Topik: PSEL

  • Su-27 Ukraina Serang Ponton Rusia di Kursk dengan Bom Luncur GBU-39 Buatan AS – Halaman all

    Su-27 Ukraina Serang Ponton Rusia di Kursk dengan Bom Luncur GBU-39 Buatan AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah video terbaru menunjukkan jet tempur Su-27 milik Ukraina menyerang sebuah feri ponton di Oblast Kursk, Rusia, menggunakan bom luncur presisi tinggi GBU-39 Small Diameter Bomb (SDB) buatan Amerika Serikat.

    Dilansir Kyiv Post, video tersebut pertama kali dipublikasikan oleh saluran Telegram “Soniah” [Bunga Matahari], yang dikelola oleh personel Angkatan Udara Ukraina dan dikenal membagikan rekaman serta pengalaman dari garis depan.

    “Penerbangan terus beroperasi di semua arah. Su-27 menghancurkan penyeberangan ponton di Oblast Kursk menggunakan GBU-39,” tulis unggahan pada Rabu, 16 April.

    Belum diketahui secara pasti kapan dan di mana tepatnya serangan tersebut terjadi.

    Namun, dalam unggahan tersebut disebutkan bahwa kru Su-27 Ukraina berhasil menghancurkan dua ponton dalam satu misi mendadak.

    Ponton kedua dilaporkan terletak hanya beberapa kilometer dari lokasi pertama.

    Setelah serangan awal dengan bom GBU-39, wilayah tersebut kemudian diserang kembali menggunakan sistem peluncur roket ganda M142 HIMARS.

    “Dalam misi ini, kru menghancurkan dua penyeberangan ponton sekaligus, dan kemudian HIMARS menyelesaikan tugasnya,” lanjut pernyataan dari saluran Soniah.

    Meskipun lokasi spesifik serangan belum dikonfirmasi, publikasi pertahanan Ukraina, Militarniy, menyebut kemungkinan target berada di penyeberangan Sungai Seim atau Sungai Psel.

    Serangan itu diperkirakan berlangsung antara tanggal 20 hingga 24 Maret 2025.

    Beberapa sumber Rusia juga membagikan rekaman dampak serangan tersebut, yang kemudian diunggah ulang oleh Soniah.

    Dalam salah satu video, seorang tentara Rusia dengan aksen Kaukasia terdengar mengeluh:

    “Saya sudah bilang sepuluh kali agar jangan mengendarai kendaraan di sini.”

    Video tersebut menampilkan dua kendaraan yang hancur parah, diduga tidak dapat diperbaiki.

    Meski belum ada konfirmasi resmi mengenai korban jiwa, saluran Soniah mengklaim bahwa tidak ada yang terluka dalam insiden itu.

    Apa Itu GBU-39?

    GBU-39/B adalah bom pintar kecil buatan AS dengan jangkauan maksimum hingga 110 kilometer dan bobot sekitar 129 kilogram.

    Bom ini memiliki diameter hanya 19 sentimeter, dengan desain ringkas yang memungkinkan pemasangan di bawah sayap atau di dalam badan pesawat tempur.

    Pada Mei 2024, Ukraina mengonfirmasi telah mengadaptasi jet tempur MiG-29-nya untuk dapat membawa GBU-39.

    Setiap pesawat kini dapat membawa hingga delapan bom menggunakan tiang BRU-61.

    Menurut The Washington Post, GBU-39 memiliki tingkat keberhasilan mencapai 90 persen, mengungguli varian daratnya, GLSDB (Ground-Launched Small Diameter Bomb), yang kerap terkendala oleh sistem peperangan elektronik Rusia.

