Topik: Proyek Strategis Nasional (PSN)

  • Kementrans Bakal Bangun 350 Unit Rumah Buat Warga Terdampak Proyek Rempang Eco City

    Kementrans Bakal Bangun 350 Unit Rumah Buat Warga Terdampak Proyek Rempang Eco City

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Transmigrasi (Kementrans) mengungkap bakal melanjutkan pembangunan sebanyak 350 unit rumah untuk masyarakat terdampak relokasi akibat proyek Rempang Eco City, di Kota Batam, Kepulauan Riau.

    Menteri Transmigrasi (Mentrans) Iftitah Sulaiman Suryanegara menjelaskan bahwa anggaran yang bakal dibutuhkan untuk melakukan pembangunan itu sebesar Rp153 juta per unit.

    “Kurang lebih anggarannya sama dengan yang [dibangun oleh] BP Batam sekitar Rp153 juta per unit,” jelasnya saat ditemui di JCC, Kamis (12/6/2025).

    Iftitah merinci, total kebutuhan anggaran itu bakal didapatkan melalui injeksi atau Anggaran Biaya Tambahan (ABT) yang bakal dikucurkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

    Tak hanya membangun 350 unit rumah  bagi warga terdampak relokasi, Iftitah juga menyebut pihaknya bakal membangun sarana dan prasarana penunjang ekosistem salah satunya yakni Sekolah Dasar (SD).

    “Kan harusnya [membangun] 500 unit rumah ya, kenapa jadi 350 unit? Karena kita gantikan dengan SD. Karena hasil Pengecekan kita, kan SD nggak ada ini gimana mau bangun kehidupan?” tegasnya.

    Sebelumnya, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Amsakar Achmad memastikan pengembangan proyek Rempang Eco City masih terus berlanjut, meski proyek tersebut tak lagi masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). 

    Seperti diketahui, proyek Rempang Eco City tidak masuk sebagai PSN di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. RPJMN ini tertuang dalam Peraturan Presiden (PP) Nomor 12/2025.

    “Meski tidak tercantum dalam daftar PSN, bukan berarti proyek tersebut sudah tidak berlaku atau dibatalkan,” katanya di Batam, Rabu (12/3/2025). 

    Amsakar melihat keputusan untuk menentukan apakah sebuah proyek dibatalkan atau dilanjutkan merupakan kewenangan pemerintah pusat.

  • Bandara Dhoho Kediri Tak Layani Penerbangan, Ini Usul Fraksi NasDem

    Bandara Dhoho Kediri Tak Layani Penerbangan, Ini Usul Fraksi NasDem

    Kediri (beritajatim.com) – Fraksi Partai NasDem DPRD Kabupaten Kediri menyoroti kondisi Bandara Dhoho Kediri yang saat ini tidak lagi melayani penerbangan. Mereka mengusulkan langkah agresif dari pemerintah daerah sebagai fasilitator untuk menghidupkan kembali operasional bandara tersebut.

    “Kami merasa khawatir jika Bandara Dhoho Kediri tetap dibiarkan dalam kondisi sepi akan menjadi kota mati dan menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mangkrak,” kata M. Alfian Ihwanul Rizqiya, SE., dari Fraksi NasDem Kabupaten Kediri.

    Mereka juga mendorong pemerintah pusat menetapkan Bandara Dhoho sebagai bandara internasional, termasuk untuk keberangkatan haji.

    Untuk meningkatkan efek berganda (multiplier effect) dari keberadaan bandara, Fraksi NasDem mendorong peningkatan plafon anggaran sektor pariwisata serta promosi untuk menarik investor. Langkah ini dinilai penting agar sektor penunjang seperti pariwisata turut berkembang seiring pengoperasian bandara.

    Pernyataan ini disampaikan langsung oleh M. Alfian Ihwanul Rizqiya, SE., dalam rapat paripurna DPRD Kabupaten Kediri, sebagai respons atas penjelasan Bupati Kediri terkait Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2024 dan Raperda RPJMD 2025–2029.

    Melalui pandangan umum terhadap Raperda RPJMD Kabupaten Kediri tahun 2025–2029, Fraksi Partai NasDem memang menyoroti sejumlah isu strategis pembangunan. Tak hanya infrastruktur olahraga, tetapi juga pengelolaan aset daerah.

    Pembangunan Stadion Gelora Daha Jayati yang ditargetkan rampung awal 2028 dianggap Fraksi NasDem perlu direncanakan secara matang. Jika tidak, stadion ini dikhawatirkan menjadi beban anggaran dan sejarah.

    “Kalau pemanfaatannya tidak dirancang dan ditata mulai sekarang, patut dibayangkan di masa mendatang akan menjadi beban sejarah. Bangunan yang tidak memiliki outcome bisa akan menjadi candi, sebagaimana pernah diungkap oleh pemimpin kita,” imbuh dia.

    Fraksi NasDem mengusulkan agar program pemanfaatan stadion dimulai pada tahun 2024 melalui APBD Perubahan, dengan penataan selama lima tahun ke depan.

