Topik: Protokol Kesehatan

  • Asita Targetkan 16 Juta Wisatawan pada 2025 meski Hadapi Tantangan HMPV

    Asita Targetkan 16 Juta Wisatawan pada 2025 meski Hadapi Tantangan HMPV

    Jakarta, Beritasatu.com – Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menargetkan 16 juta wisatawan pada tahun 2025, meski tengah dihadapkan dengan ancaman wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang dilaporkan sedang merebak di China.

    Virus ini diharapkan tidak akan menjadi hambatan dalam mencapai target tersebut. Sejumlah strategi dan langkah pencegahan pun telah disiapkan.

    “Pada tahun 2024, jumlah wisatawan asal China telah menembus angka 1 juta orang. Kami berharap pada 2025, jumlahnya bisa meningkat lebih jauh lagi,” ujar Sekretaris Jenderal DPP Asita Budijanto Ardiansyah dalam wawancara dengan Beritasatu.com di Jakarta, Senin (13/1/2025).

    Budianto optimistis target tersebut dapat tercapai, seiring dengan meredanya ketegangan politik di Indonesia. Asita juga berkomitmen untuk mengurangi kekhawatiran berlebihan terkait HMPV di kalangan wisatawan, pelaku usaha, dan anggota asosiasi. Namun, ia menegaskan pentingnya kewaspadaan, mengingat pengalaman pahit yang terjadi selama pandemi Covid-19.

    “Saya tidak ingin meremehkan HMPV, meskipun virus ini bukan hal baru. Kita semua masih ingat bagaimana pandemi Covid-19 tak terduga dan bertahan selama bertahun-tahun. Waktu itu, respons pemerintah pun terlambat. Karena itu, untuk HMPV kali ini, kami tetap waspada,” tegas Budianto.

    Industri pariwisata Indonesia baru mulai bangkit pascapandemi Covid-19 sejak tahun 2020, dan Asita berharap sektor ini tidak mengalami dampak signifikan dari penyebaran HMPV. Budianto juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah untuk mempercepat pemulihan sektor pariwisata.

    Terkait pencegahan, berbagai langkah proaktif telah dilakukan. Skrining terhadap wisatawan yang masuk ke Indonesia melalui bandara, serta penerapan protokol kesehatan dan kebersihan di tempat-tempat wisata, tetap diterapkan meski tidak seketat pada masa puncak Covid-19.

    “Kami selalu menyarankan agar wisatawan tetap mengikuti protokol kesehatan standar, seperti memastikan kebersihan kendaraan, hotel, dan restoran. Selain itu, kapasitas tempat umum yang digunakan wisatawan juga harus sesuai dengan ketentuan,” jelas Budianto.

    Menurutnya, kebersihan menjadi salah satu faktor utama yang membuat wisatawan merasa nyaman dan senang berkunjung ke Indonesia mesti ada isu HMPV. Hal ini diharapkan dapat menjadi daya tarik utama bagi sektor pariwisata Indonesia di tahun-tahun mendatang.

  • Pariwisata Indonesia-China Tetap Stabil di Tengah Isu Virus HMPV

    Pariwisata Indonesia-China Tetap Stabil di Tengah Isu Virus HMPV

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Kesehatan Indonesia memberikan tanggapan terkait merebaknya virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang dilaporkan menyebar di China. Meskipun isu ini sempat menggemparkan Indonesia, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) memastikan bahwa secara keseluruhan, tingkat pariwisata di Indonesia, termasuk kedatangan wisatawan asal maupun menuju China, tetap stabil selama peak season pada bulan Januari 2025 ini.

    “Memang saat ini kebetulan juga bertepatan dengan perayaan Chinese New Year, yang justru mendorong sedikit peningkatan jumlah wisatawan dari Indonesia ke China. Peningkatan ini tidak terlalu besar, tetapi tetap ada karena situasi peak season,” ujar Budianto Ardiansyah, Sekretaris Jenderal DPP Asita, di Jakarta, Senin (13/1/2025).

