Topik: Proyek Strategis Nasional

  • Konstruksinya PSN Pelabuhan Patimban Paket 6 Capai 64,72%

    Konstruksinya PSN Pelabuhan Patimban Paket 6 Capai 64,72%

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mengungkap progres konstruksi Proyek Strategis Nasional (PSN) Paket 6 Pelabuhan Patimban saat ini telah mencapai 64,72% hingga periode Juli 2025.

    Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito (BW) mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan percepatan pengerjaan pada konstruksi area berth dan proses reklamasi sand filling.

    “Salah satu inovasi utama dalam proyek ini adalah penggunaan silt curtain frame dalam pekerjaan dredging (pengerukan). Teknologi ini diterapkan untuk meminimalkan dampak lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi pengerjaan dari segi waktu dan biaya,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (16/7/2025).

    Lebih lanjut Agung BW menjelaskan Pelabuhan Patimban merupakan salah satu infrastruktur penting yang bakal mendukung sistem transportasi laut dan meningkatkan efisiensi perdagangan nasional maupun internasional.

    Dalam penjelasannya, kehadiran pelabuhan ini bakal memperlancar arus ekspor-impor, memperkuat konektivitas antardaerah, dan menjadi pengungkit pertumbuhan ekonomi wilayah Subang dan sekitarnya.

    “Pelabuhan Patimban adalah simpul penting dalam rantai logistik nasional. Melalui percepatan pembangunan Paket 6 ini, WIKA berkomitmen menghadirkan pelabuhan modern yang efisien dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi Indonesia,” tambahnya.

    Sebelumnya, pemerintah juga menjelaskan bahwa pengembangan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang dilakukan dalam rangka mengurangi ketergantungan pada Pelabuhan Tanjung Priok.

    Bahkan, Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwagandhi sebelumnya membuka opsi pemindahan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan di Banten dan Pelabuhan Patimban. 

    Hal tersebut merespons kemacetan parah yang terjadi di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok pada 17 hingga 18 April 2025. Dia mengatakan Pelabuhan Tanjung Priok sendiri memiliki kapasitas maksimum sebesar 65% baik di pelabuhan maupun jalan. 

    “Kapasitas [Priok] tidak boleh lebih dari 65%. Priok itu kalau saya lihat, kapasitas yang di pelabuhan dengan kapasitas jalan itu sudah sudah tidak memadai,” jelas Dudy kepada media, Kamis (8/5/2025).

    Sebagai informasi, pada 2024 Pelabuhan Patimban telah menangani 200.631 unit kendaraan atau setara 82,3% dari kapasitas terpasang sebesar 218.000 unit. Rata-rata terdapat 7 hingga 8 kapal domestik per bulan yang membongkar 500 hingga 600 unit kendaraan per kapal. 

    Sementara untuk rute internasional, rata-rata terdapat 4 kapal per bulan dengan aktivitas bongkar muat sekitar 2.000 hingga 2.500 unit kendaraan per kapal. 

    Apabila konstruksi Pelabuhan Patimban telah ramping sepenuhnya, kapasitas terminal kendaraan pelabuhan tersebut bakal bertambah menjadi 600.000 unit per tahun. Sementara itu, kapasitas peti kemas akan bertambah dari 250.000 TEUs menjadi 1,9 juta TEUs. 

    Dengan demikian, peningkatan tersebut diharapkan dapat mengurangi beban operasional dari Pelabuhan Tanjung Priok yang selama ini menjadi pelabuhan utama ekspor-impor Indonesia.

  • Konflik PTSL di Berau Kaltim: Tanah Warga Diserobot, Mediasi Berulang Kali Buntu
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        15 Juli 2025

    Konflik PTSL di Berau Kaltim: Tanah Warga Diserobot, Mediasi Berulang Kali Buntu Regional 15 Juli 2025

