Topik: Proyek Strategis Nasional (PSN)

  • Perusahaan AS-Jerman Bangun Industri Semikonduktor di Batam Awal 2026

    Perusahaan AS-Jerman Bangun Industri Semikonduktor di Batam Awal 2026

    Liputan6.com, Jakarta Sejumlah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat dan Jerman yang tergabung dalam konsorsium di bawah, PT Quantum Luminous Indonesia, PT Terra Mineral Nusantara dan Tynergy Group (PT Energy Tech Indonesia, PT Essence Global Indonesia), segera memulai konstruksi fasilitas industri strategis semikonduktor, hilirisasi pasir silika, dan produksi kaca di Proyek Strategis Nasional (PSN) Wiraraja Green Renewable Energy and Smart-Eco Industrial Park, Pulau Galang, Kepulauan Riau.

    Langkah ini menandai komitmen kuat perusahaan-perusahaan tersebut untuk mempercepat realisasi investasi besar di sektor industri berbasis semikonduktor dan industri manufaktur kaca berteknologi tinggi di Indonesia, demikian pernyataan yang disampaikan oleh Group Presiden Direktur, Walter William Grieves.

    “Pembangunan ini akan kami bangun bersama mitra lokal kami yaitu dengan Kawasan Industri Wiraraja Green Renewable Energy and Smart-Eco Industrial Park di Pulau Galang dan kami berencana untuk memulai pada awal tahun 2026 setelah mendapat persetujuan dari BP Batam,” ujar Walter Grieves, dalam keterangan tertulis, Selasa (2/12/2025).

    Dimulai dari Pertemuan G20 Bali 2022

    Rencana investasi Tynergy Group di Indonesia berawal dari pertemuan pada saat penyelenggaraan KTT G20 Bali tahun 2022, melalui diskusi dengan Kementerian Perindustrian RI, Bapak Agus Gumiwang Kartasasmita dan pertemuan yang difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indoinesia di Washington DC AS saat itu, Rosan Roeslani Perkasa.

    Pada kesempatan tersebut, stakeholders menyampaikan minat mendalam untuk mendukung penguatan global supply chain dari industri semikonduktor dan program hilirisasi. Penguatan melalui Nota Kesepahaman Kerjasama pada saat penyelenggaraan Hannover Messe 2023

    Komitment Investasi antara Tynergy Group dengan Wiraraja Green Renewable Energy and Smart-Eco Industrial Park semakin kuat setelah penandatangan MOU pada saat penyelenggaraan Hannover Messe 2023 di Jerman – Pameran industri terbesar di dunia—di mana Indonesia menjadi salah satu country partner yang di fasilitasi oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

    Dalam pertemuan tersebut, konsorsium tersebut kembali menegaskan minatnya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat manufaktur strategis, melalui salah satu program strategis Pemerintah di bidang hilirasasi sumber daya alam.

     

  • Konsorsium AS-Jerman Bangun Industri Semikonduktor Rp443 Triliun di Batam

    Konsorsium AS-Jerman Bangun Industri Semikonduktor Rp443 Triliun di Batam

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia akan kedatangan pemain besar ekosistem semikonduktor asal Amerika Serikat (AS) dan Jerman. Konsorsium perusahaan telah terbentuk dan akan menggelontorkan investasi US$26,73 miliar atau setara Rp443 triliun untuk membangun industri semikonduktor di Batam. 

    Perusahaan berbasis di AS dan Jerman itu telah tergabung dalam konsorsium di bawah PT Quantum Luminous Indonesia, PT Terra Mineral Nusantara, dan Tynergy Group. 

    Adapun, Tynergy Group terdiri atas PT Energy Tech Indonesia dan PT Essence Global Indonesia. Konsorsium tersebut segera memulai konstruksi fasilitas industri strategis semikonduktor, hilirisasi pasir silika, dan produksi kaca di Proyek Strategis Nasional (PSN) Wiraraja Green Renewable Energy and Smart-Eco Industrial Park, Pulau Galang, Kepulauan Riau.

    Presiden Direktur PT Quantum Luminous Indonesia Walter William Grieves mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mempercepat realisasi investasi besar di sektor industri berbasis semikonduktor dan industri manufaktur kaca berteknologi tinggi di Indonesia. 

    “Pembangunan ini akan kami bangun bersama mitra lokal kami yaitu dengan Kawasan Industri Wiraraja Group di Pulau Galang dan kami berencana untuk memulai pada awal tahun 2026 setelah mendapat persetujuan dari BP Batam,” ujar Grieve melalui keterangan resminya, Selasa (2/12/2025). 

    Tynergy Group dan PT Quantum Luminous Indonesia menegaskan pihaknya akan bergerak cepat untuk memulai pembangunan setelah seluruh perizinan teknis dan administratif dirampungkan. 

    Untuk itu, mereka juga telah menyampaikan surat untuk percepatan investasi kepada menteri investasi dan hilirisasi untuk kedua kalinya dan melakukan penandatanganan komitmen investasi di acara Anugerah Investasi yang diselenggarakan oleh BP Batam dan disaksikan oleh Wakil Kepala BP Batam, Li Claudia Chandra. 

