga merekomendasikan perlunya sistem sertifikasi yang transparan, kredibel, disertai insentif fiskal seperti pengurangan pajak bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi hijau, kesepakatan ekonomi hijau dengan negara mitra, serta permodalan untuk memenuhi standar serta insentif non-fiskal seperti percepatan perizinan dan ketersediaan infrastruktur energi ramah lingkungan.

    Selain harmonisasi standar, CSIS juga merekomendasikan beberapa langkah kunci lainnya: penguatan kebijakan terintegrasi untuk agenda industri hijau secara keseluruhan, pengembangan ekosistem permintaan produk hijau melalui program green public procurement, reformasi kebijakan energi, penerapan carbon pricing yang menyeluruh, serta pengembangan skema pembiayaan inovatif untuk berbagi risiko investasi.

    “Pemerintah juga dapat berperan sebagai first-loss guarantee untuk menarik investasi swasta, melihat opsi-opsi seperti kerja sama publik badan usaha internasional, ataupun memobilisasi sumber daya yang tersedia di Danantara,” tambah laporan itu.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Adi Lazuardi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Petrokimia Gresik-PC Ketapang II kerja sama amankan pupuk nasional

    Petrokimia Gresik-PC Ketapang II kerja sama amankan pupuk nasional

    Kami berkomitmen mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional melalui penyediaan pupuk bersubsidi. Untuk menjalankan komitmen tersebut diperlukan tambahan gas guna mengamankan kebutuhan eksisting dan proyek pengembangan

    Jakarta (ANTARA) – Petrokimia Gresik, anggota holding Pupuk Indonesia, melakukan kerja sama dengan PC Ketapang II Ltd, anak perusahaan Petronas, dalam upaya menjaga produksi pupuk dalam negeri.

    SVP Sekretaris Perusahaan Petrokimia Gresik, Adityo Wibowo menyatakan, melalui penandatanganan kerja sama ini pihaknya berharap mendapatkan tambahan suplai gas pada saat Blok Ketapang onstream nanti sampai dengan 25 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).

    Tambahan gas tersebut, lanjut dia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, akan digunakan Petrokimia Gresik untuk memenuhi kebutuhan eksisting, serta mendukung rencana pengembangan perusahaan.

    “Kami berkomitmen mendukung terwujudnya swasembada pangan nasional melalui penyediaan pupuk bersubsidi. Untuk menjalankan komitmen tersebut diperlukan tambahan gas guna mengamankan kebutuhan eksisting dan proyek pengembangan,” katanya.

    Rencana pengembangan dalam waktu dekat yaitu pembangunan Pabrik Soda Ash seperti yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, yang masuk dalam daftar indikasi Proyek Strategis Nasional (PSN) program hilirisasi garam.

    Menurut dia, dengan adanya tambahan gas dari Blok Ketapang yang terletak di perairan utara Madura, Petrokimia Gresik semakin leluasa dalam merealisasikan target-target atau rencana pengembangan perusahaan di masa yang akan datang.

    “Produksi pupuk bersubsidi untuk swasembada pangan nasional juga semakin terjamin,” ujar Adityo.

    Sementara itu, dia menuturkan, kesepakatan kerja sama ditandatangani oleh Petrokimia Gresik bersama Direktur Utama PC Ketapang II Ltd, Yuzaini Md Yusof serta disaksikan oleh Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

    Selain PC Ketapang II Ltd, tambahnya, Petrokimia Gresik untuk mendapatkan tambahan pasokan gas telah menandatangani kesepakatan dengan sejumlah pihak seperti KrisEnergy (Satria) Ltd untuk mendapatkan pasokan gas dari Lapangan Lengo Blok Bulu, Tuban Jawa Timur dengan potensi tambahan suplai sebesar 60 MMSCFD.

    “Dengan penambahan suplai gas ini, kami optimis Petrokimia Gresik semakin siap menjalankan amanah penyaluran pupuk bersubsidi serta memenuhi kebutuhan pupuk nasional melalui pasar komersial dengan baik,” katanya.

