Topik: Puting Beliung

  • Fenomena “Cleret Tahun” Muncul di Waduk Bening Madiun, BPBD Imbau Warga Waspada

    Fenomena “Cleret Tahun” Muncul di Waduk Bening Madiun, BPBD Imbau Warga Waspada

    Madiun (beritajatim.com) – Fenomena alam langka kembali menarik perhatian warga Kabupaten Madiun. Pusaran angin di atas permukaan air atau yang dikenal masyarakat Jawa sebagai “Cleret Tahun” muncul di kawasan Waduk Bening, Kecamatan Saradan, pada Kamis (30/10/2025) sore.

    Video dan foto fenomena itu beredar di media sosial, memperlihatkan gumpalan awan hitam pekat dengan pusaran angin berputar di atas permukaan waduk. Meski hanya berlangsung beberapa menit, kemunculan fenomena ini sempat menghebohkan warga sekitar.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun, Boby Saktia Putra Lubis, menjelaskan bahwa “Cleret Tahun” merupakan istilah lokal untuk fenomena puting beliung yang terbentuk akibat peningkatan suhu udara ekstrem dalam beberapa hari terakhir.

    “Beberapa hari ini suhu udara cukup tinggi terutama di wilayah Madiun sehingga penguapan meningkat. Uap air naik dan membentuk awan cumulonimbus berwarna hitam. Saat tekanan udara tidak stabil, muncul pusaran angin di bawah awan itu yang bagi orang Jawa dikenal sebagai Cleret Tahun,” jelas Boby, Jumat (31/10/2025).

    Ia menambahkan, fenomena seperti ini umumnya muncul saat masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan atau pancaroba, ketika perubahan suhu dan tekanan udara di atmosfer berlangsung cepat.

    “Cleret Tahun atau Puting Beliung ini umumnya terjadi di atas perairan luas seperti waduk, rawa, sawah, atau laut. Perbedaan suhu antara udara panas dari permukaan dan udara dingin di lapisan atas menciptakan tekanan tidak seimbang yang memicu pusaran angin,” tambahnya.

    Boby juga mengingatkan bahwa selama masa pancaroba, potensi hujan deras disertai angin kencang dan petir akan meningkat di sejumlah wilayah Jawa Timur, termasuk Madiun. Karena itu, masyarakat diminta tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

    “Masyarakat diimbau untuk menjauh dari area terbuka apabila melihat tanda-tanda kemunculan pusaran angin. Meski fenomena ini biasanya berlangsung singkat dan hilang dengan sendirinya, Cleret Tahun tetap bisa menimbulkan dampak seperti kerusakan ringan di sekitar permukiman,” ujar Boby.

    Ia menegaskan, jika pusaran angin terlihat mendekati wilayah pemukiman, warga disarankan segera mencari tempat aman untuk menghindari risiko tertimpa material terbang atau pohon tumbang.

    Menurut catatan BPBD, kemunculan “Cleret Tahun” di Waduk Bening kali ini merupakan yang pertama sepanjang tahun 2025. Namun, peristiwa serupa pernah terjadi di beberapa wilayah Kabupaten Madiun pada tahun-tahun sebelumnya, terutama saat suhu udara tinggi menjelang datangnya musim hujan. [rbr/beq]

  • Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        31 Oktober 2025

    Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan Bandung 31 Oktober 2025

    Antisipasi Bencana Alam di Kabupaten Bandung, 800 Personel Gabungan Disiapkan
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    — Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bandung melaksanakan apel siaga bencana.
    Hal ini mengingat wilayah Kabupaten Bandung termasuk salah satu wilayah di Jawa Barat yang rentan terhadap bencana seperti longsor, puting beliung, dan banjir.
    Apel tersebut dilaksanakan lantaran beberapa waktu terakhir wilayah Bandung Raya, termasuk Kabupaten Bandung, dilanda hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan bencana banjir di beberapa titik.
    Wakil Bupati Bandung, Ali Syakieb, membenarkan beberapa hari terakhir di beberapa Kecamatan di Kabupaten Bandung terjadi bencana, baik banjir maupun longsor.
    “Yang jelas untuk sekarang kami sama-sama bekerja itu dari saluran-saluran air yang harus kami awasi. Entah itu dari solokan, dari sungai-sungai, dari sampah-sampah. Itu poin-poin pertama yang harus kami selesaikan ke depan,” ujarnya saat ditemui pada Apel Siaga Bencana di Lapangan Panah, Sarana Olahraga (SOR) Stadion Si Jalak Harupat (SJH), Jumat (31/10/2025).
    Ali mengaku telah ditugaskan oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna, untuk mengecek beberapa lokasi bencana.
    Terkait banjir, dia menyebut ada beberapa faktor penyebab, di antaranya selokan, drainase, hingga tekstur dari tanah yang kerap menyebabkan longsor.
    “Kemarin saya ke Kecamatan Rancaekek, itu tanahnya berpotensi longsor karena tekstur tanahnya itu seperti cekungan,” terangnya.
    Kapolresta Bandung, Kombes Pol Aldi Subartono, mengatakan seluruh elemen di Kabupaten Bandung hadir dan merespons kesiagaan bencana.
    Apel tersebut, kata Aldi, diikuti sebanyak 800 personel yang terdiri dari unsur TNI AD dan AU, BPBD, Basarnas, dan PMI.
    Nantinya, semua personel tersebut akan bersiaga di setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung.
    “Jadi, agar ke depan bisa respons cepat mitigasi ketika ada bencana sehingga semua personel ini nanti tersebar,” ujarnya.
    Saat ini, para personel tersebut akan dilengkapi dengan alat bantu mulai dari perkakas ringan hingga alat berat.
    Selain itu, para personel juga difokuskan pada titik yang rawan bencana alam.
    Di Kecamatan Pangalengan, misalnya, personel akan disiagakan untuk antisipasi adanya bencana longsor.
    Sementara itu, daerah rawan banjir ialah di Dayeuhkolot dan Bojongsoang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fenomena ‘Cleret Tahun’ Muncul di Atas Waduk Widas Madiun, Warga Dikejutkan Angin Berputar di Tengah Air

    Fenomena ‘Cleret Tahun’ Muncul di Atas Waduk Widas Madiun, Warga Dikejutkan Angin Berputar di Tengah Air

    Madiun (beritajatim.com) — Warga di sekitar Waduk Widas (Waduk Bening), Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, digemparkan dengan kemunculan fenomena alam langka berupa angin berputar di atas permukaan air, Kamis (30/10) sore.

    Fenomena ini oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah “Cleret Tahun”, sebutan Jawa untuk pusaran angin atau puting beliung kecil yang muncul secara tiba-tiba.

    Menurut keterangan Diky Saputra, petugas keamanan Perum Jasa Tirta I yang bertugas di area Waduk Bening, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu, cuaca cerah tiba-tiba muncul awan hitam yang menggumpal di langit sebagian wilayah waduk.

    “Tadi sekitar pukul tiga kurang, ada awan menggumpal warna hitam. Tiba-tiba muncul sedikit angin mutar yang langsung turun ke tengah waduk,” ujar Diky saat ditemui di lokasi.

    Pusaran angin tersebut terlihat cukup jelas dari daratan dan berlangsung sekitar 15 menit sebelum akhirnya menghilang sendiri.

    “Sempat berputar di tengah waduk, kurang lebih 15 menitan, lalu hilang sendiri,” tambahnya.

    Beruntung, fenomena “Cleret Tahun” kali ini tidak menimbulkan korban jiwa maupun dampak kerusakan yang berarti. Saat kejadian, area waduk dalam kondisi relatif sepi.

    “Untuk para pengunjung kebetulan kalau sore hari sudah keluar semua. Cuma ada beberapa pemancing yang sempat panik dan lari untuk berlindung,” jelas Diky.

    Diky menuturkan, selama bertugas di Waduk Widas, baru kali ini ia menyaksikan fenomena seperti itu. “Baru kali ini saja di tahun ini ada Cleret Tahun di atas waduk,” katanya. (rbr/ted)

  • BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025

    BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengeluarkan peringatan kepada masyarakat Jawa Timur agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diprakirakan terjadi pada periode 30 Oktober hingga 5 November 2025.

    Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, menyatakan bahwa selama periode tersebut, sejumlah wilayah di Jawa Timur berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Bencana yang diwaspadai meliputi hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.

    “Peningkatan cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan ini diprakirakan akan berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat,” kata Taufiq Hermawan, Kamis (30/10/2025).

    Menurut Taufiq, fenomena ini bisa terjadi didorong oleh beberapa faktor, terutama karena adanya aktivitas atmosfer dan kondisi laut yang mendukung pembentukan awan hujan skala luas.