    Konflik PTSL di Berau Kaltim: Tanah Warga Diserobot, Mediasi Berulang Kali Buntu
    Tim Redaksi
    BERAU, KOMPAS.com
    – Program
    Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
    (
    PTSL
    ) yang digagas pemerintah dengan tujuan memberikan kepastian hukum atas tanah secara gratis, kini menghadapi ujian berat di lapangan, khususnya di Kalimatan Timur (
    Kaltim
    ).
    Diharapkan jadi solusi, program yang menargetkan 79 juta bidang tanah bersertifikat hingga 2025 ini justru disalahgunakan oleh oknum tak bertanggung jawab, memicu konflik
    penyerobotan lahan
    yang merugikan masyarakat.
    Salah satu kasus mencolok terjadi di Kampung Suaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten
    Berau
    . Tanah seluas 7,5 hektare milik Masrani diduga diserobot dan sertifikatnya diterbitkan melalui program PTSL tanpa sepengetahuannya.
    Masrani mengungkapkan, ia telah mengelola lahan tersebut sejak tahun 1993, jauh sebelum pemukiman di sekitarnya terbentuk.
    “Saya sudah garap dari awal, sebelum ada orang yang garap di lahan tersebut. Saya sudah membuka lahan di tempat itu, bahkan sebelum pemukiman itu ada,” terang Masrani, Selasa (15/7/2025).
    Kekecewaan Masrani memuncak ketika pada 2023, tanah yang ia kelola sah secara hukum justru masuk dalam proyek PTSL dan sertifikatnya diterbitkan tanpa pemberitahuan atau konsultasi.
    “Saya enggak tahu, tiba-tiba langsung jadi surat tersebut atas persetujuan kepala kampung, program PTSL. Itu kan masuknya ke ranah RT dan Kepala Kampung, langsung menuju ke BPN” ujarnya dengan nada kecewa.
    Masrani menuturkan, pada era 1980-an, ia adalah karyawan perusahaan kayu di daerah kampung tersebut.
    Kemudian pada 1993, bersama kelompok tani Kurnia yang dibentuk atas inisiatif Bupati saat itu, ia mulai menggarap lahan untuk pencadangan masyarakat.
    “Tetapi kepemilikan kami pakai bersawah sudah sejak tahun 80-an itu,” imbuhnya.
    Ia mengklaim, dari 14 orang yang sempat menguasai lahannya, 11 orang telah menyerahkan kembali setelah mediasi di Polsek Sambaliung. Namun, tiga orang lainnya masih bertahan.
    Mediasi telah dilakukan berulang kali, baik di lapangan, Polsek, hingga kantor kecamatan, namun tanpa hasil. Bukti kepemilikannya adalah surat garapan tanggal 15 Juni 1993.
    Pernyataan Masrani didukung oleh kesaksian Marsawi, seorang warga yang telah tinggal di sana sejak 1997.
    “Kalau masalah lahan ini, saya ikut sama beliau tadi, Pak Haji Maskani, itu mulai tahun 97,” kata Martawi.
    Ia membenarkan bahwa lahan tersebut awalnya berupa belukar yang dibuka oleh Masrani.
    “Memang lahan ini blukar gitu, Bukan artinya hutan-hutan besar kayak kayu alam gitu lah, nah kalau sudah pernah dirintis, berarti nanti tumbuhnya gak alami, ada tumbuhan kedua,” jelasnya.
    Marsawi juga mengindikasikan adanya kegiatan “mengkapling” atau pembagian lahan oleh pihak-pihak lain di kemudian hari.
    “Orang-orang ini tambah lama, tambah ada rumah-rumah. Tiba-tiba menyerobot,” tambahnya.
    Ketua RT 5 setempat, Rusdi Syam, yang menjabat sejak 2014, mengakui adanya warga yang menempati lahan sengketa tersebut.
    “Saya lihat memang ada beberapa warga yang sudah ada menempati di situ. Cuma saya enggak tahu dari tahun berapa,” ujar Rusdi.
    Ia menyebut ada sekitar 7-8 warga yang sudah berumah atau menggarap lahan di sana. Namun, ia tidak dapat memastikan legalitas kepemilikan mereka dan hanya bertindak sebagai fasilitator mediasi.
    Persoalan tumpang tindih klaim kepemilikan lahan ini kembali mencuat setelah mediasi kesekian kalinya di Kantor Kecamatan Sambaliung, berakhir tanpa titik temu.
    Mediasi sebelumnya juga telah dilakukan lebih dari lima kali, baik di tingkat kampung, kepolisian, maupun kecamatan.
    Ironisnya, saat
    Kompas.com
    mencoba menemui Kepala Kampung Suaran untuk konfirmasi, gedung kantor dalam jam dinas terlihat kosong, hanya menyisakan beberapa staf.
    Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Kecamatan Sambaliung, Didi Mulyadi, yang memimpin mediasi, menjelaskan akar masalahnya.
     