    Terakhir, Fraksi NasDem juga menyinggung dampak kebijakan penggabungan sejumlah sekolah dasar (SD). Gedung-gedung bekas SD yang tidak terpakai dikhawatirkan menjadi aset mangkrak.

    “Kami mengusulkan agar dalam RPJMD lima tahun ke depan direncanakan pemanfaatan aset bekas SD tersebut milik pemerintah daerah yang mangkrak akibat sekolah yang dimerger dan Cabang Dinas Pendidikan di tingkat kecamatan yang dihapus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh kepentingan pemerintah daerah,” tutupnya. [nm/ian]

  • Tol Terpanjang di Bali Bakal Dilelang Ulang, Bagaimana Nasib Getaci?

    Tol Terpanjang di Bali Bakal Dilelang Ulang, Bagaimana Nasib Getaci?

    Jakarta

    Pemerintah akan kembali menawarkan proyek Tol Gilimanuk-Mengwi ke para investor melalui gelaran acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025. Tol ini kembali ditawarkan ulang setelah beberapa kali mengalami gagal lelang.

    Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi sendiri merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) di era pemerintahan Presiden RI ke-7 Joko Widodo. Tol yang digadang-gadang akan menjadi tol terpanjang di Bali ini membutuhkan investasi senilai Rp 25,4 triliun.

    Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Willan Oktavian mengatakan, proyek tersebut saat ini sedang berada dalam tahap akhir persiapan, di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur (DJPI) Kementerian PU.

    Menurutnya, ada kemungkinan proyek ini mengalami penyesuaian prioritas pembangunan. Adapun dalam dokumen Project Catalog ICI 2025, disebutkan bahwa ada kemungkinan pembangunan proyek disesuaikan dengan prioritas awal yang ditawarkan ke investor segmen Segmen Pekutatan-Soka-Mengwi.

    “Ini lagi review per tahapan, karena ada penyesuaian pentahapan karena yang sebelumnya kan putus ya, mau lelang lagi. Per tahapan sedang diproses di DJPI juga,” ujar Willan, ditemui di sela-sela acara ICI 2025, Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (11/6/2025).

    Selain proyek Tol Gilimanuk-Mengwi, dalam acara tersebut juga ditawarkan dua proyek tol lainnya antara lain Tol Pejagan-Cilacap dengan nilai Rp 27,59 triliun, serta yang terakhir ada Tol Sentul Selatan-Karawang dengan nilai Rp 34,75 triliun.

    Nasib Calon Tol Terpanjang di RI

    Di sisi lain, Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (Getaci) tidak tercantum dalam proyek yang ditawarkan Kementerian PU dalam agenda ICI. Diketahui, tol yang digadang-gadang akan menjadi proyek tol terpanjang di Indonesia ini juga mengalami isu serupa seperti Gilimanuk-Mengwi, yakni beberapa kali gagal lelang.

    Ditanya lebih lanjut alasan Getaci tidak ditawarkan, Willan mengatakan, proyek Tol Getaci masih masuk ke dalam prioritas pembangunan PU dalam 5 tahun ke depan dan akan segera dilelang ulang. Ia juga memastikan, pihaknya akan menjajaki kerja sama untuk ruas-ruas tol lainnya di luar tiga daftar yang disebutkan sebelumnya.

    “Getaci masuk harusnya (prioritas yang akan segera dilelangkan,” kata Willan.

    “Target 5 tahun ke depan kita 1.571 km target jalan tol (dibangun). Jadi kalau cuman 3 (proyek) itu kan nggak akan tercapai,” sambungnya.

    Ia juga membenarkan bahwa untuk sementara prioritas pembangunan Tol Getaci akan kembali disesuaikan, yang mana untuk tahap awalannya akan ditawarkan ke investor pembangunan sampai Tasikmalaya. Namun Willan belum dapat merincikan berapa kebutuhan investasinya.

    Sebagai informasi, Tol Getaci sendiri telah beberapa kali dilelang ulang, namun lelang tersebut gagal. Kondisi ini sempat membuat tol dengan desain panjang keseluruhan 206,65 km itu akhirnya dipangkas prioritas pembangunannya, menjadi hanya sampai Ciamis atau sepanjang 108 km untuk tahap awal lelang.

    Namun karena anggaran pembangunan yang terbilang masih cukup tinggi, Kementerian PU berencana kembali melakukan penyesuaian prioritas pembangunan menjadi hanya sampai Tasikmalaya untuk tahap awalnya. Rachman memastikan, proyek ini akan segera dilelang ulang.

    (fdl/fdl)

  • 3 Proyek Tol Jumbo Rp 87 T Mau Dilepas ke Investor, Ada Warisan Jokowi

    3 Proyek Tol Jumbo Rp 87 T Mau Dilepas ke Investor, Ada Warisan Jokowi

    Jakarta

    Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK) akan menawarkan sejumlah proyek infrastruktur di acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025. Termasuk di antaranya, akan ditawarkan 3 proyek jalan tol dengan total nilai Rp 87,74 triliun.

    Ketiga proyek itu antara lain ada Tol Gilimanuk-Mengwi dengan nilai Rp 25,4 triliun, Tol Pejagan-Cilacap dengan nilai Rp 27,59 triliun, serta yang terakhir ada Tol Sentul Selatan-Karawang dengan nilai Rp 34,75 triliun.