    “Dan kami mengajak BP Batam beserta jajarannya untuk ikut melihat langsung fasilitas yang kami bangun di Amerika Serikat dan Jerman, untuk melakukan ekspansi di Pulau Galang,” tuturnya. 

    Dia meyakini industri semikonduktor yang dibangun perusahaan akan berkontribusi dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional pada 2029 sebesar 8%.

    Dalam hal ini, pihaknya juga telah bertemu dengan BP Batam untuk memastikan kesiapan lahan, utilitas, dan dukungan infrastruktur bagi pembangunan pabrik semikonduktor, untuk mendukung kebutuhan cip dan elektronik di pasar global.

    Tak hanya itu, konsorsium tersebut juga akan membangun pabrik manufaktur solar cell dan wafer dan pabrik hilirisasi pasir silika. Untuk itu, dia berharap pemerintah Indonesia dapat mempercepat finalisasi seluruh proses perizinan yang diperlukan agar konstruksi tahap pertama dapat segera dimulai.

    “Mengingat rencana pembangunan ini berada dalam status PSN, perusahaan menilai percepatan izin sangat penting,” terangnya. 

    Hal tersebut untuk memastikan, kepastian investasi, kesiapan rantai pasok industri, penyerapan tenaga kerja lokal dan transfer acknowledge dan technology melalui program vokasional pada perusahaan induk yang berbasis di Jerman serta meningkatkan daya saing Indonesia dalam global supply chain industri semikonduktor dan berteknologi tinggi.

    Rencana investasi Tynergy Group di Indonesia bermula dari pertemuan pada KTT G20 Bali 2022, melalui diskusi dengan Kementerian Perindustrian RI, serta pertemuan yang difasilitasi Kedutaan Besar RI di Washington DC oleh Rosan Roeslani Perkasa. 

    Pada tahap awal ini, para pemangku kepentingan menyampaikan minat kuat untuk mendukung penguatan rantai pasok global industri semikonduktor dan program hilirisasi.

    Komitmen tersebut kemudian diperkuat melalui penandatanganan nota kesepahaman pada ajang Hannover Messe 2023 di Jerman, pameran industri terbesar dunia, di mana Indonesia menjadi country partner. 

    Momentum kerja sama ini berlanjut dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama pada 12 November 2023 antara Tynergy Group dan PT Galang Bumi Industri, selaku pengelola PSN Wiraraja Green Renewable Energy and Smart-Eco Industrial Park. Prosesi ini disaksikan langsung oleh Rosan Roeslani Perkasa selaku Duta Besar RI untuk Amerika Serikat pada periode tersebut.

    Penandatanganan tersebut menjadi tonggak resmi komitmen investasi, menandai langkah konkret perusahaan-perusahaan itu untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis manufaktur global.

  • BRIN Dorong Pembangunan Bandara Antariksa Nasional di Biak

    BRIN Dorong Pembangunan Bandara Antariksa Nasional di Biak

    Jakarta

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan komitmen kuat untuk mewujudkan kemandirian keantariksaan Indonesia dengan membangun bandara antariksa (spaceport) nasional pertama. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Kepala BRIN, Prof. Arif Satria

    “Kami sudah menyampaikan kepada Bapak Presiden terkait persiapan pembuatan bandara antariksa. Naskah akademis sudah disusun, kajiannya lengkap, dan saat ini kami menunggu penetapan lokasi secara resmi,” ujar Arif Satria dikutip dari keterangan resmi.

    Ia menegaskan bahwa BRIN akan mengusulkan proyek bandara antariksa ini menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) agar mendapatkan prioritas pendanaan dan percepatan realisasi.

    “Jika bandara antariksa ini terwujud, ini akan menjadi tonggak sejarah baru bagi keantariksaan Indonesia. Kalau India saja sudah punya, masa Indonesia tidak punya? Memang belum banyak negara berkembang yang memiliki fasilitas seperti ini,” tegasnya.

    Arif Satria menambahkan, BRIN sudah siap dari sisi teknologi. “Kami sudah bisa menghasilkan satelit yang bagus. Saat ini sedang dipersiapkan Satelit NEO-1 yang rencananya akan diluncurkan tahun depan. Kalau kita sudah punya bandara antariksa sendiri – terutama yang kami harapkan di Biak – maka kita tidak perlu lagi tergantung pada negara lain untuk meluncurkan satelit. Ini akan sangat membanggakan bagi bangsa,” paparnya.

    Ia juga mengungkapkan bahwa kajian lokasi sudah dilakukan secara komprehensif dan dirinya akan segera melakukan kunjungan lapangan untuk memastikan progres.

    “Proyek ini membutuhkan investasi besar dan keterlibatan banyak pihak. Karena itu, status PSN sangat penting agar pendanaan lebih terstruktur dan terjamin,” tambah Arif.

    Kepala BRIN Prof. Arif Satria Foto: BRIN

    Sementara itu, Ayom Widipaminto, Direktur Fasilitasi Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), menjelaskan alasan pemilihan Pulau Biak, Papua, sebagai kandidat utama.