    Menurutnya, persoalan utama adalah tumpang tindih antara surat kepemilikan lama milik Masrani yang diterbitkan pada tahun 1993, dengan munculnya sekitar 10 sertifikat baru yang terbit melalui program PTSL pada tahun 2022.
    Sertifikat-sertifikat baru ini diduga berasal dari surat garapan yang diajukan warga dan masuk dalam proyek strategis nasional.
    “Jadi di atas lahan milik Pak Haji Masrani itu, muncul sekitar 10 sertifikat PTSL. Ini yang jadi persoalan. Surat lama sudah ada sejak 1993, tapi muncul yang baru dan menimbulkan salah paham,” terang Didi.
    Pihak kecamatan telah mengimbau aparat kampung, mulai dari RT hingga kepala kampung, untuk menunda semua proses administrasi terkait lahan sengketa hingga persoalan ini tuntas.
    “Kami sudah sampaikan, tolong jangan ditindaklanjuti dulu. Ini belum selesai. Jangan sampai masyarakat yang sudah telanjur bangun rumah jadi makin bingung,” tegas Didi.
    Didi juga mengapresiasi itikad baik dari Masrani yang sempat menawarkan sebagian lahan sebagai bentuk kebijakan terhadap warga yang sudah terlanjur bermukim di sana. Namun, tawaran tersebut belum mendapat respons seimbang dari pihak lawan.
    Sebagai fasilitator, Didi berharap sengketa ini dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat, tanpa harus berujung di pengadilan.
    “Kalau sampai ke pengadilan, hasilnya pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Yang menang belum tentu untung, yang kalah bisa pulang tangan kosong. Kita ingin semuanya selesai lewat musyawarah,” pungkas Didi, menekankan pentingnya penyelesaian damai.
    Dikutip dari laman Kementerian Kominfo, PTSL adalah inisiatif pemerintah melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang memungkinkan masyarakat membuat
    sertifikat tanah
    tanpa pungutan biaya.
    Program ini mencakup semua objek pendaftaran tanah yang belum terdaftar di sebuah desa atau kelurahan, dengan target ambisius 79 juta bidang tanah tersertifikasi pada tahun 2025.
    Landasan hukum PTSL tertuang dalam Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2018 dan diperkuat oleh Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2018 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh Wilayah Republik Indonesia.
    Masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya melalui PTSL diwajibkan melampirkan data fisik berupa hasil pengukuran bidang tanah dan tanda batas, serta data yuridis berupa dokumen bukti kepemilikan atau penguasaan tanah seperti surat keterangan saksi atau pernyataan bersangkutan melalui aparat desa atau setingkatnya untuk diajukan kepada BPN.
    Tujuan utamanya adalah memberikan jaminan kepastian hukum atau hak atas tanah kepada masyarakat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Komisi VII DPR minta pemerintah hadir atasi masalah industri semen

    Komisi VII DPR minta pemerintah hadir atasi masalah industri semen

    Jakarta (ANTARA) – Komisi VII DPR RI meminta pemerintah hadir guna mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh industri semen di Indonesia.

    Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Evita Nursanty, dalam keterangan yang diterima pada Selasa, mengatakan harga produk semen Indonesia masih kalah bersaing dengan semen impor, terutama dari produk China.

    “Pemerintah itu harus hadir di tengah-tengah permasalahan yang dihadapi oleh teman-teman ini,” kata Evita saat kunjungan kerja ke Semen Indonesia Group (SIG) di Bogor, Jawa Barat.

    Dia pun setuju apabila ada pemberian insentif bagi industri semen yang menerapkan ekosistem energi terbarukan dan penerapan sistem tersebut tidak murah.

    Menurut dia, proyek-proyek strategis nasional harus diwajibkan oleh pemerintah untuk menggunakan produk Semen Indonesia Group.

    Selain itu, menurut dia, pemerintah juga perlu memikirkan mobilisasi bagi industri semen untuk bisa mendistribusikan produk-produknya.