    “Saat ini, sebagian wilayah Jawa Timur berada pada masa pancaroba, sementara sebagian lainnya telah memasuki awal musim hujan,” urainya.

    Menurut prakiraan BMKG, gangguan atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang melintasi Jawa Timur saat ini, turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif.

    “Selain itu, suhu muka laut yang masih hangat di sekitar Selat Madura (24-31 derajat Celsius dengan anomali mencapai +2 derajat) juga meningkatkan penguapan, sehingga memperbesar peluang terbentuknya hujan lebat,” rincinya.

    Wilayah yang diimbau untuk waspada antara lain mencakup Surabaya, Sidoarjo, Malang, Lumajang, Pasuruan, Jember, Probolinggo. Kemudian, Blitar, Kediri, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Jombang, Madiun, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.

    Secara khusus, BMKG juga mengingatkan wilayah dengan topografi curam atau bergunung agar lebih waspada terhadap dampak bencana lanjutan, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, jalan licin, hingga jarak pandang terbatas.

    “Oleh karena itu, masyarakat dan instansi terkait untuk senantiasa waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, serta potensi hujan disertai petir dan angin kencang,” tegas Taufiq.

    Untuk memantau kondisi terkini, BMKG Juanda menyediakan citra radar cuaca WOFI dan peringatan dini melalui situs stamet-juanda.bmkg.go.id, media sosial @infobmkgjuanda, serta layanan telepon dan WhatsApp 24 jam. (rma/ted)

  • Waspada Bencana Hidrometeorologi! Ini Jenis dan Dampaknya

    Waspada Bencana Hidrometeorologi! Ini Jenis dan Dampaknya

    Jakarta, Beritasatu.com – Bencana hidrometeorologi belakangan ini diklaim akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Jenis bencana ini dipicu oleh faktor cuaca, iklim, dan air, sehingga sangat erat kaitannya dengan kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis dan memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun.

    Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana hidrometeorologi termasuk jenis bencana alam yang disebabkan oleh unsur-unsur atmosfer, seperti angin, curah hujan, suhu udara, dan kelembapan.

    Dampak dari bencana ini bisa sangat luas, mulai dari kerusakan infrastruktur hingga ancaman terhadap keselamatan manusia.

    Apa Itu Bencana Hidrometeorologi?

    Secara umum, bencana hidrometeorologi adalah fenomena alam atau proses perusak yang berkaitan dengan unsur cuaca (meteorologi), air (hidrologi), dan laut (oseanografi).

    Karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi geografis yang kompleks, risiko terjadinya bencana jenis ini sangat tinggi, terutama saat musim hujan.

    Berikut ini beberapa contoh bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia.

    1. Kekeringan

    Kekeringan terjadi ketika curah hujan berada di bawah normal untuk jangka waktu tertentu. BMKG memantau potensi kekeringan melalui indikator, seperti penurunan curah hujan, peningkatan suhu udara, dan meningkatnya evapotranspirasi. Dampaknya bisa menyebabkan berkurangnya pasokan air bersih dan gagal panen.

    2. Badai petir

    Badai petir terbentuk akibat munculnya awan cumulonimbus (Cb) yang memunculkan kilat dan suara petir. Fenomena ini terjadi karena adanya uap air, ketidakstabilan udara, dan pengangkatan massa udara ke lapisan atmosfer.

    Petir merupakan pelepasan muatan listrik bertegangan tinggi di atmosfer, baik antarawan maupun antara awan dan permukaan bumi.

    3. Puting beliung

    Puting beliung adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan mencapai 120 km/jam atau lebih. Fenomena ini sering muncul di wilayah tropis akibat perbedaan tekanan udara ekstrem.

    Jika terbentuk di laut, puting beliung dapat menimbulkan gelombang tinggi dan banjir pesisir saat angin kuat mendorong air ke daratan.

    4. Banjir

    Banjir terjadi ketika air meluap dan menenggelamkan wilayah daratan yang seharusnya kering. Penyebabnya bisa karena meluapnya sungai, danau, atau laut, serta hujan lebat yang membuat tanah tak lagi mampu menyerap air. Banjir merupakan bencana hidrometeorologi paling umum di Indonesia.

    5. Tanah longsor

    Longsor terjadi di daerah berkontur miring seperti pegunungan atau tebing pantai. Penyebabnya antara lain curah hujan tinggi, gempa bumi, atau aktivitas manusia yang mengubah kemiringan lereng. Longsor sering disertai banjir bandang dan bisa menyebabkan korban jiwa.