    Pewarta: Subagyo
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pasuruan Tancap Gas! RPJMD Baru Usung 33 Program Prioritas untuk Warga

    Pasuruan Tancap Gas! RPJMD Baru Usung 33 Program Prioritas untuk Warga

    Pasuruan (beritajatim.com) – Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pasuruan tahun 2025–2029 resmi mulai dibahas dalam rapat paripurna DPRD, Senin (16/6/2025). Dokumen ini menjadi pijakan utama arah pembangunan lima tahun ke depan di Kabupaten Pasuruan.

    Bupati Pasuruan Rusdi Sutejo menyampaikan bahwa penyusunan RPJMD ini telah diselaraskan dengan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025. Perpres tersebut memuat agenda strategis nasional dalam RPJMN serta misi pembangunan Astacita Presiden.

    “Dengan begitu, arah pembangunan Kabupaten Pasuruan akan sejalan dengan program strategis nasional,” tegas Rusdi di hadapan anggota dewan. Ia juga menyebut bahwa RPJMD ini disusun berdasarkan kebutuhan riil masyarakat.

    Sebanyak 33 program prioritas telah dirancang oleh Bupati dan Wakil Bupati sebagai bentuk konkret dari lima misi pembangunan. Program-program ini meliputi kegiatan fisik maupun non-fisik, yang dinilai solutif dan terukur untuk menyelesaikan persoalan publik.

    “Tujuan utama dari RPJMD ini adalah agar manfaat pembangunan dapat langsung dirasakan masyarakat,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa strategi penahapan pembangunan juga telah disiapkan hingga tahun 2030.

    Penahapan dimulai pada 2026 dengan fokus hilirisasi sektor unggulan dan produktivitas daerah. Dilanjutkan pada 2027 dengan peningkatan daya saing melalui peningkatan kualitas sumber daya daerah.

    Kemudian tahun 2028 diarahkan pada pertumbuhan ekonomi dan investasi berbasis kolaborasi. Tahun 2029 dan 2030 menjadi masa penguatan kesejahteraan serta konsolidasi menuju akselerasi transformasi Kabupaten Pasuruan.

    “Lima tahapan ini bukan rencana terpisah, melainkan satu kesatuan yang akan dilaksanakan simultan,” imbuh Bupati. Setiap tahapan memiliki target dan indikator capaian yang terukur dan realistis. (ada/kun)

  • Impor Sapi Hidup Tak Lagi Dibatasi

    Impor Sapi Hidup Tak Lagi Dibatasi

    Jakarta

    Pemerintah tak lagi membatasi importasi sapi hidup, baik itu bakalan dan sapi perah. Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan impor sapi hidup tidak seperti impor daging yang langsung habis.

    Ia menjelaskan, impor sapi hidup akan memberikan nilai tambah bagi negara, misalnya tenaga kerja yang akan terserap di peternakan sapi. Selain itu, impor sapi hidup juga akan menambah produksi daging dan susu dalam negeri.

    “(Impor) Sapi hidup bebas, (karena) ada nilai tambah (seperti menambah) tenaga kerja,” kata dia kepada detikcom, Senin (16/6/2025).

    Impor sapi hidup sebelumnya sempat dibatasi jumlahnya. Namun melihat produksi daging dan susu dalam negeri yang kurang dari kebutuhan, maka importasi sapi hidup kini tak lagi dibatasi.

    Sebagai informasi, sebelumnya pemerintah telah menambah jumlah impor sapi bakalan sebanyak 184 ribu ekor. Hal ini dilakukan untuk menggenjot produksi daging sapi dalam negeri.

    Zulhas mengatakan sebelumnya kuota impor sapi bakalan 2025 sebanyak 350 ribu ekor. Artinya dengan penambahan 184 ribu ekor, impor sapi bakalan tahun ini menjadi 534 ribu ekor.

    “(Jumlah impor sapi bakalan) 350 ribu ekor tambah 184 ribu ekor. Jadi saya sudah tadi bicara dengan teman-teman kalau memang kita fokusnya sapi bakalan nanti bakalan kita bebasin aja. Nggak usah ada kuota-kuota lagi. Kalau memang ingin penggemukan, artinya yang diatur daging bekunya,” kata Zulhas dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Graha Mandiri, Jakarta, Jumat (16/5).