    Budianto menambahkan bahwa meski perayaan Imlek pada bulan Januari memberikan dorongan pada industri pariwisata, tidak ada perubahan signifikan baik dalam peningkatan atau penurunan jumlah wisatawan terkait isu virus HMPV. Baik wisatawan Indonesia yang menuju China maupun wisatawan China yang datang ke Indonesia, keduanya menunjukkan pola yang hampir sama seperti biasanya.

    Meski begitu, langkah-langkah pencegahan tetap dilakukan untuk meminimalkan potensi penyebaran virus HMPV, terutama di lokasi-lokasi dengan penerbangan langsung dari China, seperti Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Ngurah Rai Bali, serta Bandara Kualanamu Medan.

    “Kami telah meminta para pelaku lapangan untuk melakukan skrining terhadap wisatawan dari China. Jika ada wisatawan yang terdeteksi sakit flu atau gejala lain yang mencurigakan, maka penanganan yang lebih serius akan diterapkan. Namun, kami tetap berhati-hati agar tidak terlalu berlebihan, agar wisatawan tidak merasa terganggu,” ujar Budianto.

    Budianto juga menekankan bahwa Asita telah banyak belajar dari pengalaman selama pandemi Covid-19, sehingga protokol kesehatan tetap menjadi prioritas utama.

    “Kami berharap situasi ini tidak akan merusak minat wisatawan China untuk berkunjung ke Indonesia. Kami terus menjaga keseimbangan antara protokol kesehatan yang ketat dan kenyamanan wisatawan,” tambahnya.

    Menurut data surveilans terbaru di China, kasus influenza A masih lebih banyak hingga enam kali lipat dibandingkan virus HMPV. Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia, di mana influenza mendominasi kasus infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan menjaga kesehatan, tanpa perlu khawatir berlebihan terkait penyebaran HMPV.

  • HMPV Belum Ada Vaksin, Pakar Sarankan Vaksin Influenza sebagai Alternatif Pencegahan

    HMPV Belum Ada Vaksin, Pakar Sarankan Vaksin Influenza sebagai Alternatif Pencegahan

    Jakarta, Beritasatu.com – Human metapneumovirus (HMPV) yang telah menyebabkan peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan di beberapa negara hingga kini belum memiliki vaksin khusus. Meski demikian, pakar kesehatan menyarankan vaksin influenza (flu) sebagai langkah pencegahan tambahan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.

    “Vaksin influenza menjadi proteksi yang efektif terhadap berbagai penyakit virus saluran napas. Meskipun tidak spesifik untuk HMPV, vaksin flu dapat memberikan perlindungan tambahan,” ujar Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman, Senin (13/1/2025).

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan vaksinasi flu, terutama untuk individu dengan mobilitas tinggi dan kelompok rentan seperti balita, lansia, serta individu dengan gangguan imun. WHO menganjurkan vaksin flu trivalent, yang melindungi terhadap tiga strain utama virus influenza.

    “Vaksin influenza trivalent cukup efektif melawan tiga strain utama virus. Meski varian B dari influenza jarang terdeteksi sejak 2020, vaksin ini tetap memberikan proteksi yang baik,” tambah Dicky.

    Di Indonesia, vaksin flu trivalent kini diproduksi secara lokal, memudahkan masyarakat untuk mendapatkan akses. “Kita tidak perlu mencari vaksin flu dari luar negeri. Biofarma lokal sudah memproduksi vaksin flu trivalent, dan saya sendiri merasakan manfaatnya,” ungkap Dicky terkait kasus HMPV.

    Vaksinasi flu memiliki manfaat besar, terutama bagi kelompok rentan. Orang yang telah divaksinasi cenderung mengalami gejala lebih ringan dan masa pemulihan lebih cepat jika terinfeksi virus pernapasan, termasuk influenza.

    Menurut data WHO, meski kasus HMPV meningkat di beberapa negara seperti China, angka kejadian masih lebih rendah dibandingkan dengan Influenza A.

    Masyarakat diminta tidak perlu panik terkait HMPV, tetapi disarankan untuk tetap menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan. Vaksin flu dapat menjadi langkah pencegahan tambahan untuk melindungi diri dari infeksi saluran pernapasan.

  • Perubahan Musim dan Lingkungan Lembap Memicu Wabah HMPV dan Influenza A – Halaman all

    Perubahan Musim dan Lingkungan Lembap Memicu Wabah HMPV dan Influenza A – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kenaikan kasus infeksi saluran pernapasan akibat Human Metapneumovirus (HMPV) dan Influenza A telah menjadi perhatian global. 