    “Biak sangat strategis karena berada sangat dekat dengan garis khatulistiwa. Peluncuran roket dari lokasi ini jauh lebih efisien dari segi energi dibandingkan lokasi yang lebih jauh dari ekuator. Kajian ini sebenarnya sudah dimulai sejak era LAPAN, dan kini akan difinalisasi oleh BRIN,” ujar Ayom.

    Menurutnya, minat terhadap Biak bukan hal baru. “China dan Rusia sejak puluhan tahun lalu sudah menunjukkan ketertarikan terhadap lokasi ini karena keunggulan geografisnya,” tambahnya.

    (afr/afr)

  • Grup Bakrie Akuisisi Tol Cimanggis-Cibitung untuk Perkuat Ekspansi Infrastruktur

    Grup Bakrie Akuisisi Tol Cimanggis-Cibitung untuk Perkuat Ekspansi Infrastruktur

    JAKARTA – PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menguasai penuh Tol Cimanggis-Cibitung untuk memperkuat ekspansi infrastruktur nasional, meningkatkan kendali strategis aset transportasi, serta mengoptimalkan pendapatan berkelanjutan grup.

    Direktur Utama & CEO BNBR, Anindya N. Bakrie mengatakan akuisisi itu dilakukan melalui anak usaha PT Bakrie Toll Indonesia (BTI), telah menyelesaikan pengambilalihan 100 persen PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT).

    Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham (Sale & Purchase Agreement/SPA) dalam rangka pelepasan saham dilakukan antara pihak BTI, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) dan PT Waskita Toll Road (WTR) yang berlangsung di Jakarta.

    “Transaksi ini dilakukan sehubungan dengan adanya peluang strategis bagi perseroan untuk mengakuisisi seluruh kepemilikan saham CCT yang saat ini dimiliki oleh SMI sebesar 55 persen dan WTR 35 persen,” kata Anindya mengutip Antara.

    Dia menyampaikan sebelumnya perseroan telah memiliki 10 persen saham di CCT, baik secara langsung ataupun melalui BTI. Sehingga, dengan adanya divestasi dari SMI dan WTR atas saham CCT, perseroan menilai akuisisi itu merupakan kesempatan dan momentum tepat untuk mengkonsolidasikan kepemilikan penuh atas CCT.

    “Pertimbangan utama dilakukannya transaksi ini adalah untuk memperkuat posisi Grup Usaha Perseroan dalam sektor infrastruktur nasional, sejalan dengan strategi bisnis jangka panjang Perseroan yang berfokus pada pengembangan infrastruktur dan manufaktur,” jelas Anindya.

    Menurutnya, dengan memiliki 100 persen kepemilikan atas saham CCT, Perseroan diharapkan dapat mengoptimalkan sinergi usaha, meningkatkan kontrol operasional dan strategis atas aset jalan tol tersebut, serta mendorong kontribusi pendapatan yang berkelanjutan dan signifikan terhadap kinerja konsolidasi Grup Usaha Perseroan ke depan.

    Wakil Direktur Utama BNBR, A. Ardiansyah Bakrie menambahkan pengambilalihan CCT dilakukan melalui pembelian 72.000.000 lembar saham, atau setara dengan 90 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam CCT.

    Dengan rincian, sebanyak 44.000.000 saham CCT yang dimiliki oleh SMI atau setara dengan 55 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam CCT dan sebanyak 28.000.000 saham CCT yang dimiliki WTR atau setara dengan 35 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam CCT, dengan total nilai pengambilalihan sebesar Rp1 triliun.

    Selain itu, lanjut Ardi, BTI juga mengambil alih piutang SMI dan WTR kepada CCT sehubungan dengan pinjaman dari pemegang saham CCT yang diberikan oleh SMI dan WTR, dengan total nilai Rp2,565 triliun yang merupakan pokok dari pinjaman dari pemegang saham tersebut.

    Menurutnya, ruas jalan tol Cimanggis-Cibitung sangat strategis, karena merupakan jalur alternatif untuk mengurai kemacetan di ruas tol lain, terutama Tol Jakarta-Cikampek.

    “Selain itu, menjadi bagian penting dalam meningkatkan konektivitas dan efisiensi transportasi, serta pertumbuhan kawasan industri dan ekonomi di sekitar Jabodetabek,” papar Ardi.

    PT Cimanggis Cibitung Tollways merupakan Badan Usaha Jalan Tol yang mengelola Ruas Cimanggis-Cibitung sepanjang 26,184 km dengan masa konsesi selama 45 tahun yang akan berakhir pada tanggal 10 Agustus 2061.

    Aktivitas dan kegiatan usaha perusahaan meliputi pendanaan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung.

    Sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), Jalan Tol Cimanggis-Cibitung yang dikelola CCT beroperasi penuh sejak tanggal peresmian yang dilakukan oleh Wakil Presiden ke-13 RI Ma’ruf Amin pada 9 Juli 2024.

    Jalan tol itu merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 yang menghubungkan wilayah Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi serta terhubung dengan Jalan Tol Trans Jawa Ruas Jakarta–Cikampek, Jalan Tol Jagorawi, Jalan Tol Cinere-Jagorawi, serta nantinya terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek 2 Selatan.

