Topik: produk impor

  • Anggota DPR minta Danantara jadi motor kemandirian industri nasional

    Anggota DPR minta Danantara jadi motor kemandirian industri nasional

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi VI DPR RI Christiany Eugenia Paruntu menilai BPI Danantara dapat membentuk fondasi industri yang kokoh sebelum bersaing di pasar global dengan memperkuat pasokan dan distribusi produk dalam negeri.

    Untuk itu, Christiany mendorong Danantara agar memprioritaskan langkah-langkah untuk menguasai pasar nasional terlebih dahulu.

    “Banjiri pasar nasional dengan produk buatan sendiri. Setelah itu tercapai, over-supply akan membentuk daya saing yang lebih alami dan berkelanjutan,” kata dia dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

    Lebih lanjut, ia juga mengingatkan pentingnya strategi penguatan pasar dalam negeri dalam pembangunan industri nasional.

    Ia menilai pengalaman dari perang tarif yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir semestinya menjadi pelajaran penting bagi Indonesia.

    Menurutnya, banyak sektor industri dalam negeri kehilangan pangsa pasar justru di rumahnya sendiri. Industri semen, besi dan baja, sektor pertanian hingga manufaktur perlahan tergeser oleh produk-produk impor.

    “Padahal kita punya pasar domestik yang sangat besar. Itu kekuatan yang harus dimanfaatkan,” ujar Christiany.

    Christiany menekankan kepercayaan diri untuk ekspor harus dibangun dari keberhasilan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tanpa itu, menurut dia, industri nasional akan terus berada di bawah tekanan dari produk asing.

    “Ini bukan sekadar perdagangan, tetapi soal kedaulatan ekonomi. Kita tidak boleh terus-menerus bergantung pada produk luar ketika kita mampu memproduksi sendiri,” ucapnya.

    Pewarta: Benardy Ferdiansyah
    Editor: Budi Suyanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menteri UMKM Bakal Batasi Produk F&B China yang Menjamur di Shopee

    Menteri UMKM Bakal Batasi Produk F&B China yang Menjamur di Shopee

    Bisnis.com, JAKARTA —  Kementerian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menegaskan komitmennya untuk membatasi ekspansi produk makanan dan minuman atau food and beverage (F&B) internasional.

    Menteri UMKM, Maman Abdurrahman mengakui ekspansi produk F&B internasional salah satunya yang berasal dari China memang tumbuh secara signifikan dalam beberapa waktu belakangan. 

    Dia menyebut, produk-produk itu masuk melalui situs perdagangan elektronik atau e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lain sebagainya.

    “Dalam banyak hal kita juga sudah berupaya untuk membatasi. dalam banyak hal melalui regulasi dan kebijakan,” jelas Maman saat ditemui di Gedung Smesco, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

    Sebagai langkah lanjutan, Maman juga menyebut pihaknya bakal menyiapkan pemberian insentif khusus pada produk UMKM lokal. Dengan demikian, upaya itu diharapkan dapat meningkatkan daya saing.

    Saat dikonfirmasi seperti apa bentuk insentif tersebut, Maman mengaku masih bakal melakukan pendalaman. Hanya saja, dia memperkirakan bentuknya dapat berupa pemotongan biaya penjualan dan pembelian di e-commerce.

    “Sedang dibicarakan bentuk insentifnya seperti apa, ini lagi dikaji. Yang pasti salah satunya ya, salah satunya adalah misalnya dari angka, persentase, fee, dan lain sebagainya, ini lagi kita kaji,” tambahnya.

    Selain produk F&B, Maman mengungkap komoditas lain seperti tekstil menjadi produk yang paling rentan tergerus daya saingnya akibat gempuran produk impor. Untuk itu, dia memastikan bakal terus mengawasi aktivitas impor produk nasional.

    “Kami akan pastikan kita akan coba jaga arus masuk dari semua barang-barang impor ini. Demi untuk mengamankan dan melindungi usaha mikro, kecil, menengah kita,” tandasnya.

    Sebelumnya, Maman memang sempat mengatakan pihaknya bakal meningkatkan pengawasan guna mencegah banjir barang impor China ke Indonesia di tengah adanya tarif tarif timbal balik atau tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump. 