    “Indonesia terbuka untuk bisnis. Namun, kami juga menegaskan bahwa investasi harus sejalan dengan prioritas nasional, komitmen iklim, dan tujuan pembangunan yang mengutamakan rakyat,” ujar AHY, dalam sambutannya di pembukaan ICI 2025 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (11/6/2025).

    Tol Gilimanuk-Mengwi merupakan salah satu proyek yang masuk ke dalam jajaran Proyek Strategis Nasional (PSN) di era pemerintahan Presiden RI ke-7 Joko Widodo melalui aturan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Jalan ini menjadi bagian dari jaringan jalan nasional di Bali yang akan terkoneksi dengan Pelabuhan Gilimanuk.

    Jalan tol ini memiliki total panjang 96,84 kilometer (km) dan dapat ditempuh dengan kecepatan 80 km/jam. Kerja sama yang ditawarkan dalam bentuk Design Build Operate Transfer (DBFOMT), dengan masa konsesi selama 50 tahun.

    Untuk pembangunan tahap awal, proyek akan diperpendek untuk Segmen Pekutatan-Soka-Mengwi. Pengembangan tahapan baru akan dibahas lebih lanjut dan memperbarui Final Business Case and Readiness Criteria 2024.

    Berikutnya ada Tol Pejagan-Cilacap yang akan menghubungkan wilayah barat Jawa Tengah dari utara ke selatan, sehingga dapat meningkatkan konektivitas Jaringan Jalan Pulau Jawa utara-selatan. Jalan tol ini terletak di provinsi Jawa Tengah dan melewati empat Regensi: Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Cilacap.

    Jalan Tol ini adalah bagian dari jalan Pengembangan Jaringan Transportasi di Bregas Area (Brebes, Tegal, dan Slawi) dan Area Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen). Jalan ini memiliki panjang 95,39 km dan akan ditawarkan masa konsesi selama 50 tahun.

    Terakhir, ada Tol Sentul Selatan-Karawang Barat dengan total panjang ruas mencapai 60,36 kilometer. Jalan tol ini merupakan bagian dari Jaringan JORR 3 dengan titik awal di Karawang Barat dan titik akhir di Sentul Selatan.

    Di samping itu, jalan tol ini juga akan terkoneksi dengan Jalan Tol Bogor Ring Road, Jalan Tol Jakarta-Cikampek Selatan, dan Jalan Tol Jakarta-Cikampek Barat yang telah beroperasi.

    Selain proyek jalan tol, AHY juga akan menawarkan proyek-proyek lainnya yang masuk ke dalam lima prioritas Presiden Prabowo Subianto. Pertama, infrastruktur untuk ketahanan pangan dan air. Kedua, infrastruktur energi bersih.

    Ketiga, konektivitas yang lancar dan merata melalui pembangunan koridor transportasi terpadu, rel kereta api, jalan raya, pelabuhan, dan bandara, terutama di wilayah yang kurang terlayani seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.

    Keempat, kota yang layak huni dan tangguh. Dan yang terakhir atau yang kelima, transmigrasi yang mendukung masyarakat perbatasan dan keseimbangan regional. Kelima hal ini masuk ke dalam wilayah koordinasi di bawah Kemenko IPK.

    Dalam kesempatan berbeda, AHY juga sempat menyinggung rencananya untuk menawarkan berbagai proyek selama gelaran ICI 2025. Beberapa di antaranya ada Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall (GSW) hingga Kereta Cepat.

    “Ada beberapa yang nanti akan mendapatkan perhatian khusus selain Giant Sea Wall. Kemudian kita juga bicara konektivitas, bagaimana pengembangan misalnya Kereta Cepat, yang saat ini sudah ada Jakarta-Bandung terus lanjutannya bagaimana. Itu juga salah satu yang akan kita tawarkan,” kata AHY dalam Konferensi Pers terkait ICI 2025, di Kantor Kemenko IPK, Jakarta, Selasa (27/5/2025).

    Selain itu, pihaknya juga akan menawarkan sejumlah proyek di sektor perumahan, baik residential area yang bersifat vertikal maupun perumahan-perumahan di pedesaan. AHY menambahkan, proyek Transit Development Oriented (TOD) juga masuk di antaranya.

    (shc/fdl)

  • Pemerintah menawarkan PSN Tol Gilimanuk-Mengwi ke investor di ICI 2025

    Pemerintah menawarkan PSN Tol Gilimanuk-Mengwi ke investor di ICI 2025

    PSN Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi ditawarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

    Jakarta (ANTARA) – Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi masuk dalam daftar proyek infrastruktur yang ditawarkan oleh pemerintah kepada investor dalam gelaran International Conference on Infrastructure (ICI) 2025.

    Berdasarkan salinan katalog ICI 2025 Project Catalogue yang diterima di Jakarta pada Selasa, PSN Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi ditawarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

    Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi merupakan bagian dari Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Provinsi Bali yang akan menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk sebagai hub transportasi menuju wilayah ibu kota Provinsi Bali.

    Proyek jalan tol ini terdaftar sebagai PSN dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2024, dengan scope of investment/partnership Design-Build-Operate-Transfer (DBFOMT).