    Sedangkan impor daging kerbau beku dipangkas sebanyak 100 ribu ton. Sebelumnya jumlah impor daging kerbau tahun ini diputuskan 200 ribu ton

    Kemudian, impor sapi perah juga telah dialokasikan lebih banyak untuk menggenjot produksi susu dalam negeri. Pemerintah menargetkan impor sapi bunting atau sapi perah sebanyak 1 juta ekor sampai 2029.

    Pada 2025, targetnya impor sapi perah dapat mencapai 250 ribu ekor. Namun, berdasarkan data Kementerian Pertanian dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, hingga akhir Mei 2025, sebanyak 196 pelaku usaha menyatakan komitmen mendatangkan hampir satu juta ekor sapi perah dalam kurun lima tahun ke depan.

    Realisasi awal tercatat 9.736 ekor sapi telah masuk dari Australia secara bertahap melalui jalur laut dan udara.

    Untuk mendukung pengembangan peternakan sapi perah skala besar, dibutuhkan lahan sekitar 1,45 juta hektar. Pemerintah juga mendorong model kemitraan antara investor dan peternak rakyat agar distribusi manfaat ekonomi lebih merata.

    Langkah strategis ini diperkuat dengan masuknya program percepatan produksi susu dan daging sebagai salah satu dari 77 Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Proyek ini akan dilaksanakan di 29 lokasi di berbagai provinsi.

    (acd/acd)

  • Banyak Masyarakat Tak Melek Keuangan, Rawan Jadi Korban Penipuan

    Banyak Masyarakat Tak Melek Keuangan, Rawan Jadi Korban Penipuan

    Jakarta

    Peneliti dan Analis Kebijakan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyoroti semakin maraknya kasus penipuan keuangan, seperti scam dan fraud. Peneliti CIPS Muhammad Nidhal menilai urgensi perlunya upaya meningkatkan inklusi yang dibarengi dengan literasi.

    Nidhal menerangkan rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sudah menyebut inklusi keuangan sebagai salah satu hal yang diprioritaskan, dengan target inklusi sebesar 91% pada tahun 2025, 93% pada tahun 2029 dan 98% pada tahun 2045. Upaya peningkatan inklusi perlu berbarengan dengan literasi keuangan.

    “Literasi keuangan perlu menjadi salah satu fokus pemerintah dalam mengembangkan inklusinya. Terciptanya inklusi keuangan, atau penetrasi masyarakat unbankable untuk memiliki akses ke produk keuangan formal, harus dibarengi dengan literasi keuangan untuk menciptakan pemahaman dan kepercayaan,” kata Nidhal dalam keterangannya, Minggu (15/6/2025).

    Menurut Nidhal, peningkatan pemahaman masyarakat mengenai tujuan finansial, perencanaan anggaran, dan keputusan keuangan akan dapat membantu mengurangi kesalahan dalam penggunaan produk keuangan, terutama dalam membedakan kebutuhan dan keinginan. Sementara pemahaman tentang produk keuangan, kegunaannya, risiko dalam konteks tujuan finansial, dapat mendukung keselarasan literasi keuangan dan inklusi keuangan dalam upaya menakar kebutuhan dan mencapai kesejahteraan.

    Financial inclusion atau inklusi keuangan, lanjut Nidhal, dibutuhkan untuk membuka akses masyarakat kepada pemberdayaan ekonomi. Akses dibutuhkan, terutama, oleh mereka yang tergolong unbanked, kepada layanan keuangan, baik yang disediakan oleh bank maupun lembaga keuangan non-bank, seperti teknologi finansial atau fintech.

    Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, tingkat inklusi keuangan Indonesia tahun 2025 mencapai 80,51%. Sementara, Indeks literasi keuangan berada di angka 66,46%.

    Di sisi lain, pengakuan akan hak konsumen sendiri sudah ada pada Peraturan OJK Nomor 1/POJK.7/ tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yang menerapkan beberapa prinsip yaitu transparansi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data konsumen dan penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat dan dengan biaya yang terjangkau.