    Langkah ini dilakukan agar produk dalam negeri bisa bersaing dengan produk China. Maman juga menyeut pihaknya telah mengantisipasi banjir impor barang China, salah satunya melalui pemantauan ketat (monitoring) pada setiap perusahaan e-commerce. 

    “Salah satunya adalah melakukan monitoring e-commerce kita agar lebih mengedepankan marketing penjualan produk-produk lokal,” kata Maman dalam konferensi pers di Kantor Kementerian UMKM, Jakarta, Selasa (15/4/2025).

    Selain itu, Kementerian UMKM juga bakal membangun beberapa ekosistem usaha untuk meningkatkan para pelaku UMKM hingga menekan biaya produksi UMKM.

  • Baja Lapis Indonesis Tembus Pasar Amerika Serikat   – Page 3

    Baja Lapis Indonesis Tembus Pasar Amerika Serikat   – Page 3

    Agus menekankan ekspor merupakan salah satu mesin utama penggerak ekonomi nasional. Selain dari sisi nilai, peningkatan volume ekspor juga mencerminkan aktivitas produksi dan distribusi yang terus bergulir.

    Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga pasar dalam negeri dari serbuan produk impor. Sebab, sekitar 80 persen output industri manufaktur Indonesia masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik.

    Di sisi lain, pemerintah akan terus mendorong kebijakan hilirisasi untuk mendorong penciptaan produk bernilai tambah tinggi. Produk-produk ini diharapkan bisa bersaing di pasar ekspor seperti Amerika Serikat.

    Menperin memberikan apresiasi kepada PT Tata Metal Lestari atas keberhasilannya menembus pasar AS, apalagi dalam situasi kebijakan dagang internasional yang cenderung proteksionis.

    “Capaian ini sekaligus membantah pendapat bahwa Indonesia sedang dalam fase deindustrialisasi, karena aktivitas industri masih berjalan baik hingga mereka aktif untuk memperluas pasarnya,” ujarnya.

    Agus juga menyampaikan bahwa PT TML sudah melakukan ekspor secara berkelanjutan ke AS dan Kanada sejak Oktober 2024.

    “Informasi yang kami terima menyebutkan bahwa ekspor PT TML ke Amerika Serikat dan Kanada, telah dilakukan secara berkelanjutan sejak Oktober 2024. Ini membuktikan bahwa produk baja Indonesia dipercaya dan diterima di pasar global, bahkan di tengah dinamika kebijakan perdagangan yang terus berubah. Kami juga mengapresiasi PT TML sebagai salah satu perusahaan yang patuh terhadap upaya pemberlakukan SNI,” tambah Menperin.

     

  • Top 5 News: Tarif 0 Persen untuk AS hingga Bocoran iOS 26

    Top 5 News: Tarif 0 Persen untuk AS hingga Bocoran iOS 26

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejumlah artikel di Beritasatu.com masuk dalam top 5 news, sejak Sabtu (19/7/2025) hingga Minggu (20/7/2025) pagi WIB. Artikel yang diminati pembaca ini memiliki tema yang beragam.

    Berikut top 5 news Beritasatu.com:

    Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menegaskan, pembukaan akses pasar Indonesia kepada Amerika Serikat (AS) dengan tarif masuk 0% tidak serta-merta akan membuat pasar domestik dibanjiri produk impor dari AS.

    Hal tersebut disampaikan Wamenlu merespons kekhawatiran publik terkait kesepakatan bilateral yang membuka peluang barang-barang asal AS masuk lebih mudah ke Indonesia. Menurutnya, terdapat sejumlah faktor penghambat yang membuat barang-barang asal AS tidak langsung mendominasi pasar Indonesia meskipun mendapatkan preferensi tarif.

    “Meskipun diberikan tarif 0%, banyak produk dari Amerika Serikat yang tidak bisa bersaing dari sisi harga dengan produk-produk dari Asia,” ujar Havas, dalam diskusi yang digelar Gempita Milenial di Kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (19/7/2025).

    Indonesia dan Uni Eropa akhirnya mencapai political agreement atas perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) setelah negosiasi panjang 10 tahun.

    Wakil Menteri Luar Negeri Havas Oegroseno mengatakan, pencapaian tersebut jadi bukti nyata diplomasi ekonomi Indonesia menghasilkan dampak konkret dunia usaha.