    Proyek jalan tol ini direncanakan memiliki panjang 96,84 km yang rencananya terbagi menjadi tiga fase, yakni Seksi 1 Gilimanuk-Pekutatan, Seksi 2 Pekutatan-Antosari, dan Seksi 3 Antosari-Mengwi.

    PSN jalan tol ini juga rencananya akan memiliki on/off ramp dan interchange (IC) terdiri dari starting point di Gilimanuk, IC Banyubiru, IC Negara, IC Pekutatan, IC Soka, IC Wanasari, dan end point di Simpang Mengwi.

    Total investasi PSN Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi sekitar 1,56 miliar dolar AS dengan rencana masa konsesi selama 50 tahun. Pembangunan PSN jalan tol ini dilakukan secara bertahap dengan masa pembangunan direncanakan pada periode 2027-2033 dan rencananya mulai dioperasikan secara bertahap pada periode 2029-2033.

    Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi akan mengakomodir kendaraan dari barat ke timur Pulau Bali ataupun sebaliknya, dan juga saling menghubungkan antara Pelabuhan Gilimanuk ke Mengwi dan arah ibu kota Provinsi Bali yaitu Denpasar.

    Selain itu, Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi juga selaras dengan pengembangan daerah Mengwi sebagai mega-hub di Provinsi Bali yang dikenal dengan Transit Oriented Development (TOD) Area.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Kementerian PU siap bangun tanggul di Pesisir Teluk Jakarta tahap 7

    Kementerian PU siap bangun tanggul di Pesisir Teluk Jakarta tahap 7

    Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyiapkan pembangunan tanggul di pesisir Teluk Jakarta Tahap 7 dalam rangka mengatasi penurunan muka tanah. (ANTARA/HO – Kementerian PU)

    Kementerian PU siap bangun tanggul di Pesisir Teluk Jakarta tahap 7
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 10 Juni 2025 – 15:42 WIB

    Elshinta.com – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyiapkan pembangunan tanggul di pesisir Teluk Jakarta Tahap 7 dalam rangka mengatasi penurunan muka tanah.

    “Pengamanan pesisir pantai merupakan salah satu program prioritas Kementerian PU dan merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN),” kata Menteri PU Dody Hanggodo di Jakarta, Selasa.

    Kementerian PU terus melakukan langkah-langkah untuk mengatasi penurunan muka tanah (land subsidence) dan mengurangi risiko banjir di Jakarta dan sekitarnya.

    Salah satunya dengan pembangunan tanggul Pantai Jakarta yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).

    Sebagai tindak lanjut Kementerian PU melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah menyiapkan pembangunan tanggul di pesisir Teluk Jakarta Tahap 7.

    Rencana pembangunan pengaman pantai di pesisir Teluk Jakarta Tahap 7 paket 1 di Kali Ancol dan Kali Dadap.

    Pembangunan tanggul Kali Ancol Paket 1 direncanakan sepanjang 100 meter bersumber dari APBN dan dilaksanakan secara single years contract (SYC) pada 2025. Status saat ini dalam persiapan lelang.

    Sementara pembangunan tanggul Tahap 7 paket berikutnya direncanakan sepanjang 850 meter di Kali Ancol, Muara Baru Barat dan Cilincing.

    Anggaran kegiatan ini dalam tahap pengusulan dengan sumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dilaksanakan secara multi years contract (MYC) 2026-2027.

    Pada tahap 7 ini juga akan dibangun satu unit sistem polder di Kali Dadap sebagai satu kesatuan sistem bangunan pengendali banjir yang terintegrasi dengan Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN) yang bersumber dari SBSN dilakukan secara MYC 2026-2027.

    Hingga 2024 pembangunan tanggul pengaman pantai Jakarta oleh Kementerian PU telah mencapai total panjang 14,75 km terdiri dari enam tahap pekerjaan yang tersebar di kawasan Kalibaru, Kamal Muara, Muara Baru, Kali Ancol dan Dadap.

    Kementerian PU menekankan bahwa pembangunan tanggul laut merupakan bagian dari sistem pengendalian banjir terpadu yang juga mencakup penyediaan air bersih dan pengelolaan air limbah.

    Upaya ini terintegrasi dengan pembangunan Bendungan Karian dan Jatiluhur untuk memenuhi kebutuhan air bersih serta Jakarta Sewerage Development System untuk meningkatkan kualitas air di wilayah hilir.

    Pendekatan terintegrasi ini diharapkan tidak hanya mengurangi risiko banjir dan abrasi, melainkan juga mencegah land subsidence akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan.

    Sumber : Antara

  • Reformasi birokrasi: Pangkas lemak, bukan produktivitas

    Reformasi birokrasi: Pangkas lemak, bukan produktivitas

    Jakarta (ANTARA) – Dalam debat kebijakan publik, efisiensi anggaran sering kali dianggap sebagai pemangkasan belanja secara membabi buta. Padahal, pelajaran dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa efisiensi yang dirancang dengan baik justru bisa meningkatkan produktivitas, tanpa mengorbankan pelayanan publik atau pertumbuhan ekonomi.