    Serangan Terbaru dengan GBU-39

    Beberapa serangan yang dikonfirmasi melibatkan bom GBU-39 sepanjang tahun 2025 antara lain:

    25 Maret: Serangan terhadap pos pemeriksaan Rusia di Tyotkino, Oblast Kursk
    8 April: Serangan udara terhadap personel Rusia di Hoptarivka, juga di Oblast Kursk, dengan tiga bom GBU-39

    Isi Proposal AS untuk Gencatan Senjata Rusia-Ukraina

    Proposal AS untuk kesepakatan damai guna mengakhiri perang Rusia melawan Ukraina adalah membiarkan wilayah yang diduduki Rusia tetap berada di bawah kendali Rusia serta meringankan sanksi terhadap Moskow, demikian dilaporkan Bloomberg pada 18 April, mengutip pejabat Eropa yang tidak disebutkan namanya.

    Laporan tersebut muncul sehari setelah perundingan gencatan senjata antara pejabat Eropa, Ukraina, dan AS di Paris, tempat garis besar rencana AS dibahas.

    Pejabat AS memberi tahu rekan-rekan Eropa selama pertemuan bahwa mereka bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata penuh di Ukraina dalam beberapa minggu.

    Proposal AS mencakup pembekuan efektif terhadap perang Rusia, dan aspirasi Kyiv untuk bergabung dengan NATO juga tidak akan dibahas, menurut sumber Bloomberg.

    Tidak jelas apakah AS mengusulkan pengakuan kendali de facto Rusia atas wilayah yang diduduki, atau pengakuan de jure wilayah tersebut sebagai bagian dari Rusia.

    Salah satu pejabat mengatakan kepada Bloomberg bahwa rencana AS, yang memerlukan diskusi lebih lanjut dengan Kyiv, bukan merupakan penyelesaian akhir.

    Ia juga menegaskan bahwa sekutu Eropa tidak akan mengakui wilayah yang diduduki Rusia sebagai wilayah Rusia.

    Para pejabat tersebut juga mengatakan bahwa jika Rusia tidak setuju untuk menghentikan pertempuran, maka pembicaraan akan sia-sia.

    Mereka juga menyatakan bahwa pemberian jaminan keamanan kepada Ukraina sangat penting untuk memastikan keberhasilan kesepakatan apa pun.

    Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali menegaskan bahwa Ukraina tidak akan mengakui wilayah yang diduduki sebagai wilayah Rusia dalam bentuk kesepakatan damai apa pun.

    (Tribunnews.com/Tiara Shelavie)

  • Terkait Korupsi Sampah, Wali Kota Tangsel Klarifikasi Soal Pembuangan ke Bogor dan Bekasi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 April 2025

    Terkait Korupsi Sampah, Wali Kota Tangsel Klarifikasi Soal Pembuangan ke Bogor dan Bekasi Megapolitan 16 April 2025

    Terkait Korupsi Sampah, Wali Kota Tangsel Klarifikasi Soal Pembuangan ke Bogor dan Bekasi
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Wali Kota
    Tangerang Selatan