    Misalnya, kata dia, keberadaan infrastruktur masih diperlukan bagi para pelaku industri.

    “Mereka punya masalah, pemerintah harus cari solusi dalam hal ini. Kemudian juga membuka pangsa pasar internasional,” kata dia.

    Dia pun berharap pemerintah benar-benar hadir dalam menangani masalah industri semen, karena DPR RI ingin industri nasional di semua sektor berkembang.

    Untuk itu, dia juga meminta agar para pelaku industri semen untuk saling berkonsolidasi guna merumuskan masalah-masalah yang membutuhkan bantuan dari pemerintah.

    Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • DPR Sebut Keputusan Investasi Kilang Tuban RI-Rusia Rampung Agustus 2025

    DPR Sebut Keputusan Investasi Kilang Tuban RI-Rusia Rampung Agustus 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto mengungkapkan proses final investment decision (FID) Rosneft pada megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban atau Kilang Tuban akan rampung pada Agustus 2025.

    Proyek Tuban rencananya akan digarap oleh mitra asal Rusia, Rosneft dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Namun, proyek di Jawa Timur itu masih jalan di tempat lantaran Rusia masih mendapat sanksi dari negara-negara Barat imbas invasi ke Ukraina.

    Adapun, progres terakhir proyek strategis nasional (PSN) itu masih dalam proses FID dan paralel proses pengadaan engineering, procurement & construction (EPC).

    EPC adalah tahapan yang terdapat dalam proses perancangan sebuah sistem yang akan dibangun. Proses ini dilanjutkan dengan pengadaan yang kemudian membangun sistem yang sudah dirancang sebelumnya. 

    Sugeng mengatakan, FID Kilang Tuban bisa rampung pada Agustus atau September 2025. Janji itu disampaikan kepada anggota dewan tatkala mengunjungi langsung proyek tersebut pada Jumat (11/7/2025) lalu.

    “FID dari Kilang Tuban, kalau enggak Agustus, September antara itu,” ungkap Sugeng di Kompleks Parlemen, Senin (14/7/2025) malam.

    Berdasarkan hasil kunjungannya, Sugeng mengungkapkan secara teknis Kilang Tuban sudah siap dibangun. Apalagi, dari total lahan seluas 840 hektare (ha), KPI sudah melakukan pembebasan lahan seluas 380 ha. 

    “Kami duduk bersama adakah aspek-aspek teknis dan non-teknis [yang menghambat] di mana? Secara teknis semuanya sudah siap,” ujar Sugeng.

    Lebih lanjut, Sugeng menyebut, proyek Kilang Tuban bakal masuk daftar salah satu PSN prioritas. Pasalnya, Kilang Tuban akan menggunakan teknologi terbaru.

    “Kami rapat dengan Menteri Investasi Pak Rosan [Roeslani], maka kita akan bicara tentang proyek strategis nasional prioritas dan itu [Kilang Tuban] masuk,” terang Sugeng.

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pemerintah masih mengevaluasi ulang rencana investasi Kilang Tuban. Menurutnya, Kilang Tuban belum jalan karena pemerintah masih menghitung keekonomian dari proyek itu. 

    “Nah, sekarang kenapa belum jalan? Setelah dihitung kembali antara investasi dan nilai ekonominya masih terjadi review kembali lah,” kata Bahlil dalam acara Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI, Selasa (24/5/2025). 

    Dia juga berpendapat perhitungan itu menjadi hal penting. Sebab, nilai investasi dari proyek Kilang Tuban cukup fantastis. 

    Terlebih, belakangan nilai investasi proyek Kilang Tuban membengkak. Tercatat,nilai investasi proyek tersebut kini berada di angka US$23 miliar atau setara Rp377,38 (asumsi kurs Rp16.408 per US$). Angka ini naik dari rencana awal yang senilai US$13,5 miliar atau Rp205,05 triliun. 

    “Sampai dengan sekarang kita lagi melakukan evaluasi terhadap investasinya. Memang investasinya cukup gede di awal itu,” ucap Bahlil.

  • Rp 143 T Dikucurkan buat Lahan Proyek Strategis Nasional, Termasuk IKN

    Rp 143 T Dikucurkan buat Lahan Proyek Strategis Nasional, Termasuk IKN

    Jakarta – Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) telah menggelontorkan Rp 143,1 triliun untuk pengadaan lahan Proyek Strategis Nasional (PSN) sejak 2016 sampai tahun 2025.