    Indonesia, dengan birokrasi pemerintahan yang masih gemuk dan boros, dapat belajar banyak dari pengalaman ini, asalkan pendekatannya adaptif, bertahap, dan berbasis data.

    Amerika Serikat pada era 1950-an hingga 1980-an berhasil mengembangkan birokrasi yang lincah dalam mendukung inovasi dan pelayanan publik. Lembaga seperti Centers for Disease Control (CDC) dan NASA menjadi contoh efisiensi kelembagaan dengan jumlah pegawai yang ramping namun hasil kerja luar biasa.

    Salah satu prinsip utamanya adalah pembatasan jumlah manajer dan pejabat administratif, serta penekanan pada akuntabilitas kinerja, penggunaan teknologi, dan keberanian untuk bereksperimen. Pemerintah AS juga menerapkan alat evaluasi kinerja seperti Program Assessment Rating Tool (PART), yang mirip SAKIP di Indonesia, namun lebih konsisten dalam implementasi.

    Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Saat ini, birokrasi kita masih dihantui oleh masalah klasik yaitu struktur kelembagaan yang berlapis-lapis, alokasi anggaran yang tidak berbasis output, serta resistensi terhadap perubahan digital.

    Menurut Laporan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2023, potensi penghematan belanja negara bisa mencapai Rp121,9 triliun per tahun jika birokrasi dikelola dengan efisien. Bahkan, dalam laporan Kemenkeu terbaru, efisiensi belanja di tahun 2024 sudah mencapai Rp128,5 triliun.

    Namun penghematan ini baru permukaan. Masih banyak ruang untuk memperkuat fondasi kebijakan fiskal Indonesia melalui reformasi birokrasi yang lebih dalam dan terstruktur.

    Salah satu strategi yang perlu dipertimbangkan adalah delayering alias pengurangan lapisan manajerial yang tidak produktif. Banyak kementerian dan lembaga memiliki struktur hirarkis yang terlalu kompleks, yang tidak sejalan dengan prinsip kerja efektif. Di AS, jumlah manajer dalam satu lembaga dibatasi agar tidak lebih dari 20 persen dari total pegawai.

    Indonesia belum memiliki rasio resmi, tetapi data BKN menunjukkan bahwa sebagian besar kementerian memiliki rasio struktural yang tidak proporsional, sehingga memperlambat proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan program.

    Namun efisiensi yang tidak didasarkan pada kajian dampak bisa menjadi bumerang. Salah satu contohnya adalah kebijakan Kementerian Dalam Negeri beberapa tahun lalu yang melarang seluruh instansi pemerintah, termasuk pemda, mengadakan rapat di hotel. Tujuannya adalah penghematan anggaran negara dan mendorong penggunaan fasilitas internal. Namun, dampaknya sangat besar terhadap sektor perhotelan, khususnya di kota-kota kedua seperti Padang, Manado, Balikpapan, dan Yogyakarta yang sangat mengandalkan kegiatan MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibition).

    Menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), setelah larangan itu diterapkan, tingkat hunian hotel di beberapa daerah turun drastis hingga 40–60 persen dalam satu kuartal. Di Sumatera Barat misalnya, asosiasi hotel melaporkan bahwa lebih dari 700 karyawan hotel dirumahkan hanya dalam waktu tiga bulan pertama kebijakan berjalan. Rapat kementerian dan pelatihan aparatur sipil negara yang biasanya menghidupkan sektor jasa lokal tiba-tiba lenyap. Di Bali, yang biasanya mengandalkan tamu pemerintah di luar musim liburan, okupansi hotel sempat anjlok ke angka 20 persen.

    Kebijakan tersebut memang akhirnya direvisi beberapa tahun kemudian, namun pelajaran pentingnya tetap relevan yaitu efisiensi yang tidak memperhitungkan efek turunan ke sektor riil bisa memukul perekonomian lokal dan menyebabkan pengangguran. Ini bukan efisiensi, tetapi pemindahan beban dari negara ke masyarakat. Dalam konteks ini, kebijakan semestinya mempertimbangkan multiplier effect, bukan sekadar penghematan nominal.

    Langkah berikutnya dalam membenahi birokrasi adalah digitalisasi proses layanan dan administrasi yang benar-benar berdampak. Indonesia sudah memulai melalui GovTech INA Digital, tetapi penerapannya belum merata.

    Laporan Kominfo menunjukkan bahwa hanya sekitar 35 persen lembaga pemerintah yang memiliki SDM TI yang memadai. Padahal, transformasi digital tidak hanya soal teknologi, melainkan juga soal cara kerja, kultur organisasi, dan kemauan untuk mengubah paradigma birokrasi.

    Kementerian/lembaga perlu difokuskan pada proyek strategis berdampak tinggi, seperti digitalisasi rumah sakit, pelayanan sosial daring, dan proyek padat karya. Untuk itu, pemerintah bisa membentuk program “Ministry Strategic Projects” (ModSP), meniru model “Operation Warp Speed” di AS saat pandemi. Proyek-proyek ini harus memiliki timeline, indikator kinerja, dan audit independen agar tidak menjadi sekadar jargon.