    6. Angin kencang

    Angin kencang adalah pergerakan udara dengan kecepatan di atas 27,8 km/jam, bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Jika terjadi secara mendadak dan singkat, fenomena ini disebut gusty, biasanya disertai hujan deras dan muncul bersamaan dengan pembentukan awan cumulonimbus.

    Dampak Bencana Hidrometeorologi

    Bencana hidrometeorologi membawa berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Berikut beberapa dampak utamanya:

    Angin kencang dan banjir dapat merusak rumah, jalan, jembatan, serta jaringan listrik dan komunikasi. Pemulihan pascabencana sering kali membutuhkan waktu dan biaya besar.

    Kekeringan yang berkepanjangan dapat menimbulkan kekurangan air bersih, gagal panen, hingga meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

    Sektor pertanian, perikanan, dan industri bisa berhenti beroperasi akibat dampak bencana, menimbulkan kerugian finansial besar bagi masyarakat dan pemerintah.

    Banjir, longsor, dan kebakaran hutan menyebabkan degradasi tanah, berkurangnya keanekaragaman hayati, serta pencemaran udara dan air.

    Korban jiwa dan kesehatan

    Bencana hidrometeorologi juga dapat menimbulkan korban jiwa dan gangguan kesehatan, terutama di wilayah padat penduduk yang minim fasilitas medis dan sanitasi.

    Bencana hidrometeorologi adalah ancaman nyata yang perlu diwaspadai, terutama di negara tropis seperti Indonesia. Dengan memahami penyebab, jenis, dan dampaknya, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi sewaktu-waktu.

  • BMKG Juanda Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Mojokerto

    BMKG Juanda Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah Jawa Timur, termasuk Kabupaten dan Kota Mojokerto. Peringatan ini berlaku untuk periode 30 Oktober hingga 5 November 2025.

    Kepala BMKG Juanda, Taufiq Hermawan, menjelaskan bahwa kondisi atmosfer dalam sepekan ke depan berpotensi memicu berbagai bencana hidrometeorologi, mulai dari hujan sedang hingga lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, hingga hujan es.

    “Wilayah Mojokerto perlu mewaspadai potensi hujan intensitas sedang hingga lebat yang bisa disertai petir dan angin kencang selama sepekan ke depan. Masyarakat di daerah rawan seperti lereng perbukitan, tepi sungai, serta kawasan padat pohon besar diminta untuk lebih waspada,” ungkapnya, Rabu (29/10/2025).

    Taufiq menuturkan, potensi peningkatan curah hujan ini dipengaruhi oleh gangguan gelombang atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang melintas di wilayah Jawa Timur. Selain itu, suhu muka laut yang hangat di sekitar Selat Madura juga memicu pertumbuhan awan-awan konvektif penyebab hujan lebat.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa sebagian wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan, sedangkan sebagian lainnya masih dalam masa pancaroba. Kondisi transisi ini membuat cuaca dapat berubah secara cepat dan ekstrem, sehingga masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi dampaknya terhadap aktivitas harian.

    “Kami mengimbau masyarakat Mojokerto agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak dan selalu memperbarui informasi prakiraan serta peringatan dini cuaca dari BMKG Juanda. Masyarakat dapat memantau kondisi cuaca terkini melalui citra radar cuaca WOFI dan peringatan dini yang diperbarui setiap beberapa jam di situs resmi BMKG Juanda,” tegasnya.

    Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui situs stamet-juanda.bmkg.go.id, media sosial @infobmkgjuanda, saluran telepon (031) 8668989, atau WhatsApp 0895800300011. Dengan meningkatnya potensi cuaca ekstrem, BMKG Juanda berharap masyarakat serta instansi terkait di Mojokerto dapat lebih siaga dalam mengantisipasi risiko banjir lokal, jalan licin, pohon tumbang, maupun gangguan jarak pandang akibat hujan deras. [tin/beq]

  • Cuaca Ekstrem Landa Kabupaten Sampang, BPBD Imbau Warga Waspada

    Cuaca Ekstrem Landa Kabupaten Sampang, BPBD Imbau Warga Waspada

    Sampang (beritajatim.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang mengeluarkan imbauan kewaspadaan terkait cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di kabupaten tersebut dalam beberapa hari terakhir.