    Dana itu mengalir untuk berbagai proyek, termasuk jalan tol, jalur kereta, pelabuhan, hingga Ibu Kota Nusantara (IKN).

    Direktur Utama LMAN Kristijanindyati Puspitasari mengatakan secara total ada 131 PSN yang dibebaskan lahannya oleh LMAN. Secara total, alokasi dana PSN LMAN adalah Rp 167,39 triliun.

    “LMAN telah mendanai pengadaan tanah untuk 131 PSN sebesar Rp 143,1 triliun, meliputi berbagai sektor, yaitu jalan tol dengan 56 PSN, bendungan 40 PSN, irigasi 5 PSN, air baku 1 PSN, jalur kereta api 10 PSN, pelabuhan 1 PSN, kawasan pariwisata nasional 1 PSN, dan IKN 17 PSN,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025).

    Dalam paparannya, realisasi terbanyak disalurkan untuk 56 proyek jalan tol dengan anggaran Rp 119,19 triliun. Kemudian proyek bendungan Rp 15,18 triliun, sementara proyek IKN Rp 3,89 triliun.

    Kemudian realisasi tahun 2025 mencapai Rp 4,5 triliun dari target sebesar Rp 10 triliun. Dari jumlah itu total ada 7,65 juta meter persegi lahan yang telah dibiayai.

    “Adapun sampai tahun 2025, target realisasi Rp 10 triliun, sampai saat ini capaian untuk kami lakukan distribusi sebesar Rp 4,5 triliun. Adapun realisasi pendanaan tanah PSN berdasarkan sektor, elemen mendanai pengadaan tanah dengan berbagai sektor infrastruktur dengan mayoritas sektor jalan tol,” bebernya.

    Puspitasari menambahkan LMAN memberikan ganti rugi dana bagi lahan-lahan yang dibebaskan. Ia juga membenarkan bahwa dana tersebut berasal dari LMAN.

    (ily/hns)

  • Mahal, Menteri PU akan cek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing

    Mahal, Menteri PU akan cek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Mahal, Menteri PU akan cek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 11 Juli 2025 – 15:55 WIB

    Elshinta.com – Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo akan mengecek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing yang dinilai terlalu mahal.

    “Nanti saya akan cek kenapa (tarifnya) sampai setinggi itu. Ini saya cek dulu,” ujar Dody saat ditemui wartawan di Komplek Kementerian PU Jakarta pada Jumat.

    Jalan Tol Cibitung-Cilincing mulai dibangun sejak 2017 yang menghubungkan Tol Jakarta-Cikampek di Cibitung dengan JORR 1 di Cilincing.

    Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional demi memperlancar akses dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju kawasan industri di timur Jakarta dan sebaliknya, Tol Cibitung Cilincing sepanjang 34,7 km terdiri dari empat seksi.

    Yaitu Seksi 1 Cibitung-Telaga Asih (3,03 km), Seksi 2 Telaga Asih-Gabus (10,1 km), Seksi 3 Gabus-Tarumajaya (14,35 km) dan Seksi 4 Tarumajaya-Cilincing (7,66 km).

    Tol Cibitung-Cilincing merupakan bagian Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2, yang memiliki fungsi utama sebagai penghubung kawasan logistik.

    Sebagai informasi, Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) Jakarta menyebut tingkat pemanfaatan Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) oleh pelaku usaha logistik masih rendah, padahal jalan tol ini menjadi penghubung penting antara kawasan industri dan Pelabuhan Tanjung Priok.

    Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) ALFI Jakarta Adil Karim menilai Tol Cibitung-Cilincing sebagai solusi dan bagian dari integrasi koridor wilayah logistik.

    Di tengah kemacetan di jalur logistik seperti Pelabuhan Tanjung Priok yang semakin padat dan jalan tol eksisting masih belum optimal dimanfaatkan, katanya lagi, integrasi koridor logistik menjadi solusi mendesak.

    Namun, ia menyayangkan masih rendahnya tingkat pemanfaatan JTCC oleh pelaku usaha logistik, disebabkan oleh tingginya tarif tol yang dinilai tidak sebanding dengan efisiensi biaya operasional.