    Keduanya telah menyebabkan peningkatan kasus yang signifikan, terutama di negara-negara seperti China dan Jepang dan HMPV adalah virus yang sering dijuluki “kembaran” virus influenza.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Alius Cahyadi, SpPD, FPCP mengatakan, HMPV memiliki gejala mirip flu seperti batuk, pilek, demam, dan sakit tenggorokan namun HMPV juga bisa memicu penyakit yang lebih serius, terutama pada bayi, lansia, dan orang dengan kondisi medis yang mendasar.

     

    HMPV sering disebut mirip dengan Covid-19, hanya saja Covid-19 cenderung lebih berbahaya, menyebar lebih cepat dan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada skala global sementara Influenza A adalah virus musiman yang sudah akrab di telinga kita.

    “Virus ini dikenal sangat menular dan dapat menyebabkan penyakit yang bervariasi, mulai dari flu biasa hingga pneumonia yang parah. Subtipe H1N1 dan H9N2 dari Influenza A menjadi perhatian utama dalam wabah kali ini,” kata Alius dalam keterangannnya, Senin (13/1/2025).

    Dikatakannnya, sejumlah faktor mendukung penyebaran cepat kedua virus ini mulai kondisi cuaca seperti perubahan musim dan lingkungan lembap, yang ideal bagi virus, mobilitas tinggi penduduk di kota-kota besar dan penurunan imunitas masyarakat setelah pandemi Covid-19.

    Menurut dokter yang praktek di Bethsaida Hospital Gading Serpong ini,  HMPV dan Influenza A dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, mulai dari pneumonia dan bronkitis hingga gagal napas. 

    Selain itu, kedua virus ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan pada individu dengan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

    Beberapa kelompok masyarakat lebih rentan terhadap infeksi HMPV dan Influenza A yakni bayi dan Lansia mengingat sistem kekebalan tubuh yang belum matang atau melemah membuat kelompok usia ini lebih mudah terinfeksi.

    Kemudian individu dengan Penyakit Kronis seperti penyakit seperti jantung, paru-paru, diabetes, dan gangguan imunitas dapat meningkatkan risiko komplikasi.

    “Pekerja kesehatan yakni tenaga medis yang berinteraksi langsung dengan pasien berisiko tinggi terpapar virus,” katanya.

    Untuk mencegah penyebaran HMPV dan Influenza A, beberapa langkah penting dapat dilakukan mulai vaksinasi yakni untuk Influenza A dapat dicegah dengan vaksin influenza, sedangkan vaksin untuk HMPV hingga saat ini masih belum ada.

    “Juga protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan secara teratur, dan menjaga jarak fisik adalah langkah-langkah sederhana namun efektif untuk mencegah penularan,” katanya.

    Kemudian istirahat yang cukup dan jika merasa sakit, segera istirahat dan hindari kontak dengan orang lain dan berkonsultasikan dengan dokter jika gejala semakin parah.

    “Pencegahan adalah kunci dalam menghadapi wabah virus seperti HMPV dan Influenza A. Penting untuk menjaga imunitas tubuh, mengikuti protokol kesehatan, dan segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala serius,” katanya.

    Ia juga mengingatkan pentingnya melakukan screening untuk mendeteksi infeksi virus seperti HMPV dan juga Influenza A di rumah sakit.  (Tribunnews.com/Eko Sutriyanto)

  • Tetap Buka, Samsat Keliling Cilacap Minggu 12 Januari 2025 Hadir di Terminal Kroya dan Car Free Day

    Tetap Buka, Samsat Keliling Cilacap Minggu 12 Januari 2025 Hadir di Terminal Kroya dan Car Free Day

    TRIBUNJATENG.COM, CILACAP – Berikut jadwal dan pelayanan sistem administrasi manunggal satu atap (Samsat) keliling pada Minggu (12/1/2025) di Kabupaten Cilacap.

    Diadakannya Samsat keliling ditujukan untuk memudahkan masyarakat dalam menunaikan kewajibannya membayar pajak kendaraan. 