    “Implementasi dari prinsip-prinsip tadi, antara lain, adalah konsumen berhak mendapatkan informasi yang jelas dan akurat terkait sebuah produk jasa keuangan. Para tenaga pemasar produk keuangan bertanggung jawab untuk menyampaikan semua informasi yang dibutuhkan konsumen untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin saja terjadi di kemudian hari,” imbuh dia.

    Nidhal menekankan konsumen berhak mengakses semua pelayanan dan produk jasa keuangan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Perusahaan penyedia jasa keuangan juga wajib bertanggung jawab atas kerahasiaan data dan informasi para nasabahnya.

    Pihaknya pun merekomendasikan adanya evaluasi pada konten program literasi keuangan serta metode penyampaiannya. Dari sisi konten, sementara di negara-negara seperti Amerika Serikat, program literasi keuangan dirancang untuk menjawab ‘Tiga Besar’ literasi keuangan, yakni berhitung, inflasi dan diversifikasi risiko.

    Menurut dia, program literasi keuangan di Indonesia sebagian besar berkisar pada pengetahuan produk. Pemisahan antara literasi dan keuangan akan mempermudah pelacakan dan pemantauan program literasi. Namun pemisahan juga membutuhkan upaya lebih untuk mengedukasi konsumen dalam membuat keputusan keuangan yang aktual atau konkrit.

    Pemisahan, tutur Nidhal, akan memberikan pemahaman yang lebih terarah untuk segmen masyarakat tertentu. Misalnya, untuk kelompok ibu rumah tangga, wiraswasta dan kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah tertentu, seperti di perdesaan atau perkotaan.

    Pembekalan dari kepala daerah, petugas dari dinas terkait di wilayah masing-masing dan juga dari pihak bank dan lembaga jasa keuangan lainnya juga dapat dilakukan untuk mengedukasi masyarakat terkait literasi keuangan.

    “Pendekatan ekosistem sangat penting. Pihak-pihak tadi dapat berkoordinasi untuk secara rutin mensosialisasikan mengenai instrumen-instrumen yang ada dalam sektor jasa keuangan dan juga pengetahuan dasar. Sosialisasi ini sebaiknya dilakukan secara berkala dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,” tambah Nidhal

    (rea/kil)

  • Kementrans Bakal Bangun 350 Unit Rumah Buat Warga Terdampak Proyek Rempang Eco City

    Kementrans Bakal Bangun 350 Unit Rumah Buat Warga Terdampak Proyek Rempang Eco City

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Transmigrasi (Kementrans) mengungkap bakal melanjutkan pembangunan sebanyak 350 unit rumah untuk masyarakat terdampak relokasi akibat proyek Rempang Eco City, di Kota Batam, Kepulauan Riau.

    Menteri Transmigrasi (Mentrans) Iftitah Sulaiman Suryanegara menjelaskan bahwa anggaran yang bakal dibutuhkan untuk melakukan pembangunan itu sebesar Rp153 juta per unit.

    “Kurang lebih anggarannya sama dengan yang [dibangun oleh] BP Batam sekitar Rp153 juta per unit,” jelasnya saat ditemui di JCC, Kamis (12/6/2025).

    Iftitah merinci, total kebutuhan anggaran itu bakal didapatkan melalui injeksi atau Anggaran Biaya Tambahan (ABT) yang bakal dikucurkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

    Tak hanya membangun 350 unit rumah  bagi warga terdampak relokasi, Iftitah juga menyebut pihaknya bakal membangun sarana dan prasarana penunjang ekosistem salah satunya yakni Sekolah Dasar (SD).

    “Kan harusnya [membangun] 500 unit rumah ya, kenapa jadi 350 unit? Karena kita gantikan dengan SD. Karena hasil Pengecekan kita, kan SD nggak ada ini gimana mau bangun kehidupan?” tegasnya.

    Sebelumnya, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Amsakar Achmad memastikan pengembangan proyek Rempang Eco City masih terus berlanjut, meski proyek tersebut tak lagi masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). 