    Jalan Tol Cimanggis-Cibitung terdiri atasi dua seksi. Seksi 1, segmen Cimanggis–Jatikarya sepanjang 2,75 km, beroperasi sejak 26 Oktober 2020.

    Seksi 2, segmen Jatikarya–Cibitung sepanjang 23,43 km, yang terdiri atas Seksi 2A segmen Jatikarya–Cikeas sepanjang 3,78 km, beroperasi sejak 16 Juni 2023, dan Seksi 2B Segmen Cikeas–Cibitung sepanjang 19,657 km, beroperasi sejak 9 Juli 2024.

  • Prabowo Bakal Resmikan Kilang Terbesar RI Desember

    Prabowo Bakal Resmikan Kilang Terbesar RI Desember

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto bakal meresmikan Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan Desember 2025. Proyek ini digadang-gadang menjadi kilang terbesar di Indonesia.

    Proyek ini terdiri dari fasilitas produksi dan juga fasilitas pendukung termasuk fasilitas infrastruktur oil storage untuk 2 juta barel. Harapannya proyek ini dapat cepat beroperasi pada Desember 2025 mendatang guna memenuhi 22 hingga 25% kebutuhan BBM nasional. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot usai mengunjungi Proyek RDMP Kilang Balikpapan, dikutip dari laman Kementerian ESDM, Kamis (20/11/2025).

    Yuliot menuturkan, kunjungan ini dilakukan untuk melihat progres tersisa dari proyek RDMP Kilang Balikpapan, sebelum diresmikan secara langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto pada Desember mendatang.

    “Kunjungan kita kali ini untuk melihat kesiapan produksi Kilang Balikpapan yang direncanakan akan diresmikan oleh Bapak Presiden. Peresmian fasilitas oleh Bapak Presiden akan kami usulkan berdasarkan kesiapan yang ada di lapangan”, ungkapnya.

    Mengenai progress penyelesaian Proyek RDMP, Yuliot mengatakan saat ini hanya tersisa sedikit saja pada bagian-bagian yang detail bukan bagian proyek yang utama sehingga tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.

    “Jadi, untuk kesiapan secara fasilitas masih ada penyempurnaan sekitar 1-2% yang kita harapkan dalam beberapa hari ke depan itu bisa diselesaikan 100% sehingga siap untuk diresmikan. Yang 1,5% itu ada detail-detail pekerjaan saja,” jelasnya.

    Proyek RDMP Kilang Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), dimana proyek ini menelan investasi sebesar USD 7,4 miliar atau setara dengan Rp 126 triliun. Proyek ini menjadi salah satu investasi yang terbesar dilakukan BUMN dalam satu titik kegiatan untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).

    “Salah satu fasilitas yang ada di sini akan menyediakan energi, dengan adanya fasilitas ini, kita mendukung sepenuhnya visi Bapak Presiden yaitu ketahanan energi dan juga bagaimana ketahanan energi ini akan mendukung ketahanan nasional secara keseluruhan karena seluruh kegiatan ekonomi tidak mungkin tanpa ketersediaan energi,” papar Yuliot.

    Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Aditiyawarman mengatakan, sejumlah tahapan penting telah dilalui KPI untuk memastikan proyek ini berjalan dengan baik. Diantaranya pengoperasian awal unit utama pengolahan atau Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex RDMP Balikpapan, yang telah dilakukan pada 10 November 2025 lalu.

    Taufik menjelaskan, RFCC merupakan unit utama kilang untuk menghasilkan produk berstandar setara Euro V. RFCC juga akan meningkatkan efisiensi serta nilai ekonomi Kilang Balikpapan. Pengoperasian unit RFCC pada momen Hari Pahlawan 2025 lalu menjadi simbol komitmen KPI dan Pertamina dalam mewujudkan cita-cita pembangunan yang berdaulat dan berkelanjutan.

    “Ini merupakan tahapan penting yang telah dilalui KPI dan Pertamina dalam pengoperasian RDMP Balikpapan. RFCC tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, tetapi juga memperbesar nilai tambah dari sumber daya alam dalam negeri,” ucap Taufik.

    Selain memproduksi BBM ramah lingkungan, nantinya Kilang Balikpapan setelah beroperasi penuh juga akan mengolah residu-residu yang ada untuk menghasilkan produk-produk industri kimia bernilai tinggi seperti propylene dan ethylene. Kedua produk ini sangat dibutuhkan oleh industri petrokimia dalam negeri sebagai bahan baku yang selama ini kekurangan pasokannya dan dipenuhi permintaannya melalui impor.

    Lihat Video ‘Kilang Pertamina Internasional Beberkan Inovasi Demi Kedaulatan Energi’:

    (acd/acd)

  • RI Punya Kilang Terbesar di Balikpapan, Bisa Hasilkan Beragam Produk

    RI Punya Kilang Terbesar di Balikpapan, Bisa Hasilkan Beragam Produk

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia sebentar lagi akan memiliki kilang minyak raksasa dengan kapasitas olahan 360 ribu barel per hari (bph). Kilang yang dimaksud adalah kilang Balikpapan dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP).