    “Produk Indonesia sekarang punya akses bebas tarif (0%) ke pasar Uni Eropa. Ini bukan sekadar wacana, tapi hasil dari kerja diplomasi ekonomi yang nyata,” ujar Havas dalam diskusi yang digelar Gempita Milenial di Kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (19/7/2025).

  • 10 Ribu Ton Baja RI Tembus Pasar AS

    10 Ribu Ton Baja RI Tembus Pasar AS

    Jakarta

    Indonesia melalui PT Tata Metal Lestari mengirimkan ekspor baja lapis sebanyak 10.000 ton ke Amerika Serikat (AS). Total nilai ekspor tersebut mencapai US$ 12,6 juta atau setara Rp 205,38 miliar (kurs Rp 16.300).

    Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, meskipun tarif impor baja di AS mencapai 50%, lebih tinggi dibandingkan tarif produk lainnya yang terkena 19%, AS tetap bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan baja lapisnya.

    “Untuk meningkatkan daya saing, para pelaku industri nasional harus bisa lebih efisien dalam proses produksinya sehingga nilai tambah produk yang dihasilkan menjadi lebih tinggi,” kata Agus Gumiwang ikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (19/7/2025).

    Agus mengatakan, ekspor PT TML ke Amerika Serikat dan Kanada, telah dilakukan secara berkelanjutan sejak Oktober 2024. Sepanjang tahun 2025, perusahaan telah mengapalkan empat kali dengan target ekspor mencapai 69.000 ton, naik 133% dibandingkan realisasi tahun 2024.

    Menurutnya, hal tersebut membuktikan bahwa produk baja Indonesia dipercaya dan diterima di pasar global, bahkan di tengah dinamika kebijakan perdagangan yang terus berubah. Hal ini juga sebagai wujud nyata kemampuan industri manufaktur Indonesia dalam menghasilkan produk berstandar global.

    “Capaian ini sekaligus membantah pendapat bahwa Indonesia sedang dalam fase deindustrialisasi, karena aktivitas industri masih berjalan baik hingga mereka aktif untuk memperluas pasarnya,” ujarnya.

    Di samping itu, Agus mengapresiasi kepiawaian Presiden Prabowo Subianto dalam bernegosiasi dengan Presiden AS Donald Trump, karena Indonesia berhasil memperoleh tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan negara-negara pesaing. Hal ini menjadi modal penting bagi peningkatan daya saing industri nasional.

    “Oleh karena itu, industri nasional perlu mengoptimalkan ekspor produknya ke pasar Amerika guna memanfaatkan tarif bea masuk yang rendah bagi Indonesia dibanding negara lain,” kata dia.

    Agus mengatakan, saat ini ekspor menjadi satu mesin ekonomi yang diandalakan dalam memacu perekonomian nasional. Tidak hanya dari capaian nilai, tetapi juga volume barang yang diekspor terus meningkat. Artinya, produksi dan logistik benar-benar bergerak.

    “Ada empat mesin utama yang menggerakkan ekonomi Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, dan net ekspor. Dari keempat mesin tersebut, saat ini kinerja ekspor yang masih melaju kencang,” kata dia.

    Oleh karena itu, kebijakan hilirisasi industri perlu terus dijalankan secara konsisten dalam menciptakan produk turunan yang bernilai tambah tinggi. Ini juga menjadi peluang bagi pelaku industri untuk mengisi produk hilir ke pasar ekspor, termasuk ke AS.

    Namun demikian, Agus juga mengingatkan, potensi pasar dalam negeri masih sangat besar. Sebesar 80% output dari industri manufaktur RI untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik. Kondisi ini yang perlu dijaga dari serbuan produk impor.

    (shc/hns)

  • Top 5 News: Tarif 0 Persen untuk AS hingga Bocoran iOS 26

    Tarif 0 Persen, Produk AS Harus Bersaing dengan China dan Vietnam

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menegaskan pembukaan akses pasar Indonesia kepada Amerika Serikat dengan tarif masuk 0% tidak serta-merta akan membuat pasar domestik dibanjiri produk impor dari Negeri Paman Sam.