    Seperti diketahui, proyek Rempang Eco City tidak masuk sebagai PSN di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. RPJMN ini tertuang dalam Peraturan Presiden (PP) Nomor 12/2025.

    “Meski tidak tercantum dalam daftar PSN, bukan berarti proyek tersebut sudah tidak berlaku atau dibatalkan,” katanya di Batam, Rabu (12/3/2025). 

    Amsakar melihat keputusan untuk menentukan apakah sebuah proyek dibatalkan atau dilanjutkan merupakan kewenangan pemerintah pusat.

  • Prabowo Bakal Pimpin Gerakan Nasional Tangani Sampah – Page 3

    Prabowo Bakal Pimpin Gerakan Nasional Tangani Sampah – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto akan memimpin gerakan nasional untuk menangani sampah di Indonesia demi memenuhi target 100 persen sampah terkelola pada 2029.

    Dalam peninjauan ke TPA Kopi Luhur, Cirebon, Jawa Barat pada Jumat (13/6), Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq, memaparkan pemerintah menargetkan pengelolaan sampah mencapai 51,21 persen pada tahun ini dan dapat mencapai 100 persen pada 2029.

    “Jadi berdasarkan ratas terakhir, Bapak Presiden akan memimpin gerakan nasional. Itu beliau langsung akan memimpin sendiri penanganan sampah se-Indonesia yang akan ada intensifikasi dari penanganan sampah tersebut,” kata Hanif Faisol Nurofiq, seperti dilansir Antara.

    “Sehingga kita perlu mengakselerasi semua,” tambahnya.

    Target pengelolaan sampah 100 persen pada 2029 itu sendiri sudah tertuang dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

    Untuk itu, dia meminta pemerintah daerah melakukan perbaikan sesuai dengan ketentuan sanksi administrasi paksaan pemerintah yang diberikan kepada 343 TPA yang masih melakukan open dumping atau pembuangan secara terbuka.

     

  • Tak Ada Penebalan Bansos Meski Garis Kemiskinan Direvisi

    Tak Ada Penebalan Bansos Meski Garis Kemiskinan Direvisi

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tidak akan mempertebal atau menambah bantuan sosial alias bansos, meskipun jumlah penduduk miskin bisa bertambah akibat adanya revisi garis kemiskinan nasional.

    Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan, Kementerian PPN/Bappenas Maliki menjelaskan bahwa pemerintah sedang menggodok metode perhitungan garis kemiskinan nasional yang baru.

    Maliki mengakui bahwa konsekuensi perbaikan garis kemiskinan adalah peningkatan jumlah penduduk miskin. Dia menekankan bahwa perubahan jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan ini menjadi patokan kebijakan sistem penargetan program bantuan sosial (bansos) dan pemberdayaan. 

    Selama ini target perlindungan sosial tidak hanya untuk penduduk miskin, tetapi juga untuk penduduk rentan miskin. Oleh sebab itu, diyakini penduduk kategori miskin yang bertambah akan tetap terlindungi oleh berbagai program bantuan pemerintah.

    Maliki mencontohkan data BPS menunjukkan penduduk miskin mencapai 8,57% dari total populasi atau setara 24,06 juta orang, sementara penerima bantuan iuran jaminan kesehatan nasional (JKN) sekitar 40% penduduk termiskin. 

    Selain itu, sambungnya, program keluarga harapan (PKH) diterima oleh 10 juta keluarga miskin. Jika satu keluarga miskin rata-rata memiliki 5 anggota maka PKH mencakup 50 juta penduduk.

    Dia menekankan ke depan yang menjadi perhatian adalah akurasi penyaluran program tersebut. Menurutnya, hal itu sudah menjadi fokus utama pemerintah melalui penyusunan DTSEN atau Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional.

    “Program bantuan pemerintah tetap, meskipun ada wacana penebalan, tetapi yang harus kita fokuskan nanti adalah konsolidasi supaya program-program tersebut betul-betul bisa menyasar orang-orang yang tepat dengan manfaat yang lebih optimal,” jelas Maliki kepada Bisnis, dikutip pada Sabtu (14/6/2025).