    Direktur Utama KPI Taufik Adityawarman mengungkapkan progres pembangunan fisik kilang saat ini telah mencapai 96,97%. Adapun, sejak 17 September 2025, fasilitas Saturated LPG Treater juga sudah mulai memproduksi LPG.

    Di samping itu, proses commissioning sejumlah fasilitas utama juga tengah berjalan. Salah satunya seperti unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) yang ditargetkan akan selesai pada 2025.

    “Sebagai informasi adalah proses commissioning di unit RFCC yang akan kami selesaikan insya Allah di 2025 ini akan mulai memproduksikan produk-produk dari RFCC dimana ada gasolin, kemudian LPG, kemudian propylene dan juga ada diesel,” kata Taufik dalam RDP bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Selasa (18/11/2025).

    Menurut Taufik, pihaknya saat ini juga fokus pada upaya optimalisasi pengadaan feedstock, mengingat komponen tersebut merupakan biaya terbesar dalam struktur pengolahan kilang. Karena itu, perusahaan berupaya meningkatkan efisiensi pengadaan minyak mentah sebagai bahan baku utama.

    Selain itu, KPI juga terus memaksimalkan penyerapan minyak mentah domestik melalui koordinasi dengan SKK Migas dan Kementerian ESDM. Hal ini diyakini dapat membantu menurunkan Alpha crude oil atau selisih biaya distribusi impor.

    “Kita juga mendukung program pemerintah untuk resiprokal tarif dengan US bagaimana mendapatkan impor minyak mentah dari US itu secara ekonomis tetapi juga masih juga membantu sebagai bagian dari US tariff trade balance pemerintah,” katanya.

    Seperti diketahui, dengan kapasitas olahan minyak mentah sebesar 360 ribu bph tersebut, Kilang Balikpapan ini akan menjadi kilang terbesar baru yang beroperasi di Tanah Air, membalap Kilang Cilacap yang berkapasitas 345 ribu bph.

    Proyek RDMP RU V Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan oleh PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), anak perusahaan PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) yang merupakan Subholding Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina (Persero).

    Adapun dengan kapasitas tersebut, produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kilang Balongan meningkat menjadi 339 ribu barel per hari (bph). Jumlah tersebut meningkat signifikan dari yang sebelumnya hanya sebesar 197 ribu bph.

    Terdiri dari jenis bensin sebesar 142 ribu bph dari sebelumnya 42 ribu bph, Solar 156 ribu bph dari 125 ribu bph, dan avtur 41 ribu bph dari sebelumnya 30 ribu. Apabila dikonversikan menjadi liter, maka total produksi BBM yang dihasilkan Kilang Balikpapan yakni mencapai 53,9 juta liter/hari.

    Sementara itu, untuk produksi non-BBM, seperti LPG naik menjadi 384 kilo ton per tahun (KTPA) dari sebelumnya 48 KTPA, propylene 225 KTPA dari sebelumnya tak ada.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • IWIP Geber Transisi Energi, Bangun PLTB hingga Pakai Truk Listrik

    IWIP Geber Transisi Energi, Bangun PLTB hingga Pakai Truk Listrik

    Bisnis.com, WEDA – PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) gencar mengembangkan proyek energi bersih untuk bertransformasi menjadi kawasan industri hijau dan berkelanjutan.

    Pusat pengolahan nikel terintegrasi yang berlokasi di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara itu tengah mengembangkan sejumlah proyek energi hijau senilai total US$2 miliar atau sekitar 33,38 triliun (asumsi kurs Rp16.690 per US$). 

    Proyek tersebut mencakup pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 2 gigawatt (GW) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) sebesar 500 megawatt (MW). Kedua pembangkit ini akan menyuplai energi bersih untuk mendukung kebutuhan industri di kawasan Weda Bay.

    Direktur IWIP Scott Ye menyampaikan bahwa transisi energi hijau kini menjadi salah satu strategi operasional kawasan industri.

    “Transisi energi hijau menjadi prioritas kami untuk menciptakan kawasan industri yang lebih efisien dan rendah emisi. Penggunaan energi baru dan terbarukan [EBT] di Kawasan Industri IWIP merupakan wujud komitmen kami untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencapai net zero emission,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025).

    PLTB di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP)/Dok. IWIP

    Selain mengembangkan pembangkit EBT, IWIP juga secara bertahap menerapkan penggunaan kendaraan listrik ramah lingkungan dalam operasional dan logistik, termasuk alat berat dan truk listrik.

    Scott menuturkan, penggunaan kendaraan berbasis listrik ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan dari aktivitas transportasi di dalam kawasan industri.

    “Melalui berbagai inisiatif yang tengah dijalankan, IWIP berkomitmen untuk terus menurunkan emisi karbon, sejalan dengan visi jangka panjang menjadikan kawasan industri Weda Bay sebagai ekosistem industri hijau yang terintegrasi dan berkelanjutan,” kata Scott.