    Selain itu, diadakannya Samsat keliling juga bertujuan untuk menjangkau seluruh masyarakat (wajib pajak kendaraan) di Kabupaten Cilacap.

    Di Samsat keliling, masyarakat dapat mengurus Pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) setiap tahun, pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan juga Santunan Wajib Dana Kecelakaan Lalu-lintas (SWDKLL).

    Walaupun hari libur, namun pelayanan Samsat Keliling tetap buka.

    Layanan Samsat keliling hari ini beroperasi mulai pukul 08.30 WIB hingga 10.30 WIB yang hadir di Terminal Kroya.

    Selain itu, layanan Samsat keliling juga hadir di Car Free Day Alun-Alun Cilacap dan Car Free Day Alun-Alun Majenang mulai pukul 06.00 – 09.00 WIB.

    Sebagai informasi bahwa pajak kendaraan sudah dapat dibayarkan 60 hari sebelum jatuh tempo. 

    Selama berada di gerai Samsat Keliling, masyarakat juga diminta untuk selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. (pnk)

  • Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Non Alam Pandemi

    Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Non Alam Pandemi

    loading…

    Hasil penelitian disertasi Sudiyatmiko Aribowo, mahasiswa doktoral Prodi Pembangunan USU, konsep policy learning yakni pengambilan kebijakan merupakan hasil dari pembelajaran yang sistematis dan pembangunan yang rasional. FOTO ILUSTRASI/DOK>SINDOnews

    MEDAN – Pandemi Covid-19 yang berlangsung dalam kurun waktu 2020-2022 telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia dalam menangani bencana nonalam. Ditemukan model kebijakan keseimbangan yang terbukti mampu menjadi instrumen penting dalam penanganan Covid-19.

    Temuan itu terungkap dari hasil penelitian disertasi Sudiyatmiko Aribowo, mahasiswa doktoral Program Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara (USU) yang disampaikan dalam ujian Promosi Doktor, Rabu (8/1/2025). Dalam temuan risetnya, Miko menggunakan konsep policy learning yakni pengambilan kebijakan merupakan hasil dari pembelajaran yang sistematis dan pembangunan yang rasional. Konsep tersebut dipadu dengan pendekatan inkremental yakni menempatkan policy learning dalam formulasi dan implementasi kebijakan yang bertujuan menyempurnakan kebijakan secara gradual.

    “Temuan yang didapatkan dari penelitian di Sumatera Utara ini ditemukan model kebijakan keseimbangan dalam penanggulangan pandemi Covid-19 yang dirancang kompatibel dengan budaya di daerah,” kata Miko dalam paparannya di hadapan dewan penguji, Rabu (8/1/2025).

    Menurut salah satu Presidium Asosiasi Sarjana Hukum Tata Negara (ASHTN) Indonesia ini, implementasi model keseimbangan dalam penanganan pandemi Covid-19 dapat terlihat dalam penanganan pandemi dengan menyeimbangkan antara kebijakan protokol kesehatan dan penanganan medis serta kebijakan stimulus ekonomi dan bantuan sosial di sisi yang lain.

    “Tentu dari kebijakan tersebut ditopang dengan koordinasi para pemangku kepentingan berupa koordinasi pentahelix yakni kolaborasi pemerintah pusat, daerah, akademisi, bisnis, masyarakat, dan media,” kata Miko.

    Alumnus Magister Hukum Universitas Indonesia (UI) ini menguraikan dalam mengimplementasikan model kebijakan keseimbangan saat penanganan Covid-19 di Sumatera dilakukan dengan mitigasi inklusif kolaboratif organisasi.

    “Uraiannya yakni kebijakan tunggal dan terkoordinasi, kepemimpinan yang kuat dan responsif, sinergi kelembagaan, dan melibatkan sumber daya yang dimiliki secara massif,” kat Miko.

    Menurutnya, model kebijakan keseimbangan ini dapat diterapkan di pelbagai tempat dan momentum dengan menerapkan empat prinsip penting yakni keseimbangan mitigasi, keseimbangan inklusif, keseimbangan kolaboratif, dan keseimbangan organisasi.