    Oleh karena itu, ALFI mendorong pemerintah dan pengelola tol untuk mengevaluasi tarif Tol Cibitung-Cilincing.

    Sumber : Antara

  • Mahal, Menteri PU akan cek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing

    Mahal, Menteri PU akan cek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Mahal, Menteri PU akan cek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 11 Juli 2025 – 15:55 WIB

    Elshinta.com – Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo akan mengecek tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing yang dinilai terlalu mahal.

    “Nanti saya akan cek kenapa (tarifnya) sampai setinggi itu. Ini saya cek dulu,” ujar Dody saat ditemui wartawan di Komplek Kementerian PU Jakarta pada Jumat.

    Jalan Tol Cibitung-Cilincing mulai dibangun sejak 2017 yang menghubungkan Tol Jakarta-Cikampek di Cibitung dengan JORR 1 di Cilincing.

    Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional demi memperlancar akses dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju kawasan industri di timur Jakarta dan sebaliknya, Tol Cibitung Cilincing sepanjang 34,7 km terdiri dari empat seksi.

    Yaitu Seksi 1 Cibitung-Telaga Asih (3,03 km), Seksi 2 Telaga Asih-Gabus (10,1 km), Seksi 3 Gabus-Tarumajaya (14,35 km) dan Seksi 4 Tarumajaya-Cilincing (7,66 km).

    Tol Cibitung-Cilincing merupakan bagian Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2, yang memiliki fungsi utama sebagai penghubung kawasan logistik.

    Sebagai informasi, Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) Jakarta menyebut tingkat pemanfaatan Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) oleh pelaku usaha logistik masih rendah, padahal jalan tol ini menjadi penghubung penting antara kawasan industri dan Pelabuhan Tanjung Priok.

    Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) ALFI Jakarta Adil Karim menilai Tol Cibitung-Cilincing sebagai solusi dan bagian dari integrasi koridor wilayah logistik.

    Di tengah kemacetan di jalur logistik seperti Pelabuhan Tanjung Priok yang semakin padat dan jalan tol eksisting masih belum optimal dimanfaatkan, katanya lagi, integrasi koridor logistik menjadi solusi mendesak.

    Namun, ia menyayangkan masih rendahnya tingkat pemanfaatan JTCC oleh pelaku usaha logistik, disebabkan oleh tingginya tarif tol yang dinilai tidak sebanding dengan efisiensi biaya operasional.

    Oleh karena itu, ALFI mendorong pemerintah dan pengelola tol untuk mengevaluasi tarif Tol Cibitung-Cilincing.

    Sumber : Antara

  • PR Besar Gibran dalam Pembangunan Infrastruktur di Papua

    PR Besar Gibran dalam Pembangunan Infrastruktur di Papua

    Jakarta

    Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka dikabarkan akan ditugaskan menyelesaikan permasalahan di kawasan Papua, termasuk di antaranya dari sisi pembangunan infrastruktur. Penyelesaian pembangunan Jalan Trans Papua hingga Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua menjadi beberapa pekerjaan rumah (PR) untuknya.

    Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Jalan Trans Papua dan penataan kawasan pusat DOB Papua yang menjadi prioritas. Keduanya merupakan infrastruktur vital yang hingga saat ini masih terus digeber penyelesaiannya.

    “Prioritas Trans Papua, satu-satu (penyelesaian ruasnya bertahap), terus Daerah Otonomi Baru Papua,” kata Dody, ditemui di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Jumat (11/7/2025).

    Menurut Dody, proyek pembangunan Jalan Trans Papua harus diselesaikan, mengingat urgensinya sebagai jalan akses yang akan menghubungkan kawasan Papua secara keseluruhan. Namun pembangunannya akan dilakukan secara bertahap.

    “Trans Papua harus diselesaikan itu, kalau nggak Papua nggak nyambung. Tapi mungkin tahun ini belum fully nyambung,” ujarnya.

    Proyek Jalan Trans Papua merupakan PR besar sejak pemerintahan Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Ketika dicanangkan, jalan ini memiliki panjang total 3.535 Km yang terbagi ke dua provinsi antara lain Provinsi Papua 2.465 Km dan Papua Barat 1.070 Km.