    Peringatan ini dikeluarkan setelah insiden robohnya sebuah rumah di Dusun Kamarong, Desa Banjar, Kecamatan Kedungdung pada Sabtu, 18 Oktober 2025. Rumah berukuran lima meter itu ambruk akibat hujan deras disertai angin kencang.

    Meskipun tidak ada korban jiwa, kerusakan yang dialami bangunan tersebut sangat parah, dan rumah tersebut kini dinyatakan tidak layak huni.

    Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sampang, Mohammad Hozin, menjelaskan bahwa cuaca belakangan ini sangat tidak menentu. “Jika siang terasa panas, hujan deras bisa turun secara tiba-tiba. Ini berbahaya, terutama jika disertai angin kencang,” ungkap Hozin pada Jumat, 24 Oktober 2025.

    Ia menambahkan bahwa cuaca ekstrem ini berpotensi meningkatkan bahaya bencana, seperti angin puting beliung, hujan intensitas tinggi, serta pohon tumbang.

    Warga diminta untuk lebih waspada, terutama mereka yang tinggal di rumah dengan struktur bangunan tua atau di sekitar pepohonan besar yang rentan tumbang saat angin kencang. BPBD Sampang juga memberikan beberapa saran penting untuk menjaga keselamatan.

    Masyarakat diimbau untuk mengamankan dokumen penting, memperkuat atap rumah, serta tidak berteduh di bawah pohon besar atau papan reklame saat cuaca buruk.

    Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem di Sampang diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir November 2025. Suhu maksimum harian bisa mencapai 37,6°C, dengan potensi hujan lokal dan hembusan angin kencang yang semakin meningkat.

    Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan mempersiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi cuaca buruk yang diperkirakan masih akan terus terjadi. [sar/suf]

  • Cerita Warga Terjebak Genangan di Semarang-Demak, Terpaksa Telat Kerja
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        22 Oktober 2025

    Cerita Warga Terjebak Genangan di Semarang-Demak, Terpaksa Telat Kerja Regional 22 Oktober 2025

    Cerita Warga Terjebak Genangan di Semarang-Demak, Terpaksa Telat Kerja
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Hujan deras yang mengguyur sejak Selasa (21/10/2025) sore, membuat sejumlah ruas jalan di wilayah Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah, tergenang.
    Akibatnya, arus lalu lintas dari arah Demak menuju Semarang tersendat, bahkan beberapa kendaraan roda dua tampak mogok di tengah jalan.
    Bagi warga yang bekerja di Semarang, kondisi ini menjadi momok setiap kali musim hujan tiba.
    Salah satunya Rudi (34), warga Kecamatan Karangtengah, Demak, yang bekerja di sebuah pabrik di kawasan Kaligawe.
    Ia mengaku berangkat lebih pagi dari biasanya, namun tetap tiba terlambat karena terjebak genangan.
    “Biasanya 30 menit sampai, ini dua jam lebih. Saya muter lewat jalan alternatif,” ujar Rudi saat ditemui di sekitar lokasi Jalan Padi Raya Semarang, Rabu (22/10/2025).
    Siti Marlina (29), warga Sayung, Demak, yang bekerja di salah satu kantor ekspedisi di Semarang Timur, mengaku harus absen setengah hari karena tidak bisa melintas di jalur utama Genuk.
    “Sudah coba lewat jalur tol Demak–Semarang, tapi antre panjang banget. Akhirnya saya balik dulu, nunggu air agak surut,” tutur Siti.
    “Sudah tidak setinggi tadi malam,” kata Endro saat dikonfirmasi.
    Menurutnya, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Selasa sore mengakibatkan genangan di sejumlah titik.
    “Beberapa titik tergenang dan beberapa kejadian alam,” lanjutnya.
    BPBD Kota Semarang juga sudah melakukan assessment, kaji cepat dan penanganan darurat untuk menangani genangan itu.
    “Beberapa wilayah masih terdapat genangan, namun mengalami tren surut,” ungkap Endro.
    Untuk tinggi genangan juga bervariatif, mulai dari 10 sentimeter hingga 40 sentimeter. Endro juga mengimbau agar warga selalu waspada terhadap fenomena alam.
    “Tidak hanya banjir tapi juga longsor dan puting beliung yang perlu jadi perhatian,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Waterspout Menghebohkan Pantai Mbah Drajit Lumajang, BPBD Pastikan Tak Ada Korban

    Waterspout Menghebohkan Pantai Mbah Drajit Lumajang, BPBD Pastikan Tak Ada Korban

    Lumajang (beritajatim.com) – Fenomena waterspout atau puting beliung di tengah laut melanda kawasan wisata Pantai Mbah Drajit, Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (19/10/2025) sore. Detik-detik pusaran angin ini sempat direkam warga dan menjadi viral di media sosial.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Lumajang) memastikan bencana angin puting beliung ini tidak menimbulkan kerusakan materil maupun korban jiwa.