    “Nah, seperti saat ini sedang ramai jadi sorotan soal masuknya virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang terdeteksi masuk ke Indonesia, model kebijakan keseimbangan ini dapat dijadikan instrumen dalam penanganan. Yang penting jangan menyepelekan setiap virus yang masuk,” kata Miko.

    Sudiyatmiko Aribowo berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan dewan penguji yakni Prof Dr Muryanto Amin, S.Sos., (Rektor/Promotor); Prof Subhilhar, MA, Ph.D, (Ketua Program Studi Doktor Studi Pembangunan/Co-Promotor); ⁠Prof Drs Heri Kusmanto, MA, (Sekretaris Program Doktor Studi Pembangunan/Co Promotor); Dr Hatta Ridho S.Sos, M.SP (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Direktur Sekolah Pascasarjana USU); Dr Tengku Irmayani, M.Si, (Sekretaris Program Magister Studi Pembangunan); dan Prof Dr Drs Sam’un Jaja Raharja, M.Si, selaku Penguji Luar Komisi, dengan predikat sangat memuaskan.

    (abd)

  • KOPRI PB PMII: HMPV Bukan Pandemi Baru, Tetap Waspada – Halaman all

    KOPRI PB PMII: HMPV Bukan Pandemi Baru, Tetap Waspada – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Belakangan ini, muncul kekhawatiran akan kemunculan virus baru yang mirip dengan COVID-19, yaitu Human Metapneumovirus (HMPV).

    Menanggapi hal ini, Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII melakukan penelusuran dan wawancara dengan pakar epidemiologi UI, dr. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D.

    Menurut dr. Syahrizal, peningkatan kasus influenza, termasuk HMPV, merupakan hal yang biasa terjadi terutama di musim dingin, seperti yang saat ini dialami China.

    “HMPV biasanya menyerang anak-anak dan gejalanya mirip flu biasa, seperti batuk, demam, dan nyeri otot,” jelasnya.

    Meskipun demikian, dr. Syahrizal menekankan bahwa angka kematian akibat HMPV sangat rendah.

    “Pencegahan terbaik adalah dengan menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga kebersihan, dan menjaga imunitas tubuh,” tambahnya.

    Widia Fitri, Ketua Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. 

    “Mari kita jaga kesehatan diri dan lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran virus,” ujarnya.

    Senada dengan Widia, Wulansari AS, Ketua KOPRI PB PMII, menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan dalam menghadapi situasi ini. 

    “Terutama bagi mereka yang baru pulang dari luar negeri, penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan,” kata Wulansari.

    Dwi Putri, S.Psi, Sekretaris Bidang Kesehatan KOPRI PB PMII, juga menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam menghadapi situasi seperti ini.

    “Jangan panik, tetap tenang, dan fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan,” pesan Dwi.

    Kesimpulannya, meskipun HMPV saat ini menjadi perhatian, namun tidak perlu panik berlebihan. Dengan menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kesehatan, kita dapat mencegah penyebaran virus ini.

    Jaga pola hidup

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kemunculan kasus virus HMPV di Indonesia.

    Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi penularan penyakit HMPV. 

    “Sebagaimana Kemenkes juga menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik, namun tetap menambah kewaspadaan tentang penularan, terutama penularan HMPV ini,” ungkap Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Ia juga menekankan bahwa virus HMPV bukanlah penyakit yang baru ditemukan. Virus ini sudah ada bahkan sejak tahun 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sebagian masyarakat mungkin saja sudah pernah terinfeksi dan memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV. 

    “Walaupun HMPV ini mudah menular melalui droplet, percikan dari saluran pernapasan, dan gejalanya mirip flu, mayoritas dapat sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan karena virus umumnya self limiting disease. Kecuali pada kasus-kasus yang berat,” imbuhnya. 

    Namun masyarakat diharapkan tetap waspada terutama pada kelompok berisiko, seperti anak-anak, orang lanjut usia, orang dengan penyakit komorbid dan mereka yang memiliki imunitas rendah. 

    “Terkait HMPV ini,  direkomendasikan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Menghindari kontak dengan pasien atau orang dengan gejala flu. Dan membersihkan benda-benda yang terkontaminasi,” imbuhnya. 

    Pada orang yang tengah mengalami gejala flu atau batuk, diminta menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit pada orang lain. 