    Dia menggarisbawahi yang harus menjadi fokus ke depan adalah, apakah berbagai program bansos itu berhasil menekan angka kemiskinan yang dihitung dengan metode terbaru.

    Artinya jika metode perhitungan garis kemiskinan yang baru mulai berlaku pada tahun ini harus mampu konsisten dengan upaya penanggulangan kemiskinan, baik itu melalui bantuan sosial maupun pemberdayaan lainnya. Dengan perubahan metodologi yang tepat, pengukuran kemiskinan tahun depan harus dapat menggambarkan perubahan yang objektif.

    “Jadi sebenarnya masalahnya adalah seberapa efektif sih program yang kita kucurkan, karena uangnya udah cukup besar menurut saya. Jadi itu yang harus menjadi concern [perhatian] kita ke depan,” ungkapnya.

    Senada, Koordinator Bidang Kajian Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan FEB UGM Wisnu Setiadi Nugroho mengungkapkan bahwa program-program jaminan sosial sudah siap menangkap peningkatan jumlah penduduk kategori miskin apabila metode perhitungan garis kemiskinan diperbaharui.

    Dia pun mengutip pernyataan anggota Dewan Ekonomi Nasional Arief Anshory Yusuf yang mengusulkan Indonesia mengikuti standar garis kemiskinan negara berpendapatan menengah-bawah versi Bank Dunia sebesar US$4,2 PPP per orang per bulan atau sekitar Rp765.000 per orang per bulan. Dengan standar itu, maka penduduk miskin akan naik dari 8,57% enjadi 20% dari total populasi pada 2024.

    Sementara itu, jaminan sosial sudah mencakup hingga 40% rumah tangga termiskin dengan variasi program dan anggaran. Oleh sebab itu, kenaikan jumlah penduduk kategori miskin tidak akan terlalu berdampak ke bansos.

    “Mungkin yang perlu dicermati untuk memastikan bahwa data yang ada ter-update [diperbaharui] dengan baik sehingga sasaran program lebih akurat dan lebih baik,” ujar Wisnu kepada Bisnis.

    Selain itu, dia mendorong dipikirkan alternatif selain bansos untuk mengurangi angka kemiskinan. Wisnu mengingatkan bahwa bansos hanya sekadar jaringan pengaman yang sifatnya sementara.

    “Sudah mulai harus dipikirkan, [bagaimana] mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata sehingga menarik RTSM [rumah tangga sangat miskin] dari garis kemiskinan absolut yang baru,” tutupnya.

    Urgensi Revisi Garis Kemiskinan

    Sementara itu, Maliki mengungkapkan metode perhitungan garis kemiskinan nasional belum pernah diperbaharui sejak 1997. Padahal, sambungnya, selama itu kondisi sosial ekonomi masyarakat sudah banyak berubah.

    Dia mencontohkan pola konsumsi masyarakat sudah sangat berbeda dari dua dekade lalu, misalnya kini orang-orang banyak yang memesan makanan jadi daripada memasak sendiri. Selain itu kondisi kesejahteraan masyarakat juga relatif lebih baik, tercerminkan dari status Indonesia yang saat ini sudah menjadi negara kelas menengah-atas.

    Oleh sebab itu, Bappenas bersama Badan Pusat Statistik (BPS) dan para ahli sepakat merancang metode perhitungan garis kemiskinan yang lebih pas memotret kondisi masyarakat.

    “Amanat untuk perubahan pengukuran [garis kemiskinan nasional] ini sudah ada di dalam RPJMN 2025—2029 dan persiapannya sudah 5 tahun ke belakang,” ujar Maliki.

    Apalagi, sambungnya, banyak negara lain yang sudah merevisi garis kemiskinannya. Hal itu tercermin dari publikasi Bank Dunia yang mengadopsi basis perhitungan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) 2021, tak lagi PPP 2017.