    Dia mengimbuhkan, upaya dekarbonisasi IWIP tidak hanya berkontribusi terhadap penurunan emisi nasional, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global energi terbarukan.

    Hilirisasi di kawasan Weda Bay mengembangkan ekosistem pengolahan nikel dari bahan baku hingga produk akhir berupa baterai kendaraan listrik (EV).
    Nikel, sebagai salah satu bahan baterai dan baja tahan karat, menjadikan Indonesia pemain strategis dalam transisi energi global.

    Melalui langkah-langkah tersebut, kata Scott, IWIP menjadi contoh nyata implementasi semangat transisi energi pemerintah di tingkat industri.

    “Dengan mengombinasikan investasi teknologi hijau, elektrifikasi operasional, dan hilirisasi berkelanjutan, IWIP bertekad menjadikan kawasan industri Weda Bay sebagai pusat industri hijau terintegrasi yang mendukung masa depan energi bersih Indonesia,” tutur Scott.

    Adapun, IWIP adalah kawasan industri terintegrasi pertama di Indonesia yang berfokus pada pengolahan nikel dan hilirisasi industri berbasis nikel, termasuk produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.

    Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, IWIP termasuk dalam prioritas nasional 5, yang menitikberatkan pada hilirisasi sumber daya alam, industri padat karya terampil, serta inovasi teknologi industri.

    Selain itu, IWIP juga masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2024.

  • RI Pacu Industri Petrokimia, Tekan Defisit hingga Jadikan PSN

    RI Pacu Industri Petrokimia, Tekan Defisit hingga Jadikan PSN

    Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia tengah memperkuat fondasi industri petrokimia nasional. Upaya yang dilakukan yakni menekan defisit kebutuhan bahan baku dan rencana pemerintah menjadikan industri tersebut menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). 

    Data dari Asosiasi Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) menunjukkan bahwa dalam 5 tahun terakhir, Indonesia masih dibayangi defisit besar pada komoditas petrokimia. Defisit pada 2020 tercatat sebesar 7,32 juta ton atau senilai US$7,1 miliar, kemudian meningkat menjadi 8,10 juta ton atau US$10,8 miliar pada 2021. 

    Pada 2022, defisit berada di level 7,75 juta ton atau US$11 miliar dan kembali naik menjadi 8,50 juta ton US$9,5 miliar pada 2023. Tren ini berlanjut pada 2024 ketika defisit melonjak menjadi 10,5 juta ton dengan nilai sekitar US$11 miliar. 

    Sekjen Inaplas Fajar Budiyono mengatakan peningkatan defisit ini menggambarkan betapa besarnya kebutuhan bahan baku yang belum mampu dipenuhi oleh kapasitas produksi dalam negeri.

    Untuk itu, pihaknya telah menggodok Roadmap Pengembangan Industri Petrokimia 2025–2045 sebagai bagian dari strategi meningkatkan kemandirian industri sekaligus menurunkan ketergantungan terhadap impor bahan baku yang terus melonjak dalam beberapa tahun terakhir. 

    Fajar menerangkan kenaikan defisit bahan baku petrokimia tak hanya menjadi beban bagi industri hulu, tetapi juga menghambat pertumbuhan industri hilir yang membutuhkan pasokan stabil dengan harga kompetitif.

    “Kondisi defisit yang kita hadapi setiap tahun menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap impor sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Industri hilir kita tumbuh pesat, sementara kapasitas hulu belum mengikuti,” kata Fajar dalam Outlook Industri Petrokimia 2026, dikutip Sabtu (15/11/2025). 

    Pabrik Petrokimia

    Untuk diketahui, sektor ini memiliki peran strategis dalam menopang pertumbuhan berbagai industri hilir, mulai dari plastik, farmasi, kimia dasar, hingga komposit untuk kebutuhan industri penerbangan masa depan.

    Di samping itu, Fajar menerangkan roadmap tersebut tidak semata fokus pada peningkatan kapasitas produksi, tetapi juga pada penguatan integrasi antara refinery dan cracker sehingga Indonesia mampu menghadirkan produk petrokimia yang lebih kompetitif, menghemat devisa, dan memperkuat struktur industri secara menyeluruh.

    Lebih lanjut, dokumen Inaplas juga mencatat bahwa tekanan terhadap industri petrokimia global semakin kuat akibat berbagai dinamika internasional, seperti pandemi Covid-19, perang Rusia–Ukraina. 

    Tak hanya itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, kebijakan tarif Amerika Serikat, kampanye negatif terhadap plastik, percepatan transisi energi hijau, hingga melemahnya kinerja manufaktur global juga mendorong pelemahan industri. 

    Untuk menghadapi tekanan global tersebut, industri petrokimia saat ini fokus diarahkan pada pemulihan kapasitas produksi dan penyelesaian proyek kilang seperti RDMP serta pembangunan cracker kedua, mengingat tekanan global yang masih cukup berat. 

    Memasuki 2030, Indonesia ditargetkan mencapai kecukupan pasokan melalui pembangunan cracker ketiga, fasilitas GRR baru, pembangunan Condensate Splitter Unit, serta penerapan energi hijau untuk menurunkan ketergantungan impor.