    Sedangkan pada kelompok berisiko, Erlina mengimbau untuk memakai masker. Khususnya ketika berada di tengah keramaian, bekerja atau bepergian. 

    Lakukan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, tutup mulut serta hidung dengan siku yang dilipat. 

    Bisa pula menutup hidup dan mulut menggunakan tisu atau masker.

    “Hindari juga menyentuh wajah karena mulut, hidung, mata menjadi pintu masuk virus. Bersihkan benda atau permukaan atau alat-alat yang sering digunakan. Seperti meja, pegangan pintu, keyboard komputer, dan lain-lain,” paparnya. 

  • Antisipasi Lonjakan HMPV, IDI Minta Pemerintah Perkuat Surveilans Epidemiologi

    Antisipasi Lonjakan HMPV, IDI Minta Pemerintah Perkuat Surveilans Epidemiologi

    Jakarta

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) meminta Pemerintah Indonesia untuk belajar dari negara China yang rajin membuat jurnal ilmiah periodik sebagai salah satu langkah memitigasi merebaknya berbagai penyakit seperti mengatasi penularan Human metapneumovirus (HMPV).

    “China memang cukup update, mereka bahkan sudah membuat satu jurnal ilmiah secara periodik dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) atau P2P-nya, kemudian mereka melakukan proses penelitian yang tidak hanya bicara surveilans tapi juga genetik dan musiman (seasoning),” kata Ketua Umum PB-IDI DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

    Dalam kesempatan yang sama, anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) mengatakan setidaknya ada tiga langkah yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah untuk diambil untuk mengantisipasi lonjakan kasus.

    “Pada pemerintah, PB IDI mengimbau untuk memperkuat surveillance epidemiologi. Terutama kalau ditemukan (kasus) di bandara internasional kalau ada penumpang yang datang dari luar negeri apalagi China, Amerika, Jepang,” kata Prof Erlina.

    “Kalau memang mereka batuk pilek sebaiknya diperiksa, dan kalau memang agak mahal untuk deteksi virus ini (HMPV), setidaknya sampaikan ke orang-orang di bandara untuk menerapkan protokol kesehatan,” lanjut dia.

    Selanjutnya, Prof Erlina mendorong pemerintah untuk melibatkan komunitas guna mengedukasi dan menyosialisasi. Hal ini tentu akan membantu memberikan pemahaman terkait virus ini ke berbagai lapisan masyarakat.

    HMPV sendiri merupakan virus yang sudah lama ditemukan di dunia kesehatan, tepatnya pada 2001 silam. Hal ini membuat banyak dari tubuh manusia yang mungkin sebelumnya sudah terpapar dan memiliki kekebalan lebih baik untuk membunuhnya.

    “Sejauh ini dari HMPV ini belum ada laporan yang fatal atau kematian ya, karena sebagian besar ringan-ringan saja seperti flu biasa. Mengapa menjadi bahan pembicaraan, ya mungkin meningkat kasusnya,” kata Prof Erlina.

    “Mungkin karena sudah sering terinfeksi (HMPV), jadi tubuh mempunyai imunitas terhadap virus ini. Kalaupun terkena (gejalanya) ringan-ringan saja,” tutupnya.

    (dpy/kna)

  • Antisipasi Virus HMPV yang Masuk ke Indonesia, Masyarakat Diminta Jaga Pola Hidup Bersih – Halaman all

    Antisipasi Virus HMPV yang Masuk ke Indonesia, Masyarakat Diminta Jaga Pola Hidup Bersih – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan RI menyatakan, wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang merebak di China juga sudah ditemukan di Indonesia.  

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta masyarakat agar tidak terlalu panik dalam menyikapi kemunculan kasus virus HMPV di Indonesia.

    Masyarakat tetap diminta untuk waspada terhadap potensi penularan penyakit HMPV. 

    “Sebagaimana Kemenkes juga menghimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik, namun tetap menambah kewaspadaan tentang penularan, terutama penularan HMPV ini,” ungkap Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI Prof DR Dr Erlina Burhan, SpP(K) pada media briefing virtual, Rabu (8/1/2025). 

    Ia juga menekankan bahwa virus HMPV bukanlah penyakit yang baru ditemukan. Virus ini sudah ada bahkan sejak tahun 2001 atau 24 tahun yang lalu. 