    Akibatnya, kini garis kemiskinan negara berpenghasilan rendah naik dari US$2,15 menjadi US$3 per orang per hari, garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah-bawah naik dari US$3,65 menjadi US$4,2 per orang per hari, dan garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah-atas naik dari US$6,85 menjadi US$8,3 per orang per hari.

    Maliki menerangkan bahwa standar garis kemiskinan Bank Dunia itu ditentukan berdasarkan median atau nilai tengah dari garis kemiskinan negara berpenghasilan rendah, negara berpenghasilan menengah-bawah, dan negara berpenghasilan menengah-atas.

    Artinya, jika terjadi kenaikan garis kemiskinan internasional versi Bank Dunia maka banyak negara yang sudah terlebih dahulu merevisi ke atas garis kemiskinan nasionalnya.

    “Banyak sekali negara-negara itu sudah meng-update [membarui] garis kemiskinan mereka. Jadi hampir kalau tidak salah sekitar 60% negara-negara itu sudah meng-update. Jadi ini sekarang kita harus meng-update, betul-betul harus meng-update,” ujarnya.

  • Tak Ada Penebalan Bansos Meski Garis Kemiskinan Direvisi

    Revisi Garis Kemiskinan Punya ‘Efek Samping’, Ini Strategi Mengatasinya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tidak akan mempertebal atau menambah bantuan sosial alias bansos, meskipun jumlah penduduk miskin bisa bertambah akibat adanya revisi garis kemiskinan nasional.

    Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan, Kementerian PPN/Bappenas Maliki menjelaskan bahwa pemerintah sedang menggodok metode perhitungan garis kemiskinan nasional yang baru.

    Maliki mengakui bahwa konsekuensi perbaikan garis kemiskinan adalah peningkatan jumlah penduduk miskin. Dia menekankan bahwa perubahan jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan ini menjadi patokan kebijakan sistem penargetan program bantuan sosial (bansos) dan pemberdayaan. 

    Selama ini target perlindungan sosial tidak hanya untuk penduduk miskin, tetapi juga untuk penduduk rentan miskin. Oleh sebab itu, diyakini penduduk kategori miskin yang bertambah akan tetap terlindungi oleh berbagai program bantuan pemerintah.

    Maliki mencontohkan data BPS menunjukkan penduduk miskin mencapai 8,57% dari total populasi atau setara 24,06 juta orang, sementara penerima bantuan iuran jaminan kesehatan nasional (JKN) sekitar 40% penduduk termiskin. 

    Selain itu, sambungnya, program keluarga harapan (PKH) diterima oleh 10 juta keluarga miskin. Jika satu keluarga miskin rata-rata memiliki 5 anggota maka PKH mencakup 50 juta penduduk.

    Dia menekankan ke depan yang menjadi perhatian adalah akurasi penyaluran program tersebut. Menurutnya, hal itu sudah menjadi fokus utama pemerintah melalui penyusunan DTSEN atau Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional.

    “Program bantuan pemerintah tetap, meskipun ada wacana penebalan, tetapi yang harus kita fokuskan nanti adalah konsolidasi supaya program-program tersebut betul-betul bisa menyasar orang-orang yang tepat dengan manfaat yang lebih optimal,” jelas Maliki kepada Bisnis, dikutip pada Sabtu (14/6/2025).

    Dia menggarisbawahi yang harus menjadi fokus ke depan adalah, apakah berbagai program bansos itu berhasil menekan angka kemiskinan yang dihitung dengan metode terbaru.

    Artinya jika metode perhitungan garis kemiskinan yang baru mulai berlaku pada tahun ini harus mampu konsisten dengan upaya penanggulangan kemiskinan, baik itu melalui bantuan sosial maupun pemberdayaan lainnya. Dengan perubahan metodologi yang tepat, pengukuran kemiskinan tahun depan harus dapat menggambarkan perubahan yang objektif.

    “Jadi sebenarnya masalahnya adalah seberapa efektif sih program yang kita kucurkan, karena uangnya udah cukup besar menurut saya. Jadi itu yang harus menjadi concern [perhatian] kita ke depan,” ungkapnya.