    Pembangunannya selama ini menemui tantangan dari sisi keamanan akibat medan yang berat hingga intervensi dari KKB. Akibatnya, target penyelesaiannya pun terus molor, dari yang sempat ditargetkan rampung 2017, 2019, hingga 2024.

    Sementara untuk proyek DOB Papua sendiri diperlukan selaras dengan pemekaran wilayah menjadi empat provinsi yakni Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya. Dalam pagu tahun anggaran 2026, proyek ini mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 1,77 triliun.

    Dody mengatakan, kedua proyek besar itu hingga saat ini masih terus berjalan secara paralel. Begitu pula dengan proyek-proyek lainnya di Papua, seperti pembangunan irigasi hingga cetak sawah yang masuk ke dalam rangkaian dukungan untuk visi swasembada pangan.

    “Dua-duanya jalan-jalan, sudah jalan, termasuk irigasi-irigasi, persawahan,” kata dia.

    Sebagai informasi, dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 12 tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029 tercatat ada sejumlah proyek prioritas utama yang berlokasi di Papua, salah satunya Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP)/Lumbung Pangan Papua Selatan.

    Selain itu, sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) juga tercatat akan dikembangkan di Papua, namun paling banyak terkait program swasembada pangan dan energi. Beberapa di antaranya ada proyek bioetanol berbasis tebu di Papua Selatan. Lalu ada juga program hilirisasi sagu, singkong, dan ubi jalar di Papua.

    Selanjutnya, ada program hilirisasi kelapa sawit, kelapa, rumput laut di Papua dan Papua Barat. Kemudian program hilirisasi nikel, timah bauksit, dan tembaga di Papua Tengah. Ada juga Kawasan Industri Teluk Bintuni dan Pengembangan Industri Metanol, Amonia, dan Pemanfaatan Karbon dari hasil CCUS/CCS di Papua Barat, serta Kawasan Industri Fakfak di Papua Barat.

    Dalam dokumen tersebut, juga tercatat tentang proyek penataan kawasan pusat DOB Papua sebagai salah satu indikasi PSN. Namun demikian, tidak tercantum proyek Jalan Trans Papua sebagai indikasi PSN. Meski demikian, pada bagian pembangunan wilayah Papua, peningkatan akses masuk ke dalam salah satu strategi menggenjot ekonomi Papua.

    (shc/rrd)

  • Investasi PSN Hulu Migas Bisa Tembus Rp 494 Triliun, Tapi Regulasi Harus Jelas – Page 3

    Investasi PSN Hulu Migas Bisa Tembus Rp 494 Triliun, Tapi Regulasi Harus Jelas – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – ReforMiner Institute mencatat potensi investasi dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) bisa tembus Rp 494 triliun. Namun aspek regulasi perlu dipastikan bisa mendukung hal tersebut.

    Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notogegoro menyampaikan Rp 494 triliun ini bisa didapat dari 4 proyek yang sudah ditetapkan sebagai PSN. Diantaranya, Asap Kido Merah – Genting Oil Kasuri; Ekspansi Tangguh Tahap 2 (UCC) – British Petroleum (BP); Indonesia Deepwater Development & Geng North – ENI, dan Abadi Masela – Inpex.

    “Jika dapat direalisasikan sesuai rencana, investasi PSN hulu migas tersebut akan memberikan dampak positif terhadap kinerja indikator makro ekonomi nasional,” kata Komaidi dalam keterangannya, Kamis (10/7/2025).

    Dia memberikan simulasi dampak ekonomi dari potensi investasi tersebut. Pertama, jika investasi dilakukan dalam 5 tahun, dan kedua, jika investasi dilakukan dalam 8 tahun.

    Pada hitungan pertama, dampaknya bisa meningkatkan PDB nasional sekitar 0,51%, meningkatkan ekspor sekitar 1,9%, meningkatkan pendapatan pemerintah sekitar 6,29%, meningkatkan penerimaan pajak sekitar 0,52%, meningkatkan surplus neraca pembayaran sekitar 0,70%, dan meningkatkan penguatan nilai tukar Rupiah sekitar 0,69%.