    Sebagian masyarakat mungkin saja sudah pernah terinfeksi dan memiliki imunitas terhadap infeksi HMPV. 

    “Walaupun HMPV ini mudah menular melalui droplet, percikan dari saluran pernapasan, dan gejalanya mirip flu, mayoritas dapat sembuh sendiri. Penyakit saluran pernapasan karena virus umumnya self limiting disease. Kecuali pada kasus-kasus yang berat,” imbuhnya. 

    Namun masyarakat diharapkan tetap waspada terutama pada kelompok berisiko, seperti anak-anak, orang lanjut usia, orang dengan penyakit komorbid dan mereka yang memiliki imunitas rendah. 

    “Terkait HMPV ini,  direkomendasikan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Menghindari kontak dengan pasien atau orang dengan gejala flu. Dan membersihkan benda-benda yang terkontaminasi,” imbuhnya. 

    Pada orang yang tengah mengalami gejala flu atau batuk, diminta untuk menggunakan masker agar tidak menularkan penyakit pada orang lain. 

    Sedangkan pada kelompok berisiko, Erlina mengimbau untuk memakai masker. Khususnya ketika berada di tengah keramaian, bekerja atau bepergian. 

    Lakukan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan pakai sabun, tutup mulut serta hidung dengan siku yang dilipat. 

    Bisa pula menutup hidup dan mulut menggunakan tisu atau masker.

    “Hindari juga menyentuh wajah karena mulut, hidung, mata menjadi pintu masuk virus. Bersihkan benda atau permukaan atau alat-alat yang sering digunakan. Seperti meja, pegangan pintu, keyboard komputer, dan lain-lain,” paparnya. 

    Sedangkan pada pemerintah, PB IDI merekomendasikan untuk memperkuat surveillance epidemiologi.

    Atau setidaknya, ada penyampaian edukasi terkait keharusan mematuhi penerapan protokol kesehatan di pintu masuk negara seperti bandara. 

    Pemerintah juga diimbau untuk melibatkan komunitas untuk edukasi dan sosialisasi. “Sejauh ini sih waspada saja, tidak perlu khawatir, apa lagi panik. Karena HMPV ini bersifat ringan,” tutupnya.

     

  • IDI Tegaskan Masyarakat untuk Tidak Panik Hadapi Virus HMPV

    IDI Tegaskan Masyarakat untuk Tidak Panik Hadapi Virus HMPV

    Jakarta, Beritasatu.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta masyarakat tidak panik menghadapi isu virus Human Metapneumovirus (HMPV). Pasalnya HMPV bukanlah suatu hal yang baru, bahkan diperkirakan banyak masyarakat di Indonesia yang sudah terkena dan bisa sembuh sendiri.

    Hal tersebut menjadi sikap IDI dalam konferensi pers yang disampaikan oleh Anggota Bidang Penanggulangan Penyakit Menular IDI Erlina Burhan pada Rabu (8/1/2025).

    “IDI mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik tetapi tetap menambah kewasapadaan penularan HMPV. Sekali Lagi kita sampaikan bahwa HMPV ini adalah virus yang sudah lama ada sejak 2021, sehingga sebagian masyarakat mungkin sudah terinfeksi dan memiliki imunitas infeksi ini,” jelas Erlina.

    Namun, menurut Erlina ada kelompok masyarakat yang beresiko dan sangat rentan untuk terkena virus HMPV, sehingga bagi kelompok berisiko ini diperlukan pengawasan lebih.

    “Siapa kelompok berisiko?. Yaitu anak-anak, lansia dan orang dengan penyakit kronis yang memang punya imunitas yang rendah,” tambah Erlina.

    Pemerintah juga diharap bisa memperkuat sistem kesehatan, seperti surveilans epidemiologi, protokol kesehatan, dan edukasi kepada masyarakat.

    “Kepada pemerintah PB IDI menghimbau untuk memperkuat surveilans epidemiologi. Terutama kalau ditemukan di bandara internasional ada penumpang yang datang dari luar negeri dengan keluhan batuk pilek, sebaiknya diperiksa,” pungkas Erlina dalam menanggapi virus HMPV.