    Efisiensi juga tidak boleh dilakukan secara serampangan. Pengurangan anggaran kementerian sebesar Rp306,7 triliun dalam RAPBN 2025, seperti dilansir berbagai media, harus dikaji dengan seksama agar tidak memukul kementerian yang sedang menjalankan reformasi penting.

    Jika efisiensi tidak disertai dengan prioritas dan data dampak, maka justru bisa menurunkan PDB. Dalam proyeksi Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi tahun depan berada di kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Pemangkasan anggaran secara membabi buta bisa menghambat pemulihan ekonomi, terutama jika menyasar sektor produktif

    Yang juga penting adalah mengukur ulang efisiensi birokrasi bukan hanya dari jumlah pengeluaran, tetapi dari kualitas layanan dan dampaknya terhadap masyarakat.

    Pemerintah Australia mengevaluasi ribuan program setiap tahun dan hanya menyetujui sekitar 80–90 program yang benar-benar berdampak. Indonesia dapat mencontoh ini dengan memperkuat evaluasi lintas kementerian yang melibatkan Bappenas, Kemenkeu, dan Kantor Staf Presiden.

    Dari sisi pembiayaan, pemerintah dapat menata ulang struktur anggaran pegawai. Saat ini, belanja pegawai mencapai 14,62 persen dari APBN (data 2022), padahal produktivitasnya belum sebanding. Dengan mengurangi posisi manajerial tidak produktif dan menggantinya dengan SDM digital dan profesional, efisiensi bisa tercapai tanpa PHK besar-besaran.

    Rekomendasi kebijakan

    Agar efisiensi birokrasi Indonesia tidak menurunkan produktivitas dan pendapatan domestik bruto, maka setidaknya ada lima rekomendasi kebijakan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, evaluasi dampak kebijakan secara holistik. Seperti kasus larangan rapat di hotel, setiap kebijakan efisiensi harus dievaluasi dengan mempertimbangkan dampak ke sektor riil dan lapangan kerja.

    Kedua, penyederhanaan struktur birokrasi. Tetapkan rasio struktural maksimum dan lakukan delayering bertahap berbasis kinerja.

    Ketiga, digitalisasi yang terpadu dan terukur. Bangun SDM digital di seluruh K/L dan percepat sistem layanan satu pintu daring.

    Keempat, prioritaskan proyek strategis nasional. Terapkan model impact-based budgeting, bukan across-the-board cuts. Impact-based budgeting adalah metode penganggaran yang memprioritaskan pendanaan berdasarkan kontribusi nyata suatu program atau proyek terhadap tujuan pembangunan nasional, seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, atau pencapaian target SDGs. Pendekatan ini menilai secara empiris dan kuantitatif apakah suatu proyek menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial yang tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

    Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagai program prioritas untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah-panjang. Hingga 2023, tercatat 200 PSN dengan nilai investasi mencapai Rp5.746 triliun, yang mencakup sektor infrastruktur, energi, teknologi, hingga ketahanan pangan.

    Proyek-proyek ini dirancang untuk memperluas konektivitas wilayah (jalan tol, pelabuhan, bandara), meningkatkan akses listrik dan energi bersih, meningkatkan produksi pangan dan ketahanan air, dan mendorong transformasi digital dan industri 4.0.

    Namun, jika pemotongan anggaran dilakukan tanpa melihat dampak proyek, maka proyek-proyek yang seharusnya menjadi mesin pertumbuhan justru bisa terhambat, dan akhirnya akan berdampak pada menurunnya PDB, meningkatnya pengangguran, serta hilangnya efek multiplier ke sektor swasta.

    Kelima, perkuat evaluasi program dan transparansi. Libatkan pihak ketiga dan audit independen untuk mengevaluasi efektivitas anggaran secara berkala.

    Indonesia perlu mengadopsi semangat reformasi ala Amerika Serikat bukan hanya dari sisi pemangkasan anggaran, tetapi dari cara berpikir yang mendasarinya yaitu hasil lebih penting dari prosedur, inovasi lebih penting dari formalitas.

    Efisiensi anggaran bukan sekadar menghemat, tapi tentang mengarahkan belanja ke hal yang benar, untuk hasil yang benar. Efisiensi anggaran bukan sekadar mengurangi pengeluaran, tetapi menata ulang pengeluaran agar menghasilkan dampak terbesar bagi rakyat dan perekonomian.

    Pendekatan impact-based budgeting, jika diterapkan dengan baik, bisa menjadi jawaban untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan lapangan kerja dan kesejahteraan sosial.

    Pemerintah Indonesia harus belajar dari kelemahan kebijakan pemotongan seragam dan mulai mengarahkan belanja negara ke program-program yang benar-benar strategis dan berdampak langsung Ini adalah momen langka untuk membenahi birokrasi dari akarnya dengan memangkas lemak, tapi menjaga otot ekonomi tetap kuat dan tumbuh.

    Jangan sampai niat baik efisiensi justru menekan sektor produktif dan memperbesar pengangguran, seperti yang sudah pernah terjadi. Mari kita belajar, bukan mengulang.