    Benyamin Davnie
    berujar, soal sampah dari wilayahnya yang dibuang ke Kabupaten Bogor dan Bekasi merupakan tanggung jawab penyedia jasa pengelolaan sampah.
    Ia menjelaskan bahwa sampah-sampah tersebut merupakan bagian dari kesepakatan yang telah dibuat dengan pihak penyedia jasa dan sudah tertuang dalam kontrak.
    “Sampah-sampah yang dibuang ke Bogor dan Bekasi itu sudah menjadi bagian dari kesepakatan dengan pihak penyedia pengelolaan sampah,” ujar Benyamin, Rabu (16/4/2025).
    Seperti diketahui, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (Kadis LH) Tangsel, WL, jadi tersangka dugaan korupsi terkait
    pengelolaan sampah
    senilai Rp 75,9 miliar pada 2024.
    WL disebut secara aktif berperan dalam menentukan titik lokasi pembuangan sampah rumah tangga yang tidak sesuai peruntukannya atau ilegal, salah satunya berada di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bekasi.
    Menurut Benyamin, pengelolaan sampah yang melibatkan pemindahan sampah ke luar daerah adalah salah satu upaya Pemkot untuk memastikan sampah dapat dikelola dengan baik.
    Meski demikian, pihak Pemkot Tangerang Selatan terus berupaya mencari solusi jangka panjang agar tidak bergantung pada daerah lain dalam menampung sampah.
    Salah satu langkah yang diambil adalah menjalin kerja sama dengan Kabupaten Pandeglang dan Jakarta.
    “Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan Kabupaten Pandeglang dan Jakarta sebagai langkah alternatif untuk menanggulangi permasalahan sampah ini,” kata dia.
    Benyamin berharap kerjasama yang sedang dijalankan dapat menjadi solusi sementara sambil menunggu realisasi Pengolahan Sampah Energi Listrik (PSEL).
    “Mudah-mudahan kerja sama ini dapat berlangsung baik dan jadi solusi jangka pendek sambil menunggu proses PSEL,” jelasnya.
    Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Banten Rangga Adekresna mengungkapkan, WL diduga dibantu oleh mantan Kepala Seksi Persampahan DLH Tangsel, Zeki Yamani.
    Lokasi pembuangan sampah ilegal tersebut teridentifikasi berada di Desa Cibodas dan Sukasari, Kecamatan Rumpit, Kabupaten Bogor, serta di daerah Cilincing, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
    Sementara itu, di Kabupaten Tangerang, titik pembuangan sampah ilegal ditemukan di Desa Gintung dan Desa Jatiwaringin.
    “Itu lahan-lahan tersebut merupakan lahan-lahan orang perorangan. Jadi bukan lahan tempat pemrosesan akhir,” ucap Rangga.
    Rangga menjelaskan, lahan tersebut merupakan lahan pribadi, dan pemiliknya bersedia menjadikan lahan itu sebagai tempat pembuangan sampah.
    Ia menambahkan, dampak dari pembuangan sampah di lokasi yang tidak semestinya telah merugikan warga sekitar, terutama terkait pencemaran lingkungan.
    “Yang jelas dampak yang dirasakan itu justru di Kabupaten Tangerang. Di mana itu warga di sekitar Desa Gintung, area Desa Gintung itu komplain. Karena di wilayahnya terjadi tempat pembuangan sampah ilegal,” ucap Rangga.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • OASA kerja sama dengan perusahaan China dalam proyek PSEL Cipeucang

    OASA kerja sama dengan perusahaan China dalam proyek PSEL Cipeucang

    Kami berharap ground-breaking bisa tahun ini.

    Jakarta (ANTARA) – PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) melalui konsorsium unit usaha PT Indoplas Energi Hijau akan mulai menggarap pembangunan proyek fasilitas Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) Cipeucang, di Tangerang Selatan (Tangsel), Banten.

    Dalam hal ini, OASA melakukan kerja sama dengan China Tianying Inc (CNTY) untuk memperkuat usaha pengolahan sampah (waste to energy).

    Nilai investasi yang digelontorkan dalam proyek Cipeucang sebesar Rp2,6 triliun. Proyek ini diharapkan mulai dibangun pada awal tahun 2026 mendatang.

    “Kami berharap ground-breaking bisa tahun ini. Pembangunan prasarana pengolahan sampah ini merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah daerah dalam membenahi tata-kelola persampahan di Tangsel,” kata Presiden Direktur OASA Bobby Gafur Umar dalam konferensi pers, dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

    PSEL Cipeucang akan mengolah minimal 1.100 ton sampah dengan menggunakan teknologi MGI (Moving Grate Incenerator) yang bisa mengolah sampah sampai 90 persen.

    Teknologi ini mengikuti standar internasional green energy yang tidak menimbulkan gangguan lingkungan berupa asap dan bau.

    Untuk Surat Penetapan Pemenang Lelang proyek, telah dikeluarkan oleh otoritas Pemerintah Daerah Tangsel pada 21 Maret 2025.