    Sementara, pada hitungan kedua, bisa berdampak pada peningkatan PDB nasional sekitar 0,32%, (2) meningkatkan ekspor sekitar 1,20%, (3) meningkatkan pendapatan pemerintah sekitar 3,93%, (4) meningkatkan penerimaan pajak sekitar 0,32%, (5) meningkatkan surplus neraca pembayaran sekitar 0,44%, dan (6) meningkatkan penguatan nilai tukar rupiah sekitar 0,43%.

     

  • Anggota DPR minta pejabat Sekretariat Badan Otsus berkantor di Papua

    Anggota DPR minta pejabat Sekretariat Badan Otsus berkantor di Papua

    “Dengan berkantor di Papua, pejabat Badan Otsus yang ditunjuk bisa lebih dekat dengan persoalan masyarakat dan langsung turun tangan jika ada permasalahan yang perlu penanganan cepat,”

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi II DPR RI Indrajaya meminta agar ada pejabat tinggi Sekretariat Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua yang ditempatkan berkantor di Papua agar lebih cepat menangani berbagai permasalahan dan persoalan masyarakat di sana.

    “Dengan berkantor di Papua, pejabat Badan Otsus yang ditunjuk bisa lebih dekat dengan persoalan masyarakat dan langsung turun tangan jika ada permasalahan yang perlu penanganan cepat,” kata Indrajaya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

    Dia menilai penyelesaian persoalan Papua membutuhkan keseriusan dan pendekatan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia (SDM), peningkatan layanan pendidikan, dan akses kesehatan yang merata.

    “Papua butuh perhatian yang berkelanjutan, bukan hanya simbolik. Kehadiran pejabat tinggi secara langsung di sana bisa menjadi langkah nyata bahwa negara hadir untuk semua warganya, termasuk saudara-saudara kita di Papua,” ujarnya.

    Menurut dia, selain pembangunan fisik dan infrastruktur, pemerintah juga harus memberi prioritas pada pembangunan manusia dan kualitas hidup masyarakat Papua.

    Dia memandang dengan adanya pejabat tinggi yang berkantor di Papua maka koordinasi lintas kementerian dan lembaga pun diyakini akan lebih efektif dalam merespons kebutuhan daerah secara cepat dan tepat.

    “PKB mendukung penuh upaya-upaya pemerintah yang menunjukkan keberpihakan kepada daerah-daerah tertinggal, termasuk Papua. Ini adalah langkah awal yang harus diikuti dengan kebijakan konkret dan keberlanjutan,” tuturnya.

    Dia juga meminta pemerintah untuk memberikan perhatian khusus kepada empat daerah otonomi baru (DOB) di Papua, yaitu Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

    Legislator itu mengingatkan agar pemerintah harus melakukan pemantauan secara serius terhadap pengembangan empat provinsi tersebut.

    Indrajaya juga mendukung rencana pemerintah yang akan menetapkan empat DOB Papua menjadi proyek strategis nasional (PSN), sebagaimana yang disampaikan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam Rapat Kerja (Raker) Panja Evaluasi Empat DOB Provinsi Papua Komisi II DPR RI bersama pemerintah, Rabu (2/7).

    “Kami sangat dukung rencana itu sehingga proses pembangunan bisa lebih cepat. Karena membangun Papua ini banyak kendala,” tuturnya.

    Dia menyebut apabila nantinya empat DOB Papua tersebut ditetapkan sebagai PSN maka pembangunan infrastruktur, pengembangan SDM, peningkatan pendidikan, dan layanan kesehatan bisa semakin ditingkatkan.

    “Dengan menjadi PSN, maka persoalan SDM, pendidikan, pembangunan infrastruktur dan ketertinggalan bisa cepat teratasi,” kata dia.

    Adapun Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengatakan bahwa penugasan Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka untuk memimpin percepatan pembangunan Papua, tidak berarti Wapres harus berkantor di Papua.

    Dia menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan amanah dari Undang-Undang Otonomi Khusus Papua yang mengatur mengenai percepatan pembangunan Papua itu dipimpin atau diketuai oleh Wakil Presiden. Sehingga, dia pun meluruskan bahwa penugasan itu bukan berasal dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Tapi kalau dalam konteks mungkin ya sesekali melakukan rapat koordinasi, beliau akan berkunjung ke sana atau bahkan mungkin sempat berkantor di sana, ya tidak ada masalah juga,” kata Prasetyo usai rapat anggaran dengan Komisi XIII DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Rabu.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.