    *) Dr. Aswin Rivai, SE., MM adalah Pemerhati Ekonomi dan Dosen FEB-UPN Veteran, Jakarta

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Dihadang Aktivis di Sorong, Protes Tambang Nikel di Raja Ampat

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Dihadang Aktivis di Sorong, Protes Tambang Nikel di Raja Ampat

    GELORA.CO -Kunjungan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ke Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (7/6), berubah jadi mimpi buruk. Dia justru dihadang puluhan aktivis lingkungan yang murka atas pembiaran tambang nikel yang merusak pulau-pulau indah Raja Ampat.

    Dengan membawa spanduk, aktivis juga meneriaki Bahlil dengan sebutan penipu. Para aktivis dari Koalisi Selamatkan Alam dan Manusia Papua meneriakkan tuntutan keras di Bandara Deo Sorong. Mereka menolak tambang nikel yang disebut-sebut sebagai bentuk penjajahan baru atas nama pembangunan.

    “Papua ini bukan tanah kosong! Ini warisan leluhur kami, bukan ruang kosong untuk dirusak investor!” teriak Uni Klawen, pemuda adat Raja Ampat yang kecewa berat atas kehadiran sang menteri sebagaimana viral di media sosial (medsos) X.

    Bahlil dianggap sengaja menghindar dan menutup mata terhadap kehancuran ekosistem Raja Ampat. Padahal, masyarakat adat sudah berulang kali menyuarakan penolakan terhadap operasi empat perusahaan tambang raksasa, PT Gag Nikel, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Anugerah Surya Pratama, dan PT Mulya Raymon Perkasa.

    Namun yang disebut Bahlil hanya satu PT Gag Nikel. Selebihnya? Diam seribu bahasa.

    Di lokasi yang dulu dikenal dunia sebagai surga bawah laut, kini suara mesin tambang menggantikan kicau burung cendrawasih. Pulau-pulau yang suci dan sakral berubah jadi ladang eksploitasi.

    “Ini bukan pembangunan. Ini perampasan!” tegas salah satu aktivis sambil membentangkan pamflet bertuliskan #SaveRajaAmpat.

    Aksi yang terjadi sejak pukul 06.24 WIT itu menyulut ketegangan di bandara. Para aktivis bersumpah akan terus mengejar Bahlil untuk bertatap muka, meski harus menghadang iring-iringan pejabat pusat hingga Bahlil takut dan menghindari aktivis dengan menggunakan pintu belakang bandara.

    Tiga tuntutan aksi tersebut yakni mencabut semua izin tambang nikel di Raja Ampat, sekarang juga. Aktivis juga mendorong ESDM untuk menghentikan ekspansi sawit di seluruh tanah adat Papua Barat Daya dan menolak proyek strategis Nasional (PSN) yang jadi kedok perampasan tanah.

    Aktivis menilai, Raja Ampat bukan hanya milik investor tambang dan pejabat pusat. Ini adalah rumah bagi ribuan warga adat dan jutaan spesies yang hidup berdampingan dengan alam. 

    “Jika tambang terus dipaksakan, kita sedang menyaksikan perlahan-lahan matinya surga dunia oleh tangan elite kita sendiri,” tandas mereka

  • Bahlil Disoraki Aktivis di Sorong, Massa Protes Tambang Nikel Raja Ampat: Papua Bukan Tanah Kosong
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 Juni 2025

    Bahlil Disoraki Aktivis di Sorong, Massa Protes Tambang Nikel Raja Ampat: Papua Bukan Tanah Kosong Regional 7 Juni 2025

    Bahlil Disoraki Aktivis di Sorong, Massa Protes Tambang Nikel Raja Ampat: Papua Bukan Tanah Kosong
    Tim Redaksi
    SORONG, KOMPAS.com
    – Kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
    Bahlil Lahadalia
    ke
    Sorong
    ,
    Papua Barat Daya
    , diwarnai aksi damai dari sejumlah aktivis lingkungan yang tergabung dalam Koalisi Selamatkan Alam dan Manusia Papua, Sabtu (7/6/2025).
    Pantauan Kompas.com menunjukkan massa datang ke Bandara Deo Sorong sekitar pukul 06.24 WIT, membawa spanduk dan pamflet berisi tuntutan pencabutan
    izin tambang nikel
    di Kabupaten
    Raja Ampat
    .
    Setibanya rombongan Bahlil di ruang transit, para aktivis langsung membentangkan spanduk di pintu kedatangan bandara.
    “Menteri Bahlil segera mencabut izin konsesi tambang nikel di Kabupaten Raja Ampat secara permanen di sejumlah pulau-pulau yang sedang melakukan aktivitas tambang nikel,” kata Irwan di Bandara Deo.
    Beberapa pamflet bertuliskan #saverajaampat dan ”
    Papua Bukan Tanah Kosong
    ” juga terlihat dibentangkan peserta aksi. Situasi sempat memanas ketika massa menyuarakan aspirasi mereka dengan menyebut “Bahlil Penipu”.
    Seorang perwakilan dari rombongan Bahlil sempat menemui massa dan meminta agar mereka tenang. Massa dijanjikan akan difasilitasi untuk bertemu langsung dengan Menteri ESDM di areal bandara.
    Namun, saat massa hendak memasuki ruang terminal Bandara Deo Sorong, Menteri Bahlil bersama rombongan Gubernur Papua Barat Daya justru keluar melalui pintu belakang sekitar pukul 07.02 WIT.
    Merasa kecewa, salah seorang pemuda Raja Ampat, Uni Klawen, menyayangkan sikap Menteri ESDM yang dianggap menghindari massa.
    “Bahlil penipu sebab dia hanya sebut PT Gag Nikel, namun yang beroperasi di Raja Ampat ada empat perusahaan besar,” ujar Uni dengan nada tinggi.
    ” Kami selaku anak-anak adat Raja Ampat berharap kepada pemerintah pusat jangan tutup mata. Karena alam kami dirusak. Ingat, Papua ini bukan tanah kosong. Apalagi ini permainan elit pusat atas nama pembangunan oleh negara,” tegasnya.
    Massa mengaku akan terus berupaya menemui Menteri Bahlil untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka.
    Kunjungan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ke Sorong bertujuan meninjau langsung lokasi tambang PT Gag Nikel di Kabupaten Raja Ampat. Ia didampingi oleh Gubernur Papua Barat Daya dan Bupati Raja Ampat.
    Adapun empat perusahaan yang diketahui tengah beroperasi di wilayah tersebut adalah PT Gag Nikel, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Anugerah Surya Pratama, dan PT Mulya Raymon Perkasa.
    Dalam spanduk aksi massa, tercantum tiga poin tuntutan utama:
    1. Mendesak pemerintah agar mencabut izin usaha pertambangan (IUP) di Kabupaten Raja Ampat secara permanen.