    Selanjutnya pada 2035, Indonesia bersiap memasuki fase pengembangan produk bernilai tambah tinggi, termasuk engineering plastic yang menjadi bahan utama komposit untuk industri pesawat masa depan. 

    Pada 2045, tahap akhir roadmap menargetkan terwujudnya integrasi penuh antara kilang dan petrokimia sehingga Indonesia tidak hanya mampu memenuhi seluruh kebutuhan domestik, tetapi juga mengekspor produk akhir bernilai tinggi.

    “Integrasi refinery dan petrokimia akan memberikan keuntungan besar bagi negara. Biaya logistik turun, produk lebih kompetitif, dan kita bisa mengurangi devisa impor yang selama ini membebani neraca perdagangan. Itu sebabnya pembangunan GRR dan cracker baru menjadi prioritas dalam roadmap,” jelasnya. 

    Industri Petrokimia Jadi PSN 

    Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan pemerintah tengah berencana untuk menjadikan industri petrokimia sebagai PSN. Hal ini juga telah dikoordinasikan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 

    Untuk diketahui, saat ini PSN industri petrokimia yang tengah digarap yaitu pabrik kimia Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang akan dibangun PT  Tbk. (TPIA) dan ditargetkan mulai produksi pada kuartal I/2027. 

    Fasilitas manufaktur ini juga telah resmi menyandang status proyek strategis nasional (PSN) yang didukung pemerintah. Hal ini tertuang dalam RPJMN 2025-2029 dalam Perpres No. 12/2025. 

    “Sudah ada pembahasan di Kementerian Perekonomian. Untuk PSN Petrokimia ini sebenarnya sudah beberapa kali pembahasan, dua hari lalu juga masih ada pembahasan terkait ini, masih berproses,” jelasnya. 

    Dalam hal ini, Wiwik juga menerangkan bahwa berbagai persyaratan untuk menjadikan industri petrokimia ini telah dipenuhi dan dilengkapi. Sebagai pembina industri, Kementerian Perindustrian juga terus bersurat ke Kemenko Perekonomian. 

    “Jadi kita menunggu penetapan yang semoga dalam waktu dekat sudah bisa ditetapkan,” tuturnya. 

    Penetapan status PSN ini lantaran pihaknya menilai penguatan sektor petrokimia nasional menjadi langkah strategis dalam menjaga stabilitas pasokan bahan baku bagi berbagai industri hilir. 

    Sebab, industri petrokimia memiliki peran fundamental sebagai pemasok utama bahan baku untuk plastik, serat sintetis, karet sintetis, bahan kimia fungsional, hingga berbagai bahan kebutuhan industri tekstil dan farmasi.

    “Kebutuhan industri petrokimia nasional terus meningkat pesat, namun kapasitas produksi dalam negeri belum mampu mengimbanginya. Ini menyebabkan ketergantungan yang sangat besar terhadap impor. Karena itu, penguatan struktur industri hulu menjadi urgensi nasional,” pungkasnya. 

  • RI Setop Impor Garam 2027, Industri Chlor Alkali Masih Butuh 3 Juta Ton

    RI Setop Impor Garam 2027, Industri Chlor Alkali Masih Butuh 3 Juta Ton

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) meminta pemerintah untuk memberikan relaksasi impor garam industri sebagai bahan baku dari operasional pabrik kimia chlor alkali. 

    Sekjen Inaplas Fajar Budiyono mengatakan pihaknya mendukung swasembada garam nasional, namun untuk pemenuhan garam industri dengan kualitas, volume dan harga harus tetap dapat terpenuhi. 

    “Sekarang baru ada dua, yang besar Asahimas dan Sulfindo. Next, tahun depan Chandra Asri juga akan membutuhkan garam juga untuk industri chlor alkali-nya mereka,” kata Fajar kepada Bisnis, Sabtu (15/11/2025). 

    Untuk dua industri chlor alkali tersebut, Fajar menerangkan kebutuhan garam industri mencapai 2 juga ton. Pada 2027-2028 diproyeksi akan ada tambahan 1 juta untuk Chandra Asri yang akan membangun pabrik baru CAP. 

    Adapun, pabrik yang dimaksud merupakan pabrik kimia Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) yang akan dibangun PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dan ditargetkan mulai produksi pada kuartal I/2027. 

    Pabrik CA-EDC tersebut merupakan bagian kompleks petrokimia terintegrasi kedua miliki Chandra Asri yang dikembangkan oleh anak usahanya yakni PT Chandra Asri Alkali (CAA).  

    Fasilitas manufaktur ini juga telah resmi menyandang status proyek strategis nasional (PSN) yang didukung pemerintah. Hal ini tertuang dalam RPJMN 2025-2029 dalam Perpres No. 12/2025.  

    Total kapasitas produksi dari pabrik CA-EDC ini yaitu soda kaustik berbentuk padat sebanyak 400.000 ton per tahun atau berupa likuid/cairan sebesar 827.000 ton per tahun. Proyeksi penyelamatan devisa dari berkurangnya impor produk ini senilai Rp4,9 triliun per tahun. 