    Hal tersebut disampaikan Wamenlu merespons kekhawatiran publik terkait kesepakatan bilateral yang membuka peluang barang-barang asal AS masuk lebih mudah ke Indonesia. Menurutnya, terdapat sejumlah faktor penghambat yang membuat barang-barang asal AS tidak langsung mendominasi pasar Indonesia meskipun mendapatkan preferensi tarif.

    “Meskipun diberikan tarif 0%, banyak produk dari Amerika Serikat yang tidak bisa bersaing dari sisi harga dengan produk-produk dari Asia,” ujar Havas, dalam diskusi yang digelar Gempita Milenial di Kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (19/7/2025).

    Wamenlu mencontohkan produk-produk konsumsi seperti pakaian atau alas kaki. Meskipun ada produk bermerek Amerika, banyak di antaranya diproduksi di negara-negara ketiga seperti China, Vietnam, dan Bangladesh.

    Karena itu, produk tersebut tetap akan dikenakan tarif bea masuk berdasarkan negara asal produksinya. “Jadi bukan berdasarkan merek atau negara perusahaan pemilik merek, tapi negara produksi aktualnya,” jelasnya.

    Lebih lanjut dia menyampaikan, pembukaan pasar dengan AS tetap memperhitungkan perlindungan terhadap sektor domestik tidak membuka akses atau keran secara mentah.

    “Dari sisi pemerintah, kami tetap menjaga agar kerja sama dagang itu bersifat resiprokal dan fair. Tidak ada liberalisasi sepihak. Semua disesuaikan dengan kepentingan nasional dan daya saing,” tegasnya.

    Hal tersebut sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang menjalankan kebijakan ekonomi global yang seimbang. Yakni di satu sisi, Indonesia terbuka terhadap pasar global dan menjalin kemitraan strategis dengan negara-negara besar seperti AS dan Uni Eropa, namun di sisi lain, tetap mengedepankan perlindungan dan penguatan industri domestik.

  • Anggota DPD RI: Diplomasi Prabowo turunkan tarif impor luar biasa

    Anggota DPD RI: Diplomasi Prabowo turunkan tarif impor luar biasa

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Komite II DPD RI sekaligus anggota DPD RI dari Provinsi Nusa Tenggara Timur Angelius Wake Kako menyebut Presiden Prabowo Subianto punya kemampuan diplomasi yang luar biasa.

    Ia mengatakan salah satu contohnya adalah keberhasilan melobi Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menurunkan tarif impor barang Indonesia ke AS dari 31 persen menjadi 19 persen.

    “Saya berpikir ini menunjukkan kemampuan diplomasi yang luar biasa dari Presiden Prabowo Subianto sehingga mampu menurunkan tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen. Jadi, ada penurunan 13 persen,” kata Angelo dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Angelo menilai Presiden Trump cukup keras terhadap penetapan tarif impor di semua negara yang menggunakan produk Amerika Serikat (AS).

    Dia mengakui bahwa sadar atau tidak, sebagian negara punya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap produk-produk AS.

    “Ini soal kemandirian nasional yang hampir semua negara belum terwujud sehingga ketergantungan produk impor khususnya dari AS itu tinggi,” ujarnya.

    Namun, kata Angelo, ketika Presiden Trump menetapkan tarif impor yang tinggi, tentu goncangan ekonomi akan datang dari negara-negara yang mengimpor produk dari AS.

    “Pada saat bersamaan, Presiden Prabowo melakukan lobi dan negosiasi. Hasilnya adalah angka penurunan yang dahsyat, dari 32 ke 19 persen,” kata Angelo.

    Angelo mengatakan penurunan tarif impor AS kepada Indonesia sudah pasti akan membawa dampak ekonomi bagi Indonesia.

    “Sudah pasti, harga barang yang semestinya naik apabila tarif 32 persen, minimum kali ini kenaikkan tidak seberapa karena hanya 19 persen,” ujarnya.

    Ke depan, menurut Angelo, harga barang yang sama di negara lain dengan di Indonesia tentu akan berbeda. Sebab tarif impor yang diberlakukan AS ke Indonesia itu berbeda.

    “Kita bersyukur mendapat tarif yang rendah ketimbang masih tetap 32 persen,” ujarnya.

    Angelo juga menyampaikan ada pesan penting dari gejolak tarif tersebut. Ia berpandangan persoalan tarif tersebut harus menjadi momentum untuk membangun kemandirian nasional, kedaulatan pangan, kedaulatan energi.