    “Kami tinggal menunggu penunjukan formal dari Bapak Wali Kota Tangsel,” ujar Bobby.

    Selama ini, Tempat Penampungan Akhir (TPA) Cipeucang yang berlokasi di Serpong disebut menjadi satu-satunya tumpuan tempat penampungan dan pengolahan akhir sampah yang berasal dari seluruh wilayah Tangsel.

    “TPA Cipeucang ini sudah penuh dan tidak lagi memadai, karena volume sampah masyarakat terus bertambah. Fasilitas pengolahan sampah yang lebih modern sangat dibutuhkan,” ujarnya lagi.

    Lebih lanjut, PSEL yang akan dibangun merupakan prasarana modern ramah lingkungan. Listrik dihasilkan oleh PSEL berasal dari energi bersih dan terbarukan yang mampu memproses 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama di TPA Cipeucang dalam sehari.

    Mitra OASA, CNTY (China Tianying Inc), merupakan perusahaan asal China yang juga sudah berpengalaman dalam pengolahan sampah modern. Korporasi ini bergerak dalam industri perkotaan dan pemulihan sumber daya serta bidang teknologi energi bersih tanpa karbon, termasuk pengolahan limbah menjadi energi yang bersertifikat standar internasional untuk lingkungan hidup.

    Konsep kerja sama antara kedua belah pihak itu menggunakan skema BOT (Build, Operate, Transfer) selama 27 tahun konsesi dengan masa konstruksi tiga tahun.

    CNTY juga menjadi pemegang lisensi teknologi yang akan digunakan di proyek tersebut.

    “Teknologi pengolahan sampah ramah lingkungan (green waste to energy) yang akan diaplikasikan pada proyek ini sudah sangat terbukti mampu mengolah sampah rumah tangga dan jenis sampah lainnya, secara ramah lingkungan,” kata dia lagi.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • TPA Jatibarang Semarang Hanya Sanggup Menampung Sampah Maksimal 5 Tahun
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 April 2025

    TPA Jatibarang Semarang Hanya Sanggup Menampung Sampah Maksimal 5 Tahun Regional 10 April 2025

    TPA Jatibarang Semarang Hanya Sanggup Menampung Sampah Maksimal 5 Tahun
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com –
    Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang di Kota Semarang, Jawa Tengah, kini berada dalam kondisi kritis dengan daya tampung yang diperkirakan hanya cukup untuk tiga hingga lima tahun ke depan.
    Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Arwita Mawarti, menyatakan bahwa situasi ini perlu penanganan segera.
    “Kondisi TPA Jatibarang kami perkirakan hanya sanggup menampung hingga tiga atau paling lama lima tahun ke depan. Karena itu, penanganan segera di lokasi sangat mendesak,” ujar Arwita saat ditemui di Balai Kota Semarang, Kamis (10/4/2025).
    Saat ini, sistem pengelolaan sampah di TPA Jatibarang masih menggunakan metode open dumping atau pembuangan terbuka.
    DLH menilai langkah konkret harus segera diambil untuk mengubah sistem ini, salah satunya melalui percepatan proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL).
    “Semarang termasuk dalam kota yang tercantum di Perpres 35 Tahun 2018. Maka dari itu, kami memang harus menindaklanjuti Proyek Strategis Nasional terkait pengolahan sampah menjadi energi listrik,” tambahnya.
    Namun, Arwita mengakui bahwa implementasi penuh proyek PSEL membutuhkan waktu, terutama dalam hal pembangunan prasarana.
    “Kami sedang mengupayakan perbaikan dan penambahan sarana-prasarana untuk bisa beralih ke sanitary landfill. Ini langkah paling realistis dan cepat yang bisa kami ambil sambil menunggu pembangunan PSEL rampung,” ujarnya.
    Langkah peralihan ke sanitary landfill juga sejalan dengan kebijakan nasional.
    Kementerian Lingkungan Hidup menargetkan seluruh TPA di Indonesia harus menghentikan praktik open dumping pada 2026.
    “Artinya, kami hanya punya waktu sekitar satu tahun lagi untuk memastikan TPA Jatibarang beralih ke sanitary landfill. Kalau tidak dipercepat, kita bisa menghadapi krisis pengelolaan sampah yang serius,” tegasnya.
    Dengan kondisi yang semakin mendesak, penanganan masalah pengelolaan sampah di TPA Jatibarang menjadi prioritas utama untuk mencegah dampak yang lebih besar di masa mendatang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menteri Lingkungan Hidup Akan Tutup Semua TPA Overload Mulai Akhir Bulan Ini