    Namun, tantangan bahan baku mengadang seiring dengan rencana pemerintah untuk menyetop impor garam pada 2027 guna mendukung swasembada garam nasional. 

    “Sementara, garam industri ini kan belum bisa disuplai oleh lokal. Jadi lokal baru bisa disuplai untuk garam konsumsi,” tuturnya. 

    Peraturan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tersebut menerapkan kebijakan Domestik Market Obligation (DMO) untuk garam industri pada 2027. Dalam hal ini, pengusaha petrokimia mendorong relaksasi impor.  

    “Kita mau mendukung swasembada garam, tapi selama suasana badan ini belum bisa mencukupi yang 3 juta tadi, mohon diberikan apa itu relaksasi, karena 3 juta ton ini cukup besar,” tegasnya. 

    Sementara itu, saat ini Fajar melihat kemampuan pengembangan industri garam industri hanya dapat dilakukan optimal di Indonesia Timur. Hal ini didasarkan pada potensi dari sisi kualitas, volume hingga harga. 

    “Dari sisi quality yang 99,8% (NaCl) ke atas, kemudian dari sisi volume, volume itu kalau 3 juta ton, paling tidak kalau kita 1 hektar cuma 100 ton, berarti kan butuh lahan 30.000 hektar, itu gak kecil,” jelasnya. 

    Indonesia Timur juga dinilai lokasi yang tepat karena produksi garam industri menggunakan air laut yang tinggi dan cuaca yang paling tidak 10 bulan musim kering. Namun, dia tak memungkiri kendala masalah lahan adat di wilayah tersebut. 

    Keterbatasan garam industri akan berimbas pada produksi chlor alkali yang menjadi bahan baku berbagai macam industri, termasuk kaustik soda yang digunakan pada industri alumina, nikel, kertas, tekstil dan lainnya.

  • Pilihan Purbaya antara Subsidi atau Tanggung Infrastruktur Kereta Cepat: Tidak Dua-duanya

    Pilihan Purbaya antara Subsidi atau Tanggung Infrastruktur Kereta Cepat: Tidak Dua-duanya

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa secara pribadi menyatakan lebih memilih untuk tidak menyertakan APBN sama sekali dalam pengelolaan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh, termasuk pelunasan utangnya. 

    Seperti diketahui, Presiden Prabowo Subianto sebelumnya telah menyatakan komitmen pemerintah untuk bertanggung jawab melunasi utang proyek senilai lebih dari US$7 miliar itu. Hal itu berbeda dengan pernyataan Purbaya sebelumnya selaku Menkeu yang menolak penyertaan APBN. 

    Belakangan, usai pernyataan komitmen Prabowo, Danantara mengungkap ada sejumlah opsi di mana APBN akan ikut serta menanggung beban proyek pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) itu. Untuk diketahui, Danantara kini mengelola kekayaan BUMN termasuk konsorsium perusahaan pelat merah yang memegang saham mayoritas PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). 

    Dua opsi yang ada merupakan subsidi operasional Whoosh melalui public service obligation (PSO), atau pengalihan kepemilikan maupun pengelolaan prasarana KCJB ke pemerintah. 

    “Kalau untuk saya, mendingan enggak bayar saya. Cuma gini, itu adalah kebijakan pimpinan di atas, Presiden dan lain-lain ya,” terang Purbaya kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (14/11/2025). 

    Purbaya menyebut, kendati komitmen Presiden untuk bertanggung jawab atas proyek kolosal itu, belum ada keputusan final terkait dengan penggunaan uang negara. Namun, dia menyebut pemerintah cenderung memilih opsi untuk mengelola prasarana Whoosh yakni infarstrukturnya. 

    “Kami akan cenderung membayar jalannya, infrastrukturnya. Rolling stock-nya mereka [Danantara] yang nanggung,” ungkap mantan Deputi Kemenko Maritim dan Investasi itu. 

    Purbaya menekankan belum ada kesimpulan terkait dengan keikutsertaan APBN dalam menanggung proyek strategis nasional (PSN) itu. Akan tetapi, dia mengutarakan keinginannya untuk terlibat dalam proses negosiasi pelunasan utang KCJB dengan China nantinya. 

    “Makanya saya bilang kalau nanti mereka diskusi dengan sana [China] saya ikut. Saya mau lihat jangan sampai saya rugi-rugi amat, tetapi kami lihat yang terbaik buat negara ini,” terangnya. 

    Untuk diketahui, pemerintah dan Danantara berencana untuk melakukan negosiasi untuk pelunasan utang KCJB dengan pemerintah China. Indonesia sempat mengutarakan keinginan untuk merestrukturisasi utang proyek Whoosh, yang dulu membengkak seiring dengan pembengkakan biaya (cost overrun) saat pandemi Covid-19. 

    Pembangunan KCJB dibiayai oleh 75% utang ke China Development Bank (CDB), serta 25% dari penyertaan modal Indonesia dan China selaku pemegang saham KCIC. Kepemilikan saham Indonesia melalui konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) pada perusahaan patungan itu yakni 60%, sedangkan China memiliki 40% sisanya.