    “Ini harus mulai berpikir mengurangi impor. Ketergantungan ke negara-negara lain harus kita kurangi demi membangun kemandirian nasional dan kedaulatan energi,” ujar Angelo.

    Angelo pun mengatakan program-program seperti kemandirian nasional, kemandirian energi saat ini sedang dikerjakan oleh pemerintah Presiden Prabowo.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • CORE: Pembelian produk pertanian AS untungkan industri, rugikan petani

    CORE: Pembelian produk pertanian AS untungkan industri, rugikan petani

    Gempuran produk impor yang murah ini tentu akan diminati konsumen dan produsen industri pengolahan karena mereka mendapatkan harga yang lebih kompetitif,

    Jakarta (ANTARA) – Komitmen Indonesia untuk mengimpor produk pertanian dari AS senilai 4,5 miliar dolar AS, sebagai bagian dari kesepakatan penurunan tarif, dinilai akan menguntungkan konsumen dan industri pengolahan dalam negeri.

    Namun, di sisi lain, peneliti dari Centre of Reforn on Economics (CORE) Eliza Mardian, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan, perjanjian ini juga berpotensi merugikan petani dan peternak lokal.

    Menurutnya, bagi sektor industri, mereka akan mendapatkan pasokan bahan baku yang lebih murah, sehingga dapat menekan biaya produksi dan pada akhirnya meningkatkan daya saing produk mereka.

    “Gempuran produk impor yang murah ini tentu akan diminati konsumen dan produsen industri pengolahan karena mereka mendapatkan harga yang lebih kompetitif,” ujar Eliza.

    Namun, situasi ini justru berpotensi merugikan petani dan peternak lokal. Dia menjelaskan, mereka sulit bersaing dengan produk impor yang harganya jauh lebih murah.

    Kondisi diperparah oleh fakta bahwa petani dan peternak Indonesia belum sepenuhnya siap menghadapi persaingan dengan petani AS yang beroperasi dalam skala besar, didukung teknologi efisien, dan modal yang kuat.

    Dampak langsung dari serbuan impor ini, lanjut dia, adalah penurunan harga di pasar domestik, yang membuat produk lokal kurang diminati. Akibatnya, pendapatan petani dan peternak akan berkurang.

    Ia menambahkan, penurunan pendapatan ini dapat melemahkan daya beli mereka dan bahkan mengurangi minat petani dan peternak untuk terus berproduksi.

    Jika ini terjadi, program swasembada pangan Indonesia yang selama ini digalakkan bisa terancam, dan ketergantungan pada impor akan semakin sulit dihindari.

    Lebih lanjut, Eliza mengingatkan bahwa pendekatan negosiasi Presiden AS Donald Trump kerap mengedepankan kepentingan nasional melalui tarif.

    Apabila komitmen pembelian ini tidak terpenuhi, ada kemungkinan AS akan memberlakukan kembali kenaikan tarif, di saat petani Indonesia sudah menghadapi tekanan akibat lonjakan impor.

    Untuk menghadapi tantangan ini, dia menekankan perlunya peningkatan daya saing pertanian dalam negeri dari sisi pasokan.

    Selain itu, pemerintah juga disarankan untuk menambah jumlah hambatan non-tarif atau non-tariff measures (NTM) bagi produk-produk pertanian.

    “Dengan adanya hambatan non-tarif setidaknya jadi filter bagi kita agar tidak digempur produk impor, harus ada standar-standar yang mereka ikuti sesuai regulasi di dalam negeri,” pungkasnya.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Peneliti: RI perlu tambah hambatan non-tarif untuk produk pertanian AS

    Peneliti: RI perlu tambah hambatan non-tarif untuk produk pertanian AS

    Jakarta (ANTARA) – Peneliti dari Centre of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian menilai Indonesia perlu memperbanyak hambatan non-tarif atau non-tariff measures (NTM) untuk produk-produk pertanian Amerika Serikat (AS).

    Eliza saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan langkah itu perlu dilakukan untuk melindungi petani dan peternak lokal dari gempuran produk impor murah, menyusul kesepakatan dagang baru antara Indonesia dan AS.