    Menteri Lingkungan Hidup Akan Tutup Semua TPA Overload Mulai Akhir Bulan Ini

    Jakarta

    Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan tempat pembuangan akhir (TPA) di Indonesia yang overload atau kelebihan kapasitas akan ditutup. Penutupan TPA overload itu akan dimulai akhir bulan ini.

    “Kemarin saya sudah diskusi dengan Pak Mendagri. Pak Mendagri minta untuk diskusi sosialisasi ulang. Ya, saya minta mungkin sampai 1 bulan. Sampai menyelesaikan roadmap. Sepertinya di akhir bulan (akan mulai penutupan)” kata Hanif di Kantor Walj Kota Jakarta Utara, Senin (17/2/2025).

    “Dan kita kemudian akan tutup TPA dengan 2 tipe. TPA yang overloaded dan krusial, kita tutup habis. Kemudian TPA yang overloded tapi masih ada ruangan, kita lakukan secara bertahap. Ada 2, tapi harus selesai 1 tahun,” lanjutnya.

    Saat ini pihaknya pun terus melakukan sosialisasi kepada sejumlah TPA yang akan ditutup. Hal itu dilakukan agar pemilik dapat menyiapkan keperluan penutupan TPA.

    “Jadi, selama 1 bulan kami akan ada sosialisasi terus dan menyiapkan kesiapan mental mereka untuk menerima paksaan daerah,” ujarnya.

    Menteri Faisol juga sebelumnya mengatakan akan menutup sebanyak 306 tempat pembuangan akhir (TPA) se-Indonesia. Ratusan TPA yang bakal disetop beroperasi itu adalah tempat pembuangan sampah yang masih menggunakan metode lahan terbuka atau open dumping.

    “Sebanyak 306 TPA se-Indonesia yang open dumping akan kami akhiri. Tidak boleh lagi membuang sampah di TPA,” kata Hanif di sela-sela Aksi Bersih Sampah Laut di Pantai Kuta, Badung, Bali, Sabtu (4/1).

    Salah satu dari ratusan tempat pembuangan sampah yang bakal ditutup adalah TPA Suwung di Denpasar, Bali. Untuk diketahui, TPA Suwung sebenarnya sudah sering diwacanakan akan ditutup. Namun, penutupan tempat pembuangan sampah itu molor berkali-kali.

    “TPA Suwung akan kami tutup. Saya ingin 2026 terakhir (TPA Suwung beroperasi),” kata Hanif.

    Kementerian Lingkungan Hidup, Hanif berujar, sedang menyusun strategi untuk memanfaatkan sampah setelah TPA Suwung ditutup. Termasuk dengan mengolah sampah di TPA Suwung menjadi sumber listrik.

    Hanif berencana membangun Pengolahan Sampah untuk Energi Listrik (PSEL) atau pembangkit listrik tenaga sampah. Saat ini, strategi membangun infrastruktur pengolahan sampah menjadi listrik itu sedang dikembangkan.

    “Itu salah satu yang direncanakan, akan kami bangun,” ucapnya.

    (bel/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sistem Pengelolaan TPA Benowo Jadi Percontohan Nasional

    Sistem Pengelolaan TPA Benowo Jadi Percontohan Nasional

    Surabaya (beritajatim.com) – Fasilitas Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Kota Surabaya menjadi percontohan Nasional untuk mengatasi masalah sampah di sejumlah wilayah.

    Hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan saat melakukan kunjungan di TPA Benowo pada Selasa (7/1/2025).

    Dalam kunjungannya, Menko Pangan Zulkifli Hasan mengapresiasi langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang telah menerapkan sistem pengelolaan sampah menjadi energi listrik sejak tahun 2021. Menurutnya, sistem pengelolaan sampah tersebut dapat menjadi solusi permasalahan pengelolaan sampah di berbagai wilayah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang terjadi.

    “Saya kira ini solusi penyelesaian persoalan sampah dimana-mana. Karena ekonomi kita tumbuh, penduduk tambah banyak, tentu sampah juga bertambah. Dengan adanya sistem pengelolaan sampah menjadi energi listrik, kota akan menjadi bersih, di sisi lain masyarakat tentu menjadi lebih sehat dan paling penting tidak mencemari air lingkungan dan lainnya,” jelas Zulkifli Hasan.

    Dengan adanya PLSE di TPA Benowo, Menko Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa Kota Surabaya sudah berhasil menerapkan ekonomi sirkular, yaitu konsep yang bertujuan untuk mengatasi masalah sampah dengan cara mengembalikan sampah yang dihasilkan dari konsumsi ke dalam proses produksi.

    “Terobosan yang dilakukan Kota Surabaya ini, sangat bagus untuk kita terapkan bersama,” tegasnya.

    Ditemui di tempat yang sama, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa sistem pengelolaan sampah yang diterapkan di TPA Benowo telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) karena teknologinya sama dengan Singapura.

    Oleh karena itu, Menko Zulkifli Hasan melakukan kunjungan untuk memastikan sistem tersebut bisa diterapkan di seluruh wilayah Indonesia.

    “Kunjungan Pak Menko Pangan untuk memastikan sistem pengelolaan sampah di sini bisa diterapkan di wilayah Indonesia untuk mengatasi masalah sampah. Karena Pak Menteri KLHK juga menyampaikan tidak boleh lagi pengelolaan sampah menggunakan open dumping tetapi harus berbasis teknologi,” jelas Wali Kota Eri Cahyadi.

    Sejauh ini, Wali Kota Eri menjelaskan bahwa penerapan pengelolaan sampah menjadi energi listrik di TPA Benowo cukup efektif untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Pahlawan. Sebab, sistem yang diterapkan tidak menimbulkan sampah kembali tetapi justru menghasilkan energi listrik yang bisa dipergunakan oleh masyarakat melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN).

    Wali Kota Eri mengungkapkan bahwa sistem PLSE di TPA Benowo menjadi solusi meningkatnya volume sampah seiring pertumbuhan penduduk.

    “Dulu sampah di Surabaya 1.300 ton per hari, waktu saya menjabat wali kota pertama kali meningkat 1.400 ton per hari lalu sekarang menjadi 1.600 ton per hari. Hal ini karena, penduduk Kota Surabaya juga bertambah dari 2,8 juta menjadi 3,2 juta. Pengelolaan sampah ini efektif karena menghasilkan listrik dan zero waste,” papar Wali Kota Eri.

    Ia menambahkan, selama ini Pemkot Surabaya terus berupaya menerapkan Reuse, Reduce, Recycle dan Replace (4R) dalam pengelolaan sampah. Hal ini dimulai dari setiap RW yang sudah memiliki bank sampah sebagai salah satu upaya memilah dan mengolah sampah secara terpadu.

    “Sekarang di setiap RW sudah ada bank sampahnya untuk memilah dan mengolah. Saya berharap sampah penduduk bisa berkurang, target kami dari 1.600 ton menjadi 1.400 per hari,” harapnya.

    Sementara itu, Direktur Utama PT Sumber Organik, Agus Nugroho Santoso mengungkapkan, pihaknya mengelola 1.600 ton sampah setiap harinya. Sebanyak 1.000 ton sampah diolah menjadi energi listrik dan sisanya dikelola dengan sistem lain.