    Marsolah, saksi mata, menceritakan bahwa puting beliung terjadi saat kondisi cuaca mulai mendung dan angin terlihat membentuk lingkaran besar yang bergerak ke arah barat daya. Warga dan wisatawan di sekitar pantai sempat dilanda ketakutan saat menyaksikan fenomena tersebut.

    “Awalnya ya mendung biasa, tapi tiba-tiba langsung bentuk pusaran angin, dampaknya air itu kena tekanan besar sekali sampai ke pinggir pantai selama 10 menit. Tapi Alhamdulillah setelah itu mengarahnya ke barat daya dan tidak ada dampak,” jelas Marsolah, Senin (20/10/2025).

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang, Yudhi Cahyono, menambahkan hasil assessment menunjukkan titik fenomena waterspout berjarak kurang lebih 1.000 meter dari pesisir pantai. Meskipun tidak menimbulkan dampak bagi warga maupun pengunjung, pihaknya mengimbau masyarakat tetap waspada menghadapi musim pancaroba atau masa peralihan dari kemarau ke penghujan.

    “Memang sempat terjadi puting beliung, tepatnya di pantai Wotgalih, tapi mengarahnya ke barat daya. Tidak sampai menimbulkan dampak, tapi tetap harus waspada karena sedang menghadapi perubahan musim,” ungkap Yudhi. [has/beq]

  • Angin Puting Beliung Terjang Empat Desa di Jombang, Rusak Rumah dan Tempat Usaha

    Angin Puting Beliung Terjang Empat Desa di Jombang, Rusak Rumah dan Tempat Usaha

    Jombang (beritajatim.com) – Empat desa di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diterjang angin puting beliung, Minggu petang (19/10/2025), . Desa-desa yang terdampak berada di Kecamatan Mojoagung dan Mojowarno. Di Kecamatan Mojoagung, angin kencang melanda Desa Dukuhdimoro, Mojotrisno, dan Tanggalrejo, sementara di Kecamatan Mojowarno, Desa Selorejo juga mengalami kerusakan.

    Menurut informasi yang diperoleh dari anggota Pusdalops BPBD Jombang, Agus Irmawan, “Di Dukuhdimoro ada enam rumah terdampak. Hingga Minggu malam listrik masih padam.”

    Selain rumah, sejumlah tenda hajatan warga juga terbang terbawa angin kencang di Desa Dukuhdimoro. Selain itu, pepohonan di berbagai desa juga tumbang akibat terjangan angin.

    Agus merinci, angin puting beliung merusak atap rumah di tiga desa Kecamatan Mojoagung. Di Desa Tanggalrejo, sebanyak enam rumah mengalami kerusakan, sementara di Desa Mojotrisno, tiga rumah rusak. Kerusakan yang terjadi mayoritas pada bagian atap yang beterbangan.

    Sementara itu, di Desa Selorejo Kecamatan Mojowarno, sembilan tempat usaha juga rusak. “Ada sembilan tempat usaha yang rusak, yang berpenghuni hanya dua. Sekali lagi, rata-rata yang rusak pada bagian atap,” tambah Agus.

    Emi Wahyuni (42), salah satu pemilik tempat usaha di Desa Selorejo, menceritakan pengalamannya saat kejadian. “Ada dua kali hempasan angin kencang hampir bersamaan. Angin dari arah timur ke barat, lalu dari selatan ke utara,” kata Emi.

    Ia mengungkapkan bahwa angin tersebut mengangkat atap asbes tempat usahanya hingga terbang sejauh 3 meter. “Saya ajak anak lari ke depan, kemudian kembali ke belakang. Takut. Anginnya sangat kencang,” lanjut Emi.

    Bencana ini menyebabkan kerusakan signifikan pada bangunan, tetapi untungnya tidak ada korban jiwa. BPBD Jombang terus melakukan upaya pemulihan pasca-bencana, termasuk memperbaiki jaringan listrik yang terdampak. [suf]