    Indonesia telah setuju membeli produk pertanian AS senilai 4,5 miliar dolar AS (setara sekitar Rp73,35 triliun, kurs 1 dolar AS setara Rp16.299) sebagai bagian dari perjanjian tarif 19 persen yang dikenakan AS pada Indonesia. Sebagai imbalan, produk-produk AS akan memasuki pasar Indonesia dengan tarif nol persen.

    Eliza mengatakan meskipun kesepakatan dagang baru itu menurunkan tarif, sektor pertanian Indonesia justru berpotensi merugi.

    Komoditas seperti kedelai, jagung, daging sapi, ayam dan susu dari AS diperkirakan akan membanjiri pasar domestik. Produk-produk tersebut cenderung lebih murah karena adanya indikasi subsidi di AS.

    Menurut dia, gempuran produk impor murah tersebut memang menarik bagi konsumen dan produsen industri pengolahan karena harga yang lebih kompetitif.

    Namun kondisi itu, kata Eliza, akan memukul petani dan peternak lokal yang belum siap bersaing.

    “Petani dan peternak kita belum disiapkan matang untuk bisa bersaing dengan petani AS skala besar, yang lebih efisien karena teknologi dan modal yang kuat,” kata Eliza.

    Oleh karena itu, peningkatan daya saing, pasokan dan penambahan jumlah NTM dinilai menjadi sangat penting.

    “Dengan adanya hambatan non-tarif setidaknya jadi filter bagi kita agar tidak digempur produk impor, harus ada standar-standar yang mereka ikuti sesuai regulasi di dalam negeri,” kata Eliza, menjelaskan.

    Sebagai perbandingan, AS memiliki 92 NTM untuk 5.207 produk, sementara Indonesia hanya memiliki 64 NTM untuk 3.622 produk.

    “Semakin tinggi atau banyak NTM maka negara tersebut semakin ‘protektif’ terhadap pasar domestik,” ujar dia.

    Menurut laporan “2024 United States Agricultural Export Year Book” dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), total ekspor pertanian AS ke Indonesia pada 2024 mencapai 2,9 miliar dolar AS (setara sekitar Rp47,26 triliun), sedikit menurun empat persen dibanding tahun sebelumnya.

    Dengan angka tersebut, AS menjadi pemasok produk pertanian terbesar keempat bagi Indonesia, setelah Brasil, China dan Australia.

    Kedelai menjadi komoditas ekspor pertanian AS terbesar ke Indonesia, dengan nilai mencapai 1,3 miliar dolar AS. Sementara itu, ekspor gandum meningkat tajam 74 persen mencapai 149 juta dolar AS dibanding 2023.

    Selain itu, ekspor daging sapi dan produk olahan daging sapi serta olahan makanan dari AS juga tumbuh signifikan, masing-masing sebesar 15 persen dan 30 persen.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pengusaha Panel Surya AS Minta Perlindungan Bea Masuk Produk Indonesia

    Pengusaha Panel Surya AS Minta Perlindungan Bea Masuk Produk Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Kelompok produsen panel surya Amerika Serikat (AS) meminta Departemen Perdagangan mengenakan bea masuk anti-dumping dan bea masuk imbalan atas produk impor dari Indonesia, India, dan Laos.

    Petisi ini, merupakan upaya terbaru dari industri manufaktur panel surya AS untuk mendapatkan keringanan perdagangan, guna melindungi investasi miliaran dolar dan bersaing dengan barang-barang yang sebagian besar diproduksi oleh perusahaan-perusahaan China.

    Aliansi manufaktur dan perdagangan panel surya Amerika yang mengajukan petisi tersebut, beranggotakan First Solar, Qcells dari Hanwha, Talon PV, dan Mission Solar.

    Kelompok ini sebelumnya telah berhasil memenangkan tarif impor dari negara-negara di Asia Tenggara termasuk Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand.

    Tarif-tarif tersebut difinalisasi awal tahun ini, yang mendorong beberapa produsen global untuk mengalihkan produksi ke Indonesia dan Laos. Aliansi tersebut juga menuduh produsen India melakukan dumping barang-barang murah di Amerika Serikat untuk melemahkan produsen dalam negeri.

    “Kami selalu mengatakan penegakan hukum perdagangan yang tegas sangat penting bagi keberhasilan industri ini,” kata pengacara utama para pemohon, Tim Brightbill, seperti dilansir dari Reuters.