    2. Mendesak Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya agar tidak memberi izin kelapa sawit di seluruh wilayah adat Papua Barat Daya.

    3. Menolak proyek strategis nasional (PSN) di wilayah Papua Barat Daya dan tanah Papua.
    Hingga berita ini disusun, jurnalis
    Kompas.com
    masih berupaya meminta konfirmasi dari pihak-pihak terkait mengenai aksi ini.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • AHY Siap Cari Investor Proyek Tanggul Laut Raksasa

    AHY Siap Cari Investor Proyek Tanggul Laut Raksasa

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut bakal segera mencari investor yang bakal menggarap Proyek Strategis Nasional (PSN) tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall (GSW).

    AHY menegaskan, proyek tersebut bakal ditawarkan dalam ajang International Conference on Infrastructure (ICI) yang bakal digelar pada 11 – 12 Juni 2025 di Jakarta.

    “Tadi disebutkan benar, karena Giant Sea Wall adalah salah satu bisa dikatakan proyek besar yang bukan setahun dua tahun tapi akan butuh waktu sekian tahun ke depan proyeksinya. Sehingga, dibutuhkan pendanaan yang juga kredibel, meaningful dan juga berkelanjutan,” jelas AHY saat ditemui di Kantor Kemenko IPK, Jakarta, Rabu (27/5/2025) malam.

    AHY menjelaskan, saat ini pihaknya masih menggodok skema pendanaan untuk proyek Giant Sea Wall yang bakal dipamerkan di ajang ICI tersebut. 

    Terlebih, tambah AHY, investasi ini haruslah memberikan keuntungan pada investor. Sehingga, terciptanya keuntungan dua belah pihak baik bagi pemerintah Indonesia maupun bagi investor.

    “Tentu itulah yang akan menjadi pembicaraan kita nanti, karena pasti tidak bisa kita menetapkan ini begini caranya. Jadi dipastikan dulu, sedangkan kita akan berkomunikasi dengan siapapun yang tertarik walaupun kita sudah berikan koridor. Jadi ada beberapa opsi, ada beberapa opsi yang juga sekali lagi harus saling menguntungkan,” tegasnya.

    AHY menyebut, nantinya agenda tersebut bakal dihadiri oleh investor potensial dari sejumlah negara yang tersebar di wilayah Asia, Eropa hingga Amerika.

    “Kami selama ini, selama 6 bulan terakhir ini terus berkomunikasi dengan berbagai negara, berbagai stakeholders. Tidak hanya di Asia, tapi juga Eropa, di Amerika, dan lain sebagainya,” pungkasnya.

    Asal tahu saja, proyek Giant Sea Wall yang bakal membentang dari Banten hingga Gresik telah resmi mendapat cap proyek strategis nasional (PSN) di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. 

    Adapun, kejelasan status PSN proyek Giant Sea Wall itu tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2025 – 2029. 

    Sementara berdasarkan catatan Bisnis, Presiden Prabowo Subianto juga pernah menyampaikan tekadnya untuk segera memulai pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall yang bakal terbentang di sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura).

    Sejalan dengan hal itu, Prabowo meminta agar Menteri Koordinator (Menko) Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk dapat mulai fokus melakukan pembangunan tersebut. 

    “Saya tak tahu berapa tahun tapi Insya Allah dengan tekad, kita akan capai dan ini salah satu tugas berat di pundak Menko Infrastruktur,” kata Prabowo dalam agenda Penutupan Kongres VI Demokrat, Rabu (26/2/2025).