    Sampah-sampah tersebut diolah menjadi energi listrik dengan menerapkan dua teknologi utama, yaitu teknologi fermentasi gas atau pembangkit listrik tenaga gas landfill untuk sampah organik dan teknologi termokimia atau pembangkit listrik gasifikasi untuk sampah non-organik.

    “Ini menghasilkan listrik 12 Megawatt (MW) per jam, di mana yang 9 MW diambil PLN dan sisanya untuk operasional kami,” jelas Agus.

    Terakhir, Agus Nugroho menyebut semua sampah dapat diolah menjadi energi listrik tanpa terkecuali, hanya saja yang membedakan adalah jumlah kalorinya.

    “Semua sampah organik dan non-organik bisa diolah. Plastik sampai sampah rumah tangga bisa hanya berbeda pada jumlah kalori yang dihasilkan,” pungkasnya. (adv/ads/but)

  • TPA Cipeucang Overload, Pemkot Tangsel Jajaki Pembuangan Sampah ke Tangerang dan Lebak

    TPA Cipeucang Overload, Pemkot Tangsel Jajaki Pembuangan Sampah ke Tangerang dan Lebak

    loading…

    Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), kian memprihatinkan. Foto/SindoNews/hambali

    TANGSEL – Kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), kian memprihatinkan. Sampah di TPA tersebut terus menumpuk hingga menggunung.

    Pasokan sampah yang masuk ke TPA Cipeucang terus berjalan. Setiap harinya ada sekira 500 ton sampah dari berbagai wilayah Kota Tangsel yang masuk. Kondisi demikian membuat TPA Cipeucang penuh. Tak ada lagi ruang tersisa. Padahal situasi itu sudah terbantu dengan adanya kerja sama pengiriman sampah ke daerah Cilowong, Kota Serang, sejak beberapa tahun lalu.

    Selain ke Cilowong, pada 2024 lalu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangsel bekerja sama untuk membuang sampah di wilayah Rumpin, Kabupaten Bogor. Namun langkah itu tak berjalan lama, sebab warga sekitar kompak menolak. Kini penjajakan pembuangan sampah dilakukan serupa dengan Kabupaten Tangerang dan Lebak.

    Wali Kota Benyamin Davnie mengatakan, pihaknya masih berkomunikasi aktif untuk memastikan kerja sama itu. “Kita masih melakukan kerjasama saat ini dengan Cilowong ya, nanti kita lakukan kerja sama. Tapi bulan ini saya nggak tahu nih, kalau sampai bulan kemarin sih masih,” katanya di Balai Kota, Maruga, Ciputat, Selasa (7/1/2025).

    “Kemudian sambil kita menjajaki kerja sama dengan Kabupaten Tangerang di Jatiwaringin, dan kerja sama dengan, tetap saya minta dengan Lebak juga untuk didalami karena itu kan dengungnya akan ditetapkan menjadi TPA Regionalnya provinsi, jadi itu yang saya intensifkan,” tambahnya.

    Menggunungnya tumpukan sampah di TPA Cipeucang berdampak pada antrean kendaraan truk pengangkut hingga mengular ke akses jalan raya utama. Kondisi itu viral setelah diunggah dalam video di media sosial belum lama ini.

    Sebenarnya, penanganan jangka panjang bagi TPA Cipeucang sudah disiapkan sejak lama, yakni dengan teknologi tinggi berupa Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Nilai investasinya disebutkan mencapai sekira Rp3,2 triliun. Namun hingga kini, progres tender proyek itu masih jauh dari penetapan.

    “Penetapan proyek ini sempat mundur dari target Desember (2024) kemarin, karena masih ada beberapa hal yang belum selesai. Prosesnya masih berjalan, dan hasilnya akan dihitung terlebih dahulu oleh tim anggaran pemerintah daerah,” ungkap Benyamin Davnie.

    (cip)