    Senada, Koordinator Bidang Kajian Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan FEB UGM Wisnu Setiadi Nugroho mengungkapkan bahwa program-program jaminan sosial sudah siap menangkap peningkatan jumlah penduduk kategori miskin apabila metode perhitungan garis kemiskinan diperbaharui.

    Dia pun mengutip pernyataan anggota Dewan Ekonomi Nasional Arief Anshory Yusuf yang mengusulkan Indonesia mengikuti standar garis kemiskinan negara berpendapatan menengah-bawah versi Bank Dunia sebesar US$4,2 PPP per orang per bulan atau sekitar Rp765.000 per orang per bulan. Dengan standar itu, maka penduduk miskin akan naik dari 8,57% enjadi 20% dari total populasi pada 2024.

    Sementara itu, jaminan sosial sudah mencakup hingga 40% rumah tangga termiskin dengan variasi program dan anggaran. Oleh sebab itu, kenaikan jumlah penduduk kategori miskin tidak akan terlalu berdampak ke bansos.

    “Mungkin yang perlu dicermati untuk memastikan bahwa data yang ada ter-update [diperbaharui] dengan baik sehingga sasaran program lebih akurat dan lebih baik,” ujar Wisnu kepada Bisnis.

    Selain itu, dia mendorong dipikirkan alternatif selain bansos untuk mengurangi angka kemiskinan. Wisnu mengingatkan bahwa bansos hanya sekadar jaringan pengaman yang sifatnya sementara.

    “Sudah mulai harus dipikirkan, [bagaimana] mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan merata sehingga menarik RTSM [rumah tangga sangat miskin] dari garis kemiskinan absolut yang baru,” tutupnya.

    Urgensi Revisi Garis Kemiskinan

    Sementara itu, Maliki mengungkapkan metode perhitungan garis kemiskinan nasional belum pernah diperbaharui sejak 1997. Padahal, sambungnya, selama itu kondisi sosial ekonomi masyarakat sudah banyak berubah.

    Dia mencontohkan pola konsumsi masyarakat sudah sangat berbeda dari dua dekade lalu, misalnya kini orang-orang banyak yang memesan makanan jadi daripada memasak sendiri. Selain itu kondisi kesejahteraan masyarakat juga relatif lebih baik, tercerminkan dari status Indonesia yang saat ini sudah menjadi negara kelas menengah-atas.

    Oleh sebab itu, Bappenas bersama Badan Pusat Statistik (BPS) dan para ahli sepakat merancang metode perhitungan garis kemiskinan yang lebih pas memotret kondisi masyarakat.

    “Amanat untuk perubahan pengukuran [garis kemiskinan nasional] ini sudah ada di dalam RPJMN 2025—2029 dan persiapannya sudah 5 tahun ke belakang,” ujar Maliki.

    Apalagi, sambungnya, banyak negara lain yang sudah merevisi garis kemiskinannya. Hal itu tercermin dari publikasi Bank Dunia yang mengadopsi basis perhitungan paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP) 2021, tak lagi PPP 2017.

    Akibatnya, kini garis kemiskinan negara berpenghasilan rendah naik dari US$2,15 menjadi US$3 per orang per hari, garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah-bawah naik dari US$3,65 menjadi US$4,2 per orang per hari, dan garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah-atas naik dari US$6,85 menjadi US$8,3 per orang per hari.

    Maliki menerangkan bahwa standar garis kemiskinan Bank Dunia itu ditentukan berdasarkan median atau nilai tengah dari garis kemiskinan negara berpenghasilan rendah, negara berpenghasilan menengah-bawah, dan negara berpenghasilan menengah-atas.

    Artinya, jika terjadi kenaikan garis kemiskinan internasional versi Bank Dunia maka banyak negara yang sudah terlebih dahulu merevisi ke atas garis kemiskinan nasionalnya.

    “Banyak sekali negara-negara itu sudah meng-update [membarui] garis kemiskinan mereka. Jadi hampir kalau tidak salah sekitar 60% negara-negara itu sudah meng-update. Jadi ini sekarang kita harus meng-update, betul-betul harus meng-update,” ujarnya.